NovelToon NovelToon

Duri Dalam Pernikahan

Ch.1 Kejutan tak terduga

Seorang wanita cantik dengan tubuh dibalut dress selutut dan rambut hitam terurai indah, nampak berjalan dengan anggun di sepanjang koridor rumah sakit. Wajahnya tampak cerah secerah mentari pagi dengan senyum tercetak jelas di bibirnya.

Ia masuk ke dalam mobil lalu menghempaskan bokongnya di kursi balik kemudi sambil menggumamkan lafaz Hamdallah tiada henti. Ditatapnya sebuah amplop putih berlogo rumah sakit ternama di kota itu dengan kebahagiaan membuncah. Dipeluknya amplop putih itu lalu dikecupnya hingga berkali-kali untuk mengekspresikan betapa bahagianya ia hari ini.

Ini adalah penantiannya. Ini adalah kejutan terbesar dari yang kuasa, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga suami dan orang tuanya.

Jantungnya berdegup kencang. Tak sabar rasanya ia ingin segera sampai di rumah dan mengabarkan pada semua orang tentang kabar baik ini. Ia sangat yakin, suaminya pasti akan sangat bahagia. Penantian mereka selama 3 tahun akhirnya terbayar sudah. Sungguh tak ada kata yang dapat mewakili betapa bahagianya ia hari ini.

Segera ia mengemudikan mobilnya menuju ke rumah mereka. Rumah yang selama 3 tahun ini ia tempati bersama sang suami tercinta. Ya, suami tercinta karena ia begitu mencintai suaminya, Adnan Ali Atmaja.

Jalanan yang padat merayap dan cenderung macet, tak menyurutkan langkah dan semangatnya. Senandung lirih shalawat atas nabi mengalun merdu dari bibirnya sebagai ungkapan betapa ia begitu bahagia hari ini.

Akhirnya, Aileena Nurliah akan jadi seorang ibu.

Akhirnya, Aileena Nurliah bisa menjadi seorang istri yang sempurna.

Akhirnya, Aileena Nurliah akan menjadi seorang menantu yang sempurna.

Akhirnya, akhirnya, akhirnya, begitu banyak akhirnya yang membuat dadanya begitu meledak-ledak karena kebahagiaan yang begitu sarat.

Setelah melalui perjalanan kurang lebih 30 menit, sampailah Aileena di rumahnya. Di istana megah yang dibangun Adnan khusus untuk dirinya. Segera Aileena turun dari mobilnya sambil mencangklong tas selempang miliknya. Ia berjalan dengan begitu hati-hati menaiki undakan di depan rumahnya. Dengan senyum lebar, ia masuk melalui pintu depan. Tadi ia melihat ada mobil Adnan di depan. Sebenarnya ia agak heran, tidak biasanya Adnan pulang begitu cepat apalagi tanpa kabar terlebih dahulu. Tapi Aileena adalah wanita yang selalu berpikir positif. Pemikiran negatif hampir tak pernah singgah di otaknya, namun apakah itu akan terus berlanjut ketika ia melihat pemandangan di depannya.

Baru saja Aileena ingin berteriak memanggil nama sang suami, namun keinginan itu ia hentikan saat ia mendengar isakan lirih dari seorang perempuan. Ia tau pemilik suara itu, tapi mengapa ia menangis? Dan suara satunya, mengapa seperti begitu mengayomi dan terdengar seperti sedang berusaha menenangkan. 'Sebenarnya ada apa ini?' gumam Aileena lirih.

Dengan langkah perlahan dan nyaris tanpa suara, ia mendekati sumber suara. Mata Aileena membelalak seketika. Rasa bahagia yang begitu membuncah tadi hilang seketika seperti ditelan ke palung bumi. Hilang tak berbekas. Yang ada hanya jantung yang berdebar hebat. Bukan debaran karena cinta, tapi debaran karena emosi. Panas ... itulah yang Aileena rasakan kini. Namun ia tak mau langsung menyerang begitu saja. Ia harus mendengarkan dulu secara seksama apa yang kedua pengkhianat itu bicarakan. Aileena mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah cukup tenang, ia berdiri di tempat yang aman, namun masih dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

"Mas, bagaimana ini? Bagaimana kalau mbak Aileen tau hubungan kita?"

"Tenang sayang, kamu nggak usah khawatir begitu dong, kasihan anak kita kalau kamu sedih terus kayak gini." ujar Adnan seraya mengusap punggung Delima yang sedang bersandar di dadanya.

Deg ...

'Hamil?' lirih Aileena dalam hati. 'Anak kita? Artinya mereka ... mereka melakukan hubungan terlarang di rumahku ... di dalam rumahku ... astaghfirullah.' Aileena meremas ujung dress-nya.

"Bagaimana tak sedih mas, aku hamil tanpa suami, apa kata orang-orang nanti."

"Kamu tenang saja sayang, secepatnya pasti mas akan nikahi kamu."

"Tapi bagaimana kalau mbak Aileena tidak setuju?" Delima mengerucutkan bibirnya membuat Adnan terkekeh lalu mengecup bibir Delima kemudian mengusapnya dengan ibu jari membuat pipi Delima merona.

"Dia harus setuju apalagi saat ini kamu sedang mengandung anakku. Anak yang selama ini aku tunggu-tunggu. Setelah sekian tahun aku menanti kehadirannya dan akhirnya aku bisa memiliki anak sendiri walau bukan dari rahimnya, aku tak masalah. Lagipula ia tidak bisa memberikannya padaku. Artinya selama ini, dialah yang mandul, bukan aku. Lihat, baru berapa kali kita melakukannya, kamu sudah hamil. Sedangkan dengan dia, sudah tak terhitung lagi aku melakukan hubungan suami istri dengannya, tapi hingga sekarang ia tak kunjung hamil." ujar Adnan sembari mengelus rambut Delima dengan jari jemarinya.

"Kalau mas harus memilih, siapa yang mas pilih , mbak Aileena atau Ima?" tanya Delima dengan wajah mendongak.

"Tentu kamu dong sayang, kan kamu yang bisa buat aku sempurna sebagai seorang laki-laki. Kamu juga yang akhirnya bisa menjadikan ku seorang ayah. Kamu juga yang bisa membuatku mematahkan argumen orang-orang mengenai aku yang mandul. Jadi kamu nggak usah mikir yang macam-macam, mas pasti lebih memilih kamu." tegas Adnan sambil mengecup bibir Delima.

Namun kecupan itu tak mau dihentikan oleh Delima. Ia menarik tengkuk Adnan untuk memperdalam ciuman mereka hingga nafas mereka terasa terengah-engah. Nafas mereka makin memburu, Adnan pun membalas ciuman itu dengan lum*tan yang berhiaskan n*fsu. Membuat mereka berdua makin menginginkan lebih.

Aileena yang berdiri di pojokan terlihat mematung. Ia mengangkat tangannya dan meremas dadanya. Cinta yang selama ini ia agungkan, seketika luruh bersamaan bulir-bulir kristal yang jatuh dari pelupuk matanya.

Sakit hati.

Kecewa.

Benci.

Kini ketiganya menjadi satu.

Cintanya telah hangus menjadi serpihan debu.

Cintanya telah musnah bagai kertas yang dimakan api.

Dengan langkah tertatih, Aileena keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menghapus jejak air matanya terlebih dahulu. Ia tak mau terlihat lemah. Ia tak mau terlihat tak berdaya.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Aileena pun kini telah berdiri tepat di hadapan pasangan pengkhianat itu.

"Jadi ini yang kalian lakukan saat aku tidak ada di rumah?" tukas Aileena dengan suara lantang membuat pasangan pengkhianat itu tersentak dan segera mengakhiri cumbu*nnya.

"Sa ... Sa ... sayang ... Aileena....!" lirih Adnan dengan nafas tercekat.

"M ... mbak Aileena ...!" lirih Delima dengan wajah yang sudah memucat.

...***...

...Halo semua, ini karya terbaruku yah! Diusahakan update 1 bab per hari. Semoga suka. Mohon like, komen, vote, dan kalau ada hadiahnya juga ya! 🤭...

...Sebenarnya mau nunda dulu nulisnya, tapi takut idenya tiba-tiba hilang wuzzz kayak ditiup angin, jadi ditulis aja deh. Walau nggak bisa crazy update, semoga tetap bisa menghibur....

...***...

...Happy Reading All 🥰🥰🥰**...

Ch.2 Berpisah

Dengan langkah tertatih, Aileena keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menghapus jejak air matanya terlebih dahulu. Ia tak mau terlihat lemah. Ia tak mau terlihat tak berdaya.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Aileena pun kini telah berdiri tepat di hadapan pasangan pengkhianat itu.

"Jadi ini yang kalian lakukan saat aku tidak ada di rumah?" tukas Aileena dengan suara lantang membuat pasangan pengkhianat itu tersentak dan segera mengakhiri cumbu*nnya.

"Sa ... Sa ... sayang ... Aileena....!" lirih Adnan dengan nafas tercekat.

"M ... mbak Aileena ...!" lirih Delima dengan wajah yang sudah memucat.

Aileena tersenyum sinis ke arah kedua orang itu.

"Iya, ini aku. Kenapa? Kalian tak menyangka bisa tepergok sedang berselingkuh di hadapanku?" ketus Aileena.

Sekuat tenaga Aileena menahan gemuruh di dadanya. Ingin rasanya ia menerjang, menjambak, dan menyeret pasangan lakn*t itu, tapi ia masih memiliki etika. Ia tidak bisa melakukan sesuatu yang justru dapat menjadi bumerang baginya.

"Aileena sayang, maafkan Mas. Mas akan jelaskan semuanya." ucap Adnan lembut. Adnan berdiri dan berusaha mendekati Aileena untuk meraih tangannya, tapi dengan sigap Aileena menghempas tangan Adnan sebelum sempat menyentuhnya membuat Adnan tersentak kaget.

"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu! Aku tak sudi mendapatkan sentuhan dari tangan yang sudah dipakai berzina dengan perempuan lain." sarkas Aileena dengan sorot mata penuh kekecewaan.

"Kau!" tunjuk Aileena pada Delima. "Aku tak menyangka kau menusukku dari belakang. Padahal aku yang sudah menolongmu dan anakmu yang sedang kelaparan. Aku yang telah membantu memberimu dan anakmu tempat tinggal. Aku juga yang memberimu pekerjaan dan membelikan susu untuk anakmu, tapi ini balasanmu? Bahkan seekor anjing pun takkan mengigit tuannya, tapi kelakuanmu ... lebih hina dari anjing. Kau itu wanita, seharusnya kau tau bagaimana perasaanku? Seharusnya kau tau bagaimana sakit dan hancurnya hatiku akibat perbuatan kalian. Kenapa kau begitu tega hah? Kalian memang pasangan terkutuk. " lirih Aileena sinis.

"Berhenti Aileena, jangan memakinya lagi. Dia sedang hamil." sergah Adnan yang lebih membela Delima.

"Jadi aku harus memaki siapa, hah? Kau jahat, Mas. Kau kejam. Apa kurangku selama ini hingga kau tega berselingkuh di belakangku? Apa salahku hingga kau tega berzina dengan perempuan yang bukan istrimu? Kau sudah berdosa, Mas. Kau menjijikkan." tukas Aileena tajam.

"Kurangmu karena kau mandul." bentak Adnan . "Kau MANDUL." tekan Adnan membuat Aileena begitu sakit hati.

'Baiklah kalau kau menilaiku begitu. Suatu hari nanti kau akan menyesal, Mas. Dan saat itu tiba, aku akan tertawa bahagia atas penyesalan terbesarmu.'

"Apa buktinya aku mandul?" tanya Aileena dingin.

"Masih perlu bukti? 3 tahun, Ai, 3 tahun kita sudah menjalani rumah tangga ini, tapi hingga sekarang kau belum juga bisa memberiku keturunan. Dan Lihat Delima, baru beberapa kali aku melakukannya dengan dia, tapi hari ini aku sudah mendapatkan kabar bahagia. Dia hamil. Aku akan menjadi seorang ayah. Berkat dia aku akan segera memiliki anak. Kau tahu Ai, betapa tertekannya aku dianggap mandul oleh rekan-rekanku. Adnan seorang jaksa yang hebat, 3 tahun menikah belum juga punya anak, pasti dia mandul, kata-kata itu selalu membuatku down. Aku down, Ai. Karena itu aku berbuat nekat, Ima sudah memiliki anak, sudah pasti dia tidak mandul karena itu aku ingin membuktikannya. Aku terpaksa melakukannya dengan Ima, aku juga ingin memiliki anak Ai, aku ingin memiliki keturunan, dai dia bisa memberikannya. Aku harap kau mau menerima, Ai. Nanti kita bisa membuat nama ibunya jadi namamu, bagaimana? Tidak masalah kan?" ujar Adnan tanpa beban.

Tangan Aileena mengepal, begitu pun Delima.

"Mas, katamu kau akan memilihku!" sergah Delima tak terima saat mendengar Adnan akan membuat nama anaknya menjadi anak Aileena.

"Aku tetap akan menjadikanmu istriku, Ima, tapi untuk status anak, tetap Aileena yang terbaik. Semua untuk kebaikan anak kita, Ma." ujar Adnan menenangkan.

Adnan berpikir akan menikahi Delima secara siri, sedangkan Aileena akan tetap jadi istri pertamanya.

Delima pun terdiam, sepertinya itu tak masalah pikirnya, yang penting ia tetap akan menjadi istri seorang Adnan Ali Atmaja. Maka kehidupannya ke depan pasti akan lebih terjamin.

"Hahaha ...." Aileena tergelak kencang hingga ekor matanya mengeluarkan bulir-bulir kristal dari pelupuk matanya. "Kau pikir aku mau menerima anakmu itu, hah? Aku akan buktikan aku bisa memiliki anak sendiri. Aku tidak butuh anak hasil hubungan gelap kalian." tukas Aileena dingin.

Adnan cukup terkejut dengan nada suara Aileena. Selama menikah dengan Aileena, ia tak pernah mendengar nada suara seperti itu. Aileena adalah wanita yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan perhatian. Tapi ia lupa, kucing yang jinak pun bisa menggigit bila ekornya diinjak, apalagi ini berhubungan dengan perasaan dan harga diri seorang perempuan. Tentu ia akan amat sangat terluka bila orang yang ia cintai, ia percayai sepenuh hati, tempatnya menggantungkan segenap cinta dan asa, malah berbalik menusuknya dengan sangat keji seperti ini.

"Tak butuh? Kau ingin memiliki anak sendiri? Benar? Bagaimana caranya? 3 tahun, Ai, 3 tahun kita sudah bersama, tapi hingga saat ini apa kau menunjukkan tanda-tanda kehamilan? Tidak bukan." ejek Adnan. Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan ini, tapi ia terpaksa agar Aileena sadar posisinya dan mau menerima anaknya dan Delima.

Tanpa Adnan ketahui, tentu Aileena bisa membuktikan ia bisa memiliki anak sendiri. Tapi ia tak perlu memberitahu Adnan. Aileena tak mau, bertahan hanya untuk tersakiti. Ia yakin, bila Adnan tau tentang kehamilannya, ia pasti takkan melepaskannya. Ia tak mau bertahan saat ada duri dalam pernikahannya.

"Ya sudah, kalau menurutmu aku tak bisa, tak masalah. Tapi yang pasti, aku takkan menerima anak itu maupun perempuan itu. Ah, bukan hanya mereka berdua, tapi kau juga. Aku sudah terlanjur jijik pada mu. Aku sangat-sangat JIJIK." tekan Aileena agar mereka sadar perbuatan mereka berselingkuh di belakangnya itu sangat menjijikkan.

Aileena tidak pernah merendahkan seseorang yang hamil di luar nikah, tapi ini berbeda. Wanita itu hamil oleh suaminya. Bukan melalui jalur yang benar, tapi melalui perzinahan. Istri mana yang mampu memaafkan dan menerima suaminya yang telah bergumul dengan perempuan lain tanpa ikatan yang sah? Aileena pikir tak ada. Begitu pula Aileena. Aileena tak mampu membayangkan bagaimana dengan kejinya mereka bergumul mesra di rumahnya. Bila membayangkan itu, seketika Aileena mual. Rasanya ingin muntah. Namun, ia tahan.

"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.

"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.

'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.

...***...

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

Ch.3 Getir

"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.

"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.

"Pikirkan baik-baik, Ai, jangan bertindak gegabah. Bukankah lebih baik kau menerima Ima dan anaknya. Kau bisa menjadikan anaknya sebagai anakmu sendiri. Ima juga tidak masalah bila anaknya dijadikan anakmu." bujuk Adnan.

Sesungguhnya dalam hati ia pun tak rela kehilangan Aileena. Aileena adalah cinta pertamanya. Ia sangat mencintai Aileena tapi ia juga menginginkan kehadiran seorang anak. Sungguh tak pernah sekalipun berpikir untuk menduakan Aileena tapi kehadiran Delima si janda yang cukup cantik walau kecantikannya masih kalah dari Aileena mampu memberikannya harapan untuk memiliki seorang anak. Dengan begitu ia dapat mematahkan argumen orang-orang yang mengatakan dirinya mandul. Dan kini terbukti, Delima hamil. Ia akan memiliki seorang anak. Anak yang telah dinanti-nantikannya selama 3 tahun ini.

"Keputusanku sudah mutlak. Kaca yang pecah takkan mungkin bisa kembali utuh. Begitu pula hatiku, kini telah hancur berkeping-keping. Andai kalian tidak menusukku dari belakang, mungkin aku masih mempertimbangkan, tapi cara kalian yang kalian pilih begitu keji dan aku takkan bisa memaafkannya. Aku tetap pada keputusanku, aku ingin kita berpisah. Jadi kalian bisa berbahagia dengan anak-anak kalian tanpa ada aku sang pengganggu."

"Kau bukan pengganggu, Ai." sergah Adnan.

"Tapi aku terganggu." potong Aileena. "Cepat talak aku, Mas! Karena aku tahu, kau takkan pernah melepaskan dirinya dan memilihku. Aku sudah mendengar semuanya jadi segeralah talak aku." tegas Aileena berusaha terlihat tegar padahal dalam hatinya hancur.

Bibir Adnan bergetar, sungguh, ia berat untuk mengatakan kalimat itu. Ia sungguh berat melepaskan Aileena. Andai Aileena bisa memberikannya keturunan, ia takkan mungkin melakukan hal yang dapat menyakiti Aileena. Tapi Aileena telah membuat keputusan. Hal ini tak bisa dicegah lagi. Memang benar apa yang Aileena katakan, ia akan lebih memilih Delima yang sedang mengandung anaknya karena hal ini telah ia nantikan sejak lama. Ia tak mungkin mengambil anaknya saja tanpa menghiraukan Delima. Ia takkan tega pada janda satu anak itu. Ia takkan tega memanfaatkan Delima sekedar untuk memberinya keturunan.

"Mas ..." lirih Delima dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Adnan lantas menoleh dan mengusap punggungnya untuk menenangkan. Lalu ia mengangguk sebagai isyarat, jangan khawatir.

"Ai, kau tahu kan Delima seorang janda. Apalagi ia memiliki seorang anak yang kini telah aku anggap seperti anakku sendiri. Jadi aku tak mungkin menelantarkan dirinya dan memanfaatkannya hanya untuk memberikanku keturunan saja. Jadi maaf, aku lebih memilih Delima. Jujur, aku sangat mencintaimu, Ai. Tapi aku bertanggung jawab pada Delima. Aku tak bisa melepaskannya. Maka dari itu, mulai hari ini, aku ... Adnan Ali Atmaja, menjatuhkan talak padamu Aileena Nurliah binti Zainuddin Azani. Mulai hari ini kita bukan suami istri lagi." putus Adnan dengan suara bergetar.

Tanpa ia sadari, bulir kristal meluruh dari sudut matanya. Sungguh berat rasanya melakukan ini, namun ia harus segera membuat keputusan. Tak pernah terpikirkan olehnya akan berpisah dengan Aileena. Biarlah ia simpan rasa cinta itu. Harapnya, suatu hari nanti Aileena dapat menerima dan memaafkannya kembali. Bila itu terjadi, ia berjanji akan menjadikan Aileena ratu dalam hidupnya. Pemilik hatinya, satu-satunya.

Aileena yang mendengar kalimat yang diucapkan Adnan hanya bisa tersenyum getir.

'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah dalam hati.

"Baiklah. Selamat ya, Ima, kau menang. Ingat satu hal, takkan bahagia seseorang yang hidup di atas penderitaan orang lain. Apalagi cara yang kalian lakukan ini salah. Dengan menghancurkan ketulusan dan kepercayaanku, kalian menikam ku. Tapi tak apa, ini adalah pilihanku. Kalah tak selalu pecundang. Jadi, silahkan bereskan barang-barang kalian dan keluar dari rumah ini!" titah Aileena tenang.

"Mas, kenapa kita yang harus keluar? Ima nggak mau." Rengek Delima tak terima disuruh keluar dari rumah besar itu.

Aileena mengangkat kedua alisnya ke atas, ingin rasanya ia tertawa melihat ekspresi tak terima wanita itu diusir dari rumah besar itu.

"Aileena benar, Ima, kita memang harus keluar dari rumah ini."

"Tapi kenapa? Bukankah ini rumah milikmu?" cecar Delima masih tak terima harus pergi dari rumah itu.

"Tidak Ima, ini rumah Aileena. Rumah ini memang aku beli sebagai hadiah pernikahan dariku untuknya." jelas Adnan pada Delima.

"Tapi, Mas ..."

"Sudah Ima, cepat bereskan barang-barangmu dan Nanda, kita harus segera pergi dari sini." sergah Adnan.

Ia sadar diri, ia harus keluar dari rumah itu segera. Ia yakin, dibalik wajah tenang Aileena pasti tersimpan kesakitan luar biasa. Ia tak bisa berlama-lama di sana karena itu hanya akan menambah rasa sakit Aileena.

Delima pun menuruti perintah Adnan dan segera masuk ke dalam kamarnya untuk membereskan barang-barang miliknya dan Nanda, putrinya. Setelah selesai, ia membangunkan putrinya Nanda yang baru berusia 2 tahun dan menggendongnya keluar dari kamar itu.

Begitu pula Adnan, ia segera memasukkan semua barang-barang miliknya ke dalam sebuah koper besar. Tak lupa ia mengambil foto pernikahannya dan Aileena lalu ia selipkan diantara baju-baju miliknya.

Adnan tersenyum getir seraya menyapukan matanya ke sekeliling kamar. Mengenang masa-masa indah bersama Aileena selama 3 tahun ini. Di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena akhirnya ia bisa memiliki keturunan, tapi di sisi lain hatinya hancur karena harus kehilangan satu-satunya wanita yang menguasai hatinya. Ada harga yang harus ia bayar demi mendapatkan seorang anak. Harga yang begitu mahal. Harga yang tak ternilai.

Dipandanginya pigura foto ia dan Aileena yang masih tergantung di dinding kamar. Ia usap wajah cantik perempuan yang kini bukan istrinya lagi itu. Adnan tersenyum dengan bibir gemetar, "Aku mencintaimu, Ai, sangat." lirihnya hingga tanpa sadar air matanya tumpah membasahi pipi. Ia usap kasar air mata itu, lalu berlalu dari kamar yang ia tempati selama 3 tahun ini bersama mantan istri tercintanya. Ya, kini Aileena telah menjadi mantan istrinya, mantan istri tercintanya.

Begitu tiba di ruang tamu, dapat ia lihat tatapan kosong Aileena. Hatinya ikut hancur melihat pemandangan itu.

Adnan menggeret kopernya melewati Aileena, mendekati Delima. Ia tak sanggup menatap mata itu. Mata yang menyiratkan kehancuran.

"Aku pergi, Ai. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera mengurus surat perceraian kita. Terima kasih karena telah membersamaiku selama ini. Selamat tinggal, Ai." lirih Adnan tanpa memalingkan wajah menatap Aileena.

Setelah kepergian Adnan dan Delima, tangis Aileena pun pecah. Ia hancur. Ia sekarat. Hatinya hancur. Hatinya meradang. Sekuat-kuatnya seorang wanita, pasti ia akan hancur bila orang yang ia cintai ternyata lebih memilih perempuan lain. Yang lebih menghancurkannya, perempuan yang menghancurkan rumah tangganya adalah perempuan yang ia tolong. Ia lah yang membawa perempuan itu masuk ke dalam rumahnya, ke dalam rumah tangganya. Dia sendirilah yang membawa duri ke dalam pernikahannya. Menyesal pun sudah terlambat. Kini ia harus berjuang sendiri. Ia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya tapi untuk buah hatinya yang kini menghuni rahimnya.

"Mengapa dirimu datang di saat tak tepat seperti ini, nak? Mengapa tidak sejak dulu kau hadir agar bunda bisa tetap bersama ayah? Tapi bunda tidak menyesali kedatanganmu yang terlambat, sayang. Berkatmu, bunda ada semangat hidup. Bila tidak, mungkin bunda akan lebih hancur lagi. Terima kasih sayang telah hadir untuk bunda. Terus tumbuh sehatlah sayang, hanya kamu penyemangat bunda saat ini. Bunda mencintaimu." lirih Aileena sembari mengusap perutnya yang masih rata.

...***...

...Happy Reading 🥰🥰🤩...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!