Raka berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor kampus, ia baru saja mendapat telepon dari kepolisisan yang mengabarkan bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelakaan.
Jantungnya berdetak dua kali lipat, pikirannya terus tertuju pada kedua orang tuanya "Ayah, Bunda kalian baik-baik saja kan? Jangan tinggalin Raka" Batin raka
Brak.....
Karena tidak terlalu memperhatikan jalan Raka tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuat buku yang ia bawa jatuh berantakan.
" Maaf saya tidak sengaja" Ucapnya sambil berjongkok memungut buku-bukunya
Bugh....
Satu buah buku mendarat tepat di wajah nya
" Heh... kutu buku loe buta ya!" teriak seorang pria yang tadi di tabrak oleh Raka.
Raka mendongak dengan wajah pucat mendengar suara yang sangat ia takuti.
" Mati aku! kenapa harus ketemu sama Reon pas lagi kaya gini" Raka mengumpat dalam hati.
" Maaf Reon aku gak sengaja" Ucap Raka menundukan kepalanya di hadapan Reon dan teman-temannya
Reon adalah pemimpin genk di kampus itu, kumpulan para anak pengusaha kaya, yang sombong dan suka mem buly mahasiswa yang kuliah dengan jalur beasiswa seperti Raka.
Raka juga sudah beberapa kali mendapat Buly an dari kelompok Rion, mulai dari di suruh mengerjakan tugas mereka, sampai terkadang di hajar sampai babak belur bila ia tidak mau melakukan apa yang di perintahkan.
" Maaf...maaf...!! Loe kira semua ini bisa selesai cuma pake maaf hah..!?" sarkas Rion menarik kerah baju Raka.
" Ma.. maaf, ta...tadi sa...saya bu..buru-buru" gagap Raka mendekap erat bukunya.
Bugh...
Satu pukulan Rion berikan tepat pada perut Raka sampai terhuyung beberapa langkah ke belakang.
Melihat ada celah untuknya kabur Raka langsung lari meninggalkan Rion dan teman-temannya.
"Heh kutu buku, mau kemana loe?!" teriak Reon melihat Raka yang berlari.
" Sial, awas kalo ketemu, gue abisin tuh kutu buku" umpat Reon lagi
" Udah lah, buat apa sih loe ngurusin kutu buku kaya dia? Mending kita ke kantin yuk" Kenzi salah satu teman Reon menepuk pundak Reon.
***
Sampai di Rumah sakit, Raka langsung berlari menuju ruang UGD di mana Orang tuanya di tangani.
Dari ujung lorong ia bisa melihat Bang Joni dan beberapa orang yang sedang duduk di salah satu kursi di depan ruang UGD, dan ada dua orang berpakain polisi yang berdiri di sisi pintu ruang UGD.
" Bang gimana keadaan Ayah sama Bunda?" dengan nafas yang masih ter engah-engah karna berlari, ia langsung bertanya pada Bang Joni dengan panik.
Joni adalah orang yang suka membantu Ayah dan Bundanya di toko.
Raka mematung, ia masih mencerna perkataan yang di katakan Bang Joni barusan.
Otaknya yang biasanya pintar dan mudah menagkap materi dan pelajaran, mendadak menjadi bodoh, tak dapat berpikir sama sekali.
" Kak, Raka" sebuah tepukan di bahunya menyadarkannya.
Ia menatap kosong pada Bang Joni yang berdiri di hadapannya.
" Sabar Ka, loe harus kuat" Bang Joni mencoba menenangkan hati Raka.
" Bang" hanya itu kata yang mampu keluar dari mulutnya.
Satu bulir air matanya menetes tak sanggup menerima kenyataan yang saat ini harus di hadapinya.
" Gak mungkin Bang, Ayah sama Bunda gak mungkin ninggalin gue bang" Rancau Raka di pelukan Bang Joni
" Bilang kalau Abang bercanda! Ayah sama Bunda gak mungkin ninggalin gue sendiri Bang" Raka meraung, menagis di dalam pelukan Joni.
" Sabar Ka, loe harus kuat, mending sekarang kita urus jenazah Bang Tama sama Mbak Laras" Lerai Joni.
****
Di rumah sederhana di pemukiman padat penduduk, Raka duduk di depan rumah, ia baru saja sampai dari pemakaman kedua orang tuanya.
Tatapannya masih kosong, ia masih belum bisa menerima kepergian kedua orang tuanya yang sangat mendadak.
Ingatannya kembali pada tadi pagi saat ia dan kedua orang tuanya sarapan bersama, sebelum ia pergi ke kampus dan kedua orang tuanya pergi untuk menghadiri acara di kota sebelah.
" Raka, jaga diri baik-baik ya, jangan menyerah untuk mengejar impian mu, Ayah sama Bunda akan selalu mendukung Raka" Ucap bunda saat mereka sarapan bersama.
" Apaan sih Bun, kaya' mau ninggalin Raka lama aja" Raka tidak terlalu menaggapi ucapan Bundanya.
" Gak apa-apa Bunda cuma lagi mau ngomong gitu aja" Lembut Bunda sambil mengelus rambut Raka.
Raka merasakan ada yang aneh dengan sikap Bunda nya, tapi ia tidak mau ber prasangka buruk.
" Iya Raka belajar lah jadi lelaki yang kuat, karena hidup ini keras nak, kamu harus belajar melindungi diri kamu sendiri" Ayah ikut menimpali omongan Bundanya.
" Iya Yah, nanti Raka akan mulai belajar bela diri sama Dito" Jawab Raka
Satu tetes Air mata kembali jatuh dari matanya yang sudah memerah saat mengingat percakapan terakhirnya bersama kedua orang tuanya.
Buru-buru Raka menghapusnya, ia tak mau terlihat lemah di hadapan para pelayat yang masih berdatangan.
Kalau saja ia tau pagi ini pagi terakhirnya bersama dengan kedua orang tuanya, ia tidak akan mau meninggalkan mereka ke kampus.
Raka akan lebih memilih ikut Ayah dan Bunda nya ke kota sebelah.
" Loe harus kuat Ka, Ayah sama Bunda pasti gak mau liat loe kaya' gini" Ucap Dito menepuk pundak Raka.
Raka menganggukan kepalanya " Iya, makasih ya To" ucap Raka lirih
Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah rumah Raka, setelah sebelumnya membereskan kursi bekas para pelayat duduk.
" Loe gak sendiri Ka, masih ada gue sama Bang Joni yang selalu ada buat loe"
" Iya Ka, mulai sekarang Abang akan menginap di sini, biar loe gak ngerasa sendirian" Bang Joni ikut menimpali omongan Dito.
" Iya Bang, Makasih ya Bang, To" Walaupun masih ada kekosongan di hatinya, tapi setidaknya ia masih ada Bang Joni dan Dito yang menguatkannya.
Setelah seminggu ini Raka hanya menenangkan diri di rumah dan mengurus acara tahlilan untuk kedua orang tuanya.
Hari ini ia memutuskan untuk kembali kuliah.
Pagi ini ia sudah berada di perjalanan menuju kampus bersama dengan Dito, menggunakan sepeda motor milik Dito.
Pagi tadi Dito meyakinkannya kembali, untuk kembali ber kuliah, karna melihat wajah Raka yang masih kusut, walaupun sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya, tapi tetap saja masih ada kesedihan yang nampak jelas dari raut wajahnya.
" Ka, Loe yakin mau ngampus?" tanya Dito untuk yang ke sekian kalinya.
" Iya, gue udah gak papa kok, loe tenang aja" jawab Raka menepuk pundak Dito, ia tau Dito saat ini sedang meng khawatirkannya.
" Lagian pak Handoko udah nelponin gue mulu, katanya ada yang mau dia omongin" Tambahnya lagi.
" Tau deh gue yang kesayangannya pak Handoko" Dito mencibir Raka
" Palingan mau ngomongin olimpiade Gemastik" Tebak Dito
" Udah gak usah nebak-nebak gak jelas, mending buruan berangkat nanti gue mau mampir dulu ke ruang pak Handoko" ucap Raka pergi ke luar rumah.
Dari sekolah dasar Raka memang sudah tertarik dengan pelajaran informatika.
Pada sekolah menengah pertama Raka sudah mulai mengikuti berbagai lomba informatika, dan hasilnya selalu berada di jajaran 3 besar.
Saat ekolah menengah atas Raka sudah bisa meraih juara pertama OSN informatika.
Karna semua prestasi nya itu lah Raka bisa masuk ke kampus elit, tempat para anak-anak orang kaya berada.
Sedangkan Dito, peraih beberapa medali di kompetisi bela diri, jadi dia juga bisa masuk kampus ini dengan jalur beasiswa, walaupun tidak di cover semuanya, tapi keluarga Dito juga lebih mapan dari segi keuangan di bandingkan dengan keluarga Raka.
Ayah Dito seorang pelatih bela diri, dan mempunyai padepokan sendiri, sedangkan ibunya bekerja sebagai dosen si salah satu perguruan negri.
Sedangkan Ayah dan Bunda Raka hanya mempunyai toko kelontong di pasar dekat rumahnya, walaupun tokonya ramai tapi 25 persen hasil dari tokonya selalu mereka berikan pada orang yang membutuhkan.
Bahkan mungkin lebih, karna itu hanya yang wajib tapi bila tiba-tiba ada orang yang meminta bantuan maka mereka akan menolongnya.
Sebenarnya kalau Raka berkuliah di universitas negri, Ayah dan Bundanya masih bisa membiyayainya, karna sebenarnya mereka susah ada tabungan untuk biaya pendidikan anak semata wayangnya itu.
Tapi Raka tidak ingin membebani kedua orang tuanya, jadi dia hanya akan mengambil uang jajan dan uang untuk membeli buku yang tidak bisa di pinjam di perpus kampus.
Tok...tok...tok...
"Masuk" terdengar suara dari balik pintu.
" Selamat pagi pak" sapa Raka ketika sudah masuk ke dalam ruangan pak Handoko.
" Pagi, Raka, silahkan duduk" Pak Handoko terlihat bersemangat melihat anak didik kebanggaannya itu sudah kembali masuk kuliah.
" Terima kasih pak" Raka duduk di hadapan pak Handoko.
" Saya turut berduka cita atas meninggalnya kedua orang tua kamu, Maaf saya tidak bisa hadir" Ucap pak Handoko penuh dengan penyesalan.
Saat kejadian Pak handoko sedang berada di luar kota, sampai kemarin sore ia baru saja kembali.
" Iya pak, saya bisa memakluminya"
" Jadi bagaimana Raka, apa kamu mau ikut berpartisipasi dalam olimpiade Gemastik tahun ini?" tanya pak Handoko setelah menjelaskan semuanya pada Raka.
" Saya takut tidak bisa gokus pak" Jawab Raka menundukan kepalanya.
" Saya tau kamu baru saja berduka, tapi kamu juga harus tau kalau kampus ini bergantung padamu Raka" Bujuk pak Handoko
" Tolong pikirkan baik-baik, ini juga bisa membawamu pada olimpiade tingkat Asia" Ucap pak Handoko lagi.
" Berikan saya waktu berfikir dulu pak"
" Baiklah saya tunggu jawabanmu tiga hari lagi" Tegas pak Handoko
" Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu"
**
" Gimana apa yang di omongin pak Handoko?" Tanya Dito ketika mereka baru saja keluar dari kelas masing-masing.
" Pak Handoko minta gue ikut olimpiade" Jawab Raka
" Tuh kan gue bener!! Terus gimana loe terima tawarannya?" Dito mulai mode kepo.
" Gue minta waktu buat mikir dulu" Raka mem betulkan letak kaca matanya.
" Emang napa, bukannya loe paling suka ikut olimpiade informatika?" Dito mengerinyit
" Gue takut gak konsen To, lagian sekarang gak ada lagi motivasi gue ikut gituan. Dulu gue seneng ikut lomba karna mau ngebanggain orang tua gue, sekarang mereka udah ga ada" jawab Raka sendu.
" Ya udah lah, loe pikirin dulu aja, cuman saran gue sih loe mending ikut aja, walaupun orang tua loe udah gak ada, tapi gue yakin orang tua loe masih bisa liat loe dari sana, dan gue yakin orang tua loe bakalan tetap bangga dan bahagia kalau loe mau ikut olimpiade lagi"
" Malah sih gue pikir, kalau orang tua loe liat loe terpuruk kaya gini, mereka juga akan sedih" Nasehat Dito dalam mode bijak.
" Ya udah lah mending kita ke kantin yuk, laper nih" Ajak Dito merangkul pundak Raka.
***
"Yon liat tuh, bukannya itu si kutu" tunjuk Kenzi pada Raka yang sedang duduk di kantin bersama dengan Dito, dengan dagu nya, Mereka sekarang berada di pintu masuk kantin.
Reon dan Bimo yang berada di samping Kenzi mengikuti arah pandangan Kenzi.
Senyum sinis terukir di wajah Reon, di dalam kepalanya sudah memikirkan rencana untuk membuly Raka.
" Bawa dia ke tempat biasa" perintah Reon pada Kenzi dan Bimo, lalu berlalu pergi terlebih dahulu.
Di belakang kampus
Bruk...
Raka di dorong hingga jatuh berlutut tepat di hadapan Rion yang sedang duduk di kursi dengan gaya sombongnya.
Tadi ketika Raka pergi ke toilet tiba-tiba Kenzi dan Bimo menariknya dan menyeretnya.
" Heh kutu! Gue kira loe udah gak berani lagi nunjukin muka jelek loe di kampus ini" Sarkas Rion di hadapan Raka
Raka hanya diam, berlutut dan menunduk di hadapan Rion dengan bahu yang di cekal oleh Kenzi dan Bimo.
Brak....
Beberapa buku di lempar tepat pada kepala Raka yang tertunduk.
" Kerjain semua tugas kita, besok pagi gue tunggu di kantin, awas loe kalo sampe gak dateng" Rion berkata sambil menendang pundak Raka, sampai Raka terjungkal ke belakang, lalu pergi dari tempat itu.
Bahkan kaca mata Raka entah berada di mana, sebab sudah jatuh sejak tadi ketika di seret oleh Kenzi dan Bimo.
Untung saja mata Raka normal, kaca mata itu hanya untuk raka membaca dan melindunginya dari cahaya komputer, hp dan labtop. jadi pandangan Raka tidak terganggu sama sekali walaupun kaca matanya hilang.
" Denger tuh! Huh!!" sarkas Bimo menginjak tangan Raka uang di pakai untuk tempat bertumpu nya.
"Aakhh" Jerit Raka merasakan sakit di jari tangannya.
Di tempat lain tepatnya di kantin, Dito mulai khawatir karna Raka sudah lama tidak kembali dari toilet.
" Kemana sih tu anak, masa ke toilet lama banget udah kaya' cewe aja" Dito mulai msnggerutu.
" Ini kenapa Hp nya juga ga di angkat-angkat lagi" Dito semakin kesal, karena dari tadi mencoba menghubungi Raka tapi selalu tidak di angkat.
Sudah tiga puluh menit menunggu tapi Raka tidak juga kembali, akhirnya Dito memutuskan untuk menyusul Raka ke toilet.
" Jangan sampai si Raka jadi ketemu lagi sma geng nya Rion" Dito mulai kalang kabut karena tidak mendapati Raka di dalam toilet.
" Raka!!" teriak Dito berlari menghampiri Raka yang sedang berjalan ter tatih di lorong kampus.
" Loe gak papa Ka?" tanya Dito sambil memapah Raka.
" Gak papa, loe bisa anterin gue pulang aja gak?" lirih Raka menahan sakit di pundak dan tangannya.
" Gue kan udah sering bilang sama loe, buat ikut belajar bela diri, sama bokap gue" Omel Dito ketika sudah sampai di rumah Raka.
" Iya, nanti gue belajar, tadinya gue cuman gak mau ribut sama mereka"
" Iya iya doang dari dulu, tapi pas mau latihan ada aja ada aja alesannya" gerutu Dito.
" Lagian loe kan udah bisa dasar-dasar jurus karate, kenapa gak ngelawan aja sih?"
" Gue gak mau buat masalah sma mereka To"
" Iya, tapi ini udah keterlaluan Ka, coba loe inget-inget udah berapa kali loe di bikin babak belur sama mereka, lah ini malah di tambah lagi loe harus ngerjain tugas mereka, yang se abrek-abrek, bisa-bisa loe gak tidur semalaman ini sih" Dito masih saja mengomel seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya.
Sebenarnya Raka bukannya tidak mau melawan Rion dan teman-temannya, hanya saja ia hanya ingin fokus belajar dan tidak mau mendapat masalah hanya karena Rion.
Hari berlalu begitu saja tanpa kita sadari, tanpa terasa sudah empat puluh hari dari kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tua Raka.
Sore ini Raka baru saja pulang kuliah, sebelum ke rumah ia menyempatakan untuk mampir dulu ke toko kelontong milik kedua orangtua nya di pasar, yang sekarang di kelola oleh Bang Joni.
Raka berjalan gontai dari halte bis menuju pasar, Dito sedang ada pelatihan untuk mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan pencak silat se ibu kota.
"Bang gimana toko hari ini?" tanya Raka sambil membantu membereskan dagangan.
"Lumayan Ka, rame kaya biasa" jawab Bang Joni tersenyum.
"Alhamdulillah... Bang punya kenalan buat bantu-bantu gak di toko, yang bisa di percaya juga bang?" Tanya Raka
" Emang buat di mana Ka?" bukannya menjawab, Bang Koni malah bertanya kembali.
" Ya buat di sini Bang, buat bantuin Abang" jelas Raka
" Oh, nanti deh Abang coba tanya temen Abang. Mau cewe apa cowo Ka?" tanya bang Joni lagi
" Terserah Abang aja. Tapi kalau cowo bisa di ajak tinggal di rumah bareng sama kita, biar makin rame" Raka duduk di depan toko, sambil menunggu Bang Joni menutup toko.
" Oke, kalau gitu nanti Abang tinggal cari aja, kemaren sih temen Abang katanya Ade nya lagi nyari kerja. Coba deh entar Abang tanyin, mau ngga dia kerja di toko" ucap Bang joni mengingat-ingat temannya yang kemarin minta di carikan pekerjaan untuk adiknya.
" Ini sembako buat nanti malam udah Abang siapain" Bang Joni mengeluarkan dua kardus besar, dari dalam toko, kemudian menutup roling dor nya.
" Makasih ya bang, maaf nih jadi ngerepotin Abang" Raka mengambil satu kardus besar.
" Mana ada Abang Repot, ini Abangbkerjain pas lagi gak ada kerjaan, lagian loe kan lagi fokus buat persiapan ikut olimpiade, jadi ga usah mikirin yang kaya begini, selama Abang bisa bantu, Abang pasti bantu"
Mereka berbicara sambil berjalan ber iringan, di tangannya masing-masjng menenteng kardus besar, berisi bingkisan sembako untuk pengajian empat puluh harian kedua orang tua Raka nanti malam.
" Raka! Kebetulan nih loe juga baru sampe rumah, ini pesenan kue nya" Po Ipah tetangga jualan di pasar menghampiri Raka.
" Oh iya po, makasih, jadi berapa ini semuanya?" Tanya Raka ketika sudah sampai di depan rumahnya.
" Semuanya jadi dua ratus ribu, kemaren kan loe udah ngasih dp seratus ribu, jadi tinggal seratus ribu lagi" Po Ipah menjelaskan sambil menaruh kardus berisi kue di meja ruang tamu, setelah tadi Raka membuka pintu.
" Ini Po, maksih sekali lagi ya po" Raka mengulurkan uang seratus ribu.
" Hehe iya Ka, gua juga makasih ini udah di pesenin kue banyak banget, jangan kapok pesen kue di gau ya, kalau nanti ada acara lagi" Cerocos po Ipah.
" Iya po" jawab Raka
" Ya udah gua pulang dulu kalo gitu, Assalamualaikum.."
" Waalaikumsalam" Jawab Raka dan Bang joni yang baru saja kembali setelah menaruh kardus di belakang.
" Yah Ka, gue lupa bawa aqua gelasnya, gue ngambil ke toko dulu ya Ka" Bang Joni menepuk jidatnya lalu langsung pergi terburu-buru.
" Hati-hari Bang!" teriak Raka sambil geleng kepala.
Raka lanjut mengeluarkan bangku dan meja ke luar rumah, dan menggelar karpet di dalam rumah, agar terlihat lebih luas, dan bisa menampung banyak orang.
Rencananya Acara akan di mulai setelah isya nanti.
Persiapan untuk acara pengajian barubselesai sebelum magrib, Raka langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dito dan kedua orang tuanya baru sampai sehabis magrib, Ibu Dito langsung membantu menata kue di piring, dan menyajikan kopi untuk para lelaki yang sedang mengobrol di teras rumah.
Sehabis isya orang-orang kampung mulai berdatangan, dan pengajian pun di mulai dengan khidmat.
Sekitar pukul sembilan malam pengajian baru selesai.
"Terima kasih ya Pak ,Bu, sudah mau hadir dan membantu saya" Ucap Raka sopan pada kedua orang tua Dito, ketika mereka pamit untuk pulang, setelah membantu membereskan rumah.
" Sama-sama, tidak perlu sungkan begitu Ka, kalau kamu butuh bantuan datang pada kami, kalau? kami bisa bantu pasti kami akan bantu" Ucap Ayah Dito menepuk pundak Raka.
" Iya pak" Raka meng anggukan kepalanya.
****
Raka sedang meng goreng telur untuk lauk makan malam nya dan Bang Joni, ketika ada suara pintu di ketuk padahal waktu sudah menujukan pukul 22.15.
Karna telalu sibuk menyiapkan acara pengajian tadi, Raka dan Bang Joni sampai lupa kalau mereka belum makan apa pun dari makan siang tadi.
Setelah semuanya selesai mereka baru merasakan lapar sekarang. Untungnya Bang Joni selalu mempersiapkan nasi di magic com, jadi ia hanya tinggal menggoreng telur untuk lauknya.
" Siapa Ka, ko ada tamu malem-malem gini?" tanya Bang Joni yang baru saja keluar dari kamar mandi.
" Gak tau Bang" Jawab Raka sambil mematikan kompor setelah telur ke dua matang.
" Kita ke depan bareng-bareng aja yuk Bang" Ajak Raka yang merasa sedikit takut, karna tidak biasanya ada yang ber tamu se malam ini.
" Selamat malam, saya Leo dan ini teman saya" Orang bernama Leo itu memperkenalkan diri dengan ramah
" Selamat malam, ada perlu apa ya anda datang ke rumah saya?" Tanya Raka menatap Leo dan satu orang di sampingnya dengan tatapan penuh selidik.
" Bisa kami masuk, nanti saya jelaskan di dalam" Bukannya menjawab Leo malah meminta masuk ke dalam rumah.
Raka dan Bang Joni saling pandang sebelum, akhirnya Raka mengijinkan Leo untuk masuk ke dalam tumahnya.
***
Raka mematung meliahat bangunan bak istana di depannya. Bangunan Rumah ber lantai dua yang sangat luas,bergaya eropa klasik dengan dominan warna putih dengan pilar-pilar yang besar dan tinggi di depannya, membuat rumah tampak kokoh dan juga mewah.
Ingaatannya kembali pada kejadian malam tadi, saat Leo berkunjung ke rumahnya.
" Kamu adalah cucu dan juga pewaris tunggal keluarga Wiratmadja" itulah yang di katakan oleh Leo tadi malam, beserta bukti-bukti bahwa Ayahnya adalah anak tunggal dari tuan Reksa wiratmadja.
Berbagai pertanyaan berputar di kepala Raka saat ini, kenapa Ayah dan Bundanya hidup dengan sangat sederhana bila sebenarnya Ayahnya seorang pewaris dari keluarga sekaya ini?
Dan kenapa kedua orang tuanya tidak pernah menceritakan tentang keluarga mereka kepadanya selama ini?
Entahlah, mungkin ia akan mendapat jawabannya di dalam sana, pikirnya.
" Ayok" Suara leo menyadarkannya dari lamuanannya.
Raka mengikuti Leo yang berjalan terlebih dahulu masuk ke dalam rumah tersebut.
Sampai di dalam Raka masih saja di buat takjub ketika melihat isi di dalam rumah itu, begitu sangat mewah dan indah, bahkan di dalam mimpi saja Raka tidak berani untuk sekedar memegang barang-barang di dalam rumah itu.
Di lihat ada foto besar tergantung di ruang keluarga, foto sepasang pengantin yang sangat serasi, pengantin perempuan yang sangat cantik dengan kebaya putih sederhana.
Di sampingnya pengantin pria yang sangat tampan dan gagah, dengan balutan jas berwarna hitam, kedua nya terlihat sangat bahagia.
Ya itu adalah foto pengantin kedua orang tua Raka. foto itu sama persis dengan foto yang di pajang di ruang tengah rumahnya.
Baiklah kejutan apa lagi yang akan Raka dapatkan hari ini?
Sepertinya Raka harus menyiapkan dirinya untuk menerima kejutan-kejutan selanjutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!