Suasana begitu tegang dalam rumah sederhana itu, jam sudah menunjukan pukul tiga dini hari. Semua orang menunggu seorang wanita yang sedang berjuang melahirkan anak keduanya.
Wanita itu mengejan dengan sekuat tenaga. Sementara sang suami terus menyemangatinya dan memberikan dukungan/
"Ayo, Sayang. Putra kita akan segera lahir," ucapnya.
Sang wanita yang memegang tangan suaminya dengan sangat erat menarik nafas dan menghembuskannya, terus seperti itu berulang kali. Sementara bidang yang membantunya juga terus memberikan isntruksi agar dia mengejang sekuat tenaga.
Sementara di luar, Nenek memangku cucu perempuannya yang berusia delapan tahun sambil terus menggumakan doa-doa. Dia diitemani sepasang suami istri yang juga memangku putra mereka yang berusia 10 tahun.
"Apakah adik bayinya belum keluar?" tanya bocah lelaki itu dngan suara cemprengnya.
"Sebentar lagi, Nak. Adik laki laki Arfan pasti akan segera lahir," ucap ibunya membelai punggung Arfan.
"Tapi Arfan mau adik perempuan," rengek Arfan dengan mata yang berkaca-kaca dan hidung sudah kembang kempis menahan tangis.
"Tapi semua orang mengharapkan adik bayi laki laki. Om dan tante 'kan sudah punya anak perempuan, jadi sekarang mereka mau anak laki laki."
"Tapi Arfan maunya adik bayi perempuan." Bocah itu bersikeras, membuat orang tuanya terkekeh.
"Kan Arfan sudah punya adik perempuan, itu Elsa," kata Nenek sembari menyisir rambut panjang Elsa dengan jari jemarinya.
"Elsa mau jadi istri Arfan saja, nanti adik bayinya jadi adik Arfan."
Sontak semua orang tertawa mendengar celotehan bocah lelaki tersebut. Sementara anak yang bernama Elsa Karina hanya diam saja, memeluk sang nenek dengan erat dan ia tak mengerti apa yang di katakan kakak sepupunya itu.
Tak lama kemudian terdengar suara tangis bayi dari dalam kamar. Mereka semua berbondong-bondong masuk untuk menyambut kelahiran adik Elsa.
"Alhamdulillah, putri kalian terlahir dengan sehat dan sempurna," seru sang bidan tapi justru terlihat raut kekecewaan di wajah semua orang, kecuali di wajah Nenek dan Arfan.
"Yeeey, Arfan punya adik perempuan!" sorak Arfan sangat gembira.
"Alhamdulillah, baik laki laki maupun perempuan, anak tetap lah anak. Anugerah dan titipan dari Allah," ucap Nenek. Sementara wanita yang baru saja melahirkan itu masih tampak kecewa begitu juga dengan suaminya karena mereka sungguh mengharapkan anak laki-laki
"Kalian mau beri nama siapa putri cantik ini? Ya Allah, dia sungguh cantik" gumam sang nenek melihat bayi yg kini sudah di bersihkan oleh bidan itu.
"Entahlah, Bu. Kami hanya menyiapkan nama untuk anak laki laki, bukan untuk anak perempuan" ucap Malik, ayah dari bayi itu.
"Benar, Bu. Kami sangat menginginkan anak laki-laki" sambung istri Malik yg bernama Isna, ia masih terlihat sangat lemas setelah berjuang mati matian melahirkan anak keduanya itu.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memberikan nya nama Elnaz Mikayla"
"Bolehkah Arfan mencium adik Elnaz?" tanya Arfan dengan suara nyaring nya. Mata nya mebulat saat menatap Elnaz yg begitu mungil dan menggemaskan.
"Boleh, seperti nya kamu akan menjadi orang pertama yg mencium peri kecil ini" sindir ibu nya Malik karena seperti nya Malik dan Isna benar benar sangat kecewa dengan kelahiran Elnaz.
"Arfan mau menjadi orang pertama, terkahir dan satu satu nya yg mencium adik Elnaz" ucap Arfan sembari berkedip kedip lucu dan tersenyum senang. Ia pun mencium kening baby Elnaz "Ya Tuhan, dia lembut sekali, Nenek" adu nya sembari menatap nenek nya dengan mata lebar nya, ia pun melanjutkan mencium ujung hidung adik bayi nya itu, di lanjutkan di kedua pipi nya dan berakhir di bibir nya.
"Kamu menyukai nya?" tanya Yuni yg tak lain adalah ibu nya Arfan, kakak kandung Malik.
"Suka, Mama. Adik Elnaz sangat lembut, sangat cantik, sangat lucu. Arfan mau adik Elnaz selama nya bersama Arfan, jadi adik Arfan. Selama nya... Selama nya"
.........
Walaupun kehadiran Elnaz tidak di harapkan oleh kedua orang tua nya, namun mereka tetap menyayangi Elnaz, perduli pada Elnaz dan merawat nya dengan baik. Walaupun mereka tak begitu dekat dengan Elnaz seperti mereka dekat dengan Elsa, kakak Elnaz. Jika Elnaz meminta sesuatu, mereka akan memberikan nya, dengan begitu hambar. Tak ada rasa antusias ataupun kebahagiaan atau pun kekesalan pada Elnaz.
Berbeda dengan Elsa, jika Elsa meminta sesuatu, mereka dengan antusias akan membelikan nya. Dan jika yg di minta Elsa yg tidak tidak, mereka akan memarahi Elsa dan itu adalah bentuk cinta yg begitu kuat terhadap Elsa.
Hanya ada dua orang yg sangat dekat dengan Elnaz, sang nenek dan sang kakak sepupu, Arfan. Arfan begitu memanjakan Elnaz, memberikan apapun yg Elnaz mau. Bahkan memberikan hadiah hampir setiap minggu.
Arfan juga selalu membantu Elnaz mengerjakan PR nya, menemani nya bermain dan sebagainya. Elnaz bahkan merasa bahwa Arfan lah kakak kandung nya, bukan Elsa yg bahkan tidak memberikan hadiah di ulang tahun Elnaz. Sementara di hari ulang tahun Elnaz, Arfan akan memberikan segudang hadiah untuk adik tercinta nya.
Dan hari ini, tepat di ulang tahun Elnaz yg ke 10, Arfan membawakan berbagai macam hadiah. Tiga set pyjama bergambar duck kesukaan nya, satu set seprei lengkap dengan bad cover nya yg juga bergambar duck, tas sekolah beserta isi nya dan juga sepatu lengkap dengan kaos kaki nya. Jangan lupakan juga flat shoes berwarna pink dengan pita di depan nya dan juga gaun dengan warna senada. Manis sekali.
"Wah, banyak sekali hadiah nya, Kak" seru Elnaz senang.
"Masih ada satu lagi, Princess" ucap Arfan. Kemudian ia berlutut sehingga tubuhnya sejajar dengan tubuh Elnaz. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kalung yg bertuliskan nama Elnaz "Kau suka?" tanya Arfan dan dengan cepat Elnaz mengangguk. Arfan pun memakaikan kalung itu.
"Ini hari yg spesial untuk mu, juga sangat spesial untuk ku. Kau tahu apa yg spesial, Princess?" Elnaz menggeleng dengan tatapan yg sangat menggemaskan, membuat Arfan tidak tahan untuk tidak mencubit pipi chubby adik sepupunya itu.
"Karena, aku dan kakak mu resmi menjadi kekasih" ucap Arfan yg malah membuat Elnaz bingung.
"Apa itu kekasih, Kak?" tanya nya polos sembari menyentuh kalung yg menggantung di leher nya dengan begitu indah.
"Kekasih itu, adalah dua insan yg saling mencintai dan kemudian menyatukan cinta mereka dalam suatu hubungan yg spesial. Nanti, saat Elnaz sudah di dewasa, Elnaz juga akan punya kekasih" ucap Arfan dan Elnaz mengangguk sembari tersenyum lebar.
"Elnaz mencintai Kak Arfan dan nenek, apakah kalian mau menjadi kekasih Elnaz?"
.........
8 tahun kemudian...
Gadis berusia 18 tahun itu memegang pensil dengan tangan yg gemetar dan ia dengan sangat terpaksa menandatangani surat itu, air mata terus mengalir bebas di di pipi nya, membasahi pipi yg selembut sutra itu. Namun tak ada yg peduli.
Tidak ada yg peduli dia menangisi takdir nya yg kini bersanding di pelaminan dengan kakak sepupu nya sendiri, tunangan kakak nya.
Bagaiamana bisa semua ini terjadi?
Hidupnya berubah 180 derajat hanya dalam hitungan menit, kakak sepupu yg ia anggap kakak nya sendiri kini telah sah menjadi suami nya. Kakak sepupu yg akan menjadi kakak ipar nya justru kini menjadi suami nya.
Kakak sepupu yg begitu memanjakan nya sebagai adik sejak ia di lahirkan kini menjadi suaminya.
Suami, seorang suami. Dan ia adalah istrinya, sebuah kenyataan yang tak pernah terbersit sedikitpun dalam benak Elnaz.
^^^Surabaya^^^
Undangan yg bertuliskan ARFAN WED'S ELSA telah tersebar ke semua kerabat maupun teman teman kedua insan yg sedang di mabuk asmara itu. Setelah 6 tahun pacaran dan dua tahun bertunangan, kini mereka akan memasuki tahap terkahir dalam hubungan mereka. Yg paling di tunggu, yg paling berarti dan yg sakral. Yaitu sebuah pernikahan.
Seluruh persiapan sudah sangat siap, karena kedua pihak keluarga sangat antusias dan bekerja sama dengan sangat baik dalam mengurus pernikahan pemuda yg masih saudara sepupu itu.
Semenjak Arfan menyatakan cinta nya pada Elsa 8 tahun yg lalu dan mereka resmi menjadi sepasang kekasih, kedua insan itu tak pernah sungkan menunujukan kemesraan di depan siapapun terutama di depan keluarga mereka. Dan semua orang mendukung hubungan kedua nya, terutama ibu Elsa dan ibu nya Arfan. Kini ikatan mereka akan semakin kuat dengan pernikahan Arfan dan Elsa.
Dan saat ini, Arfan sedang sibuk memilihkan gaun untuk adik tersayang nya, Elnaz.
"Bagaiamana dengan yg ini, Princess" Arfan menunujukan sebuah gaun berwarna peach, akan sangat cocok di kulit Elnaz yg seputih susu.
"Boleh" jawab Elnaz sembari tersenyum kikuk.
Bukan karena apa, tapi karena Elsa sejak tadi sudah menggerutu karena Arfan yg terus sibuk mengurus Elnaz.
"Kamu suka? Kenapa wajah nya datar begitu?" tanya Arfan lagi.
"El suka, Kak Arfan" ucap Elnaz memaksakan bibir nya tersenyum.
"Baiklah, kita ambil yg ini. Sekarang kita cari flat shoes yg cocok" ujar Arfan.
"Arfan, yg mau menikah itu kita. Kenapa kamu malah sibuk mengurus Elnaz, lagi pula dia kan bisa memakai apa saja yg ada di rumah" ketus Elsa kesal, membuat Elnaz langsung menunduk takut dan memainkan ujung jilbab nya.
"Justru karena ini pernikahan kita, Sa. Aku mau adik tercinta ku ini juga tampil sangat cantik di pernikahan ku, ya kan, princess?" Dan Elnaz hanya bisa tersenyum tipis.
"Di rumah flat shoes banyak berbagai model dan warna. Tinggal dia pilih mau yg mana" ujar Elsa lagi.
"Ini hari yg sangat istimewa untuk kita semua, Sa. Masak iya Elnaz harus pakai barang lama" ucap Arfan lagi yg membuat Elsa terlihat sangat kesal.
"Ya sudah, terserah kalian saja. Aku tunggu di mobil" ujar nya dan ia pun segera kembali ke mobil Arfan.
Sesampainya di mobil, Elsa berkaca dan menambahkan lipstik di bibir nya yg terasa pucat kemudian merapikan rambutnya yg teruari bebas. Elsa memang tidak menggunakan hijab seperti Elnaz. Karena kedua orang tua Elsa mempersilahkan Elsa untuk memilih memakai hijab atau tidak, mereka tidak masalah. Sementara Elnaz, sejak kecil sang nenek selalu mengajari nya untuk menutup aurat, membaca Qur'an, dan sholat tepat waktu.
Elnaz menyukai sastra, dan setelan lulus ia berencana akan kuliah dan mengambil jurusan sastra. Sementara Elsa suka dunia modeling dan sangat ingin menjadi model. Ia sudah mengirimkan beberapa lamaran nya pada beberapa agensi model baik di kota asalnya Surabaya maupun ke kota kota yg lain. Namun yg sangat Elsa harapkan adalah ia ingin sekali pergi ke ibu kota, memulai karir nya disana dan sukses di sana.
Sementara Arfan, dia adalah seorang Dokter yang akan menjadi Dokter bedah. Cukup mapan di usia nya sekarang, karena itulah kedua insan itu memutuskan menikah dan akan pindah ke Jakarta setelah menikah. Arfan bahkan sudah membeli rumah sederhana di sana untuk diri nya dan Elsa kelak dari uang tabungan nya sejak dulu dan juga dari hasil gaji nya sebagai Dokter umum.
"Lama sekali mereka, sebenarnya yg calon istri Arfan itu aku apa Elnaz?" gerutu Elsa sembari membuka email dari ponsel nya, berharap ia segera mendapatkan balasan email dari agensi model nya.
Sementara di dalam, Arfan dan Elnaz kini berada di toko sepatu. Arfan mencarikan sepatu flat shoes untuk Elnaz karena Elnaz tidak bisa memakai high heels.
"Kak, kita pulang saja. Nanti Kak Elsa marah" rengek Elnaz takut, kakak kandung nya itu sering sekali bersikap dingin pada Elnaz jika Elnaz melakukan sesuatu yg membuat kakak nya kesal.
"Marah kenapa? Kita kan cuma cari sepatu" jawab Arfan santai. Elnaz pun hanya bisa mendesah lesu, habislah diri nya setelah ini. Pasti kakak nya akan terus memelototi nya dan bersikap dingin pada nya.
"Kak, El mau cepat cepat pulang. Sebentar lagi kan ujian nasional, El harus belajar" Elnaz kembali merengek, kali ini membuat Arfan yg mendesah lesu.
"Iya iya, Princess. Baiklah, bagaimana dengan ini?" Arfan memperlihatkan flat shoes dari Tory Burch.
"Iya, bagus" jawab Elnaz cepat.
"Coba dulu" pinta Arfan dan ia berlutut di depan Elnaz, Elnaz pun melepaskan sandal nya dan mencoba sepatu baru nya.
"Pas" ucap nya cepat.
"Baiklah, kita bayar dulu. Jangan cemberut begitu, nanti pipi mu semakin mengembung seperti balon" goda Arfan yg justru membuat Elnaz semakin cemberut.
Setelah membayar sepatu itu, Elnaz dan Arfan pun segera menyusul Elsa ke mobil.
"Lama nya, sampai lumutan aku menunggu di sini" ucap Elsa melirik tajam Elnaz yg kini sudah duduk di jok belakang.
"Jangan seperti itu, Elsa Sayang" ucap Arfan sembari tertawa kecil, mencoba menghibur tunangan nya ini "Nanti cantik mu hilang kalau marah marah" ucap nya sembari mencolek hidung Elsa, berhasil menerbitkan senyuman di bibir Elsa.
Arfan pun keluar dari area parkiran pusat perbelanjaan itu dan ia menyetir dengan santai.
"Sayang, ada yg belum kita putuskan lho" ucap Elsa sembari menatap Arfan penuh cinta, dan Arfan menatap nya dengan tatapan yg sama.
"Memang apa yg belum kita putuskan? Rumah sudah ada, bahkan kamu hanya ingin satu anak, aku sudah setuju, kamu ingin jadi model, aku sudah setuju, memang apa lagi?" tanya Arfan lembut.
"Honeymoon" ucap Elsa malu malu dan seketika Arfan tampak terkejut.
"Oh ya ya... Memang nya kamu mau kemana?"
"Aku ingin ke Paris, mau liat menara eiffel" ucap Elsa manja.
"Paris ya..." gumam Arfan "Mengurus keberangkatan ke Paris kan tidak mudah, dan butuh biaya yg cukup banyak juga, Sayang. Sementara kita sudah mengeluarkan uang yg sangat banyak untuk pernikahan kita" tutur Arfan dan terselip nada penyesalan disana, karena ia tak bisa memenuhi permintaan calon istrinya. Ia memang masih ada simpanan, tapi jika harus ke Paris, belum lagi nanti pasti Elsa belanja gila gilaan disana, maka semua uang simpanan Arfan bisa habis. Elsa yg mendengar itu langsung cemberut, ia sangat ingin pergi ke Paris.
"Nanti aku nabung dulu ya, kalau sudah punya cukup uang, aku janji akan bawa kamu ke Paris. Untuk sementara, bulan madu nya ke luar kota aja ya" bujuk Arfan dan Elsa mengangguk setuju, ia bergelanyut manja di lengan Arfan.
"Iya, engga apa apa kok. Yg penting aku selalu bersama kamu, itu aja yg aku mau dalam hidup ku"
Arfan mengecup kening Elsa mesra "Itu juga yg aku mau" bisik Arfan.
Sementara Elnaz yg hanya menjadi pajangan dalam mobil itu hanya bisa menyunggingkan senyum sumringah nya. Melihat kedua kakaknya terlihat sangat bahagia, membuat Elnaz juga merasa sangat bahagia.
Hingga tiba tiba Arfan menghentikan mobil nya membuat kedua gadis itu sangat terkejut.
"Ada apa?" tanya Elsa.
"Sepertinya ada kecelakaan" ucap Arfan yg melihat kerumunan di seberang jalan "Kalian tunggu di sini, aku akan memeriksa nya. Siapa tahu aku bisa membantu" ucap Arfan dan ia segera melompat turun dari mobil, Elsa pun juga ikut turun membuat Elnaz juga ikut ikutan mengejar Arfan.
Arfan melihat seorang pria yg seperti nya mengalami kecelakaan tunggal, pria itu terbaring di lantai dengan kepala yg berdarah. Sementara orang orang tak berani membantu karena takut salah.
"Sudah panggil ambulance?" teriak Arfan sembari memeriksa keadaan pria itu.
"Sudah" jawab salah seorang pria di sana.
"Dia hanya pingsan dan shock" gumam Arfan, ia pun mencoba memangku pria itu, ia menarik shal salah satu orang di sana dan menekan bagian kepala nya yg berdarah dengan shal itu.
Tak lama kemudian ambulance datang, petugas medis segera turun dengan membawa tandu di susul seorang Dokter.
"Dokter Arfan..." seru Dokter itu.
"Oh, Dokter Mike, syukurlah kau datang dengan cepat"
Petugas medis pun langsung dengan sigap memindahkan pria itu ke tandu dan membawa nya masuk ke ambulance.
"Dia mengalami cidera kepala karena tidak memakai helm, ini kecelakaan tunggal seperti nya. Langsung periksa bagian tengkorak nya, takut nya ada keretakan yg parah atau penggumpalan darah dalam otak nya" Arfan berbicara sembari ikut mengantar pria itu ke ambulance.
"Terima kasih" ucap Dokter Mike.
Kini perhatian Arfan tertuju pada Elnaz yg terlihat pucat dan lemas, tubuhnya pun sudah terlihat limbung dan dalam detik selanjutnya ia terjatuh pingsan dan dengan sigap Arfan menangkap tubuh kecil Elnaz.
Ia pun segera berlari membawa nya ke mobil di ikuti Elsa yg juga berlari.
"Sudah aku bilang, tunggu di mobil. Sudah tahu Elnaz itu phobia terhadap darah" gerutu Arfan sembari menidurkan Elnaz di jok belakang dan ia pun ikut masuk dan duduk di jok belakang, Arfan meletakkan kepala Elnaz di pangkuan nya sementar Elsa kini menggantikan posisi Arfan untuk menyetir.
"Dia ikut sendiri, Fan" ujar Elsa kesal karena Arfan seolah menyalahkan nya.
Elnaz memang phobia terhadap darah sesedikit apapun, bahkan setiap kali ia mendapatkan tamu bulanan nya itu akan membuat nya terbaring lemas. Dan semua orang tahu itu termasuk Arfan.
"Aku tidak bermaksud menyalakan mu, Sayang maafkan aku" ucap Arfan tulus dan ia menatap Elsa dari kaca spion, Elsa mengangguk mengerti dan tersenyum. Arfan memang sangat menyayangi dan memanjakan Elnaz, dan semua orang juga tahu akan hal itu.
Sesampainya di rumah Elnaz, Arfan segera membawa Elnaz ke kamar nya dan menidurkan nya di ranjang dengan seprei yg masih dengan motif yg sama, bergambar duck. Arfan melepaskan sandal Elnaz, menyalakan AC kamar nya dan menarik selimut menutupi setengah tubuh adik kecilnya itu.
Setelah itu, ia keluar dan menemui Elsa.
"Sayang, aku harus kerumah sakit" ucap Arfan dan Elsa mengangguk sembari berkata
"Hati hati, Sayang"
"Iya" ucap Arfan dan ia pun segera pergi dari rumah calon istri nya.
Hari yg di tunggu semua orang akhirnya tiba, dimana pernikahan Arfan dan Elsa akan di laksanakan. Semua orang Merasa sangat bahagia dengan wajah berseri seri, begitu juga dengan Elnaz. Namun ia sedikit cemberut, karena pernikahan kakak tercinta nya itu bersamaan dengan ujian kelulusannya. Sehingga ia tak begitu banyak berkontribusi dalam mempersiapkan pernikahan mereka karena Elnaz harus terus belajar.
Acara pernikahan juga di gelar di salah satu hotel yg tak jauh dari rumah mereka, karena memang rumah Elsa dan Erfan itu berdampingan.
"Wajah mu tegang sekali, Princess" ujar Arfan yg melihat Elnaz tampak sangat tegang, Arfan tahu alasan nya. Yaitu karena besok adalah hari terkahir ujian kelulusannya "Jangan khawatir, kamu pasti bisa lulus dengan nilai terbaik" hibur nya lagi.
"Semoga saja, Kak" lirih Elnaz.
Beberapa menit lagi menjelang akad, Arfan sudah sangat siap dan ia tampak sangat tampan dengan setelan berwarna putih tulang yg melekat di tubuh nya. Sementara Elnaz mengenakan gaun dan sepatu yg di belikan Arfan.
Kini meraka hanya menunggu pengantin wanita datang, karena penghulu dan orang orang yg akan menjadi saksi janji suci Arfan dan Elsa pun sudah datang.
Arfan melirik ke sekitar nya, dan ia tidak mendapati kedua orang tua nya maupun Om dan Tante nya disana. Bahkan nenek nya tidak ada, yg ada hanya kerabat jauh, para tetangga dan tamu undangan.
Arfan melirik arloji nya, jam sudah menunjukan pukul 19.15. Padahal akad di jadwalkan jam 19.00.
Elnaz pun juga celingukan kekanan ke kiri mencari keluarga nya yg tidak ada kelihatan batang hidung nya.
"Biar El susul mereka ke kamar Kak Elsa ya, Kak" ujar Elnaz menawarkan diri. Arfan mengangguk, namun kemudian ia malah menghentikan langkah Elnaz.
"Biar kakak saja, El" seru Arfan.
Arfan pun menghampiri Elsa dan yg lain nya di kamar rias Elsa yg juga akan menjadi kamar pengantin mereka.
"Elsa..." panggil Arfan karena ia melihat Elsa yg seperti baru saja ganti baju.
"Oh tuhan, syukurkah kau datang. Baru saja aku akan memanggil mu" ucap Elsa.
"Ada apa? Kenapa kamu belum siap? Acara akad sudah harus di laksanakan, kenapa kalian semua di sini?" tanya Arfan bingung.
"Arfan, aku harus pergi ke Jakarta sekarang juga"
"Apa?" pekik Arfan tak percaya, ia bahkan merasa limbung mendengar pengakuan Elsa "Jangan bercanda, Sa. Malam ini malam pernikahan kita, penghulu, tamu, saksi, semua nya sudah menunggu di bawah" seru Arfan yg tak habis fikir dengan apa yg sudah di ucapkan Elsa.
"Aku tahu, Sayang. Jangan panik dulu..." ucap Elsa mencoba menenangkan Arfan, sementara keluarga yg lain hanya terdiam.
"Jangan panik bagaimana? Memang nya kenapa kamu harus ke Jakarta?"
"Aku di terima di salah satu agensi model di sana dan harus melakukan pemotretan jam 10 nanti. Kalau aku lolos, aku bisa ke Paris dan melakukan fashion show week di sana"
"Apa?" lirih Arfan semakin tak habis fikir dengan apa yg di katakan calon istri nya "Kamu mau membatalkan pernikahan kita cuma itu hal itu?" ia bertanya dengan luka yg teramat sakit.
"Engga, Sayang. Pernikahan kita tidak akan batal, karena itulah kamu tenang dulu dan aku punya solusi untuk masalah ini. Pernikahan kita tidak akan batal dan aku tidak kehilangan kesempatan emas ini"
"Cara apa? Mengundur pernikahan kita?" desis Arfan dengan menahan segala perasaan yg bekecamuk dalam hati nya.
"Bukan, tapi mengganti mempelai wanita nya"
"Apa? Kamu mau aku menikahi wanita lain?" pekik Arfan yg sudah semakin tidak mengerti dengan arah jalan fikiran Elsa. Elsa menggeram tertahan, ia melirik arloji nya karena ia benar benar buru buru sekarang, ia tidak mau kehilangan kesempatan emas ini.
"Begini, kamu akan tetap menikahi ku, mengucap akad atas nama ku, tapi Elnaz yg akan di samping mu" tutur Elsa yg membuat Arfan semakin tercengang.
"Kamu bicara apa, Elsa?" Arfan berkata dengan nada yg meninggi "Pernikahan itu bukan permainan"
"Arfan..." Elsa menggeram kesal "Aku tahu, dan aku tidak bermaksud mempermainkan pernikahan. Tapi ini satu satu cara nya supaya pernikahan kira tetap terjadi dan aku juga engga kehilangan kesempatan untuk menjadi model internasional. Besok siang aku sudah akan di Surabaya, aku akan pulang, Sayang. Aku cuma tidak bisa mendampingi mu di pelaminan, itu saja. Elnaz akan mendampingi mu, dia akan menggunakan cadar jadi tidak akan ada yg tahu kalau itu bukan aku, sementara kamu tetap akan mengucapkan akad atas nama ku. Tetap aku yg akan menjadi istri mu, Elnaz hanya menggantikan ku duduk di pelaminan saja. Dan aku sudah berbicara dengan keluarga kita, mereka setuju"
Arfan jatuh terduduk lemas ke tepi ranjang yg bertabur kelopak bunga mawar segar. Ia merasa darah nya berhenti mengalir dan jantung nya berhenti berdetak.
"Aku yg tidak setuju" seru sang nenek "Kenapa kamu begitu egois, Sa? Kamu mempermainkan Arfan dan Elnaz" ujar sang nenek dengan tatapan berkilat penuh amarah.
"Nek, apa nya yg di permainkan? Ini masih pernikahan kami, Nek. Cuma pas duduk di pelaminan aja Elnaz yg mengganti kan ku" ujar Elsa yg seperti nya juga menahan kesal. Sementara Bu Isna segera memanggil Elnaz untuk bersiap menggantikan posisi Elsa di pelaminan.
Elnaz yg di bawa masuk ke ruang pengantin hanya bisa kebingungan, apa lagi saat ibu nya menyuruh Elnaz mengganti pakaian nya dengan pakaian pengantin kakak nya.
"Ma, kenapa El di suruh memakai pakaian Kak Elsa?" tanya Elnaz namun sang ibu malah mendorong Elnaz ke kamar mandi.
"Cepat, El. Sudah engga ada waktu" ujar sang ibu dan ia ikut masuk, Bu Isna membantu pakaian dan Elnaz terus bertanya kenapa dan kenapa, namun Bu Isna seolah tuli.
Sementara Arfan masih mematung, fikiran nya blank, perasaan nya kacau.
Setelah selesai berganti pakaian, Bu Isna memakaikan cadar pada Elnaz dan hanya memperlihatkan mata nya saja.
"Dek..." seru Elsa sembari menggenggam tangan Elnaz "Kakak minta tolong ya, kamu temani Arfan duduk di pelaminan karena kakak harus pergi sebentar. Dan jangan bersuara ya supaya engga ketahuan kalau kamu itu bukan kakak, Arfan juga akan tetap mengucapkan akad atas nama Kakak. Kamu cuma duduk di samping nya saja selama acara berlangsung, besok siang kakak sudah akan pulang "
Elnaz hanya tercengang, ia tidak mengerti sama sekali apa yg di ucapkan oleh kakak nya itu.
"Aku pergi dulu" seru Elsa sembari menarik tas nya yg sudah berusia dompet dan ponsel, Elsa mengecup pipi Arfan singkat "I love you, tolong jangan marah ya. Aku janji besok siang sudah akan pulang dan kita akan menikmati waktu kita sebagai suami istri"
Arfan tak menanggapi sama sekali, bahkan saat Elsa sudah pergi dari sana.
"Apa yg terjadi? Apa maksud nya ini? Nek?" Elnaz menatap sendu sang nenek, nenek nya pun membelai kepala Elnaz sayang.
"Nenek tidak tahu, Nak. Karena ini permainan takdir yg tidak bisa di cerna dengan logika" ucap nya lembut.
"Sudahlah jangan sedih, Elnaz hanya akan menggantikan posisi Elsa di pelaminan saja, bukan di kehidupan Arfan sebagai istri Arfan. Ini bukan masalah besar, tapi ingat jangan sampai kamu bersuara, Elnaz. Dan jangan sampai ada yg menyadari bahwa kamu bukan Elsa" seru Bu Isna yg seketika membuat hati Elnaz terasa tersayat.
"Ayo, kita harus turun atau tamu mulai akan curiga" seru Adi, ayah Arfan.
Adi dan Yuni menggiring Arfan menuju pelaminan, dan Arfan yg seperti jiwa tanpa raga pun ikut saja. Begitu juga dengan Isan dan Malik menuntun Elnaz menuju pelaminan.
Kini, mereka berdua sudah duduk bersanding di depan penghulu. Elnaz merasa begitu gemetaran, ia merasa panas dingin, jantung nya berdebar tak karuan. Bahkan kepala nya terasa pusing dan pandangan nya buram.
"Nak Arfan, jabat tangan saya dan kita akan memulai ijab kabul ya" seru sang penghulu yg segera mengembalikan kesadaran Arfan. Ia menatap tangan penghulu itu lekat lekat dan tak menyambut nya "Nak Arfan...." seru sang penghulu lagi.
"Boleh minta waktu sebentar?" tanya Arfan yg membuat penghulu itu kebingungan, namun kemudian penghulu itu memenuhi permintaan Arfan.
Arfan mendekati Ayah Elnaz dan mengajak nya untuk berbicara dengan nya juga penghulu, dengan hati yang berdebar Pak Malik pun mengikuti Arfan dan penghulu itu juga dua saksi lain nya
Sementara keluarga Arfan dan keluarga Elnaz menunggu ijab kabul dengan hati yg berdebar, mereka tidak tahu apa yg akan terjadi setelah ini dan mereka tidak tahu apakah keputusan ini benar atau tidak dan mereka tidak tahu apa yang Arfan, Pak Malik dan Penghulu bicarakan.
Hingga tak lama kemudian mereka pun kembali dan duduk di tempat masing masing.
"Bisa kita mulai, Nak Arfan?" tanya penghulu itu dan Arfan mengangguk yakin, penghulu itu menatap Pak Malik dan ia pun juga menganggukan kepala nya.
Sebelum ijab, penghulu mengucapkan istighfar dan membaca sholawat yg kemudian di lanjutkan dengan basmalah dan baru lah ia mengucapkan ijab dengan tegas.
"Bismillahirrahamanirrahiim, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau wahai saudara Arfan Syarif putra bapak Muhammad Adi dengan wanita pilihan engkau Elnaz Mikayla putri bapak Abdul Malik yang walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda dengan mas kawin uang sebesar sembilan juta rupiah, emas sebanyak 9 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai"
DUARRRR....
Seperti di sambar petir, baik keluarga Arfan apa lagi keluarga Elnaz mendengar ijab itu, bahkan Elnaz merasa mati rasa. Ia hanya bisa menahan nafas apa lagi saat dengan begitu lancar Arfan menjawab ijab nya bahkan hanya dengan satu tarikan nafas. Ia melirik Ayah nya itu dengan nanar, dan sungguh tak menyangka ia menyerahkan diri nya pada Arfan sebagai pengantin pengganti dari kakak nya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Elnaz Mikayla putri bapak Abdul Malik dengan mas kawin tersebut tunai"
"Bagaimana saksi?"
Saksi yg di undang menatap keluarga Elnaz dan keluarga Arfan karena mereka semua hanya diam membisu. Bahkan terlihat sekali keterkejutan di wajah mereka.
"Bagaiamana saksi? Apa perlu di ulang lagi?" tanya penghulu yg saat ini masih. menjabat tangan Arfan.
Sementara Elnaz, gadis kecil itu hanya bisa menangis dan berharap pernikahan ini tidak di sah kan. Apa yg akan terjadi dalam hidup nya setelah ini?
Elnaz terus berdoa dan berharap mereka semua tidak men sah kan pernikahan ini, namun..
"SAH..." ucap kedua saksi dan Pak Malik yg membuat seluruh tubuh Elnaz semakin lemas, seandainya ia tak duduk mungkin sekarang ia sudah jatuh terjerambab ke lantai. Air mata semakin deras mengalir di pipi nya, dada nya begitu sesak, hati nya terasa sakit dan perih.
Semua orang mempermainkan hidupnya, bahkan Arfan yg ia anggap kakak dan super hero nya. Semua orang begitu egois, tidak memikirkan perasaan dan masa depan nya. Bahkan kedua orang tua kandung nya yg seharusnya nya memperhatikan masa depan nya apa lagi ia masih remaja, malah sekarang menjadikan nya tumbal demi masa depan Elsa.
Elnaz meremas baju nya dengan kuat guna melampiaskan rasa sakit hati nya.
Arfan menarik paksa tangan Elnaz yg masih setia menarik baju nya dan ia memakaikan cincin pernikahan di jari manis Elnaz dan tentu saja cincin itu kebesaran karena bukan ukuran nya namun Arfan tak peduli. Ia juga mengambil cincin untuk nya, meletakkan nya di tangan Elnaz dan memaksa Elnaz memakaikan ke jari manis Arfan. Tangis dalam diam Elnaz semakin menjadi, sekuat tenaga ia mencoba menahan isakan nya dan menggigit bibir nya dengan kuat.
Arfan menandatangani surat nikah mereka, kemudian ia mencoret nama Elsa Karina di sana dan mengganti nya dengan Elnaz Mikayla. Entah itu sah atau tidak, tapi secara agama mereka saja menjadi suami istri.
Arfan meletakkan pena itu ke tangan Elnaz dan memaksa Elnaz juga menandatangani nya. Dan dengan tangan yg gemetar, gadis itu melakukan nya.
"Permainan takdir mu sangat menyesakan, Tuhan. Kenapa harus aku?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!