NovelToon NovelToon

Samudera Biru

Tragedi

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

BRAAAAAKKKK...

Hantaman mobil mewah Samudera dengan sepedah motor matic di jalanan yang cukup sepi menimbulkan suara yang lumayan keras, Ia yang membanting stir ke kanan langsung di buat shock saat melihat sosok pria tegeletak di tengah aspal. Ada beberapa orang berkerumun memberi pertolongan dan ada juga yang mengetuk kaca mobil Samudera untuk meminta pertanggung jawaban.

"Woy, keluar!"

Sam yang panik akhirnya membuka pintu mobil yang bagian depannya nampak rusak parah.

"Bawa korban kerumah sakit" titah salah satu pria baya berkacamata mata dengan nada bicara panik.

"Iya... iya, Pak" sahut Sam terbata karna masih terkejut.

Ia mundur satu langkah saat tiga orang datang mendekat sambil membopong tubuh yang bersimbah darah masuk kedalam mobilnya.

"Masih bisa jalan, 'kan?" tanya salah satu orang yang tadi berkerumun.

"Masih, tapi saya coba dulu" jawab Samudera yang akhirnya masuk kembali ke dalam kendaraannya.

Ia bernafas lega saat berhasil menyalakan mesin mobilnya dengan kecepatan tinggi ia kembali melajukan kereta besinya itu kerumah sakit umum terdekat ditemani satu warga yang ikut bersamanya.

.

.

Didepan pintu UGD ia menghentikan mobilnya, dengan cepat dan sigap para perawat membantu mengeluarkan korban dari kursi belakang lalu memindahkannya keatas brankar pasien.

Samudera dan satu warga tadi kini ikut berjalan mengikuti dari belakang. Namun, keduanya di minta menunggu di kursi besi yang sudah di sediakan pihak rumah sakit.

"Bapak kenal sama korban?" tanya Samudera, kini perasaan takut semakin menyelimuti hatinya. Tangannya bergetar hebat di sertai keringat dingin di bagian tengkuk dan keningnya.

"Tidak, tapi sepertinya orang itu perantau yang bekerja sebagai buruh di perusahaan yang kini dalam proses pembangunan" sahut si bapak yang ikut dengan Samudera.

"Perusahaan apa?" tanya Sam lagi karna setahunya hanya Rahardian Group lah yang sedang membangun cabang baru di kota kecil ini.

"R.G "

Deg..

Dugaannya benar Rahardian Group lah yang di maksud dan berarti orang yang ia tabrak adalah salah satu pegawainya.

Lima belas menit berlalu Dokter keluar dari ruang UGD dengan raut wajah yang sudah bisa Samudra tebak dengan pasti.

"Bagaimana, Dok?" tanya Sam dengan sangat khawatir.

"Keadaannya sangat kritis, Tuan"

Tubuh Sam mendadak semakin lemas tapi ia pun sedikit lega dah bersyukur setidaknya korban yang ia tabrak tak sampai meregang nyawa.

.

.

.

"Mana, mana wildan?" teriakan seorang pria dari ujung lorong rumah sakit umum membuat Sam dan dokter sontak menoleh bersamaan.

"Ada apa ini?" tanya sang Dokter mencoba menenangkan orang tersebut yang berteriak panik.

"Dokter, dimana korban kecelakaannya? mana Wildan!" sentaknya sambil mengguncang tubuh pria berjas putih itu.

"Korban dalam keadaan sangat kritis, tapi kami masih berusaha memberi pertolongan yang terbaik, bapak bapak semua mohon bersabar dan banyak berdoa, saya permisi" jelas dokter sebelum akhirnya pergi.

"Terima kasih, Dok. Tolong usahakan agar pasien bisa sembuh" ucap Sam penuh harap yang dijawab anggukan kepala oleh sang dokter.

Pandangan Sam beralih pada pria yang tadi datang, Ia tersungkur lemah di lantai sambil menangis tersedu-sedu.

"Mohon maaf, Pak. Apa bapak keluarga korban?" tanya Sam.

"Iya, saya pamannya, Tuan" sahutnya dengan suara parau.

"Maaf, saya mohon maaf atas kejadian ini. Saya Akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan saya. Saya akan membiayai seluruh pengobatannya hingga sembuh dan

pulang" ucap Samudera ErRainly Rahardian Wijaya.

.

.

.

.

Lalu bagaimana jika ia tak sembuh dan pulang? bagaimana nasib calon istrinya yang sore ini sedang menunggu di rumah untuk dinikahi???

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Alhamdulillah ya Tutut jajah udah gede 😘😘😘😘

Ada yang penasaran sama kisah cintanya?

Apa akan semanis papAy dan miMoy atau se uwu Appa dan Ammanya?

Hari ini crazy up.. jadi mohon like dan komen di setiap babnya ya...

Tengkyu hatur nuhun 🤗🤗🤗

Buat yang baru mampir, maaf kalo belum paham.

Ini sekuel dari AIR HUJAN.

Air dan Hujan ( papAy dan miMoy) orangtua Samudera.

Reza dan Melissa ( Appa dan Amma) kakek nenek Samudera

Cahaya, kahyangan, Bumi, Langit itu om dan tante Sam.

Ameera, adik dari reza

sedangkan Tutut itu Panggilan sayang Sam sedari kecil dari keluarganya tapi pas sudah besar dan menikah, TUTUT malah diartikan sebagai bagian INTI tubuhnya.

Tangung jawab

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Lalu bagaimana jika ia tak sembuh dan pulang? bagaimana nasib calon istrinya yang kini sedang menunggu di rumah untuk dinikahi?" ucap pria tersebut yang membuat Samudera tercengang tak percaya.

"Apa ia akan menikah?" tanya Sam yang di jawab anggukan kepala.

"Iya, sore ini ia akan menikah, tadi pagi ia menelepon saya dan mengatakan akan menjemput saya dirumah tapi saya tunggu nyatanya Wildan tak kunjung datang, sampai akhirnya saya yang memutuskan untuk kerumahnya sendiri tapi di jalanan tadi nampak ramai, setelah di selidiki karna perasaan saya tak enak ternyata korban kecelakaan itu adalah keponakan saya sendiri " jelas pria tersebut menangis tersedu sedu sampai terguncang bahunya menandakan betapa sedihnya ia menerima kenyataan yang begitu mendadak.

"Nama bapak siapa?" tanya Sam.

"Wanto, Tuan" jawabnya yang masih terisak.

"Saya Samudera, sekali saya mohon maaf." ucap Sam lagi penuh sesal meski sebenarnya kesalahan tak semuanya tertuju padanya. Motor Wildan yang menyalip dan oleng secara tiba-tiba karna menghantam lubang besar membuat kecelakaan pun tak bisa dihindari.

Suara pintu UGD yang terbuka sedikit kasar membuat tiga pria yang berada di kursi tunggu akhirnya menoleh secara bersama.

"Keluarga Pasien?" panggil suster dengan panik.

"Saya, Saya pamannya, suster"

"Bagaimana kondisi keponakan saya?" tambahnya lagi ketakutan.

"Pasien dalam keadaan sadar, tapi sangat keritis, Pak" jawab wanita dengan pakaian khas keperawatan.

"Apa kami bisa masuk untuk bertemu?" pinta Samudera.

"Tentu, tapi cukup dua orang saja."

Samudera dan pak Wanto mengangguk paham, sebelum masuk kedalam ruangan UGD ia mengucapkan banyak banyak terima kasih pada orang yang mengantarnya tadi kerumah sakit serta tak lupa memberinya sedikit uang untuk ongkos pulang.

.

.

"Dek... "

Satu kata yang keluar dari mulut Wildan, korban yang tertabrak secara tak sengaja oleh Sang pewaris hampir seluruh harta kekayaan Rahardian Wijaya.

"Dek.. Dek!" lagi lagi ia mengulangnya dengan sangat lirih dan pelan.

"Dia ada dirumah sedang menunggumu untuk menikahinya" bisik pak Wanto seakan memberikan kekuatan. Namun, siapa sangka itu justru bagai menghujam jantung Sam yang semakin merasa bersalah.

"Kamu kuat ya, Nak. Harus kuat demi hari bahagia kalian"

"Aku ingin bertemu dengannya" pinta Wildan.

Pak Wanto melirik kearah Samudera seakan miminta pendapat, dan entah kenapa pria tampan dengan stelan jas hitamnya itu malah menganggukan kepala tanda setuju.

Pak Wanto pun akhirnya keluar dari ruang UGD untuk mengabari pihak keluarganya.

.

.

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya keluarga Wildan datang dengan langkah tergesa dan raut wajah sangat khawatir.

Ada sepasang suami istri paruh baya dan satu gadis cantik lengkap dengan kebaya berwarna putih.

"Kenapa ini bisa terjadi?" jerit Pilu seorang wanita yang di tebak Samudera adalah ibu Wildan.

"Sabar, Bu. Sabar ya ini semua takdir dan ujian dari yang maha Kuasa" jawab pria yang sedari tadi memeluk wanita yang menangis tersedu-sedu itu.

"Saya mohon maaf dengan kejadian ini, biarkan saya mempertanggung jawabkannya" ucap Samudera karna ia tak akan lari dari masalah seberat apapun itu.

Semua mata tertuju padanya termasuk pak Wanto, tapi tidak dengan gadis berkebaya yang berdiri di sisi kanan Wildan, Ia terus menangis tanpa suara hanya isakan kecil yang terdengar begitu lirih dan menyayat hati siapapun yang mendegar nya.

"Maafkan kakak, ini terlalu sakit untuk dirasakan" ucap Wildan terbata.

"Kakak pasti kuat, ayo bertahan. Bukankah kakak akan menikahiku hari ini?"

Wildan menggeleng kan kepalanya pelan namun mantap.

"Tidak, kakak tak sanggup melakukannya, Dek. Maafkan kakak" lirih Wildan dengan senyum yang dipaksakan sambil menahan sakit dalam dirinya.

"Lalu aku bagaiamana? aku nanti dengan siapa?"

Wildan tak menjawab pertanyaan calon istrinya itu, ia malah menoleh kearah kiri tepat dimana Samudera berdiri disamping pamannya, pak Wanto.

"Maukah kau bertanggung jawab atas kejadian ini?" tanya Wildan serius pada Samudera.

"Tentu, aku akan mempertanggung jawabkannya" ucap Samudera penuh keyakinan.

Wildan tersenyum simpul, ia begitu lega dengan apa yang di ucapkan pria yang memiliki wajah tampan rupawan itu.

.

.

.

.

.

Aku ingin kau menikahi calon istriku sekarang juga sebelum aku pergi dengan tenang..

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Kawin Oey 🤣🤣🤣🤣

Nasib mu Tuuuuut...

Bikin bentar lagi geleng-geleng angguk angguk 😝😝😝🤪

Like komennya yuk jangan lupa ya gaes!

Pernikahan

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

" Aku ingin kau menikahi calon istriku sekarang juga sebelum aku pergi dengan tenang." pinta Wildan dengan napas tersengal dan berat.

Semua yang ada didalam ruangan tentu tercengang dan tak percaya dengan permintaan terakhir Wildan yang aneh dan tak masuk akal.

"Jangan bercanda, kamu yang harus menikahinya" seru ibu yang semakin histeris.

"Aku tak kuat, aku ingin ada yang menjaganya setelah aku tiada" jawab Wildan yang kini mulai meredup indera penglihatannya.

"Anggap ini permintaan terakhirku, ku mohon"

Gadis cantik yang sedari tadi hanya terisak sedih itu semakin menundukkan pandangannya,

"Bagaimana ini" tanya pak Wanto.

"Apa kakak yakin jika aku akan bahagia nantinya"

"Kakak yakin, kamu pasti jauh lebih bahagia jika hidup bersama dengan orang yang bertanggung jawab"

"Bagaimana, Tuan?"

"Panggil penghulu cepat! aku akan menikahinya" jawab Sam yang panik dan takut saat melihat kondisi Wildan semakin kritis.

Dua puluh menit kemudian pak Wanto datang bersama tiga pria baya yang memperkenalkan dirinya sebagai penghulu dan saksi untuk si pengantin wanita.

Di dampingi team dokter dan suster, kini Samudera bersiap melakukan ijab kabul di hadapan Wildan yang sedang berjuang di sisa napas terakhirnya yang semakin berat dan sulit.

"Apa mas kawinnya?" tanya pak wanto yang sedang sibuk menulis sesuatu di kertas kecil setalah meminta kartu Tanda penduduk Sam.

"Mas kawin?" ucap Sam bingung.

"Bagaimana dengan ini?" sambungnya lagi setelah sekian detik ia mencari-cari apa yang bisa ia berikan sebagai mahar.

Sam menyerahkan sebuah cincin yang ia pakai di jari kelingkingnya, sebulan lalu ia melihat benda itu di salah satu toko dalam Mallnya, sebuah benda berbentuk lingkaran kecil polos tapi terlihat begitu cantik. Namun sayang cincin itu tak muat di jari manisnya tapi karna Sam sudah jatuh cinta dan ingin memilikinya ia tetap membeli dan memakainya di jari kelingking.

"Ya sudah, asal kamu ikhlas dan tak keberatan" jawab pak Wanto.

"Baiklah kita mulai sekarang ya" ucap pak penghulu saat melihat keringat sudah sangat membanjiri wajah Wildan.

"Ini kertasnya, Tuan baca saja semua sudah saya tulis disini" titah pak Wanto sambil menyodorkan secarcik kertas kalimat ijab kabul untuk Samudera dan pak penghulu.

"Baiklah, terima kasih"

Pak penghulu langsung mengulurkan tangannya di hadapan Samudera yang tentu di sambut baik meski dengan perasaan yang sulit di artikan serta debaran jantung yang degupannya berdetak luar biasa dahsyatnya.

"Saya nikahkan dan kawinnya engkau Samudera ErRainly Rahardian Wijaya Bin Air Rameza Rahardian Wijaya dengan Berliana Biru binti Alamarhum Setyadi dengan Mas kawin sebuah Cincin dibayar Tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Berliana Biru binti Almarhum Setyadi dengan mas kawin tersebut di bayar TUNAI" ucap Sam dengan sekali tarikan napas.

"Bagaimana saksi, sah?"

Sah... Alhamdulillah.

Samudera melirik kearah seorang gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya meski keduanya terpaksa melakukan ini.

Semua orang menadahkan tangan saat pak penghulu melantunkan doa untuk si pengantin baru.

"Cium panggung tangan suamimu. Mintalah ridha nya, Nak" titah Ibu meski belum sepenuhnya ikhlas saat calon menantunya itu malah menjadi istri dari orang yang membuat anaknya celaka.

"Namamu Berliana Biru" tanya Sam.

"Iya, panggil aku Biru, Tuan" jawabnya masih menunduk dengan suara parau karna masih terisak usai mencium takzim punggung tangan Samudera.

Kini fokus kembali pada Wildan, pria malang itu melambaikan tangannya pada Samudera dan Biru.

"Kak, ku mohon untuk kuat" pinta Biru mulai histeris.

"Berbahagialah, kamu harus selalu tersenyum jadikan ini air mata terakhir untukmu, ya Dek" pesan Wildan.

"Jangan katakan itu, kakak akan baik baik saja"

Wildan tersenyum kearah Samudera, dengan napas yang sangat berat ia rasakan Wildan tetap berusaha untuk berbicara.

"Aku titip gadisku, jangan sia siakan dia. Bahagia kan dia melebihi aku yang pernah bersamanya" kali ini Wildan berpesan pada Sam, seorang pria yang resmi menjadi suami dari wanita yang amat di cintai hingga akhir hidupnya.

"Aku akan menjaganya, kamu tenang saja."

"Terima kasih"

Genggaman tangan Wildan semakin lama semakin lemah dan hangat, bahkan sorot matanya saat menatap satu persatu orang di sekelilingnya pun kian memudar dan akhirnya hilang lalu gelap.

TIIIIIIIIIIIIIT...

.

.

.

.

.

.

.

Innalillahi wainnailaihi raji'un.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!