Namaku adalah Annisa zakira syaputri. Anak kedua dari pasangan Iwan syahputra dan Nina Khairani. Biasa Ayah dan Ibu memanggil diriku dengan panggilan Adek Ica. itu panggilan sayang oleh Ayah, Ibu dan Abangku. Tapi teman dan sahabatku di sekolah selalu memanggil diriku dengan panggilan Zaki.
Kenapa dipanggil Zaki? itu bermula dari pak Wawan seorang guru baru yang selalu iseng memanggil nama siswa, katanya itu ciri khas dia supaya lebih mudah mengenal nama semua siswa.
Karena keseringan Pak Wawan selalu memanggil diriku dengan nama Zaki ,yah dari situlah awalnya namaku di sekolah di panggil Zaki. Ya aku tidak marah selama itu masih tergolong diambil dari namaku, kecuali kalau diriku dipanggil pakai nama hewan atau binatang baru diriku marah.
Aku mempunyai sahabat dari kecil yang bernama Rini sakira Nugraha. Anak tunggal dari pasangan Rudi Nugraha dan Ayu Sekar Sari . Rini adalah temanku dari masih duduk di Sekolah Dasar Sampai SMK sekarang.
Suka duka ketika satu kelas bersamanya kami jalani bersama. Di hukum dilapangan ketika terlambat ngumpulkan tugas dan juga pernah dihukum membersihkan sampah dedaunan di halaman sekolah karena selalu bercerita sewaktu belajar ketika masih di bangku SMP.
Sekarang kami sudah tidak sering bersama lagi dikarenakan diriku dan Rini tidak menduduki kelas yang sama. Kecuali ketika liburan kami luangkan waktu untuk berkumpul bersama dengan keluarganya. Ibunya Rini sudah Menganggap diriku seperti anaknya sendiri.
Rini anak yang baik ,ceria dan yang lebih diriku suka dari dia beliau mau berteman denganku apa adanya. Walaupun Rini berasal dari keluarga yang kaya Sedangkan diriku berasal dari keluarga yang sederhana.
Ayahku seorang guru PNS di SMP 3 tangerang sebagai guru Matematika. Sedangkan ibuku seorang ibu rumah tangga yang mempunyai toko kue kecil-kecilan di depan teras rumah kami.
Tapi mungkin benar kata pepatah ya. Kalau buah jatuh tak jauh dari pohonnya, diriku sangat menyukai pelajaran Matematika. Bukan menyukai untuk membuat kue. Terkadang ibu selalu memarahi diriku karena tidak pernah membantu ibu ketika membuat kue:.
Aku sekolah di SMK 5 Tangerang mengambil Teknik Sepeda motor ( TSM). sedangkan Rini mengambil bagian menjahit. Kata Rini beliau ingin menjadi seorang Desainer yang terkenal.
Kalau aku ingin menjadi seorang modif, supaya dapat menghasilkan motor-motor keren.
Mulanya ayah melarang diriku mengambil sekolah TSM tersebut karena menurut ayah itu bukan bidang untuk anak perempuan.
Diriku penuh perjuangan untuk meyakinkan ayah dan ibuku agar aku bisa bersekolah di bidang itu. Kujelaskan kepada ayah tentang sekolah itu bekerja sama dengan astra sepeda motor yang akan mengajari siswanya merancang sepeda motor sesuai tuntutan jaman. Tetapi ayah tetap tidak mengizinkanku untuk mengambil bidang tersebut.
Untuk dapat meyakinkan ayah, diam-diam aku sering ikut bang Raga ke bengkel sepeda motor temannya sewaktu kelas tiga SMP. Ketika sepulang sekolah diriku sering menyempatkan waktu sebentar ke bengkel teman Abang Raga untuk belajar teknik sepeda motor sampai aku mahir.
Pernah suatu hari ketika ayah akan pergi bekerja, sepeda motor ayah tidak bisa dijalankan. Aku tidak berani menawarkan keahlianku, takut Ayah akan marah dan mengetahui kalau aku tidak pernah patuh kepadanya.
Ayah terus melihat jam di pergelangan tangannya sementara hari sudah hampir siang. Kuberanikan untuk membantu ayah dan jika ayah marah aku akan siap menerima resikonya.
" Ayah, boleh saya bantu". tawar ku dengan pelan dan pandangan menunduk.
"Tau apa kamu tentang motor ? memang kamu bisa memperbaiki sepeda motor ayah ". terang Ayah dengan geram karena hari sudah siang.
" Co..coba dulu Ayah, mana tahu bisa ". ucap Annisa dengan gugup.
"Cobalah, Ayah mau tahu sejauh mana kemampuanmu ". mengambil koran di atas meja sambil melirik Annisa yang melihat sepeda motor.
Kupegang sepeda motor Ayah dan ku teliti bagian mesinnya dan ternyata dalam waktu lima belas menit sepeda motor ayah sudah siap aku perbaiki.
Ku coba start sepeda motor ayah ternyata menyala, hati ku gembira semoga dengan usahaku ini ayah mengizinkanku untuk sekolah di TSM. Tampak senyum di wajah ayah melihat sepeda motornya telah kembali dapat dijalankan .
Diambil sepeda motornya dan ayah langsung berpamitan kepada Ibu sedangkan kepadaku ayah tanpa mengucapkan satu kata pun. Aku pasrah jika Ayah tidak suka akan apa yang aku lakukan untuknya di hari ini.
Sore hari ketika aku pulang dari rumah Rini kulihat ada sepeda motor besar baru di teras rumah. Ku lihat ayah duduk di teras membaca koran dengan ditemani secangkir kopi.
Ku lirik ayah apakah masih marah kepadaku tetapi raut wajah ayah biasa saja. ku salam ayah dan duduk di sampingnya. Penasaran siapa gerangan yang memiliki sepeda motor tersebut.
" Sepeda motor siapa Ayah ?". tanyaku dengan ragu-ragu berharap ayah akan menjawabnya.
" Sepeda motor putri Ayah ". jawab Ayah santai sambil membaca koran.
" Ha, pu...putri Ayah, putri Ayah yang mana Yah". ucap annisa gugup dan penasaran.
" Putri Ayah ada berapa ?".ucap Ayah sambil berpaling melihat annisa.
"Itu sepeda motor untuk Adek Yah... ".senyum kegirangan.
"Iya ,untuk siapa lagi, katanya Adek ingin sekolah teknik, Ayah bersyukur berkat Adek, Ayah tidak takut lagi kalau sewaktu-waktu sepeda motor Ayah mogok lagi, kan sudah ada ahlinya...". senyum ayah memandangku.
" Ayah kasih izin Adek sekolah di situ,terima kasih Ayah...". memeluk ayah dengan senyum bahagia.
Ya Allah ternyata tidak sia-sia perjuangan diriku dan ayah sangat sayang kepadaku.
Beberapa minggu kemudian
Penerimaan siswa baru pun tiba ,dengan senang aku dan Rini mendaftar di sekolah yang sama. Hanya beda bidangnya saja.
Aku mempunyai badan tinggi tegap, kulit putih, alis tebal, hidung mancung, dan bibir yg tipis. sebetulnya rambutku panjang, tetapi karena selalu tertutup jilbab jadi tidak pernah kelihatan.
Di kelas diriku sendiri yang cewek, tetapi tidak ada perbedaan antar siswa laki-laki dan siswa perempuan harus tetap memakai celana panjang seragam teknik.
Walaupun aku terkenal tomboi tetapi tidak lupa dengan kewajibanku sebagai seorang muslim selalu aku jalankan. Mungkin karena badanku yang menyerupai badan seperti badan laki-laki sehingga teman pun banyak dari siswa laki- laki. Tetapi itupun hanya sebatas teman saja tidak lebih.
Raga Aditya Syahputra adalah nama abangku. Anak pertama dari pasangan Iwan Syahputra dan Nina khairani. Dia selalu memanjakan diriku ketika di berdua . Walaupun sifatku tomboi apabila sudah kumpul dengan ayah, ibu, dan bang Raga diriku menjadi gadis yang sangat manja.
Mungkin karena aku anak bontot kali ya. Bang Raga kuliah di Universitas Negeri Tangerang mengambil Fakultas Pendidikan jurusan Matematika semester 6. Katanya mau mengikuti jejak ayah menjadi seorang guru.
Sewaktu kecil sampai sekarang diriku selalu dekat dengan Bang Raga. terkadang Bang Raga selalu membawa diriku Kumpul-kumpul dengan teman-teman kuliahnya sambil bermain gitar.
Mula-mula Ibu melarang Bang Raga untuk mengajakku gabung dengan teman-temannya. Dikarenakan anak perempuan takut tidak bisa menjaga diri. Dengan bantuan Bang Raga menjelaskan kepada ibu akan selalu menjaga diriku, akhirnya Ibu dapat mengerti .
Selama ini setelah pulang sekolah aku selalu latihan karate dengan teman-teman bang Raga, walaupun tidak jago-jago amat, tetapi bisalah mengalahkan lawan. Untuk pertama kalinya diriku bisa mengalahkan 1 lawan 3.
Karena terlalu seringnya latihan karate akhirnya aku dekat dengan seorang cowok bernama Candra Wiguna. Teman sekelasku yang selalu perhatian dan sering membantu jikalau ada tugas praktek di sekolah.
Candra Wiguna, Anak pengusaha bahan-bahan bangunan. Ayahnya bernama Adi Wiguna dan ibunya bernsma dina laura. Sebenarnya Candra anak yang baik, Ramah dan yang lebih utama lagi dia tampan.
Dan dari sinilah mulanya kisah ceritaku.
" Selamat pagi Anak-anak, " ucap Pak Wawan.
" Selamat pagi Pak," jawab anak-anak serempak.
"Hari ini Saya beri tugas dikerjakan sekarang juga, 1 kelompok terdiri dari 4 orang, nama-namanya saya tuliskan di papan tulis. Bagi kalian yang telah selesai mengerjakan tugasnya, segera berikan laporan kepada saya. Saya beri waktu 2 jam untuk mengerjakan tugasnya. Paling lambat mengumpulkan laporannya saya beri waktu dua hari ke depan. Jika ada kelompok yang tidak mengumpulkan laporannya, saya akan memberikan sanksi dan tidak akan saya izinkan kalian untuk mengikuti ujian akhir bulan depan. Mengerti Anak- anak,". ucap Pak Wawan
"Mengerti Pak," ucap anak-anak serempak.
"Dimulai dari sekarang, cari teman kelompok kalian sesuai nama yang saya tuliskan,". ucap Pak Wawan dan kemudian melangkahkan kaki meninggalkan kelas.
Miris benar mendengar ancaman pak Wawan karena dia wali kelas kami, sesuka hatinya saja membuat peraturan. Memang ada baiknya juga di buat ancaman itu agar semua siswa semangat mengerjakan tugasnya.
Aku Satu kelompok lagi dengan candra. Sungguh membuatku sesak bila bertemu dengannya. Mana lagi di tempat karate juga sering bertemu. Sifatnya yang jail selalu bikin aku malas untuk selalu bertemu dengannya. Ku jalani saja hari-hari seperti biasa sampai lulus nanti, toh kalau sudah lulus pasti tidak akan bertemu dengannya lagi.
Sekitar dua setengah bulan lagi aku akan menghadapi ujian nasional. Sungguh melelahkan bila dihadapkan dengan tugas- tugas sekolah. Semangat !!! itulah kata yang selalu ada dalam kepalaku.
Kulangkahkan kakiku keluar kelas, dan baru beberapa langkah, seperti ada yang mengejarku dari belakang.
"Ica tunggu," panggil Candra berlari menghampiriku.
"Kamu kenapa sih manggil aku ica, itu panggilan sayang keluarga ku Can, kamu gak boleh ikut-ikutan, "bantah ku dan berlalu menuju lapangan.
"Ya gak apa-apa Ica..., aku kan juga orang yang kamu sayang," ucap Candra santai sambil berjalan mencoba mengejar langkahku.
"Siapa yang bilang ?" berbalik badan menghadap Candra yang lagi tersenyum.
"Akulah yang bilang, memang gak boleh kalau
kamu menjadi orang yang aku sayangi ?" ucap Candra memandangiku.
"Belum kepikiran Can, aku mau menyelesaikan sekolah dulu, sekolah belum lulus sudah mikirin sayang- sayangan. Kerja dulu bambang baru mikirin sayang- sayangan". ucapku sambil kulangkahkan kakiku menuju lapangan tempat kami mengerjakan tugas dari Pak Wawan
"Namaku Candra bukan Bambang Ica," ucap
Candra yang terus mengikuti langkahku.
"Terserah Can," Jawab annisa
"Jadi aku manggil kamu apa?" candra mulai gemes mencoba mengejar langkah kaki dan berdiri dihadapanku yang terus memandangi wajahku.
"Jangan mandang- mandang terus entar jatuh cinta lho. Panggil aku seperti Pak Wawan juga gak apa-apa, aku juga gak akan marah " jawabku dingin sambil membuang pandangan ke tempat lain.
" Oke, mulai sekarang aku akan panggil kamu nisa, beda dengan yang lain. Dan aku memang sudah jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama" ucap Candra sambil terus memandangi wajahku yang sudah memerah akibat rayuan gombal.
"Sejak kapan?,aku itu gak ada perasaan sama kamu. Perasaan orang gak bisa di paksakan
Can, " melihat Candra sebentar dan kulemparkan pandanganku lagi ke tempat lain.
"Sejak kamu ikut latihan karate, aku suka lihat cewek yang bawaannya biasa aja ,itulah dirimu sendiri, tidak penuh drama seperti wanita yang lain," jawab Candra masih tetap memandang ke arahku.
"Aku itu ikut karate biar bisa jaga diri bukan mau cari pacar" ku sandarkan punggungku di batang pohon yang ada di lapangan.
"Terserah, yang penting aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku, kalau belum bisa jawab sekarang aku sabar menunggu jawabanmu Sa," Candra membuang pandangan ketempat lain karena dua teman sekelompoknya akan bergabung.
"Ehmm…, serius amat dari tadi ngobrolnya. Apasih yang kalian bicarakan Can, udah selesai belum ceritanya, gimana tugas kita ini Zak… ? tanya Doni dan Arif membawa tugas dari Pak Wawan sambil memandangi Candra dan Annisa.
"eh iya lupa, ini nih gara- gara si Candra, ganggu aja, ayo cepat kita kerjai tugasnya keburu habis waktunya, nnti di marahi pak Wawan karena terlambat masuk ke kelas, " mulai fokus melihat tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas dari Pak Wawan.
"Ayo, "jawab doni dan arif bersamaan
" Eh tunggu Rif, " teriak Candra sambil mengirim chat ke ponselku. " Aku tunggu jawabanmu".
* * * * *
Beberapa jam kemudian
Dret ...dret..dret...
Kulihat ponselku atas nama Rini genit. Segera kusentuh tombol hijau.
" Hallo Assalamualaikum, ada apa Rin? "
" Jalan- jalan yuk Zak, aku capek ngerjai tugas melulu, mau refresing biar seger nih kepalaku, ikut ya…"
"Jawab dulu salamku Rin…"
" Eh iya, wa'alaikumusalam Zak , kita ke mall yuk..."
"Kapan Rin,"
"Pulang sekolah nanti, kita ketemuan di kantin ya..."
"iya ,oke ".
"Assalamualaikum Zak "
"Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh " ku akhiri panggilan ponselku dan kembali ke dalam kelas.
Satu jam kemudian
Teng...teng ...teng.... teng...
Bunyi lonceng sekolah berbunyi pertanda pelajaran telah usai semua siswa-siswi SMK kelas XII keluar, termasuk kelas annisa.
" Nisa, tunggu aku..."teriak candra mengejar langkahku.
" Ada apa Can, aku janjian ama Rini mau ketemuan di kantin. Dia ngajak aku ke mall, cowok dilarang ikut. Pulangnya pun aku gak langsung ke rumah mau singgah lagi ke rumah bibi aku," jawabku sambil terus berjalan ke kantin tetapi Candra terus mengikutiku dari belakang.
" Aku ikut ya nemeni kamu…," mohon Candra
"Gak boleh, aku bukan anak kecil lagi yang selalu ditemani, aku sudah besar bisa jaga diri". ucapku agar Candra tidak terus mengikuti.
"Ehmm, ikut aja juga gak apa-apa si Candra, maaf aku terlambat. Udah lama kamu nunggu Zak?" sambut Rini yang terus memandangi candra dengan genit mengedipkan sebelah matanya.
" Belum kok Rin baru aja nyampek" jawab annisa sebel karena Rini terus memandangi candra
Apa aku cemburu ya sampai segitunya gak senang melihat Rini memandangi candra terus, batinku.
"Ayo nnti kita kesiangan, aku laper nih, aku yang traktir deh. Kita makan di kantin depan aja ya..." .ajak Rini sambil menarik tangan Candra menuju kantin.
"Kita makan apa Can..pilih aja Can ,aku ngikut menu mu" jawab Rini sambil menempel terus di lengan candra.
"Ih jangan nempel- nempel terus kenapa Rin, geser sedikit kenapa, Situ masih ada bangku. aku risih, aku mau dekat nisa aja "jawab candra sambil berpindah tempat duduk di samping nisa.
"Idih mulai kapan si Zaki kamu panggil Nisa " ucap Rini dengan sinis memandangi annisa dan candra.
" Ya gak apa- apa sih ,Nisa kan temen sayang aku, ya kan Nisa" jawab candra dengan tenang.
"Kok aku baru tau, kapan kalian jadian ? emang kalian udah jadian ya Zak" .tanya Rini meminta kepastian Annisa dan Canda
" Eng..gak kok belum ,Candranya aja yang kepedean ". elakku sambil melihat Rini yang sudah cemberut.
" Berarti masih bisa dong aku dekat ama Candra , boleh kan candra… ,aku tu suka sama kamu dari kita sering jumpa di kantin Can, " jawab Rini dengan senyum semringah.
" Tidak boleh, aku itu sudah punya nisa ,akan aku perjuangkan sampai dia menerima aku ". jawab candra.
Wajah Rini tampak cemberut kembali mendengar perkataan candra.
"Kita jadi makan tidak Rin, pesan dong kalau gak jadi makan lebih baik kita pergi dari sini "ucapku agar berganti topik tidak membahas masalah jadian lagi.
" Eh iya, ini aku pesan", ucap Rini lalu memanggil pelayan.
" Mbak pesan nasi goreng tiga sama minumnya jus jeruk tiga ,cepat ya Mbak." pesan Rini kepada pelayan.
" Baik mbak" ucap Pelayan
Ku ambil ponsel di dalam tas ranselku sambil menunggu pesanan datang. Ku lirik Rini yang terus memandangi Candra dengan tersenyum.
Sementara orang yang di pandangi justru memandang kearah ku. Seketika itu kutundukkan pandanganku ketika pandangan mata kami bertemu.
Gemes lihat tingkah Rini hari ini tidak seperti biasanya. Ada apa dengan hatiku kenapa hatiku gelisah melihat Rini seperti suka dengan Candra. Apa aku juga sudah menaruh hati kepada Candra. Mana mungkin, kugelengkan kepalaku membuang pikiranku jauh-jauh.
"Pesanannya mbak selamat menikmati ". ucap pelayan setelah meletakkan pesanan kami.
"Terima kasih mbak," ucapku ramah.
Kami makan dalam diam hanya dentingan suara sendok yang terdengar. Sesekali kulihat Candra melirik ke arahku dan ketika itu juga pandangan kami bertemu. Aku malu karena bertepatan dia juga melihatku dengan tersenyum.
Aku terkejut sebuah tisu sudah disapukan ke bibirku. Membersihkan sisa nasi yang menempel di sudut bibir membuat wajahku memerah seperti kepiting rebus.
Kenapa juga si Candra mengumbar kemesraan di depanku, apa sih yang dilihat dari si Zaki? Cantik juga gak, gaya seperti laki-laki aja diperjuangi. Cantikkan juga aku, batin Rini
dengan melirik terus ke arahku dan juga candra
" Candra coba deh rasai nasi gorengku. Rasanya lebih enak lho, aku suapi ya...?" senyum Rini ingin menyuapkan nasi goreng ke mulut Candra tetapi segera di tepis Candra.
Klenteeeng , suara sendok jatuh ke lantai.
Ku lihat sendok Rini sudah jatuh. Bahkan pengunjung yang makan di sebelah kami juga terkejut melihat kami.
"Apa-apaan si Rin, kamu apa gak lihat kalau aku makan nasi goreng yang sama " bentak Candra dan langsung berdiri.
"Maaf Nisa aku duluan ya, aku gak bisa lama-lama di sini. Hawa di ruangan ini sudah mulai panas, aku tunggu kamu di tempat latihan ". ucap Candra melirik Rini dengan raut wajah yang tidak senang.
Aku terkejut dengan sikap Candra hari ini. Untuk pertama kalinya aku melihat dia marah. Aku pun juga sudah tidak berselera makan. Ku hentikan makanku dan ku habiskan minumku.
Baru beberapa langkah candra meninggalkan meja kami, dia berbalik badan kembali dan berjalan mendekatiku. Diulurkan tangannya diatas tanganku, aku seperti terkena hipnotis terdiam tak sanggup menarik tanganku kembali.
" Hati-hati di jalan ya Nis, jangan ngebut kalau naik sepeda motor " ucap Candra sambil meletakkan dua lembar uang berwarna merah dan berlalu pergi meninggalkan meja kami.
"Jawab Zak sejak kapan kalian jadian ? kamu gak benarkan jadian sama Candra??" tanya Rini sambil menarik- narik tanganku sampai keluar dari kantin.
"Sakit Rin, lepaskan tanganku! kalau ku balas kepadamu tanganmu bisa lebih sakit dari ini "
ku tarik tanganku dari genggaman tangan Rini dan menghempaskan tangannya.
Sebenarnya aku bisa saja membalas perbuatan Rini kepadaku tadi, tetapi sungguh tidak mungkin aku lakukan kepadanya karena Rini adalah sahabatku dari kecil.
"Maaf Zak, aku itu gak bermaksud menyakitimu " bujuk Rini sambil meminta maaf.
"Kamu kenapa sih Rin..., kamu bukan Rini yang selama ini aku kenal. kamu berubah... , aku tau kamu suka sama Candra kan...? . Tapi asal kamu tau Rin, aku sama candra hanya temanan. Maaf ..., aku gak bisa menemani kamu pergi. Kalau kamu tetap mau jalan-jalan, aku harap kamu bisa pergi sendiri ," kulangkahkan kaki meninggalkan Rini didepan kantin lalu menuju parkiran sepeda motor.
Rini tersenyum melihat kepergianku, seringai licik diwajahnya. "Bagus deh kalau mereka belum jadian, akan aku buat kamu jatuh cintaku kepada ku Candra Wiguna, " gumam Rini berjalan menuju gerbang sekolah karena sudah ada mobil jemputan yang menunggunya.
* * * * *
Satu jam kemudian ditempat latihan karate.
"Kemana sih si Nisa sudah jam segini belum datang-datang, apa dia marah denganku tentang kejadian tadi ya? lebih baik ketelpon aja deh " gumam Candra sambil menghubungi annisa berulang-ulang.
"Kok gak diangkat-angkat sih, kemana kamu Nisa...,angkat dong " gumam Candra terus gelisah memandangi layar ponselnya.
Terasa ada yang menepuk pundakku dari belakang. Ku balikkan badanku melihat siapa gerangan yang menepuk pundakku.
"Kemana Nisa Can, hari gini belum kelihatan juga ,sudah jam berapa ini ".ucap Pelatih menanyakan cewek tomboi cantik seakan memberi semangat ketika melatih.
" Iya kak, mungkin lagi di jalan " jawab Candra sambil menggaruk kepalanya.
Sementara di jalan suara ponselku terus berdering di dalam tas. Ku lajukan sepeda motor besarku membelah jalan raya yang ramai dengan kendaraan lalu lalang. Kalau sudah sore begini jalanan pasti macat. Ku kebut sepeda motorku agar segera sampai ke tempat latihan.
Tiga puluh menit kemudian.
" Nisa, kamu dari mana aja sih... kamu gak apa-apakan, aku khawatir lho Nis, " ucap Candra dengan muka khawatir menghampiriku.
"Aku lagi sebel sama Rini hari ini Can, kamu merasa gak hari ini si Rini berubah. Seperti bukan Rini yang aku kenal, lebih agresif gitu, kecentilan " jawabku meyakinkan Candra.
" Iyasih, tapi sudahlah ngapain kita mikirin si Rini, lebih baik yang kita pikirkan tentang kita berdua " ucap Candra sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kamunya aja Nisa yang gak nyadar kalu si Rini itu emang kegatelan, di depan kamu aja dia baik, tetapi di belakang mu dia busuk, gumam Candra tapi hampir terdengar oleh ku.
"Apa maksudmu ?" tanyaku curiga menatap ke wajah candra.
"Gak apa-apa Nisa, oh ya bagaimana jawabanmu, apakah kamu nerima aku jadi pacarmu? tanya Candra berharap.
"Harus di jawab sekarang ya Can, "ucapku dingin.
"Iyalah, kapan lagi, keburu aku dikejar-kejar orang" jawab Candra kepedean.
"Perasaaan..., siapa juga yang mau ngejar-ngejar kamu" ucapku dengan ketus.
" Nisa..., terima ya Nisa " ucap Candra memohon.
"Apaan sih ,lebay deh..." menahan tawa melihat tingkah si candra.
" Nisa...,nangis aku lho," ucap Candra merengek seperti anak kecil.
"Nangis aja gak ada pengaruhnya juga sama aku " ucapku berpaling menahan tawa melihat tingkah Candra.
" Perhatian teman-teman semua, hari ini ditempat ini aku Candra Wiguna akan menyatakan perasaan ku kepada seorang wanita, wanita cantik yang ku suka sudah lama sekali. Wanita yang membuatku tidak bisa tidur dan selalu membuatku khawatir memikirkannya. Dia adalah Annisa Zakira syahputri. Annisa..., maukah kau menjadi pacarku, aku cinta sama kamu ," ucap Candra berlutut di depanku sambil menyerahkan setangkai bunga mawar berwarna merah.
" Terima....terima.... terima..., jawab anak-anak latihan sambil bertepuk tangan.
Untuk pertama kalinya aku di tembak dengan seorang cowok di depan orang banyak. Semua temanku bersorak-sorak memintaku menerima cinta si Candra. Aku gugup, pipiku memerah seperti tomat.
"Can, apa kamu gak malu bila pacaran sama aku .Aku bukan kriteria kamu Can, masih banyak wanita cantik yang suka sama kamu. aku kampungan Can " ucapku meyakinkan candra.
" Tapi aku suka sama kamu Sa, aku tidak mau yang lain" jawab candra dengan muka sendunya.
" Terima aja Zak, kita mau latihan lagi " . ucap arif .
" Terima ...terima...terima...,sorak- sorak teman kembali.
Sepasang bola mata dari kejauhan tampak tidak senang menatap kami.
Kupejamkan mataku, sambil membaca
Bismillahirrahmanirrahim
" Ya aku terima " kuambil setangkai bunga dan riuh tepuk tangan dari teman-temanku.
" Yes...," teriak Candra kegirangan hampir memeluk tubuhku .
" No, no, no...," mencegah tangan Candra agar tidak memelukku.
"Tapi ada syaratnya, ketika kita pacaran tidak ada kontak fisik sekalipun. Jika salah satu dari kita ada yang berkhianat pada saat itu juga hubungan kita dinyatakan putus, bagaimana " ucapku dengan tegas.
"Oke, aku setuju, aku akan setia kepadamu " ucap Candra dengan senyum di wajahnya.
" Selamat ya Can, bisa juga akhirnya si Zaki jinak, gak nyangka harus pakai drama. Bisa dong traktir kita makan bakso, iya kan Don..." ucap Arif sambil melirik Doni.
" Siapa takut, " ucap Candra semringah.
" Sudah bubar semua, kita latihan lagi," ucap pelatih dengan muka masamnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!