NovelToon NovelToon

Anakku Baby Genius

Pertemuan Pertama

Larisa kurniawati adalah gadis belia berusia 18 tahun yang baru saja lulus sekolah. Belum lama setelah wisuda ia bekerja di sebuah restoran di pusat kota Bandung yang terkenal mewah dan mahal.

Malam itu ia berencana pulang usai membantu beres-beres di restoran. Larisa pulang dengan berjalan kaki lantaran sudah tidak ada bus yang lewat. Ia tinggal di sebuah kontrakan tak jauh dari restoran tempat ia bekerja.

Saat perjalanan pulang dan belum jauh dari restoran, Larisa digoda oleh para preman di jalanan. Ada tiga orang preman yang sengaja mengganggunya.

"Hai cantik mau kemana malam-malam..?" Tanya si preman itu. Larisa yang merasa ketakutan menjawabnya dengan sedikit gagap, "Sese.. Saya mau pulang bang," ucap Larisa.

"Cantik-cantik kok pulang sendiri sih...? sini biar abang yang antar," goda salah satu preman itu. " Titi.. Tidak usah bang saya bisa pulang sendiri," kata larisa sambil melangkah melarikan diri karena ketakutan.

Sementara itu di tempat lain seorang laki-laki bernama Brian Putra Atmajaya sorang pria berusia 27 tahun sedang berpesta dan menghabiskan banyak minum bersama teman-temannya. Begitulah kehidupan Brian yang suka berpesta menikmati masa bujangnya. Setelah puas ia pun pulang dan keluar dari diskotik dengan berjalan sedikit sempoyongan.

Di dekat diskotik Larisa berlari sekuat tenaga hingga jaraknya pun sudah jauh dari para preman itu, ia bersembunyi di balik mobil yang dekat dengan diskotik. Preman tersebut tidak menemukan lagi jejak Larisa dan mereka pun pergi begitu saja.

Tak lama kemudian, Larisa diagetkan oleh seorang laki-laki yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Rupanya Brian saat itu telah mabuk dan ingin berjalan masuk ke mobilnya. Kebetulan saja Larisa sedang ada di samping mobilnya saat itu.

"Oh sial, siapa yang tiba-tiba memelukku dari belakang," kata Larisa dalam hatinya. Ia berupaya untuk kabur dari orang itu. "Tuhan tolong aku, lindungi aku dari laki-laki ini," gumam Larisa di dalam hati. Larisa mencium bau alkohol dari tubuh laki-laki yang memeluknya dari belakang. "Uuuhhh.. menyengat sekali baunya," batin Larisa.

Brian yang telah mabuk berat hilang kontrol dan tak bisa mengendalikan dirinya. Larisa berusaha melepaskan diri dari pelukan pria asing di belakangnya. Ia berupaya untuk lari. Namun, Brian malah membuka mobil dan mendorong Larisa masuk ke dalam.

Larisa yang ketakutan berusaha teriak minta tolong. "Tuan tolong lepaskan tuan, saya ingin pulang tuan tolong," Larisa memohon dengan sangat.

Namun pria asing itu mengunci pintu mobil dan menutup mulut Larisa dengan kain dan mengikat tangannya. Dalam kondisi mabuk berat nafsunya benar-benar sedang membara. Perlahan-lahan Brian melepaskan baju Larisa hingga tak tertutup secuil kain pun di tubuhnya.

Ia menangis tak berdaya, dalam hatinya berkata "Tuan tolong jangan lakukan ini padaku, kumohon tuan." Gadis polos itu benar-benar memohon. Namun, sayangnya ia tak bisa melawan pria yang sedang mabuk itu. Seketika itu, hubungan badan pun terjadi di dalam mobil avansa berwarna hitam.

Larisa memang tak pernah memiliki pacar sebelumnya, walaupun begitu bukan berati tak ada laki-laki yang mendekatinya. Namun, sejak dulu ia memang belum berniat menjalin hubungan asmara dengan siapa pun. Di hati Larisa ia hanya takut mendapat pasangan yang kejam seperti ayahnya. Tapi malam ini, Larisa berhasil di terkam oleh seorang yang sama sekali tak di kenalnya.

Malam itu Brian nampak begitu buas karena banyak minum. Sedangkan Larisa hanya menangis sejadi-jadinya di dalam mobil, ketika seseorang tak ia kenal merenggut kesuciannya. Sungguh pertemuan yang sial baginya. "Tuhan apa salahku, mengapa orang ini tega menodaiku," batin Larisa sambil menangis.

Ada rasa nyeri yang ia rasa kerena perbuatan Brian. Larisa tak tau apakah besok masih bisa berjalan. Ia merasa kesakitan, sedih dan takut bagaimana jika orang lain tau jika ia sudah tak perawan lagi. Ia pun lebih takut pada reaksi ayahnya jika ia mengandung benih di luar nikah.

Kajadian malam itu membuat Larisa, teringat perlakuan ayahnya. Ia takut seolah akan terikat dengan pria yang keras seperti ayahnya. Sejak kecil, Larisa sering di siksa jika tak berhasil mengumpulkan barang bekas untuk di jual. Ia harus bisa menghasilkan uang untuk ayahnya.

Pagi hari pun tiba, Larisa baru saja terbangun dan menyadari kejadian semalam, ia menangis tersedu-sedu di dalam mobil karena merasa sudah tak suci lagi. Larisa pun langsung menggunakan baju yang ia kenakan semalam.

Brian yang baru saja tersadar amat terkejut dengan apa yang terjadi di dalam mobilnya. Ia mendapati bekas darah di kursi mobilnya. Saat itu Brian tampak menyesal karena banyak minum. Ia pun tak menyangka akan seperti ini.

"Oh Tuhan apa yang kulakukan semalam, ucapnya di dalam hati. Ia terdiam sesaat dan mengamati wajah gadis belia di sampingnya. "Darimana kutemukan gadis ini..? Dan bagaimana mungkin aku berbuat demikian..?" ucapnya sambil mengusap wajahnya.

Larisa terus saja menangis, sementara laki-laki di sampingnya menyentuh pundaknya sambil meminta maaf. "Maafkan aku nona, aku benar-benar hilaf dan hilang kendali."

"Lepaskan aku, aku bukan gadis murahan yang bisa kau sentuh seenaknya," teriak Larisa pada Brian.

"Aku bukan seorang pelacur tuan, tega sekali anda menodai gadis sepertiku." kata Larisa dengan nada tinggi.

Karena merasa tak terima dengan kejadian semalam membuat Larisa mendorong laki-laki itu dengan keras lalu menampar wajah Brian karena membuatnya merasa sangat hina.

Disamping Larisa, Brian mencoba menjelaskan "Nona aku tak sebejat yang kau kira, aku benar-benar minta maaf atas kejadian ini nona. Aku berada dibawah pengaruh alkohol semalam.

Brian memang sering ke diskotik, namun ia hanya bersenang-senang dengan temannya. Ia tak pernah sedikitpun bermain wanita.

Sejak dulu Brian memiliki prinsip bahwa ia tak ingin bermain hati jika tak ingin berakhir menyakitkan. Apa yang terjadi semalam adalah pertama kali dirinya menyentuh seorang gadis.

Seandainya ia tak mabuk mungkin tak akan seperti ini, keluhnya. "Ya Tuhan..mungkin saja ini adalah takdir agar aku bisa menikah dengan seorang gadis," batin Brian.

Kring..kring.. kring.. kring.. ponsel Larisa berdering menghentikan tangisannya sejenak. "Halo.. Larisa kau tak masuk kerja hari ini..?" tanya Anton teman kerjanya.

"Sepertinya aku sedang tidak enak badan, mungkin aku izin tidak kerja hari ini," jawab Larisa kepada Anton.

"Baiklah, cepat sembuh ya.. aku akan menjengukmu nanti." tut.. tut.. tut.. Anton menutup telepon.

Kedua orang itu masih duduk terdiam di dalam mobil.

Mereka sendang berdialog dalam hati masing-masing.

Dalam hati Brian ada rasa canggung karena belum saling mengenal.

"Hei nona.. tunjukkan alamat rumahmu, aku akan mengantarmu pulang," kata Brian yang mencoba berbaik hati pada Larisa. Sayangnya Larisa tak ingin menerima kebaikan laki-laki yang menodainya itu. "Tidak perlu tuan, saya bisa pulang sendiri," jawab larisa yang tak ingin di ketahui alamat rumahnya.

Janji Seorang Pria

Lairsa sungguh marah dengan perbuatan laki-laki di hadapannya. Ia takut akan perkataan orang-orang tentang dirinya. Sedangkan Brian, ia tak ingin menghacurkan hidup seseorang begitu saja.

"Kumohon nona izinkan aku untuk bertanggung jawab atas apa yang kuperbuat," kata Brian. Laki-laki itu terdiam dan menatap wajah Larisa. "Gadis ini cantik juga ternyata," batinnya dalam hati.

Nona katakan siapa namamu, sungguh aku akan bertanggung jawab. "Tidak, pergilah dari hidupku tuan dan jangan temui aku lagi. Kumohon jangan pernah menggangguku lagi," ucap Larisa dengan marah. Sementara Brian masih merasa bersalah karena perbuatannya.

"Dengarkan aku nona, aku Brian Putra Atmajaya berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatanku nona." Sementara Larisa tetap mengelak jika harus menikah dengan pria macam Brian. "Tidak tuan tolong jangan ungkit kejadian ini lagi dan izinkan saya pergi sekarang." Larisa pun keluar dari mobil dan segera mencari angkot keluar.

Di dalam mobil Brian merasa kacau, bagaimana jika ada yang tau kejadian ini. Bagaimana jika ia di anggap mencoreng nama baik keluarganya. Dan bagaimana jika semua orang di perusahaan tau. Dan bagaimana jika ia punya anak dari gadis itu..? Pikirnya yang sedang kalut.

*Kontrakan Larisa*

Hari itu Larisa bolos kerja. Ia langsung pulang kerumah kontrakan dan beristirahat. Betapa ia sangat syok atas apa yang ia alami. Air matanya mengalir deras, ia berharap tak akan mengandung benih dari pria sialan yang ia temui semalam.

Larisa sungguh tak menyangka ada pria asing yang menodainya, ia merasa kotor dan tak pantas lagi untuk laki-laki mana pun.

Ia menguyur seluruh tubuhnya di kamar mandi begitu lama, hingga tubuhnya menggigil. "Aku sungguh berdosa Tuhan, maafkan aku yang tak mampu menjaga diriku sendiri," batin Larisa yang merasa trauma dan menyalahkan dirinya sendiri.

Sementara itu, Anton teman kerja Larisa menjenguknya dengan membawa makanan ke kontrakan Larisa.

"Tok.. tok.. tok.. Larisa apa kau ada di dalam..?" tanya Anton di depan pintu.

Mengetahui ada suara Anton, Larisa segera berganti baju dan berpura-pura bahwa tak ada sesuatu yang terjadi padanya. Larisa kemudian membuka pintu untuk Anton.

"Ayo masuk Anton," jawab Larisa yang nampak kuyu dan pucat.

"Larisa kamu tak apa..?" tanya Anton sambil menyentuh kening Larisa.

"Badanmu panas Larisa, apa kau sudah ke dokter..?" tanya Anton khawatir.

"Tidak perlu Anton, aku beli obat di warung saja nanti," jawab Larisa.

"Baiklah kalau itu maumu, ini makanlah...! Kau pasti belum makan siang ya..?" tanya Anton.

"Aku sedang tidak nafsu makan Anton," jawab Larisa.

"Jangan begitu, makanlah yang banyak biar cepat sembuh...!" perintah Anton pada Larisa.

"Iya Anton, aku akan memakannya," ucap Larisa.

"Nah gitu dong gadis baik," ucap Anton sambil mengelus kepala Larisa.

"Kamu jaga kesehatan ya..! Aku kembali ke restoran dulu, jam istirahatnya sudah mau habis," ucap Anton.

"Hati-hati Anton, terimakasih sudah menjengukku," ucap Larisa memaksa tersenyum.

*Rumah Brian*

Satu minggu kemudian, di kediaman Galuh Atmajaya. Brian sedang melamun di teras rumahnya. Ia sedang memikirkan gadis yang tempo hari ia temui dekat diskotik. "Siapa gerangan nama gadis itu..? Bagaimana jika ia benar-benar mengandung..? sejak kejadian di mobil itu, Brian sering bermimpi menjadi ayah.

Brian sering gelisah bila ia benar akan jadi ayah. Ia sudah mengatakan akan bertanggung jawab, tapi bukankah gadis itu yang meminta pergi..? "Sial mengapa aku masih memikirkan gadis itu..?" gumam Brian kesal ditolak wanita.

"Aku harus mencarinya dan memastikan apakah ia mengandung atau tidak. Ahhh....yang benar saja mengapa aku yang jadi binggung karena bocah ingusan," dalam hati Brian mengupat.

Saat Brian melamun tiba-tiba saja ayahnya menghampirinya dan mengajak bicara, rupanya tuan Galuh berencana menyerahkan salah satu bisnis keluarga untuk Brian. Ayahnya ingin Brian belajar bertanggung jawab sebelum ia mengelola seluruh aset keluarga.

"Brian ayah ingin kamu mengelola salah satu bisnis ayah di kota ini. Mulai minggu depan kamu harus mengelola Royalty Atmajaya House," kata sang ayah yang memintanya untuk mengelola bisnis properti yang mereka punya.

Ayah Brian yang tak ingin mendengar kata tidak, membuat Brian menuruti permintaan sang ayah. "Baiklah ayah aku akan berusaha sebaik mungkin," jawab Brian pada ayahnya.

Keluarga Brian memang terkenal sebagai konglomerat yang punya pabrik dan bisnis properti, tak heran Brian suka berpesta dan pergi liburan sesuka hati. Dia bahkan suka berlibur keluar negeri bersama teman-teman dan keluarganya.

*Kontrakan Larisa*

Pagi-pagi sekali Larisa bersiap untuk berangkat kerja, ia sudah memasak untuk sang ayah sebelum pergi ke restoran. Larisa banyak belajar tentang memasak dari Anton.

Anton sahabatnya merupakan salah satu koki yang biasa memasak hidangan menu di restoran tempat ia bekerja. Kadang kala saat restoran sepi di masa pandemi, Larisa iseng minta di ajari cara menghidangkan menu makanan ala restoran.

"Anton sepertinya restoran sedang sepi, aku membawa beberapa sayuran sendiri untuk masak, bisakah kau mengajariku menyajikan menu ala restoran," pinta Larisa pada sahabatnya.

"Tentu saja Larisa, ayo kita masak bareng," ucap Anton. Anton mengajarkan Larisa membuat hidangan shushi, betapa senangnya Larisa saat diajarkan ilmu tata boga oleh sahabatnya itu.

"Anton, istrimu nanti pasti beruntung ya jika punya suami pinter masak, apa lagi seorang koki restoran terkenal," ucap Larisa.

"Larisa, gadis beruntung itu kamu kalau kamu mau nikah sama aku," batin Anton. Hanya saja yang keluar dari mulut Anton berbeda dengan isi hatinya.

"Ya tentu saja istriku akan beruntung punya suami seperti diriku ini," ucap Anton percaya diri.

"Kamu ini pede sekali yaa...wkwkwk" ucap Larisa tertawa.

"Ya harus seperti itu Larisa, kita kan memang harus punya rasa percaya diri," jelas Anton.

"Iya deh, chef Anton, tolong ajari aku memasak ya..!" pinta Larisa lagi.

"Siap tuan putri, jawab Anton.

" Aku akui kamu koki the best yang pernah aku kenal, udah kayak koki master chef aja kamu ton," ucap Larisa.

"Benarkah, apa aku tak ada duanya bagimu...?" tanya Anton.

"Tentu saja, kamu sahabat yang baik, jago masak dan sangat percaya diri," jelas Larisa.

"Jadi hanya sahabat ya..?" tanya Anton kecewa.

"Iya Anton, aku benar-benar menganggap dirimu sahabatku yang terbaik," ucap Larisa.

Jujur saja, sejatinya Anton ingin lebih dari sekedar sahabat dengan Larisa. Hanya saja ia belum menyadari perasaan Anton untuknya.

"Wahh.. akhirnya shuhi kita sudah jadi Anton," ucap Larisa mengangkat piring yang berisi shusi di atasnya.

"Ciyee udah pinter masak sekarang," ucap Anton pada Larisa.

"Iya dong, ini kan berkat kamu juga. Makasih ya Anton," ucap Larisa.

"Iya sama-sama Larisa," jawab Anton.

Selama ini, Larisa di anggap sebagai pekerja yang disiplin dan cekatan. Oleh karenanya ia berhasil naik gaji dan membuat teman kerjanya merasa tak suka.

Bos di restoran sudah mengumumkan bahwa hari itu hari gajian. Dalam hati, Larisa senang karena ia dapat membayar uang kontrakan bulan ini. Ia bersyukur masih di beri rezeki yang cukup untuk hidup bersama ayahnya.

"Alhamdulillah, ya Allah.. besok lusa bisa bayar kontrskan lagi, sepertinya aku masih bisa menabung dan membeli keperluan lain.

Hamba sangat bersyukur atas rezeki dari-Mu ya Allah.

Dipecat

*Restoran*

Siang itu, saat jam istirahat tiba Larisa bercerita kepada Anton bahwa ia telah naik gaji. Anton mengucapkan selamat kepada Larisa dan Larisa pun berjanji akan mentraktirnya makan usai pulang kerja. Anton pun menyetujui saat mereka berbincang santai di dapur restoran.

"Larisa ayo kita makan, aku sudah sangat lapar," ucap Anton.

"Baiklah, sebentar lagi aku menyusulmu," ucap Larisa.

Larisa menghampiri Anton sambil membawa kotak bekal makan siangnya.

"Nanti malam kau ada acara Anton," tanya Larisa pada Laki-laki yang ia anggap sahabat itu.

"Tidak, memang kenapa Larisa...?" tanya Anton pada Larisa.

"Aku ingin mentraktirmu jagung bakar nanti malam, aku ingin merayakan hari naik gaji Anton," jawab Larisa sambil tersenyum.

"Wahhh.. kau naik gaji rupanya," selamat yaa Larisa.

"Baiklah kita beli jagung bakar dekat alun-alun ya nanti malam," ajak Larisa pada Anton sahabatnya.

Selain membawa bekal, Anton juga membawa kue basah buatan kakaknya tadi pagi, ia memberikan kue basah itu juga pada Larisa. "Larisa aku bawa kue basah tadi, kamu mau..?" tanya Anton.

"Sepertinya enak, aku mau Anton," jawab Larisa.

"Nih kuenya," Anton memberikan kue itu pada Larisa.

"Terimakasih Anton," Larisa menerima kue itu sambil tersenyum.

"Ya Tuhan manis sekali dia," hati Anton melunak melihat pawangnya.

"Wahhh...enak sekali ini, kamu beli dimana anton?"

"Enak saja beli, ini buatan kajakku tau.. huuu."

"Benarkah?"

"Ini enak sekali, keluarga kamu emang pinter bikin makanan ya."

"Iyaa dong, pastinya.. hehehe"

Marisa teman kerjanya yang baru masuk dapur ingin ikut makan bersama keduanya.

"Anton aku juga mau dong," Anton pun menyodorkan kotak tempat kue itu pada Marisa. "Ini ambillah Marisa," ucap Anton.

"Terimakasih ya Anton," ucap Marisa.

Saat mereka makan siang di dapur dan bercerita tentang kenaikan gajinya. Salah satu pegawai restoran itu merasa iri pada Larisa, apalagi melihat kedekatan Larisa dengan Anton, Laki-laki yang selama ini ia kejar-kejar.

Selama bekerja Larisa memang sudah dekat dengan Anton, Larisa menganggapnya sebagai sahabat baiknya karena Anton selalu bersikap baik padanya.

Namun, Anton sudah menaruh hati pada Larisa sejak pertama mereka berkenalan nyaris satu tahun ini.

Larisa sering bercerita perihal keluh kesahnya pada Anton tentang Ayahnya, atau apapun yang Larisa rasakan. Karena Larisa sudah percaya pada Anton bahwa ia akan menjaga semua rahasianya.

Malam pun tiba, sebelum pulang kerja Larisa terlebih dahulu membereskan dapur restoran, ia teringat akan janjinya untuk mentraktir Anton sebagai perayaan hari naik gaji.

Larisa melihat jam dinding restoran menunjukkan sudah pukul 19. 45 pertanda restoran segera tutup. Mengingat ini masa pandemi jadi akan tutup lebih awal.

Belum selesai membereskan dapur, Marisa salah satu teman kerja Larisa datang bersama bosnya.

"Larisa katakan dimana kamu sembunyikan uang gaji saya..?" kata Marisa dengan nada tinggi. Sementara bosnya terus memandanginya dengan curiga.

Larisa nampak terkejut dengan pertanyaan itu. Seketika suasana berubah memanas karena teriakan teman kerjanya itu.

"Maaf saya tidak tahu apa-apa teh, sungguh. Saya tidak menyembunyikan apapun," jawab Larisa menjelaskan apa yang sebenarnya. "Jangan bohong kamu ya, saya tadi lihat kamu pegang amplop di dapur..?" jawab Marisa meyakinkan bosnya.

Larisa yang merasa terdesak pun menjawab perkataan Marisa sejujurnya. "Maaf teh amplop yang mana ya? amplop yang saya temukan tadi kosong tanpa isi jadi saya membuangnya," jelas Larisa.

"Omong kosong kamu, gaji saya hilang Larisa jangan-jangan kamu yang ambil," tuduh Marisa. Mendengar ucapan keras Marisa para karyawan lain berdatangan melihat kearah Marisa dan Larisa.

Sementara itu, untuk memastikan kebenarannya bos restoran itu meminta Larisa untuk membuka lokernya.

Dan bosnya sendiri yang menggeledah isi Loker itu, alangkah terkejutnya ketika ada amplop di loker Larisa yang mana itu adalah uang milik Marisa.

Larisa seketika itu mengelak bahwa ia tak mengambilnya, apalagi memasukkannya kedalam lokernya. "Sungguh saya tidak melakukan hal itu bos," jawab Larisa dengan panik.

Marisa yang melihat hal itu merasa menang, ia berhasil membuktikan pada bosnya bahwa tuduhan itu benar. Ia memang berniat menyingkirkan Larisa agar bisa mendekati Anton di tempat kerja.

"Keterlaluan kamu Larisa, apa kurang gaji yang saya berikan..? Mulai sekarang kamu di pecat Larisa," kata bosnya yang merasa jengkel.

"Tapi bos saya tidak bersalah, saya tidak tahu apa-apa bos." Mata Larisa berkaca-kaca seakan ingin meneteskan air mata.

Di sisi lain, Marisa tak henti-hentinya mengucapkan kata yang bukan-bukan pada Larisa. "Dasar maling, sekali maling tetep aja maling enak aja nyuri uang aku."

"Larisa anggap gajian hari ini adalah gaji terakhir kamu di sini, mulai sekarang saya tidak mau melihat pencuri ada di restoran saya, kamu mengerti Larisa..?" kata bosnya yang ingin segera mengusir Larisa.

"Baik pak saya mengerti, terimakasih sudah pernah menerima saya bekerja di sini pak," ucap Larisa sambil menangis dan pamit meninggalkan restoran itu.

Larisa kini benar-benar sedih, bagaimana ia bisa mendapatkan fitnah yang demikian oleh teman kerjanya sendiri. Dan bagaimana uang itu ada di dalam lokernya.

Ia berjalan pulang dengan wajah murung sementara air matanya masih mengalir, karena bingung bagaimana harus menjelaskan pada ayahnya mengapa ia bisa di pecat.

Pasti ia akan disiksa ayahnya jika tidak bisa cari uang, pasti ia kena marah jika tidak bayar uang kontrakan rumah.

Sementara itu di restoran tampatnya bekerja, Anton menanyakan kepada Marisa mengapa uang itu bisa ada di loker Marisa.

Hanya saja saat Anton menanyakan hal tersebut, Marisa pura-pura tidak tahu. Ia sengaja membuat Anton membenci Larisa agar ia bisa leluasa mendekati Anton.

Sayangnya, Anton tak semudah itu percaya pada tuduhan Marisa. Anton yakin bahwa gadis lugu seperti Larisa tak mungkin mencuri uang gajian milik teman kerjanya. Anton pun tau bahwa Larisa bukanlah gadis yang gelap mata demi uang.

"Marisa aku ingin bicara denganmu" ucap Anton menegur Marisa saat ia akan pulang.

"Iya Anton, kau mau mengantarku pulang ya..?" ucap Marisa dengan percaya diri.

"Tidak aku hanya ingin bertanya, bagaimana uang gajimu bisa ada di loker Larisa..?" tanya Anton.

"Mana kutau Larisa saja yang gelap mata sampai mencuri uangku. Sekali maling tetep aja maling, dia itu ngak pantes kerja di sini," jawab Marisa.

"Omong kosong, aku ga percaya Larisa melakukan itu," ucap Anton membela Larisa.

"Sial aku sengaja melakukannya agar Anton menjauhi Larisa, tapi ini malah sebaliknya justru Anton yang membelanya" kata Marisa dalam hati.

"Terserah kau saja jika tak percaya, kamu itu sudah di tipu wajah polos Larisa, Anton," jawab Marisa.

Marisa tau Anton bisa sangat percaya pada Larisa, karena ia sudah cinta buta pada Larisa.

Ia merasa bahwa Larisa adalah saingan terberat untuk mendapatkan hati Anton. Jadi itu sebabnya Marisa ingin agar Larisa enyah dari hadapan pria yang dicintainya itu.

"Anton lihat saja nanti aku akan mendapatkan hatimu dengan cara apapun, aku sangat mencintaimu Anton," batin Marisa dalam hati.

Ketika Marisa berusaha mengejar Anton, laki-laki incarannya itu malah memilih gadis lain yaitu Larisa.

Suatu hari Anton diam - diam menyelidiki bagaimana bisa ada fitnah yang begitu kejam mengena pada Larisa. Hingga ia harus kehilangan pekerjaannya saat ini.

"Tunggu saja Marisa, aku akan buktikan bahwa Larisa tak bersalah dan aku akan membersihkan nama Larisa di tempat ini" batin Anton dalam hati.

Anton mencoba melacak rekam CCTV di restoran itu, tapi sepertinya ia sekongkol dengan karyawan lain untuk menghapus rekam CCTV ketika hari terakhir Larisa bekerja.

Sebenarnya Anton kecewa pada bosnya yang mudah percaya tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu.

Hanya saja itu sudah berlalu, Larisa tak mungkin bekerja di restoran itu lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!