NovelToon NovelToon

Kerinduanku di Mataku

Episode 1 - Kerinduanku

Smartphone?

kebanyakan orang memang menyukainya tapi hanya sebatas kesenangan dan kebutuhan

belaka. Tapi tidak denganku, smartphone adalah caraku bertemu dan mengingat

tentangmu. Kupercaya bahwa pertemuanku denganmu pasti memiliki suatu arti

bagiku…

Saat

ultahku yang ke – 13 orang tuaku menghadiahkan aku sebuah alat komunikasi yang

biasa disebut smartphone dikarenakan mereka berdua sibuk dengan pekerjaan

masing – masing, setiap 3 bulan sekali dalam sehari aku dapat bertemu dan

menghabiskan waktu dengan kedua orang tuaku. Sering ku merengek meminta waktu lebih

tuk bersama mereka namun semua itu percuma. Hari – hariku yang kesepian hanya

ditemani sebuah smartphone dan juga bibiku yang baik hati, setiap hari bibi ku

mengajarkan cara memakai smartphone sedikit demi sedikit hari – hari penuh

kekosongan ini sedikit terisi dengan kebahagiaan palsu ini, hingga hari itu

tiba…..

Teman

bibiku datang kerumah karena ada suatu alasan, ia datang dengan putrinya

yang  berada disampingnya. Kucoba tuk

menghiraukannya dan menghabiskan waktu dengan game di smartphone.

“ok sip, sebentar

lagi lawan boss!” saatku bermain terasa dunia hanya milikku, tiba – tiba ada

sebuah suara lembut serta imut ditelingaku

“hati – hati, itu

jebakan!”

“huh? Apa?”

[Game over]

“sudah aku bilang

jebakan kok.”

“mau gimana lagi game

ini terlalu suit untukku.” Ku jawab sambil menutupi wajahku dengan smartphone

dalam genggamanku,aku sangat kaget serta malu karena tiba – tiba ia

menghampiriku apalagi baru pertama kali ini ada seorang gadis bicara denganku.

“hahahaha, kamu lucu.

Oh iya perkenalkan namaku Luce dan kamu?”

“Lean.” Jawabku

sesambil menutupi wajah yang memerah

“Lean ya, nama yang

aneh….salam kenal lean.” ia menarik tanganku sambil tersenyum

Tak

terasa 2 jam kami telah diwarnai dengan senyum dan tawa kami berdua. Sebelum

mereka pulang ia memberi tauku nomor Whatsaapnya. Hari – hari sunyiku perlahan

mulai diwarnai oleh Luce kadang – kadang dia datang dan bermain denganku

dirumah. waktu terus kami lalui bersama. Senyum lucunya, keceriannya, suara

lembutnya, kefeminimannya membuatku makin sadar bahwa inilah yang disebut

dengan cinta. aku bertekad akan menembaknya saat ultahku yang ke – 15 yang akan

tiba sekitar 1 minggu lagi.

Namun,

saat hari itu tiba ia tak datang ke ultahku sering kali kucoba menghubunginya

tapi tak ada satupun jawaban darinya. 2 minggu telah berlalu entah berapa ribu

pesan yang telah kukirim untuknya dan tak ada satupun jawaban darinya. Setiap

malam aku bermimpi bertemu dengannya, tapi mimpi kali ini berbeda,  aku tak dapat menemukannya lagi didalam

mimpiku bahkan dimalam berikutnya juga, tak kuat menahan rindu ini aku bertanya

alamat rumah Luce ke bibi namun yang ku dapat selalu senyuman bibiku tanpa

jawaban yang ku harapkan.

Tanpa

basa basi aku langsung keluar dan mencari informasi sendiri. setiap pintu,

setiap mata, setiap petunjuk ku datangi dengan harapan menemukan keberadaan

Luce. Mentari yang setia menemaniku telah berganti menjadi rembulan tapi

pencarian terus kulanjutkan hingga pada suatu ketika aku berhasil menemukan

alamat rumah Luce, setelah mengetahuinya aku langsung menuju ke rumahnya.

lumut

dipagar rumahnya sudah menebal dan berhasil membuat perasaan khawatirku

memuncak. Kuberlari memasuki rumah yang tak terkunci itu tanpa memikirkan hal

lain kecuali Luce, saat tiba di dapur sepatu yang kupakai terasa becek dan

dingin tapi yang kulihat hanyalah kegelapan semata, kuputuskan tuk meraba –

raba mencari alat penerangan ternyata lantainya terasa licin serta aku merasa

ada sesuatu yang kental. Awan yang menghalangi rembulan telah hilang, cahaya

redup rembulan masuk ke dalam melalui retakan jendela dan mengusir kegelapan

yang ada. Kulihat tanganku ternyata berlumuran darah perlahan cahaya menerangi

seisi ruangan terlihat banyak sekali darah berceceran dimana man, aku pun kaget

dan ketakutan saat melihat apa yang berada di depanku….

sebuah mayat yang tidak lain adalah temannya

bibiku,Namun ketakutanku lengsung sirna saat mengingat Luce, Apakah dia baik –

baik saja?! Dimana dia?! LUCE! LUCE! Kepalaku dipenuhi oleh Luce, tak ku sadari

semua ruangan yang kulewati dipenuhi dengan mayat dan darah. Saat ku memasuki

ruangan dengan gantungan “Kamar Luce” pada pintunya tapi yang kulihat adalah

kosong, tidak ada mayat hanya bercakan darah disetiap tembok . kulihat ada

sesuatu dimeja belajar Luce dan ternyata itu adalah sebuah smartphone milik

Luce dengan keadaan kehabisan daya dan sedikit retakan pada layarnya, kupeluk

dan kubersihkan bercakan darah pada smartphone itu.

Setelah kubawa pulang

dan kuisidayanya kuaktifkan kembali smartphone itu, tiba – tiba smartphone

milikku bergetar sekitar 5 menit saat ku lihat ternyata pesan dari smartphone

Luce mulai masuk yang bertotal 1.000 dan bahkan terus bertambah,

[Selamat pagi Lean! J]

[Besok kita main lagi

ya! J]

[Aku berhasil tamatin

game yang kamu kasih dulu loh! Hehe ]

[Selamat malam Lean!]

[Lean,kamu sedang

apa?]

melihat

pesan demi pesan semakin membuat hatiku  sakit dan sulit bernafas, tanpa kusadari air mata telah menetes ke

layarku saat kubersihkan dengan jariku terbukalah salah satu pesan, saat kubaca

aku langsung menangis dengan keras dan memeluk smartphoneku.

Setelah

itu aku selalu membawa dan memakai smartphone milik Luce dengan harapan dapat

bertemu dan mengembalikkan padanya. 5 tahun terlewati hingga aku terbiasa

membawa dan memakai smartphone milik Luce, tanpa kusadari dikampusku aku

mendapat julukan maniak smartphone. Setiap saat aku selalu membaca obrolan chat

yang sama berkali – kali untuk mengingatkanku padamu,Luceku yang tercinta.

Isi pesan

[Lean, jangan khawatirkan aku, sekarang

mungkin aku sudah tenang berada di alam sana. Terima kasih karena sudah mau

menemaniku selama ini Lean. J]

- Bersambung -

jangan lupa untuk membaca kisah lainnya "My Little Angel" tentang kekocakan atau kelucuan kehidupan kakak adik serta "Surat kecil untuk diriku 10 tahun kedepan" yang diambil dari kisah nyata

Episode 2 - Amarah

BERISIK!!! jangan

ganggu aku, jangan kau hancurkan harapanku, aku tau semua ini sia – sia tapi

setidaknya biarkan aku terus berharap !!! berharap ia akan kembali padaku, aku

tau kenangan akan tetap menjadi kenangan, tapi paling tidak biarkan ku bertahan

dengan kenangan ini. Sebentar saja, tolong biarkan aku bermimpi sebentar saja.

Ku mulai kesunyian hari disambut senyum sang

mentari pagi dan ditemani smartphone dengan retakan penuh kerinduan didalamnya,

waktu menunjukkan pukul 9 pagi, saatnya untuk menghadiri kelas pak Yae.

Aku berangkat dengan menaiki taksi, perjalananku

diwarnai dengan pesan – pesan yang membuatku mengingatmu selalu. Tak terasa

tempat yang kutuju tinggal beberapa meter didepan, kuputuskan tuk

menon-aktifkan smartphone dan melihat keluar jendela, dan tiba – tiba……

“Pak, berhenti !!” Teriakku

Ku berlari dengan tergesa – gesa walau nafas sudah

mencapai batas namun semua itu tak penting lagi bagiku karena hal yang lebih

penting ada didepanku.

Sesaat tadi kulihat sesosok wanita dengan aura

yang begitu nostalgia berjalan ke arah sebaliknya dari kampus, Luce itukah

dirimu? Aku yakin, sangat yakin tadi aku melihat Luce berjalan didalam

kerumunan ini.

“hey, Lean !” seorang pemuda tampan rupawan

berlari menghampiriku

“ada apa, Rio? Aku sedang sibuk jangan ganggu

aku.”

“lagi – lagi kau bicara seperti itu. Ayolah

kitakan teman coba ceritakan kali ini ada apa? Apa kau melihat Luce lagi?”

 Pemuda

tampan rupawan ini adalah orang yang mengaku sebagai temanku sejak SMA, ialah

sosok yang mewarnai hidupku sejak hilangnya Luce, ia sering menyebut dirinya

adalah temanku, tapi dalam hatiku ia lebih dari sekedar teman biasa, bisa

disebut seperti sahabat, Mungkin hanya aku saja yang berfikir seperti itu.

“Tapi aku benar – benar melihatnya, Rio! Tadi dia

ada disini !!”

“sudah – sudah dari pada itu ayo kita cepat pergi,

kelas akan segera dimulai. Kau tidak suka datang terlambatkan? Yaudah ayo.”

Dengan berat hati kuturuti kata Rio, karena ialah

yang telah membuatku berubah sejak kejadian Luce. Mungkin ia adalah orang yang

paling kupercaya saat ini,walau kadang dia agak menjengkelkan dan egois tapi

karena itulah hari – hari sunyiku perlahan mulai berwarna kembali.

Bel telah berbunyi tanda kelas telah berakhir

karena aku sedang senggang kuputuskan tuk pergi ke atap dan mencari udara

segar. Disinilah tempat yang paling membuatku nyaman karena kegelisahan serta

kebingunganku seakan mencair dengan sejukkan angin lembut ini. Ku aktifkan

kembali smartphone yang ada disakuku dan melihat – lihat isi dari galery foto

Luce.

“oh iya, walau layarnya sudah retak apakah masih

dapat mengambil gambar dengan baik ya? Aku coba foto dari atas sini saja.”

Terpotret sebuah pintu masuk dengan banyak orang

yang sedang lalu lalang disekitarnya, saat ku lihat beberapa saat ku kerutkan

alis dan berfokus pada satu titik pada gambar itu. Ternyata aku melihat si Rio

sedang bergandengan tangan dengan gadis yang mirip dengan Luce. Tiba – tiba  kepercayaanku terhadapnya langsung hancur dan

berubah menjadi amarah yang menggebu-gebu. Mengapa? Apa karna inikah ia selalu

menahanku tuk mencari Luce?! Apa hubungan dia dengan Luce? Kenapa dia

merahasiakan ini dariku?

Setelah merenungkannya beberapa saat, akupun

bertekad untuk menahan amarahku sebelum mendapat penjelasan darinya, kuputuskan

pergi kerumahnya. Sesampainya dirumah Rio aku hendak menekan bel tapi ternyata

ada tangan yang menghalangiku, ternyata itu adalah tangan milik Rio. Ia

tersenyum dan menanyakan keperluan kedatanganku.

“aku lagi bosan nih, kita ke taman yok, Rio!”

Ajakku

Tanpa respon darinya, ia masuk kedalam rumahnya

lagi, selang beberapa menit keluarlah sebuah mobil dengan Rio didalamnya.

“kok bengong? Ayo!”

Sesampainya ditaman aku dan Rio bersenang – senang

terlebih dahulu, bercanda bersama dan melakukan hal – hal konyol yang lainnya.

Setelah suasananya mulai berganti aku yakin ini pasti timing yang pas untuk

membicarakannya , Kumulai dengan memperlihatkan sebuah foto yang telah kuambil.

“Rio, tolong kau jelaskan apa maksud dari foto

ini? Apa hubunganmu dengan Luce? Kau sadarkan bahwa ialah sosok yang sedang

kucari – cari?”

 “JAWAB

RIO!! KENAPA KAU DIAM SAJA? KENAPA KAU MENYEMBUNYIKAN SEMUA INI DARIKU? APA

YANG TELAH KUPERBUAT KEPADAMU? BENARKAH KAU SELAMA INI ADALAH TEMANKU? AKU

BAHKAN SUDAH MENGANGGAPMU SEBAGAI SAHABAT TERDEKATKU!”

Rio hanya duduk terdiam seakan dia menyembunyikan

sesuatu yang tidak boleh kuketahui. Aku semakin bingung apakah hal itu sangat

penting sampai aku pun tak boleh mengetahuinya? Karena tidak kuat menahan

amarah tiba – tiba tanganku memukul wajah Rio sampai ia terkapar ditanah.

Kemudian ia pergi dengan membawa misteri itu bersamanya, beberapa saat kemudian

ada pesan masuk dari Rio.

[maafkan aku, aku tak bisa mengatakannya sekarang

,tapi ada satu hal yang bisa ku beritau dengan jujur kepadamu bahwa dari dulu

aku juga menganggapmu sebagai sahabat terbaikku,Lean.]

- Bersambung -

Episode 3 - Sepasang mata

Aku duduk termangu

dalam kekacauan, kulihat langit layaknya kaca dalam diriku tetesan air mulai

turun menghapus semua air mataku. Kupikir aku sudah 1 langkah lebih dekat, tapi

apa ini? Sudah hampir 1 bulan aku tak mendapat kabar dari Rio sejak hari itu.

Sekarang aku kehilangan 2 orang terpenting dalam hidupku, aku sudah mulai muak

dengan penantian tiada henti ini.

Kesunyian ini kian

lama semakin menebal, entah apa yang harus kulakukan sekarang. Sudah tak

tersisa lagi warna dalam hidupku. Kujalani hari – hari ini walau sangat sepi,

kuberangkat ke kampus naik taksi seperti biasa, satu – satunya yang dapat

menemaniku sekarang hanyalah pesan – pesan masa laluku bersama Luce. Setibaku

di kampus seluruh perhatianku tertuju pada retakan layar smartphone ini. Tak

kuat menahan semua rasa ini kuputuskan tuk mengakhiri semua hari – hari tiada

arti ini.

Kupergi ke sungai

lera yang terkenal kedalamannya, aku bermaksud tuk membawa semua kenangan ini

kedasar air tuk selamanya, tak ada lagi yang tersisa dalam hidup ini. Saat aku

melangkah mendekati akhir hidupku tiba – tiba saja ada seorang gadis terjatuh

tepat mengenaiku dari jembatan atas, saat kulihat, ia tak sadarkan diri dengan

pipi yang penuh dengan tetesan air mata. Lagi – lagi rasa simpatiku terhadap

orang lain terus menghantuiku, ku angkat dan kubawa ia ke rumah sakit terdekat.

Kucoba menghubungi setiap kontak dalam Hpnya namun tak ada satupun jawaban,

karena tak ada lagi yang bisa kulakukan akhirnya ku kembali pulang dengan rasa

penasaran, mengapa ia bisa terjatuh dari atas jembatan itu.

Seiring berjalannya

waktu rasa penasaran itu mulai memudar dan menghilang dalam benakku, hari –

hari kulalui dengan tenang tapi ada satu hal yang tidak biasa, akhir – akhir

ini entah mengapa aku sering merasa ada yang selalu mengikutiku diam – diam. 1

minggu telah berlalu, kesabaranku mulai memuncak kujebak penguntit itu lewat

gang – gang sempit dan berhasil kukecoh dengan mudah.

Terlihat sosok gadis

berkerudung putih dengan pakaian islami yang terlihat elegan, membuatku tak

asing lagi, setelah mata kami saling bertatapan akhirnya aku sadar, ia adalah

gadis yang pernah jatuh dari jembatan itu.

“siapa namamu?”

“aku….” Wajahnya mulai memerah dan terlihat jelas

sedang menghindari tatapan mataku

“aku?.....kamu kenapa? Kamu sakit? Kamu kenapa?”

aku mulai kebingunan dengan keadaan ini aku mau mengecek suhu tubuhnya tapi

bagaimana caranya kan bukan muhrim, saat aku sedang bergelud dengan pikiranku

gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum sambil berkata

“Aku mencintaimu, Lean !”

Aku hanya diam tak berkata – kata namun tak terasa

air mataku sudah mulai berjatuhan, mungkin karena melihat senyumannya yang

mengingatkanku pada Luce.

“sebenarnya aku ingin mengatakannya lebih cepat,

tapi saat kulihat dirimu kau selalu terlihat seperti gelas yang akan pecah jika

aku sentuh. Maaf aku mengatakannya dengan egois, tapi aku hanya ingin kau tau

perasaan yang telah kupendam selama 3 tahun ini, lean.”

“tu-tunggu dlu, tenang ok? Tenang. Bukankah kita

baru bertemu sekitar seminggu?”  kupegang

kedua bahunya dan berusaha tuk menenangkannya, namun saat ia kembali tenang

kulepaskan kedua tanganku dengan sedikit lega. Namun rasa lega itu langsun

berubah, tetesan air mata mulai membasahi pipinya

“o-ok, sekarang sudah jelas semuanya. Kau masih

menunggu Luce ya Lean?”

Setelah itu ia pergi dengan air mata yang

bertaburan di langit – langit. Kepergiannya meninggalkan tanda tanya besar

dalam benakku, siapa dia? kenapa dia bisa mencintaiku? Kenapa dia bisa

mengenalku selama 3 tahun? Kenapa aku tak mengenalnya? Apakah aku melupakannya?

Dan yang paling penting Kenapa dia mengenal Luce?

 - Bersambung -

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!