Seorang wanita berpenampilan nyentrik menyeka cucuran peluh dari sebuah kebahagiaan yang ia dapatkan. Bagai menemukan sebuah peta harta karun, kedua manik milik Gladys Hartono tak henti-hentinya berkerling manja pada sebuah piring yang berada tepat di hadapannya.
Iya, saat ini Gladys panggilan akrabnya tengah menikmati sebuah dinner tanpa pasangan. Itu bukanlah suatu hal yang dia sesali, karena bisa memakan sirloin steak dengan tingkat kematangan well done seperti ini ditemani oleh anggur merah telah mampu menyenangkan harinya.
No men No cry adalah slogan hidupnya. Baginya cinta dari seorang pria bukanlah hal yang ia utamakan. Gladys cukup mampu berdiri sendiri tanpa belas kasihan dari pria manapun.
Dan hal tersebut terbukti dari keberhasilannya mengembangkan sebuah agen penemu pasangan atau yang akrab dikenal dengan sebutan biro jodoh. Perusahaan biro jodoh miliknya telah berhasil mempertemukan ratusan pasangan dalam ikatan suci yakni pelaminan.
Mizu Cupid merupakan agen biro jodoh miliknya. Mizu diambil dari bahasa Jepang yang berarti Nyonya, sedangkan Cupid dari bahasa Romawi yang artinya Dewa Asmara.
Tak ayal orang menyebut Gladys dengan Dewi Cinta karena kepiawaiannya dalam mengolah perasaan jatuh cinta.
"Ah enak sekali!" celotehnya seirama dengan mengelap permukaan mulutnya dengan sebuah tissue halus guna membersihkan sisa-sisa steak yang ia makan malam ini.
Sungguh kenikmatan tiada tara mampu menyantap makanan mahal dari hotel mewah seperti saat ini. Hal ini bukan sengaja ia lakukan, dengan pikiran matrealistis Gladys tak mungkin menghabiskan berupiah pun hanya demi main course enak seperti ini. Hal baik ini ia dapatkan dari sebuah gift yang diberikan oleh seorang wanita cantik yang malam ini juga tengah melakukan kencan buta seperti yang telah ia susun sebelumnya.
Gladys mulai beranjak dari tempat duduknya, dengan berat hati ia harus say goodbye pada sisa-sisa dari makanan yang telah ia nikmati itu. Kini Wanita penyuka musik jazz tersebut akan pergi meninggalkan hotel yang juga merupakan lokasi kencan buta yang ia atur.
Memang benar, Gladys merencanakan sebuah blind date antara Madona sang klien dengan putra dari Erika klien Gladys lainnya.
Kencan buta kali ini sedikit unik, bagaimana tidak? Gladys dimintai tolong oleh ibu-ibu paruh baya untuk mencarikan sang putra seorang wanita yang mampu bersanding dengannya. Secara kebetulan, Gladys juga memiliki klien yang bernama Madona. Model seksi ini meminta tolong pada Gladys agar mengatur sebuah blind date untuknya. Tak banyak permintaan dari Madona, yang model itu inginkan hanyalah lelaki yang mampu menggetarkan hatinya. Tampan dan mampu mengimbangi peragawati tersebut di atas ranjang.
Sungguh ironis, di mana Gladys harus mencari kriteria seperti yang Madona inginkan. Alhasil, Tuhan memberikan sebuah jalan melalui kedatangannya Nyonya Erika. Nyonya Erika sang wanita konglomerat meminta Gladys mencarikan calon menantu untuknya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Gladys mencocokan putra Erika dengan Madona pada malam ini.
Dengan perasaan sangat puas, Gladys memasuki lift hotel berbintang tersebut yang akan membawanya menuju parkir mobil. Gladys cukup kompeten dalam mencocokan setiap pasangan. Jadi tak perlu lagi Gladys harus menunggu hasil dari kencan buta malam ini.
Ketika wanita berparas nyentrik itu selesai menekan tombol UG pada rangkaian tombol yang berada tepat di depannya, seorang pria tampak tergesa-gesa ingin masuk ke dalam lift yang tengah membawa Gladys. Buru-buru Gladys menekan tombol buka pada lift tersebut.
"**** ... !" keluh pria tinggi besar yang kini berdiri di sebelah Gladys.
Tak berselang lama, ponsel di dalam tas milik wanita berkacamata hitam itupun berdering hingga memecahkan heningnya suasana dalam lift.
"Hallo Nona, bagaimana pelayanan kami?" Gladys tampak sedikit mengulas senyum kala Madona memanggil dirinya lewat sebuah panggilan telepon. Gladys bisa menebak bahwa saat ini model seksi tersebut akan berterimakasih padanya karena telah menghadirkan sosok pria yang sesuai keinginannya.
"Puas apanya? Apa kau gila telah membawa monster kepadaku? Dengan congaknya Ia telah menghinaku dan menginjak harga diriku." keluh Madona di telepon saat ini.
Bak dihantam badai petir, Gladys tak menyangka bila lelaki yang ia pasangkan dengan Madona telah menyakiti hati wanita cantik itu. Dan sialnya Madona juga bersikeras ingin meminta ganti rugi ke pihak Mizu Cupid bila sosok pria tersebut tidak meminta maaf padanya.
"Pria sialan mana yang telah merusak rencanaku malam ini, bila aku bertemu dengannya akan aku habisi pria brengsek itu!" Karena kesal, Gladys melampiaskan emosi pada ponsel yang ia lemparkan kembali ke dalam tas yang ia bawa.
Tak mau kalah, pria yang saat ini berada di sampingnya juga terlihat menghubungi seseorang dan memarahinya. Dari raut wajahnya yang terlihat gusar, Gladys sedikit ketakutan terhadap lelaki tinggi besar itu.
"Jangan pernah lakukan hal itu padaku!" tegasnya lalu menutup panggilan di ponselnya dengan kesal.
Tak mau ikut campur masalah orang lain, Gladys hanya bergeming melihat sosok yang kini tak mampu menahan amarahnya.
'Ada masalah apa pria ini hingga ia marah-marah tak jelas seperti ini?' batin Gladys dan tak ingin menengok ke arah pria di sampingnya.
Bunyi ting ... tanda telah sampai di tempat yang Gladys kehendaki, wanita muda itu melangkah keluar dari dalam lift menuju mobilnya yang terparkir. Pun sama halnya dengan pria yang bersama Gladys, pria aneh itu juga mengikuti wanita penggila coklat itu keluar dari lift.
*
Gladys melempar tubuhnya sendiri pada kursi di mobilnya. Dadanya sesak harus memikirkan berapa rupiah yang harus ia keluarkan untuk membayar ganti rugi pada Madona. Jangankan keluar duit banyak, sepeserpun ia tak ingin hartanya habis digunakan untuk hal yang tak penting. Apalagi harus membayar ganti rugi.
Jadi, Gladys harus memutar otaknya agar pria jahat yang telah menghina Madona bersedia meminta maaf pada model seksi tersebut. Lalu bagaimana caranya? Ia sendiri bahkan tak kenal siapa orangnya. Informasi yang kantornya dapatkan dari Nyonya Erika lah satu-satunya cara agar Gladys bisa bertemu dengan putranya yang telah mencemooh Madona dan memintanya agar bersedia meminta maaf pada Madona.
"Aku bisa gila memikirkannya? Ya Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi?"
...🍁🍁🍁🍁...
Hold up, no, you didn't bow, bow
I ain't the chick to walk behind you 'round town
Just 'cause you're packin', packin', whoop, down south
That don't mean I'm ever gonna take it lying down, baby
Oh, I'm a machine when I do it
I'll be catching fire, gasoline when I do it
Just 'cause you're packin', packin', whoop, down south
That don't mean I'm ever gonna take it lying down
Baby, you're the man
But I got the, I got the, I got the power
You make rain
But I make it, I make it, I make it shower
You should know, I'm the one who's in control
I'll let you come take the wheel, long as you don't forget
...☘️☘️☘️...
Hai hai hai aku hadir lagi ... stay tune terus ya, kuharap ada pembaca setia.
Belum jua reda rasa gundah pada hati Gladys, wanita beriris kecokelatan tersebut harus dihadapkan oleh sebuah kenyataan menyakitkan.
Brak ... suara benturan kedua benda keras sungguh mampu membuat perangai Gladys semakin buruk. Emosinya kian membuncah mana kala ia melihat mobilnya diserempet oleh sebuah mobil mewah tatkala Gladys ingin keluar dari tempat parkir mobilnya.
Mobil mewah tersebut menyerempet kaca spion mobil milik wanita berparas ayu tersebut. Gladys yang diliputi perasaan gundah kini kian kesal dan semakin kesal lagi.
"Kenapa hari ini aku harus menanggung beban dari perbuatan seseorang!" keluh Gladys keluar dari mobilnya dengan wajah menahan amarah.
Gladys ingin mencari perhitungan dengan pengemudinya yang telah menyerempet bagian depan mobilnya hingga merusakkan kaca spion sisi kiri milik Gladys. Hal seperti ini tak pernah ia impikan sebelumnya, peristiwa sangat menyebalkan ini merupakan kali pertama dalam hidup Gladys. Terlebih lagi Gladys memang tak suka mencari sebuah masalah.
"Apa Anda tidak melihat bahwa saya akan keluar?" Gladys menyemprot pengemudi ugal-ugalan yang telah merusak bagian mobilnya itu.
Tampak seorang pria seusianya sedang menekuk sebagian besar wajah tampannya. Sosok pengemudi yang jelas-jelas akan dimaki oleh Gladys sungguh menunjukkan itikad yang cukup baik. Oleh karena itu, Gladys sedikit menurunkan amarahnya atas perlakukan pengemudi tersebut.
"Maafkan aku Nona, aku sedang buru-buru menjemput seseorang!" pungkasnya seraya meminta maaf pada seorang Gladys yang masih tampak sedikit kesal.
Bagaimana tidak, meski pemuda itu cukup tampan dan sopan, Gladys masih tak menampik kecewanya bila ia menatap spion mobilnya yang telah patah sebelah. Sesak di dada Gladys masih terus mengusiknya. Belum selesai masalah satu, dan kini satu masalah lagi hinggap di depannya.
"Aku nggak mau tahu, kamu harus ganti rugi! bila tidak, aku akan menuntut kamu."
"Maaf banget Nona, saya sangat bersalah. Bagaimana bila kita bawa mobil Nona ke bengkel agar pihak asuransi yang menanggung biaya kerusakan?" saran pemuda itu untuk sekadar menyelesaikan masalah ini.
Gladys terdiam sejenak, ia harus memilah kata yang tepat untuk membalas perkataan penabrak mobilnya. Wanita cantik itu tak boleh lengah akan sikap sopan dan baik hati dari pemuda itu. Apalagi bila biaya kerusakan ditanggung pihak asuransi, Gladys akan gagal mendapatkan sedikit keuntungan dari ganti rugi nantinya.
"Hmm ... karena aku malas meladeni, baiklah akan aku bawa mobil ini ke bengkel. Namun, aku perlu sebuah jaminan agar kamu tak lari!" otak picik dan tak bisa dikalahkan milik Gladys tak mampu dibodohi begitu saja. Baginya masalah serumit apapun akan ia selesaikan dengan satu hentakan dari kakinya.
"Lalu apa yang Nona inginkan sebagai jaminan?"
"KTP? SIM?"
"Wah jangan dong, itu barang pribadi saya! sedangkan ini bukan mobil milik saya."
Gladys cukup kesal karena pemuda yang belum ia ketahui namanya itu mencoba berkelit untuk menciptakan cara agar ia bisa meloloskan diri. Wanita pemilik kantor biro jodoh itupun lalu memulai untuk memeras otaknya agar mampu menjerat sang pelaku.
"STKN? Anda bilang ini bukan milik Anda bukan?" Ide brilian itu muncul begitu saja seperti biasanya. Bagaimana mungkin pemilik mobil ini akan kabur bila salah satu surat pentingnya ada pada Gladys.
"Baiklah!"
Pemuda yang pada akhirnya diketahui bernama Seno itupun mengeluarkan surat penting milik bosnya dari dalam dashboard mobil mewah yang ia kendarai.
Seno menyerahkan STNK milik atasannya pada wanita yang telah ia tabrak mobilnya. Dadanya sedikit naik turun karena berusaha mengatur napasnya. Ia juga takut dimarahi oleh sang atasan karena terlalu lama untuk menjemputnya.
"Janaka Matila!" seru Gladys membaca nama yang tertera pada surat kendaraan bermotor yang kini ia pegang. Dengan surat inilah Gladys bisa meminta pertanggungjawaban atas perbuatan oknum yang telah menyerempet mobilnya.
"Oke, jangan kabur!" perintah Gladys lalu bergerak dari tempat mengerikan ini. Ia tak ingin terlalu lama berada di tempat terkutuk ini karena area hotel ini telah banyak memberinya masalah bertubi-tubi.
*
Lain halnya dengan Gladys, Seno yang telah ditunggu lama oleh bosnya segera bergegas untuk mempercepat langkanya agar sang atasan tidak murka padanya. Menjadi pesuruh dari Janaka Matila menjadi perkerjaan yang cukup melelahkan tetapi juga sangat menjanjikan untuknya. Selain memiliki lidah yang tajam, Janaka sebenarnya juga memiliki sisi baik yang jarang diketahui oleh orang lain. Salah satunya adalah Seno, telah 3 tahun ini pria muda itu mencicipi pahit dan manisnya bekerja dengan Pria berhati keras seperti Janaka.
Selama tiga tahun itulah Seno mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri serta keluarga. Karena sang adik masih memerlukan banyak biaya, oleh sebab itu Seno harus terus menundukkan kepala serta egonya kala menerima perlakuan buruk dari Janaka.
"Dari mana saja kau Sen? Lelet!" hardik Janaka, pria berperawakan tinggi besar itu pada Seno kala sang asisten menampakkan batang hidungnya.
"Maaf Pak, ada sedikit masalah! di tempat parkir tadi karena tergesa-gesa saya menyerempet mobil orang."
Seno menjelaskan duduk permasalahan mengapa ia sedikit telat menjemput sang atasan. Asisten Janaka itu tak tahu bila sang bos sedang memendam kejengkelan tingkat tinggi karena Erika, mamanya memaksa Janaka untuk menikah dan merencanakan sebuah kencan buta dengan seorang model mes*m padanya.
Merencanakan sebuah blind date bukan kali pertama bagi Erika. Wanita tua itu tak pernah bosan menyusun rancangan agar sang putra segera melepaskan masa lajangnya. Meski harus membayar mahal biro jodoh, itu tak masalah. Karena baginya uang tak ada artinya bila Janaka sang putra tak kunjung duduk di pelaminan.
"Lalu sudah kau bereskan? Apa kau tahu akibat hal bodoh yang kau lakukan merugikan aku?"
Seperti biasa Janaka akan memarahi Seno atau karyawannya bila mereka telah melakukan kesalahan. Baginya, semua hal harus berjalan sesuai jalurnya. Begitulah pemikirannya dari seorang Janaka Matila.
Telah dikenal lama Janaka Matila merupakan bos yang tak segan untuk memarahi serta menghukum siapapun yang telah merugikan dirinya baik itu material ataupun moril. Bahkan sang ibu juga menjadi sasaran dari amukan Janaka seperti saat pria itu berada dalam sebuah lift barusan.
Janaka Matila merupakan pria ambisius yang telah kenyang makan asam garam di dunia bisnis. Perangainya yang buruk ini membuat lelaki yang memiliki nama dari bahasa Sansekerta ini dijauhi oleh beberapa gadis muda yang telah banyak dijodohkan oleh sang ibu termasuk Madona si model majalah dewasa tadi.
Janaka mencemooh Madona sebagai wanita tuna susila karena sikap serta cara pakaiannya tak jauh berbeda dengan seorang wanita malam. Apalagi kala Madona menawarkan mampu memberikan servis maksimal di atas ranjang. Janaka menjadi naik pitam dan ingin segera meruntuhkan karir model Madona aat ini juga. Dengan satu pukulan saja, Janaka mampu membuat Madona tersungkur hingga jatuh ke dalam jurang kehancuran.
...****...
Namanya Janaka Matila, sosok muda dan berprestasi yang menjadi tombak kesuksesan Brahmana Business Group Sosoknya memang tidak dikenal secara gamblang oleh masyarakat, namun siapa sangka bila Naka panggilan akrabnya merupakan pebisnis sejati.
Janaka Matila yang dalam bahasa Sansekerta merupakan salah satu tokoh pewayangan Ramayana adalah putra pertama dari Sigit Brahmana sang taipan, yang dalam arti Indonesianya adalah konglomerat. Asetnya telah tersebar di seluruh negeri, pemilik tambang batubara terbesar di wilayah Kalimantan ini telah menguasai beberapa aspek ekonomi.
Dan salah satunya adalah PT Brahman Mega Development yang kini aktif di handle oleh sang putra yakni Janaka. PT BMD merupakan perusahaan real estate terbesar dan tak tertandingi di Indonesia ini. Janaka telah lama bergelut dengan pembangunan beberapa perumahan mewah, superblock serta beberapa gedung yang bisa disewakan.
Namun keberhasilan Janaka dalam urusan berbisnis berbanding terbalik dengan urusan asmaranya. Pria berusia matang tersebut belum juga menemukan wanita yang pas sesuai kriterianya. Alhasil, hingga saat ini pun Janaka masih betah melajang dan belum berminat berumah tangga.
Berulangkali pula Nyonya Erika Gayatri sang ibunda menjodohkan Janaka dengan putri dari rekan sang suami serta gadis-gadis yang dipilih sendiri oleh Nyonya Brahmana itu. Namun, tak satupun yang mampu menarik simpati janaka.
Hingga suatu ketika, dalam sebuah acara dinner yang diadakan oleh kedua orangtuanya serta sang adik perempuan Janaka yang telah mendahului Naka dalam urusan asmara. Aruni Sarasvati, adik kandung Janaka telah melangsungkan pernikahan dengan pria pujaannya bahkan gadis ayu itu kini telah memiliki sepasang anak kembar dari buah pernikahannya.
Acara makan malam yang bertempat di Restoran The Black Swan itu dihadiri oleh keluarga Brahmana. Acara dinner yang dilaksanakan hingga sebuah restoran steak nomer Wahid yang terletak 19 Cecil Street The Quadrant At Cecil The Quadrant, Singapura harus tutup untuk umum. Hal ini memang telah dibooking secara khusus oleh Brahmana family.
"Kapan kamu akan membawa pasanganmu dalam acara seperti ini Naka?" suara bariton Sigit Brahmana sang pendiri Brahmana BG menggema meminta jawaban dari sulungnya itu.
"Ah itu tak penting ayah, aku lebih nyaman seperti ini dari pada harus sibuk dengan segala kerepotan yang disebabkan oleh wanita." jawab Naka tak memedulikan perasaan sang ibunda serta Aruni yang notabenenya juga seorang wanita.
Kembali Janaka mengesap wine yang berada di tangan kanannya. Ia terlalu fokus menikmati anggur tersebut dan tanpa sadar telah menyakiti perasaan sang ibunda.
Aroma wine ini mengular hingga merangsak ke indera penciuman Janaka. Memang sungguh nikmat bila dinner ditemani oleh wine. Hal sepele seperti ini cukup menenangkan bagi pemilik tinggi badan 173 cm tersebut.
"Jaga ucapanmu Mas!" Aruni yang sejak tadi memendam kekesalan pada Janaka tak bisa menahan amarahnya melihat sang kakak lelakinya tanpa rasa bersalah mengatakan hal yang menyakitkan bagi setiap wanita.
"Sudah-sudah, lanjutkan makan malamnya anak-anak!" Nyonya Erika menengahi kedua buah hatinya yang kini terlibat sebuah percekcokan.
Sudah menjadi hal umum di dalam keluarga Brahmana bahwa sang putra sulung serta adiknya selalu berseru entah itu dalam hal apapun. Perbedaan pendapat di antara keduanya sungguh ketara dan menyebabkan mereka tak jarang bersitegang satu sama lain.
"Kurasa Aruni benar Naka, lebih baik cari pasangan yang tetap agar mampu merubah sifat semena-mena yang kamu miliki." Tak mau kalah Sigit Brahmana menimpali omongan sang putri.
"Sudah ibu rencanakan Ayah, tapi Naka selalu saja menghancurkan kencan buta yang ibu jadwalkan!"
"Hingga kapan kau akan melajang Naka? Lihatlah Aruni telah memiliki dua buah hati? Dan ayah rasa kamu tak layak menjadi pewaris utama Klan Brahmana!" Ayah telah bertitah, dan ini tak bisa diganggu gugat lagi.
"Lalu apa yang akan kalian lalukan bila aku tak menikah?" sergah Janaka dengan senyum smirk pada seluruh anggota keluarganya.
"Lepaskan nama Brahmana dari diri kamu!"
Bak dihujam seribu meriam, dada Janaka terasa sangat sesak mengetahui apa yang telah ayahnya kehendaki. Perusahaan yang telah lama ia besarkan dari mati suri ini terancam akan diambil alih oleh sang ayahanda. PT Brahmana Mega Development telah menguasai pasar properti baik itu di daratan jawa maupun luar jawa. Semua itu tak lepas dari kontribusi sang maharaja Janaka.
"Jangan seenaknya saja Ayah, Ayah kira BMD barang mainan anak TK?" Janaka tak terima bila sang ayah akan mencopot kedudukan Janaka sebagai komisaris besar perusahaan tersebut dari BMD.
"Makanya segera menikah!"
Dan yang membuat Janaka lebih naik pitam lagi karena Sigit Brahmana menitahkan Saka suami dari Aruni yang akan menggantikan Janaka. Betapa tak habis pikir pria gagah itu pada sang ayah. Pasalnya Saka bukan orang yang tepat untuk menggantikannya posisi dirinya sebagai pemimpin BMD.
***
Sama seperti Janaka, seorang wanita yang kini duduk di ruangannya juga tampak gusar. Aura kekesalannya terlihat jelas menyelimuti wajah cantiknya.
Gladys Hartono si pemilik kantor penyedia layanan penyelenggara perjodohan duduk dengan mimik muka memendam dongkol pada secarik kertas yang kini tepat berada di depannya.
secarik kertas yang merupakan sebuah alamat dari seseorang ini sama persis dengan alamat yang tertera pada STNK yang Gladys tahanan dari Seno si penemu mobil yang telah menabrak mobilnya.
Tak cukup itu saja, sebuah email berupa tagihan dari biaya servis mobil dari bengkel masih terpampang nyata dihadapannya. Iya invoice dari bengkel mobil itu masih terbuka dengan deretan angka yang bisa membuat Gladys sakit kepala.
Masalah yang menimpa wanita cantik itu tak sederhana, agen biro jodoh Gladys juga mendapatkan tuntutan ganti rugi dengan harga fantastis atas tindakan tidak nyaman yang diterima oleh Madona. Model majalah dewasa itu menuntut Gladys selaku pemimpin perusahaan agar membayar ganti rugi moril sebesar 100 juta rupiah.
"Siapapun Janaka aku akan membunuhnya! karena dialah aku mendapatkan masalah serumit ini."
Tangan kanannya mengepal erat, sesekali jari-jemari lentiknya mengetuk meja kayu di ruangannya ini. Perasaan Gladys tak menentu karena wanita itu sendang menunggu kabar dari karyawannya yang kini sedang berjuang untuk menemui Janaka pada alamat yang tertera.
Begitu ponselnya berdering untuk pertama kalinya pada siang ini, Gladys buru-buru menjamah benda pipih keluaran terbaru miliknya.
"Bagaimana Kanaya?"
"Gagal Mbak, saya tak bisa masuk menemuinya!"
Tubuh Gladys lunglai bersamaan dengan berakhirnya panggilan telepon dari Kanaya, karyawan Mizu Cupid. Tamat sudah riwayat dompet Gladys. Sebenarnya tuntutan dari Madona bukan hal yang besar bagi Gladys. Tapi bila menilik dari watak Gladys yang cukup pelit untuk menggelontorkan uang demi hal yang tidak penting tentu menjadi salah satu masalah besar bagi wanita penggila warna ungu tersebut.
...****...
I'm sorry I don't understand
Where all of this is coming from
I thought that we were fine (oh we had everything)
Your head is running wild again
My dear we still have everythin'
And it's all in your mind (yeah but this is happenin')
You've been havin' real bad dreams oh oh
You used to lie so close to me oh oh
There's nothing more than empty sheets between our love, our love
Oh our love, our love
Just give me a reason, just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent and we can learn to love again
I never stop, you're still written in the scars on my heart
You're not broken just bent and we can learn to love again
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!