NovelToon NovelToon

RAJA IBLIS

Arc 1:Kehancuran U-C

"Darurat! Sekitar 1.500.000.000 Dewa dan 2.000.000.000 Iblis serta 800.000.000 Roh, lenyap dalam satu serangan barusan! Barisan terdepan orbit Jegra meminta bantuan!" Lapor seorang wanita dengan suara yang terdengar panik kepada pemimpinnya.

"Apa katamu?! Hanya dengan satu serangan singkat itu?! itu tidak mungkin! pasti ada kesalahan!" Balas seorang pria paruh baya dengan raut wajah kusut.

"Meskipun seperti itu kita harus mengirim bantuan, perintahkan Batalion 2417 - 3489, serta squadron 7654 - 8032 agar segera bergerak!" Tegas seorang pemuda yang berada di sebelah pria paruh baya tersebut

"Musuh terlihat dalam jarak 2.870 Juta Kilometer, sekitar 0,00031163 Tahun cahaya di barat! Jumlah mereka..."

"Kenapa kau diam? cepat laporkan berapa jumlah mereka!" Bentak pria paruh baya tersebut.

"Ba-baik, ju-jumlah mereka, jumlah mereka 20.000.000.000 Makhluk biologis dengan 10.000.000.003 Benda mati melayang yang memiliki energi penghancur yang luar biasa besar! tidak diketahui apa itu sebenarnya, tapi, serangan barusan berasal dari benda-benda tersebut!" Lanjut wanita tersebut dengan ekspresi ketakutan diwajahnya.

"Benda? apa yang kau bicarakan?! hanya hal seperti itu dapat menghempaskan energi penghancur yang dapat membunuh Miliaran Kehidupan?! apa kau yakin tidak salah lihat?" Tanya pemuda itu sambil menghampiri wanita tersebut.

"Saya berani bertaruh dengan nyawa saya, itu benar benar benda mati, 2 dari semua benda mati tersebut memiliki ukuran yang lebih besar, dan di barisan depan mereka terdapat 1 yang sepuluh kali lebih besar dari benda mati lainnya, dan dari sepenglihatan saya, setengah dari jumlah musuh berada diatas benda-benda tersebut! mereka bergerak dan beraktivitas didalamnya seperti didalam sebuah bangunan!"

"Yang benar saja." Ujar pemuda tersebut dengan rasa tidak ingin mempercayainya sama sekali, namun karena bawahannya sudah bertaruh dengan nyawa maka ia hanya bisa percaya.

"Siapa diantara musuh yang memiliki energi sihir terbesar? mungkin kita bisa memenangkan peperangan ini dengan membunuhnya terlebih dahulu." Pria paruh baya yang sedari tadi melihat pertempuran mendekat kearah mereka.

"Benar juga, kalau kita melakukannya kemungkinan menang kita tidak sedikit!" Ucap pemuda tersebut yang mulai mendapatkan harapan.

"Pemimpin dan wakil pemimpin, mohon maaf sebesar-besarnya tapi.."

"Tapi kenapa? jangan berbicara terputus-putus seperti itu langsung katakan saja siapa orangnya." Ucap pria paruh baya tersebut.

"-Musuh sama sekali tidak memiliki energi sihir."

Mereka semua terdiam dengan mata menatap kosong kedepan, itu benar-benar keputusasaan yang datang dari sebuah kalimat, didalam hati mereka mulai berfikir "apakah hal seperti itu mungkin?"

"Jadi maksudmu, serangan yang sangat dahsyat tadi tidak mengandung energi sihir sama sekali?" Tanya Pemuda tersebut dengan suara lirih.

"Benar sekali wakil pemimpin, itu benar benar hanya energi super panas berdaya ledak besar, dengan beberapa unsur tidak dikenal dan berbagai zat pelepuh dan pembakar, serta beberapa format yang sama sekali tidak dapat dikenali!" Ucap wanita tersebut sambil memperhatikan serangan musuh.

"Gawat! Musuh kembali mengumpulkan energi panas tersebut! tapi.. ini!!"

"Kenapa? apa yang terjadi?"

"Gawat sekali Pemimpin! Energi ini, jumlah yang sangat besar ini! Serangan berikutnya akan sepuluh kali lebih besar dan lebih dahsyat dari sebelumnya! dengan energi sebanyak ini kemungkinan akan mencapai seluruh pasukan di angkasa!" Teriak gadis tersebut karena sangkin panik dan takutnya.

Mendengar apa yang dikatakan wanita tersebut, pria paruh baya itu langsung membuat sebuah lingkaran sihir putih kecil di telapak tangannya, kemudian menutup kedua matanya.

"Seluruh pasukan mundur! Gunakan Sihir Teleportasi atau sihir perpindahan tercepat apapun yang kalian miliki! Jangan sampai Terkena Serangan Musuh, atau kalian akan Mati sia-sia! "

Perintah tersebut langsung terdengar di kepala setiap orang yang berada di medan perang, kalimat yang singkat dan jelas, namun membuat kepanikan terjadi disetiap tempat hingga menimbulkan kekacauan.

Jelas sama sekali tidak ada yang ingin mati sia-sia, lautan pasukan tersebut langsung kacau hanya dalam satu menit setelah perintah diberikan, dan sudah lebih dari Puluhan miliar orang yang mundur, hanya tersisa ratusan juta lagi hingga semuanya terevakuasi, namun.

Sebuah garis merah terbentang hingga ribuan kilometer jauhnya, kemudian dalam sepersekian detik garis merah tersebut meluas dan melahap semua yang berada di jalurnya.

"AWAS!!"

*Sssshhhh..

*Whoomm..

Semuanya lenyap, dalam lima detik tidak ada yang tersisa dalam jarak ribuan kilometer, puluhan planet, ratusan asteroid, bebatuan bahkan ratusan juta pasukan yang belum sempat mundur menghilang tanpa jejak

"Apa-apaan itu... APA APAAN ITU TADI! Aku bahkan tidak merasakan energi sihir dalam serangan tadi, jadi kenapa mereka bisa melenyapkan segalanya dalam satu serangan?!"

"Pemimpin! Ratusan juta pasukan yang belum sempat berpindah telah lenyap keberadaannya, kami sama sekali tidak dapat merasakan energi mereka dimanapun!"

"Pemimpin! banyak prajurit yang mengalami kejang-kejang dan gila setelah serangan barusan! mental pasukan telah hancur! mereka tidak dapat bertarung lagi!"

"Pemimpin! ada pesan dari Dewa Abadi!"

"Pemimpin! ada pesan dari Raja Iblis Tirani!"

"Pemimpin! terjadi keributan di barak pasukan!"

"Pemimpin ada masalah!"

"Pemimpin!"

...----------------...

...—KING OF DEVIL—...

...----------------...

^^^10.000.047 Tahun kemudian...^^^

Disebuah ruangan yang cukup megah, terlihat sesosok berjubah putih, yang sedang duduk disebuah kursi sambil memandangi sebuah proyeksi dari sebuah planet, ia memperhatikan planet tersebut dengan seksama, bahkan tidak satupun tempat yang ia lewatkan.

"Tunggu sebentar, benda itu terlihat mirip, tidak bukan hanya mirip saja itu benar-benar sama persis, meskipun bentuknya lebih jelek, benda itu benar-benar dibuat lagi!" Ucap sosok itu dengan rasa tidak percaya, ia benar-benar memperhatikan sesuatu di planet itu dengan teliti bahkan sampai rinciannya, seperti pernah melihatnya.

"Padahal kami sudah merubah takdir planet ini berkali-kali, kenapa selalu saja, kenapa manusia di planet ini selalu saja membuat benda itu! apakah menghancurkan ratusan Galaksi masih belum cukup untuk mereka hah?" Keluhnya dengan perasaan kesal, ia pun meminum secangkir teh di meja untuk menenangkan pikirannya.

Secara tiba-tiba dari luar ruangan terdengar keributan yang cukup bising, itu terjadi selama beberapa detik sebelum...

*Bamm!!

"Maafkan kelancangan hamba karena sudah menerobos Yang Mulia! ada sebuah keadaan darurat yang harus segera saya laporkan sehingga saya tidak memiliki pilihan lain!"

Seorang pria berjubah putih, dengan wajah yang terlihat tegas penuh wibawa, menerobos masuk kedalam ruangan tersebut.

"Tidak masalah, apa yang ingin kau laporkan Qei?" Balas sosok itu tanpa menghiraukan perbuatan lancang pria bernama Qei tersebut.

Sesaat akan mengatakan laporannya, perhatian Qei teralihkan oleh proyeksi sebuah planet dihadapan sosok tersebut, segera sikap paniknya barusan berubah menjadi keterkejutan, kemudian ia berkata.

"Anda sudah mengetahuinya tentang benda itu?" Laporan Qei berubah menjadi pertanyaan, sosok itu mengerutkan kening selama beberapa saat sebelum akhirnya mengerti tentang alasan Qei tidak mengatakan laporannya.

"Benda itu yah, apa yang kau maksud itu ini?" Tanya sosok itu sambil menunjukkan proyeksi sebuah benda berbentuk seperti burung tanpa sayap, dengan api bertekanan tinggi dibelakangnya kepada Qei.

"Benar, itu dia, apa yang akan anda lakukan Yang Mulia? kalau dibiarkan saja maka bencana sepuluh juta tahun lalu akan terulang lagi!" Ucap Qei dengan ekspresi risau.

"Mana mungkin aku membiarkan mereka melakukannya, Kali ini kita harus mengatasi semuanya, baik itu dari dimensi ini dan juga dimensi lainnya, karena Raja Iblis Tirani sama sekali tidak ada kabar sejak perang ratusan tahun lalu, kita juga tidak boleh mengusik wilayahnya." Tegas sosok itu dengan sorot mata tajam.

"Tentu saja Tuanku, lalu langkah apa yang sebaiknya kita ambil? sebelum datang kemari saya sudah mempersiapkan milyaran pasukan yang akan ikut invasi kali ini, tinggal menunggu perintah dari anda saja." Ujar Qei sambil membungkuk.

"Ya, tunjukkan jalannya!"

"Baik Yang Mulia!"

...—————...

"Wooaahhh ini adalah komik terbaik yang pernah aku baca sejauh ini! Dewa-Dewi, Roh Suci, jutaan negara manusia, bahkan seluruh kehidupan pun tidak berkutik dihadapannya! Aku tidak sabar untuk membaca kelanjutannya!" Ucap seorang Remaja laki-laki dengan semangat, di dalam kamarnya.

"Zova, makan malam sudah siap! cepat pergi ke dapur untuk makan! kalau dingin nanti tidak enak lagi lho." Saut seorang gadis dari balik pintu kamarnya.

"Ya aku akan segera kesana!" Balasnya dengan singkat.

Kemudian dengan cepat ia segera merapikan kamarnya yang cukup berantakan tersebut, beberapa bungkus keripik kentang tergeletak dilantai bersama dua botol cola yang sudah kosong, buku komiknya berserakan di tempat tidur, dan meja belajarnya sangat berantakan.

Hebatnya ia dapat membereskan semua itu hanya dalam lima menit setelah berdiri, kemudian ia segera bergegas menuju meja makan di dapur, dan menemukan sejumlah ayam goreng di atas meja makan, ia sama sekali tidak menghiraukan adiknya yang duduk tepat dihadapannya, dan terus menatapi ayam goreng tersebut.

"Kakak makan deluan saja, aku akan..."

"Selamat Makan! Haaammmppp! Mmmmnnn, Ayam Goreng benar-benar yang terbaik!" Ucapnya memotong perkataan adiknya barusan.

Beberapa menit kemudian ia sudah menghabiskan 3 potong ayam goreng dengan lahap, cara makannya tersebut membuat adiknya menatap aneh kepada dirinya.

"Oh iya kak, Ibu pulangnya kapan? bukankah seharusnya sudah sampai?" Tanya Zova sehabis meneguk segelas air.

"Ya kau benar, seharusnya Ibu sudah..."

*Ding.. Dong...

"Oh itu Ibu, kakak cepat bukakan pintunya!" Ucap Zova beranjak dari kursinya sambil membawa piring makannya untuk dicuci.

"Tanpa kamu bilang aku juga sudah tahu kok, Tunggu Sebentar!" Teriaknya sambil berlari menuju pintu masuk.

*Tap.. Tap.. Tap..

*Cklak...

Pintu terbuka dan terlihatlah seorang wanita berjas putih dengan beberapa tas belanja di tangan kirinya, dan sebuah koper ditangan kanannya.

"Selamat datang, Ibu pasti lelah bukan? sini aku yang bawa semua barangnya masuk," Kemudian ia mengambil semua tas belanjaan dan juga koper itu dari tangan ibunya setelah meminta ijin. "Ayo masuk Ibu, aku sudah menyiapkan makan malam!" Ucapnya dengan senyuman.

"Terima kasih." Balas Ibunya dengan senyuman hangat juga.

Kemudian Ia dan Ibunya masuk kedalam rumah dan bertemu dengan Zova serta adiknya yang sedang menonton televisi. Saat melihat sang ibu, kedua anak itu segera berlari memeluknya untuk melepas rindu, sementara sang kakak terus berjalan menuju kamar ibunya, sambil tersenyum senang ketika melihat tingkah kedua adiknya.

"Belanjaan ibu lebih banyak dari yang kuduga yah, meskipun tidak terlalu berat sih, mungkin akan aku taruh disini," Ia menaruh semua tas belanjaan tersebut di sebelah lemari. "dan yang ini disini." Kemudian koper tersebut ia letakkan di sebelah tempat tidur.

Seusai meletakkan semua bawaan ibunya, ia segera pergi menuju ruang tengah, disana ia melihat kedua adiknya tengah berbincang-bincang dengan Ibunya, dan saat itu...

*JDAAARRR!!!

"Kyaaahh!! A-ap-apa itu, mengangetkan saja," Ia menarik nafas perlahan untuk menenangkan diri. "Kenapa cuacanya buruk seperti ini? bukankah ramalan cuaca kemarin mengatakan kalau hari ini akan cerah?" Keluhnya dengan kesal.

"Kakak Lily, apa yang kau lakukan di depan jendela? cepat kemari, sepertinya MASA Menayangkan berita yang menarik!" Saut adiknya.

"Ya," Kemudian Lily mendekat ke arah mereka bertiga sambil melirik ke arah televisi, "Oh, lanjutan berita yang kemarin, kalau tidak salah, tentang Pesawat Luar angkasa model terbaru."

"Benar, tapi proyeknya harus ditunda karena cuaca buruk." Ucap Ibunya sambil menghela nafas.

"Jadi karena itu Ibu pulang hari ini?" Tanya Zova.

"Ya, proyeknya dilanjutkan minggu depan, jadi Ibu bisa bersantai satu Minggu ini." Balasnya dengan senyum kecil.

"Benarkah? kalau begitu kita bisa pergi ke pantai besok?"

"Sheira, kau harus membiarkan Ibu beristirahat terlebih dahulu, kita bisa pergi lusa bukan?" Balas Zova menatap adiknya.

"Tidak apa Zova, berlibur ke pantai juga bukan ide yang buruk, Ibu bisa bersantai disana nanti."

"Jadi kita bisa ke pantai besok?" Tanya Sheira lagi dengan mata bersinar.

"Tentu saja kita bisa." Balas Ibunya dengan senyuman.

"Yeayy!! Ke pantai!" Teriaknya sambil berlarian diruang tamu.

"Huh, lebih baik aku pergi ke kamar saja." Zova beranjak dari tempat duduknya kemudian pergi menuju kamarnya di lantai dua.

Sesampainya di kamarnya, ia menutup pintu kamar kemudian duduk di kursi meja belajarnya, ia menyalakan komputernya dan membuka situs komik online yang sering ia baca.

"Huh? Belum ada update baru karena cuaca buruk? alasan bodoh macam apa itu? bukankah kau menggambar komik mu di dalam ruangan? apa hubungannya cuaca buruk dengan tidak update?" Keluh Zova saat melihat pemberitahuan di layar monitornya.

*JDAARRR!!

Secara tiba-tiba petir menyambar dengan suara yang sangat keras, itu memang tidak mengagetkan Zova tetapi mengangetkan banyak orang diluar sana. Anehnya petir tersebut tidak menyambar hanya sekali melainkan berkali-kali, hal tersebut membuat beberapa orang sangat ketakutan dan berfikir kiamat akan segera terjadi.

"Apa ini, perasaan aneh yang kurasakan ini, apa ini sebenarnya! aku belum pernah merasakan hal seperti ini, ini sangat aneh!"

"Aku juga merasakannya, aku tidak menyukai perasaan ini, sangat mengganggu!"

"Aku juga..."

"Aku juga..."

Dalam beberapa menit saat petir menyambar, semua orang di seluruh belahan bumi merasakan perasaan aneh, risau, takut, tidak nyaman, gundah dan sedih semuanya bercampur aduk, dada mereka terasa sesak, nafas tidak beraturan serta lutut mereka yang mulai melemah, hingga membuat mereka berlutut.

*Whushh!!!

Langit yang sebelumnya sangat gelap karena cuaca buruk, kini berubah menjadi sangat cerah tanpa ada matahari yang menyinari, hal tersebut dapat dibuktikan karena disetiap belahan bumi sama sekali tidak terlihat adanya matahari maupun bulan.

Meskipun seperti itu, perasaan aneh yang semua orang alami masih belum berakhir, dan hal tersebut mulai membuat mereka semua yakin kalau sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

*Kraakk!!

*Craakk!!

*Ctass!!

Secara mendadak langit yang cerah tersebut retak kemudian pecah begitu saja seperti kaca tanpa ada satupun pecahan yang jatuh mengenai tanah, dari celah tersebut terlihatlah angkasa yang begitu gelap dengan banyaknya bintang yang menghiasi di kejauhan.

Namun yang menarik perhatian mereka bukanlah angkasa tersebut melainkan makhluk misterius yang keluar secara mendadak dari celah tersebut, jumlah mereka ada seratus dengan ukuran yang sangat besar menutupi seluruh langit bumi.

Saat melihat mereka, yang pertama kali dipikirkan oleh manusia di bumi adalah, bahwa mereka sedang melihat "Dewa".

Bukannya panik, semua orang hanya terdiam seribu bahasa, bukan karena takut ataupun bahagia, mereka benar-benar sama sekali tidak dapat bergerak maupun berbicara ataupun menunjukkan ekspresi, hanya pikiran mereka lah yang masih dapat berfungsi dengan baik.

"Dewa! itu benar-benar mereka! terlihat sama dengan yang aku baca di komik! mereka ada disini, di bumi! sungguh luar biasa!"

Seorang Remaja laki-laki berteriak histeris sambil mengutarakan kalimat tersebut didalam kamarnya, saat menatap keluar jendela.

Benar, ia adalah Zova, satu-satunya orang yang dapat menggerakkan tubuhnya dengan bebas di situasi tersebut, karena perhatiannya di alihkan oleh para Dewa, ia sampai tidak menyadari bahwa hanya dirinya sendiri yang dapat bergerak dalam kejadian tersebut.

"Kamilah Dewa, pelayan setia dari ia sang pencipta, saat ini kami berada di planet kecil ini datang dengan tujuan untuk memusnahkan seluruh hal yang telah kalian para manusia capai dengan pengetahuan kalian."

"Suatu saat pengetahuan kalian akan menjadi bencana yang dapat memusnahkan segalanya di Alam Semesta ini, kami sebagai penyeimbang semesta tidak dapat membiarkan hal tersebut terjadi!"

"Dengan begitu, atas perintah Dewa Kehidupan kami akan menghancurkan planet ini, kemudian menciptakannya kembali dengan kalian yaitu jiwa yang sama sebagai belas kasih, semoga di kehidupan selanjutnya, kalian tidak mengulangi hal yang sama."

Kemudian seratus dewa tersebut secara bersama mengangkat kedua tangan mereka ke atas, sambil mengucapkan kalimat aneh yang sama sekali tidak dapat dipahami oleh manusia di Bumi, meskipun tidak memahami kalimatnya, mereka dapat memahami tindakan mereka.

Karena pada saat yang sama, sebuah cahaya aneh seperti Aurora mulai menyelimuti Bumi, satu persatu bangunan mulai lenyap, pohon, awan, hewan, bahkan Manusia pun menghilang seperti tidak pernah ada sebelumnya.

Mereka benar-benar melaksanakan tujuan mereka yaitu menghancurkan bumi, namun secara perlahan dan bukan dengan meledakkannya.

Sementara itu Zova sang remaja laki-laki berumur 15 tahun saat ini sedang dalam keadaan panik, beberapa saat yang lalu ia berfikir kalau para Dewa tersebut datang untuk membawa mukjizat, namun justru sebaliknya mereka malah membawa bencana.

Ia sudah berkeliling ke seluruh penjuru di rumahnya sedari tadi namun tidak menemukan apapun, benar, ia tidak dapat menemukan keluarganya dimanapun ia mencarinya. Keputusasaan mulai memenuhi pikirannya, dan kesedihan mulai menyelimuti hatinya, ia bertanya "kenapa aku mengalami hal seperti ini?" Ia bertanya dengan putus asa "Padahal aku tidak memiliki kesalahan apapun." Ucapnya lirih.

Berkali-kali ia terus berfikir apa yang sudah ia lakukan hingga hal tersebut terjadi kepadanya, hingga sesaat kemudian ketika ia melihat kearah jendela, diluar sana sudah tidak ada apapun kecuali angkasa yang begitu gelap.

Ia sudah pasrah, Zova kemudian menutup matanya dan mulai menyadari kalau hal tersebut terjadi karena ia hanyalah manusia biasa, karena itulah ia tidak dapat berbuat apapun disaat Dewa melakukan apapun yang mereka inginkan.

"Kalau misalnya aku terlahir kembali, semoga saja aku tidak menjadi manusia yang lemah lagi."

...—To Be Continued—...

Kebodohan

"Jadi ini yang namanya kematian ya, semuanya gelap dan aku tidak dapat melihat apapun, aku tidak dapat merasakan tubuhku, mengeluarkan suara pun aku tidak bisa. Selain itu ditempat ini sangat tenang, tidak ada apapun, tidak terdengar apapun, sangat menenangkan yah..."

*Srakk..

"Hm? rasanya aku seperti mendengar suara lembaran kertas yang dibalik, dan kepalaku mendadak terasa sangat sakit, ada apa ini."

*Srakk..

"Lagi-lagi suara kertas yang dibalik? apa ada seseorang yang membaca buku disekitar sini? dan.. sepertinya disini menjadi sedikit terang, dan di hadapanku ada langit-langit? aku.. dimana aku sekarang? bukankah seharusnya para Dewa itu sudah menghancurkan Bumi?"

*Srakk..

"Oh, kau sudah sadar yah, syukurlah, aku pikir kau tidak akan selamat dengan kondisi yang mengenaskan seperti itu."

Secara tiba-tiba terdengar suara seorang pemuda dari sebelah kanan Zova, itu terasa sangat dekat sehingga Zova ingin menolehkan kepalanya ke sebelah kanan tapi, seluruh tubuhnya tidak dapat ia gerakkan, dan semuanya terasa sakit, ia merasa seperti baru saja mengalami kecelakaan lalulintas.

"Yah, aku benar-benar bersyukur, tetapi para Dewa itu benar-benar merepotkan sungguh, secara tiba-tiba mereka mengerahkan Milyaran pasukan untuk menghancurkan Bumi di setiap dimensi, aku sendiri perlu satu hari hanya untuk pergi sejauh itu, dan pengumuman nya baru dibuat beberapa hari setelah mereka berangkat, mengesalkan sekali yah, hanya karena Ayah tidak ada mereka jadi bertindak sesuka hati."

"Eh?...

"Para Roh juga sama sekali tidak menghentikan mereka, para Dewa itu bertindak sesuka hati seakan seluruh Alam semesta ini milik mereka dasar menyebalkan! cuma karena seluruh alam semesta memuja mereka, mereka malah menjadi semakin angkuh! memangnya mereka pikir mereka itu siapa? padahal hanya pelayan sang pencipta saja dasar makhluk sok suci!"

"Eeh?.."

"Oh iya tubuhmu masih dalam masa pemulihan jadi jangan banyak bergerak dulu ok? tetaplah berbaring di tempat tidur itu agar semua lukamu disembuhkan secara perlahan. Karena kau sudah siuman, maka aku akan pergi ke suatu tempat, untuk sementara waktu kau tinggal disini dulu ok? sampai jumpa."

*Cklak...

"Eeeeehhh?..."

...----------------...

Zova benar-benar terdiam seribu bahasa, pemuda barusan berbicara tanpa henti dengan nada yang sama, Zova dibuat sama sekali tidak dapat membalas perkataannya dan hanya dapat mendengar pemuda tersebut mengoceh kan sesuatu yang sama sekali tidak dapat dimengerti olehnya.

"Para Dewa? milyaran pasukan? bumi di setiap dimensi? pengumuman? Orang itu, apa yang baru saja ia katakan? Dia membicarakan para Dewa dengan mudahnya seperti mengenal mereka saja, selain itu pengumuman? apakah Dewa akan membuat pengumuman disetiap tempat jika ingin melakukan sesuatu? Dia berkata Bumi disetiap dimensi, bukankah itu berarti teori dimensi lain itu benar-benar ada? Dan ia bilang aku cukup tidur disini dan semua lukaku akan di sembukan secara perlahan, apakah maksudnya tempat tidur ini mengandung sihir?" Ucapnya tanpa henti, ia benar-benar syok saat ini.

Dan disaat ia sedang syok seperti itu ia berfikir kalau sekarang ini bukan saatnya untuk panik maupun syok, ia harus tetap berfikir dengan tenang dan positif.

Meskipun hanya Remaja Laki-laki berumur 15 tahun, sebenarnya Zova bahkan lebih dapat mengendalikan diri dari kebanyakan orang yang lebih tua darinya. Ia melihat ke sekeliling dan menemukan bahwa dirinya berada didalam sebuah ruangan yang sangat gelap dan hanya diterangi oleh sebuah lentera saja.

Ada sebuah rak buku di pojok kanan ruangan, serta meja dan juga kursi disebelah rak tersebut, disebelah tempat tidur ada sebuah kursi dan juga sebuah buku yang cukup tebal, ia menebak kalau buku tersebut lah yang mengeluarkan suara lembaran kertas yang ia dengar tadi.

"Seperti yang dikatakannya, aku sama sekali tidak dapat bergerak, bahkan mulutku tidak dapat aku gunakan untuk mengeluarkan suara, apa kondisiku memang separah ini? sepertinya aku hanya dapat tidur saja yah, tidak ada pilihan lain, tidur ah." Kemudian ia menutup kedua matanya dan mulai tertidur.

Sementara itu disebuah ruangan yang tidak jauh dari ruangan Zova beristirahat, terdapat banyak orang yang sedang berkumpul dengan wajah kusut, penampilan mereka tidak seperti manusia karena memiliki tanduk, mata mereka juga memiliki garis tajam seperti seekor predator, sayangnya mereka bukan hewan, karena memiliki akal sehat.

"Apa surat ini benar-benar surat dari Raja Kerajaan Monster?" Tanya seorang pria paruh baya, sambil memegang sebuah lembaran kertas.

"Ya, ada cap, dan juga tanda tangan dari Raja Monster langsung, sepertinya ini bukan sebuah tipuan." Jawab seorang wanita disebelahnya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dengan ini? Yang Mulia pasti tidak akan menyukai hal ini jika kita melaporkannya." Tanya seorang Pria disudut ruangan.

"Tidak ada pilihan lain, sebelum semuanya terlambat, meskipun Yang Mulia akan sangat marah nantinya, kita harus tetap melaporkan hal ini, Kekaisaran Iblis sedang dipertaruhkan disini!" Tegas pria paruh baya tersebut dengan sorot mata keseriusan.

"Benar, kalau begitu ayo segera menemui beliau di ruang..."

*Cklak...

Perkataan wanita itu terhenti saat melihat seseorang yang masuk kedalam ruangan. Ia beserta semua orang yang ada diruangan segera berlutut saat seseorang tersebut telah memasuki ruangan.

"Yang Mulia!.." Ucap mereka bersamaan.

"Berdirilah, apa yang sedang terjadi? kenapa kalian semua berkumpul diruangan ini tanpa melapor terlebih dahulu?" Ia bertanya sambil melirik ke sekeliling.

"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia, kami semua berkumpul disini karena sebuah alasan yang sangat aneh, sebelumnya kami berencana untuk melapor tapi, karena anda sudah ada disini saya akan langsung mengatakannya." Ucap Pria paruh baya tersebut.

"Alasan aneh? apa itu?"

"Raja Kerajaan Monster, Reigis Veirn The Nightmare Golem, baru saja mengirimkan seorang utusan untuk memberikan surat ini kepada anda, dan juga.."

"Dan juga?"

"Dan juga, utusannya datang ke Gerbang Ibukota dengan tubuh yang sangat kurus, daya hidup nya seperti telah diserap oleh sesuatu, setelah ia menyerahkan suratnya tadi, utusan tersebut langsung bunuh diri ditempat dengan memenggal kepalanya sendiri, kami tidak sempat menghentikannya." Ucapnya dengan berat hati, sambil menyerahkan surat ditangannya.

Yang Mulia mengambil surat tersebut, kemudian membacanya dengan teliti, semakin kebawah ia membacanya, semakin buruk pula ekspresi wajahnya.

"Menyatakan perang? Kerajaan monster terhadap Kekaisaran Iblis? sungguh sebuah Kebodohan, apa yang sebenarnya mereka pikirkan, dari segi kekuatan tempur saja, sudah jelas mereka akan kalah telak..." Kalimatnya terhenti saat mengingat sesuatu.

Ia mengeratkan pegangannya sambil mengerutkan kening kemudian berkata. "Begitu ya, karena setengah pasukan kita, dan juga seluruh komandan, kesatria serta Petapa Agung pergi untuk menaklukkan Ras Naga yang mengamuk, kemungkinan mereka menang menjadi sangat tinggi, yang berarti mereka sudah menunggu saat-saat seperti ini yah, Sialan!"

"Yang Mulia tenangkan diri anda!" Semua orang mulai panik.

"Aku sudah sangat tenang disini! sepertinya mereka terlalu meremehkan kekuatan tempur pasukan kita, entah mereka kekurangan informasi atau memang bodoh, sepertinya mereka tidak mengetahui kalau Misi para Komandan telah selesai kemarin sore, siang ini mereka akan sampai di Kekaisaran, dan waktunya sangat pas saat Kerajaan Monster menyerang." ia merobek-robek surat tersebut menjadi pecahan yang sangat kecil kemudian menginjaknya.

"Tapi Yang Mulia, bukankah mereka baru saja akan kembali? tidak baik bila mereka langsung bertempur saat mereka baru saja.."

"Tidak apa! Lagi pula mereka pasti merasa bosan saat di sarang Naga, jadi langsung bertempur saat baru kembali bukannya membuat mereka semakin lelah, mereka justru akan merasa sangat senang!" Yang Mulia tertawa kecil.

Saat ia sedang berbicara seperti itu, perhatiannya teralihkan oleh sesuatu dari luar jendela, jaraknya sangat jauh sekitar belasan kilometer diatas langit.

"Grifrean? hey hey, sepertinya kita sudah diremehkan sampai ketingkat paling rendah, padahal mereka punya ratusan Griffin di kerajaan mereka, kenapa malah menggunakan Monster burung lemah seperti Grifrean?" Ujarnya dengan nada kesal.

"Grifrean? mohon maaf tapi, apa yang sedang anda bicarakan?" Tanya wanita tersebut keheranan.

"Sekitar dua belas kilometer di timur laut, terlihat ribuan Grifrean yang sedang terbang kearah Kekaisaran Iblis dengan kecepatan tinggi, sepertinya mereka adalah pasukan Kerajaan Monster, dari kecepatannya mereka akan sampai disini siang nanti." Seorang Pria berjubah dengan lambang Perisai tengkorak menjawab pertanyaan wanita tersebut, seperti nya ia juga dapat melihat dari jarak sejauh itu.

"Reyas, segera pergi ke gudang persenjataan, aktifkan setengah kristal pelindung yang kita miliki! Houi, segera pergi ke barak pasukan, perintahkan seluruh prajurit yang tersisa serta para petualang yang bersedia membantu, untuk segera mempersiapkan diri ke Medan pertempuran, jika mereka sudah siap langsung bawa ke Gerbang Ibukota! kalian semua yang berada disini juga harus ikut membantu pasukan!" Ujar Yang Mulia memberi perintah.

"Siap Yang Mulia!" Ucap mereka berdua bersamaan kemudian pergi untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

"Bagaimana dengan anda yang mulia?" Tanya pria paruh baya tersebut.

"Aku akan berada disini untuk mengawasi dan juga memulihkan energi sihir ku, kalau masih sempat, aku juga akan mengaktifkan pelindung abadi, karena itu jangan buang-buang waktu cepat pergi!" Tegasnya.

"Baik Yang Mulia!" Mereka pun pergi.

"Huh, aku memang bilang akan mengaktifkan pelindung abadi tapi, apa benar-benar akan sempat?" Ia bertanya pada dirinya sendiri dengan penuh keraguan.

...-----------...

Sementara itu dua belas kilometer di timur laut, ratusan ribu monster kecil hingga raksasa sedang mengarah ke arah kekaisaran Iblis, mereka memakai zirah full plate, dengan persenjataan lengkap.

Di barisan terdepan terlihat seekor Lizardman yang menaiki seekor buaya raksasa, dari penampilannya dapat ditebak bahwa ia adalah pemimpin pasukan tersebut, tubuhnya diselimuti api merah membara, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pengendali api yang hebat.

"Komandan!" Seekor GiantGoblin menyaut dari kejauhan, ia berlari menuju barisan terdepan hingga menghasilkan getaran kecil yang cukup mengganggu prajurit disekitar.

"Ada apa?" Lizardman tersebut menjawab tanpa melirik kebelakang.

"Tim pengintai baru saja memberi laporan kalau Kekaisaran Iblis baru saja menutup gerbang masuk kedalam Ibukota, selain itu puluhan ribu iblis berpakaian tempur sedang bersiaga dibalik pintu gerbang." Lapor Giant Goblin tersebut.

"Begitu, jadi mereka sudah menerima surat tersebut yah, karena utusannya bunuh diri, pasti terjadi keributan disana." Ia tertawa sambil membayangkan kejadian yang sedang terjadi di Kekaisaran Iblis.

"Ya, memang sedang terjadi kepanikan di ibukota, dan menurut laporan pengintai juga, Kekaisaran Iblis sedang mempersiapkan kristal pelindung dengan jumlah banyak, serta pelindung abadi yang akan di buat oleh Raja Iblis Elgard secara langsung." Giant Golem tersebut melanjutkan laporannya.

"Apa kirstal pelindung prioritas mereka?" Tanya Lizardman itu.

"Itu.. Kristal pelindung tingkat menengah dan tingkat tinggi."

"Haha... begitu. Semoga saja mereka memberikan sambutan yang menarik"

...—To be continued—...

Terlambat

"Lapor Yang Mulia, sepuluh kristal pelindung tingkat renda, lima belas kristal pelindung tingkat menengah, serta delapan belas kristal pelindung tingkat tinggi telah aktif di seluruh penjuruh Ibukota sampai Istana!" Lapor Reyas sambil berlutut di belakang Raja Iblis Elgard

"Begitu, sisanya tinggal pelindung abadi yah, tapi Energi sihirku masih belum pulih sepuluh persen, yah karena mereka tiba di kekaisaran Iblis siang ini, mungkin aku harus menunggu Rudolf saja? atau aku buat sendiri?" Gumamnya sambil melihat lautan pasukan monster yang sedang menuju kearahnya dari kejauhan.

"Bukankah lebih baik jika menunggu Tuan Rudolf Yang Mulia? jika anda memaksakan diri dengan kondisi yang seperti ini.." Ujar Reyas dengan rasa khawatir.

"Hm? sejak kapan kau mulai meremehkan ku Reyas? tidak seperti dirimu saja." Ucap Elgard sambil tersenyum melirik sedikit kearah Reyas.

"Bukannya saya meremehkan anda tapi.."

"Aku Tahu, justru karena itulah aku harus membuatnya dengan energi sihirku sendiri, dari pada berdiam disini, lebih baik kau segera pergi ke Gerbang masuk Ibukota, pasukan Grifrean itu akan lebih dahulu sampai dari pada Pasukan darat mereka, kalau bisa kurangi jumlah musuh terlebih dahulu agar pasukan kita dapat lebih mudah dalam menangani musuh nantinya." Ucap Elgard memberi perintah kepada Reyas.

"Baik Yang Mulia akan segera saya laksanakan!" Kemudian Reyas memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan pergi menuju Gerbang Ibukota seperti yang diperintahkan.

"[Yang Mulia!]" Seseorang bertelepati dengan Elgard.

"[Rudolf ya, ada apa kau menghubungi ku seperti ini?]" Tanya Elgard.

"[Saya mendengar kabar kalau Kerajaan Monster akan menyerang, apakah Kekaisaran akan baik-baik saja tanpa kami Yang Mulia?]" Tanya Rudolf.

"[Tentu saja tidak baik-baik saja! kalian berlima membawa semua pasukan elite hanya untuk pergi ke sarang Naga, bukankah kalian berlima saja sudah cukup hah? kekaisaran kekurangan prajurit disini!]" Balas Elgard dengan kesal.

"[Eh? bukankah Anda sendiri saja sudah cukup untuk mengatasi para cecungguk itu?]" Tanya Rudolf keheranan.

"[Aku baru saja kembali dari galaksi lain! energi sihirku telah habis terkuras dan tidak dapat bertarung! jika kau punya waktu untuk berbicara santai seperti ini, cepat segera kembali ke Kekaisaran! biarkan Petapa Agung dan Kesatria yang menjaga pasukan tetap aman di perjalanan!]" Bentak Elgard dengan marah.

"[Jangan marah seperti itu Yang Mulia, begini-begini kami berlima sedang terbang dengan kecepatan tinggi lho, sejak mendengar berita itu kemarin kami langsung bergegas pulang jadi jangan marah ok? Kami akan tiba beberapa menit lagi mohon bersabar!]" Balas Rudolf.

"[Kalau Begitu cep..]"

"....."

Elgard terdiam, ia baru saja ingin mengatakan "cepatlah kembali" tapi, Rudolf terlebih dahulu memutuskan Telepatinya.

"Dasar anak itu, padahal Ayahmu sangat bermartabat, sopan dan murah hati tapi, kenapa kau sebagai anaknya menjadi sampah huh? pulang nanti akan aku beri pelajaran kepadamu, kalau bisa aku akan melaporkanmu pada ayahmu tapi, tanpa seizin Ayah, mana bisa aku memberi perintah kepada Ayahmu, jadi lupakan saja." Keluh Elgard panjang lebar.

"Tapi yah, meski sikapmu seperti sampah, kau tetaplah seorang jenius dalam sihir perlindungan, cepatlah kembali dasar pelindung kekaisaran bodoh."

...——————...

"Tembok Ibu kota sudah terlihat Komandan!" Teriak seorang prajurit dari kejauhan.

"Aku bisa melihatnya sendiri dasar bodoh! apa kau pikir aku ini buta sehingga tidak dapat melihat ya hah? kubunuh kau kalau melakukan hal itu lagi!" Bentak Lizardman tersebut

"Ma-maafkan saya Komandan!" kemudian Ia menjauh dari sana.

"Huh dasar prajurit rendahan, berani-beraninya dia, kalau bukan karena kita sedang berperang, kau pasti sudah mati sedari tadi! untungnya suasana hatiku sedang baik jadi aku tidak terlalu mempermasalahkannya!" Ucapnya sambil melipat tangan.

"Komandan blak-blakan seperti biasanya yah." Ucap Giant Goblin tersebut dalam hati.

"Yang Mulia Reigis memang hebat, bisa-bisanya beliau tahu kalau Raja Iblis Elgard sedang kehabisan energi sihir dan tidak dapat bertarung, dengan begini kemenangan kita sudah terjamin! Aku Komandan pertama Kerajaan Monster memang tidak hebat dalam pertempuran secara langsung tapi, jika masalah menghancurkan sebuah kerajaan, aku hanya perlu beberapa serangan, itu sangat mudah!" Ucapnya memuji diri sendiri.

"Yang Mulia juga memberikanku banyak persediaan tombak hari ini, jadi aku bisa melempar api sesuka hati, huahahahaha!! rasakan itu Raja Iblis Elgard, akhirnya aku bisa membalaskan dendam kedua orang tuaku disini, di kerajaanmu sendiri, aku akan membunuhmu dan menjadi legenda!" Lanjutnya sekali lagi dengan percaya diri.

"Komandan, seharusnya kau mengatakan itu setelah bertatapan langsung dengan Raja Iblis, kalau d mengatakan itu disini sama sekali tidak ada artinya." Ujar Giant Goblin tersebut dalam hati.

"Komandan!" Perajurit yang tadi kembali berteriak dari kejauhan.

"Ada apa?" Tanya Lizardman tersebut, namun saat melihat monster yang memanggilnya membuat ia menjadi kesal.

"Pasukan Grifrean yang tiba lebih dulu telah bentrok dengan Pendekar Pedang Iblis Reyas! jumlah pasukan mulai berkurang dengan cepat!" Teriaknya sekuat tenaga dengan panik.

"Ck.. berapa kali harus ku katakan jangan meneriakkan laporan tidak berguna! Pasukan Grifrean memang tiba lebih dahulu untuk menguras tenaga si Resay itu!"

"Komandan, namanya Reyas, bukan Resay."

"Kemari kau biar kubunuh!" Bentaknya.

"Kenapa komandan! padahal aku tidak salah apapun!" Teriaknya dengan wajah seakan tidak bersalah.

...——————...

"Sepertinya Tuan Reyas sedang kerepotan, apa kita tidak akan membantunya?" Tanya seorang prajurit Iblis.

"Jangan bodoh, memangnya serangan lemah kita bisa sampai ke Grifrean itu hah? jangan berfikir untuk melempar pedangmu karena kita sama sekali tidak membawa cadangan, jarak Gerbang Ibukota dengan barak pasukan cukup jauh, jadi kita tidak punya waktu untuk mengambil yang baru!" Jawab seorang prajurit disebelahnya.

"Yah tapi.. para petualang itu melempar semua pedang yang mereka miliki." Ucapnya sambil menunjuk beberapa petualang yang sedang melempar beberapa pedang yang mereka miliki kepada Grifrean di atas langit.

"Yah, kita dan mereka berbeda, jangan disamakan."

"Y-ya.."

"Tuan Reyas! pasukan utama musuh sudah terlihat! mereka akan tiba disini dalam beberapa menit!" Teriak seorang penjaga kota, yang sedang memakai teropong di kedua matanya.

"Dalam beberapa menit katamu? kalau begitu aku harus menyelesaikan ini secepatnya! "

Ia menebaskan pedangnya kearah atas dengan ketepatan dan tenaga yang besar serta akurat, sehingga menghasilkan siluet tebasan bulan sabit yang mengarah langsung pada kerumunan Grifrean.

*Slashh!!

Siluet tersebut mengenai puluhan Grifrean secara berurutan, dan membunuh mereka dalam satu garis lurus, semua orang yang melihat itu terkagum-kagum, dan beberapa merasa telah mendapat pencerahan.

Namun ternyata aksinya tidak hanya berakhir dalam satu tebasan, Reyas terus mengayunkan pedangnya dengan sangat cepat, hingga menghasilkan tebasan beruntun, yang menghasilkan puluhan siluet bulan sabit, yang membunuh ratusan Grifrean dengan sangat cepat.

"Tangan kanan Raja Iblis memang hebat." Ucap seluruh prajurit secara bersamaan.

"Kalian semua! jangan cuma menonton saja dan bantu aku! semua sampah ini harus kita basmi sebelum pasukan utama mereka sampai!" Teriak Reyas pada para petualang yang hanya diam dibawah sana tanpa membantunya.

"Ba-baik!" Ucap mereka kemudian ikut menyerang para Grifrean.

Namun disaat mereka sedang menyerang para Grifrean dengan sekuat tenaga, sebuah suara desingan dari atas langit menarik perhatian semua orang.

Langit yang sebelumnya ditutupi oleh awan putih kini terlihat memerah dan semakin merah, saat itu menjadi sedikit oranye, semua orang mulai menyadari apa yang sedang melesat dari atas langit.

*Whush!!

Awan putih itu ditembus oleh puluhan tombak api merah yang sangat panas, tombak tersebut mengarah langsung ke pelindung yang melindungi Istana kekaisaran Iblis.

*Bamm!!!

*Tsskk!!

Puluhan tombak tersebut menabrak pelindung hingga menghasilkan getaran yang cukup kuat pada pelindung, serta membuat suara gesekan yang sangat bising.

Beberapa saat setelah tabrakan terjadi, puluhan tombak api itu mulai semakin panas kemudian meledak secara bersamaan, hingga menghasilkan retakan pada pelindung, semua orang baik itu pasukan iblis maupun penduduk Kekaisaran yang melihat kejadian itu sangat terkejut, karena hanya dengan serangan tombak api mampu membuat pelindung kekaisaran Iblis retak, yang dapat melakukan hal tersebut sangat jarang ada di Delsgade, dan salah satunya adalah Komandan Pertama Kerajaan Monster.

Kini semua orang tau siapa yang memimpin penyerangan terhadap Kekaisaran, ia adalah seekor Lizardman yang dikenal sebagai penghancur, karena hanya dengan tombak apinya, ia sudah beberapa kali menghancurkan kota besar maupun kerajaan.

"Jadi dia yah, pantas saja ia tetap berdiri disana bersama pasukannya dan tidak mendekat." Ucap Reyas setelah membunuh Grifrean terakhir, ia kemudian melirik kearah pasukan utama kerajaan monster, yang sama sekali tidak mendekat kearah gerbang masuk ibukota, dalam jarak lima ratus meter.

Sekali lagi suara desingan terdengar diatas langit, karena awan sudah menghilang, kini semua orang dapat melihat bahwa tombak api yang datang berikutnya lebih besar dan lebih kuat dari yang sebelumnya.

*Bamm!!!

*Ctass!!!

Pelindung tingkat rendah tersebut hancur, kemudian menabrak pelindung lapisan kedua, atau tingkat menengah, hebatnya tidak seperti sebelumnya, tombak api tersebut dapat menghasilkan retakan bahkan sebelum ia meledak dan membuat retakannya jauh lebih besar.

"Tuan Reyas, bagaimana ini? kalau kita biarkan saja maka semua pelindung akan di hancurkan!" Ujar seorang prajurit disebelahnya.

"Kemana perginya para Assassin?"

"Kami disini Tuan Reyas!" Ujar seorang pemuda ya g secara mendadak muncul sambil berlutut dihadapan Reyas.

"Aku akan memberikan kalian sebuah tugas yang cukup sulit, segera bergerak menuju bagian belakang lawan, dan bunuh mereka secara perlahan satu-persatu tanpa menghasilkan suara! jangan sampai ketahuan dan segera kembali jika ketahuan!" Ucapnya.

"Baik!" Kemudian mereka menghilang, atau lebih tepatnya berlari dengan kecepatan tinggi hingga tidak terlihat menuju barisan terbelakang musuh.

Sementara itu di sisi Kerajaan Monster....

"Setengah kekuatanku masih belum cukup yah, kalau begitu akan aku keluarkan 70% dari kekuatanku yang sesungguhnya!" Ucap Lizardman tersebut mengambil empat buah tombak dari dalam penyimpanan dimensinya.

Ia menyatukan empat tombak tersebut dengan sihir, kemudian mengalirkan energi sihirnya pada tombak, hingga membuat tombak tersebut diselimuti oleh api biru yang sangat panas.

"Hancurlah dasar pelindung tingkat menengah dan tinggi sialan!" Ia berteriak.

*Whushh!!

Ia melempar tombak tersebut menuju pelindung Istana Kekaisaran seperti sebelumnya, tombak tersebut terlihat lebih cepat dan lebih kuat dari yang sebelumnya hingga membuat seluruh penduduk menjadi ketakutan.

*BAMM!!!

*Ctass!!

*Duarr!!!

Pelindung tingkat menengah tersebut hancur seketika saat tombak api biru menembusnya, kemudian pelindung tingkat tinggi tersebut langsung retak saat tombak itu meledak.

*Ctass!!

Namun sesuatu yang tidak terduga terjadi, pelindung tingkat tinggi tersebut juga ikut hancur menjadi berkeping-keping, hingga memberi keputusasaan kepada seluruh penduduk.

"Haha, rasakan itu! sepertinya Raja Iblis masih belum bisa membuat pelindung abadi, maka ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk menggunakan itu!" Ucapnya dengan penuh semangat.

Kemudian ia mengambil empat tombak lagi dari penyimpanan dimensinya, kemudian mengalirkan seluruh energi sihirnya untuk menyelimuti tombak tersebut, hingga membuatnya diselimuti oleh Api hijau yang bahkan lebih panas dari Api biru sebelumnya.

Para pasukan monster serta Giant Goblin yang berada dibelakangnya pun segera menjauh agar zirah mereka tidak meleleh.

"Baiklah, silahkan nikmati serangan Pamungkas ku wahai Raja Iblis Elgard! Menyesal lah karena sudah terlahir ke dunia ini!"

*Whushh!!

Kini tombak tersebut melesat lima kali lebih cepat dari sebelumnya, tidak seorangpun disana yang dapat melihat lokasi tembak tersebut berada sekarang.

Namun karena semakin lama udaranya menjadi semakin panas, semua orang langsung melihat ke atas dan menemukan sebuah tombak raksasa yang diselimuti api hijau sedang mendekati Istana kekaisaran.

"Gawat, Yang Mulia masih belum membuat pelindung abadi! apakah aku masih sempat untuk menyelamatkan beliau!" Ucapnya sambil melesat dengan kecepatan tinggi menuju Istana.

"Ak-aku tidak sempat!"

Sesaat sebelum tombak api tersebut akan menghancurkan istana kekaisaran, sebuah pelindung berwarna hijau cerah langsung menghalanginya secara tiba-tiba, hingga membuat suasana menjadi sangat tegang.

*DUAARR!!!

Tombak api tersebut meledak dengan sangat kuat, seluruh tempat bergetar dan kepanikan terjadi dimana-mana, namun meskipun seperti itu perhatian semua orang tertuju pada satu tempat, yaitu Istana.

Entah mengapa asap yang menyelimuti istana saat terjadi ledakan secara mendadak menghilang dihembuskan oleh angin, dan menampakkan Istana kekaisaran yang masih utuh dengan pelindung berwarna hijau tersebut.

Semua penduduk Kekaisaran Iblis bersorak bahagia ketika melihat hal tersebut, karena satu-satunya yang dapat membuat pelindung sekuat itu adalah perisai kekaisaran Iblis, Rudolf!

Elgard sendiri sempat merasa kalau ia akan terluka cukup parah saat tombak tersebut akan menabrak istana, namun siapa yang menyangka kalau bala bantuan telah sampai.

"[Yang Mulia, apa anda baik-baik saja?]" Tanya Rudolf lewat telepati.

"[Tentu saja tidak dasar bodoh, waktu kedatangan mu sangat terlambat dasar perisai tidak berguna.]" Keluh Elgard sambil menatap seorang pemuda berjubah hijau dengan lambang kekaisaran Iblis sedang melayang diatas istana.

"[Kalian semua, hancurkan musuh dan jangan biarkan satupun yang kembali hidup-hidup ke Kerajaan Monster!]" Perintah Elgard kepada Lima orang tersebut.

"Siap laksanakan Yang Mulia!" Teriak mereka bersamaan kemudian melesat dengan cepat menuju pasukan musuh yang berjarak 200 meter dari gerbang masuk ibukota.

"Dasar para penghianat kekaisaran, merasa terhormatlah karena kami berlima yang akan melenyapkan kalian dari dunia ini!" Teriak Rudolf.

Rudolf mengalirkan energi sihirnya menuju kedua telapak tangannya, kemudian ia membentangkan tangannya sambil mengunci sebuah area yang cukup besar.

""

*Whushh!!

*BAMM!!!

Secara mendadak Rudolf menurunkan tangannya kebawah bersamaan dengan munculnya sebuah perisai transparan dari atas langit yang jatuh dengan kecepatan tinggi, kemudian menabrak tanah dan menindih para prajurit kerajaan monster sampai hancur, ukuran perisai tersebut sekitar 25meter×30meter, dan semua monster dibawahnya telah menjadi genangan darah.

Sementara itu disisi lain, salah seorang yang datang bersama Rudolf, seseorang yang membawa sebuah Long Sword dipunggung nya.

Langsung menebas ribuan musuh diatas tanah, dengan pergerakan yang tidak dapat diikuti oleh mata, satu persatu para prajurit tersebut tumbang hingga membuat komandan musuh menjadi sangat ketakutan. Hal inilah yang paling tidak ia inginkan, dalam pikirannya sudah terbesit niatan untuk kabur, namun tubuhnya sama sekali tidak dapat bergerak.

Saat ia melihat sesuatu semacam tali transparan yang sedang melilit tubuhnya, pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis yang sedang melayang diatas langit, gadis tersebut juga datang bersama Rudolf. Saat Lizardman itu melihatnya tersenyum, seketika itu juga niatannya untuk kabur telah lenyap karena gadis tersebut adalah Penyihir Agung kekaisaran Iblis, sekali tertangkap oleh sihirnya, maka habis sudah, tidak ada lagi yang namanya melarikan diri.

"Hei, kemah perawatan ada dimana?" Tanya seorang gadis pada salah seorang prajurit.

"Kalau kemah perawatan ada disana, dari sini tinggal pergi ke toko antik itu, kemudian lurus sampai ke sebuah aula besar, semua yang terluka dibawa kesana." Jawab prajurit tersebut.

"Terima kasih." Ucap gadis itu kemudian pergi.

"Hei, apa kau tau siapa yang mengajakmu bicara tadi?" Tanya seorang petualang pada prajurit itu.

"Hm? memangnya gadis itu siapa? apakah dia anak pejabat atau semacamnya? pakaian yang ia kenakan cukup bagus sih." Jawab prajurit itu.

"Dasar bodoh, dia itu Saint Feira, seorang yang sangat penting di Kekaisaran Iblis setelah tuan Rudolf! apa kau belum pernah melihatnya?" Tanya petualang tersebut keheranan.

"Benarkah? aku memang pernah dengar tapi, gadis semuda itu seorang Saint?" Ujar prajurit tersebut dengan tidak percaya.

"Heh, padahal semua orang berebut hanya untuk mengajaknya berbicara, dan kau malah sesantai itu setelah disapa langsung oleh Saint Feira, sepertinya kau akan memancing banyak musuh." Ucap petualang tersebut sambil menunjuk kerumunan orang dengan ekspresi kesal dan marah pada prajurit itu.

"Sial.."

*DUARR!!!

*BAMM!!!

*SLASHH!!

Bukan hanya keempat orang itu saja yang sedang berusaha, seperti yang dikatakan diawal mereka ada berlima, seorang lagi adalah seorang pemanah legendaris, yang sedang memanah ratusan anak panah menuju ribuan musuh sekaligus dari atas menara paling tinggi di Kekaisaran Iblis.

Setiap anak panahnya diselimuti oleh energi sihir nya yang mengandung racun tingkat tinggi, pada setiap anak panah dilepaskan, maka itu akan berpecah menjadi puluhan dan dapat mengenai banyak musuh sekaligus.

"Rasakan itu dasar cecungguk!" Ucapnya sambil tersenyum licik.

Pertempuran itu terjadi selama beberapa menit hingga semua musuh berhasil dikalahkan, serta komandan musuh berhasil di tangkap. Seluruh penduduk Kekaisaran bersorak atas kemenangan ini, beruntungnya tidak banyak korban saat kejadian, sehingga kerugian yang dialami tidak terlalu banyak

"Yang Mulia! bagaimana kabar anda?!" Ujar Rudolf yang sedang melayang dihadapan jendela yang berseberangan dengan Elgard.

"Aku tidak bisa mendengar mu dari sini dasar bodoh!"

...—To Be Continued —...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!