NovelToon NovelToon

Malaikat Penjaga Selena

Pesona Kebun Bunga Edenweis

"Lihat, lihatlah semua bunga di dunia tumbuh dengan indah di kebun-Ku. Ada Mawar, Melati, Clementis, Tulip, Anggrek, hingga Forsythia tumbuh di sini. Hai, pekerja lihatlah bunga-Ku satu per satu, jangan biarkan mereka layu sebelum masanya tiba. Berikan pupuk terbaik, berikan air, pastikan matahari menyinari mereka." Suara Pemilik Kebun Bunga yang menggelegar hingga dapat didengarkan oleh semua pekerjanya.

Kebun bunga Edenweis, sebuah kebun dunia dengan keindahannya yang tak tertandingi di mana saja, keindahannya melebihi Taman Bunga Versailles di Prancis. Apabila Taman Bunga Versailles dibangun pada masa pemerintahan Raja Louis XIV dan dirancang oleh Andre Le Notre. Kebun bunga Edenweis dibangun dalam keabadian yang tiada akhir. Sang Pemilik Kebun Bunga adalah Sang Agung yang Sumber dari segala Seni, semua bunga dengan berbagai warna tumbuh bersama di sana, siapa saja yang melihatnya tentu akan terkagum-kagum. Kebun Bunga keabadian, karena itulah taman itu bernama Edenweis. Dan, para pekerja di sana adalah para malaikat yang sehari-hari menjaga kebun bunga, ada yang menyirami, ada yang memberi bunga, ada yang mengusir serangga, dan yang berjaga di depan kebun bunga. Semua dilakukan dalam keteraturan yang sempurna di bawah pengawasan seorang Malaikat Penjaga, Daniel.

"Ayo, bekerjalah karena hari masih siang. Jangan biarlah dirimu terbuai dengan keindahan bunga-bunga ini, tapi rawatlah bunga ini seperti kau merawat dirimu sendiri." Seru Daniel mengingatkan para pekerja di Kebun Bunga Edenweis.

"Bukankah Tuan Pemilik Kebun Bunga sudah menyampaikan kepada kita semua untuk bekerja dengan keras. Karena itu, semangatlah dan rawat semua bunga-bunga di Kebun ini dengan penuh rasa cinta di hatimu. Dengan cinta di hatimu itulah, bunga-bunga akan bermekaran menunjukkan pesona terbaiknya yang sungguh indah dan memakau." Daniel kembali berseru dan berjalan-jalan mengelilingi Kebun Bunga Edenweis.

Kata-kata Daniel seperti oase di tengah gurun pasir bagi para malaikat pekerja, mereka seolah-olah mendapatkan semangat baru untuk tetap bekerja dengan sepenuh hati, memberikan cinta di hatinya untuk merawat seluruh bunga yang bermekaran dengan indah di sini.

"Daniel, mengapa aku merawat bunga-bunga ini dengan cinta di hatiku?" Tanya satu pekerja di Kebun Bunga itu.

"Jawabannya sederhana Teman, apabila kau melakukan semuanya dengan hati, hasilnya pun akan dapat menyentuh hati. Cinta di hatimu tidak akan ada habisnya, bunga-bunga ini pun akan merasakan cinta yang kau berikan melalui caramu merawatnya, dan saat bunga ini mekar siapa yang paling bahagia? Yang paling berbahagia bukanlah orang yang merawatnya siang dan malam?" Daniel menjawab pertanyaan pekerjanya dengan bijaksana.

Sebab hati memang memancarkan cinta, cinta yang dipancarkan dengan tulus dapat dirasakan kehadiran. Cinta yang tulus itulah yang membuat hidup berwarna seperti beraneka bunga yang tumbuh di kebun bunga.

Derap langkah kaki dengan penuh aura terdengar di telinga Daniel yang memandangi sebuah bunga mawar yang mekar dengan indah.

"Daniel.... Daniel.... Kau kah di sana?"

"Ya Tuan, saya Daniel."

"Aku mencarimu kemana-mana, rupanya kau ada di sini."

"Bagaimana menurutmu kebun bunga-Ku ini indah bukan?"

"Sangat indah Tuan, ini kebun bunga terindah yang pernah saya lihat."

"Maukah kau melihat kebun-Ku yang lain Daniel?"

"Kebun apa Tuan?"

"Di seberang Sungai yang membentang di tepi Timur kebun ini, Aku memiliki kebun yang lain, kalau kamu mau Aku akan menuntunmu menyeberangi sungai itu, lihatlah kebun-Ku, dan berikan cinta di hatimu untuk beraneka makhluk lain yang hidup di sana."

Terima Misimu, Daniel

Daniel diam seribu kata di hadapan Tuan Agung-Nya itu, semua kata-kata yang keluar dari mulut Sang Tuan, seperti perintah yang harus dijalankan oleh Daniel.

"Kebun seperti apa yang Tuan miliki di seberang sungai sana? Bukankah sungai itu selalu berkabut dan tidak ada seorang pun yang bisa menyeberanginya?" Tanya Daniel dengan penuh penasaran kepada Tuannya yang tengah berdiri di hadapannya.

"Kau benar Daniel, tidak ada yang bisa menyeberangi sungai itu kecuali Aku. Dengan cara-Ku, Aku bisa membawamu menyeberangi sungai itu. Kebunku di sana, aku menanam manusia di dalamnya. Kebun tempat bertumbuhnya segala peradaban manusia. Di sepanjang sejarah, kebun itu telah ada hingga kini, banyak yang terjadi di sana Daniel." Mata Sang Tuan berkaca-kaca menceritakan kebun yang Ia miliki di seberang sungai itu.

"Dahulu kala, aku pernah ke sana Daniel. Aku hadir dalam darah dan daging, tetapi manusia yang kutanam di sana justru membunuhKu." Kata Sang Tuan dengan mengusap kedua tangan-Nya.

"Apa? Membunuh Anda, Tuan? Bagaimana tanaman membunuh orang yang menanamnya? Kenapa Tuan tidak ingin menghukum mereka?" Wajah Daniel terlihat gelisah mendengar cerita yang Tuannya sampaikan tentang kebun di seberang sungai. Dia tidak habis pikir bagaimana mereka bisa membunuh Tuannya.

"Aku tidak menghancurkannya karena ada cinta di hatiku untuk mereka. Cinta yang kumiliki jauh lebih besar, sehingga aku memaafkan mereka, memberi mereka kesempatan untuk menjalani hidup baru. Bukankah mereka sesungguhnya seperti bunga-bunga ini Daniel, ketika satu bunga yang layu kita petik, kita memberi kesempatan baru bagi bunga di ranting yang lainnya untuk tumbuh dan bermekaran."

"Ahh, benar sekali Tuan. Tetapi, mengapa aku yang harus ke sana Tuan?" Tanya Daniel dengan penuh tanda tanya di wajahnya.

"Hanya pekerja-Ku yang Aku percaya yang bisa aku utus ke sana, Daniel. Dan, pekerja itu adalah kamu. Ya, Daniel, kamulah orang itu." Kata-kata yang diucapkan Sang Tuan terdengar penuh belas kasihan di sana.

Sementara Daniel menitikkan air matanya, mendengar bagaimana Tuannya mempercayainya selama ini. Hatinya bergetar mendengar pujian dari Tuannya.

"Lalu di kebun itu apa yang harus saya lakukan Tuan?"

"Jagalah seorang gadis untukku bernama Selena."

"Selena?"

"Ya, Selena. Telah lama gadis itu hidup dalam penderitaan, Aku ingin memberikan sedikit kebahagiaan di hidupnya."

"Apa aku hanya cukup menjaganya seperti menjagai bunga-bunga ini Tuan?"

"Ya, kurang lebih seperti itu. Jagain Dia, berikan sedikit warna dari bunga-bunga ini kepadanya. Aku akan menyiapkan rumah untukmu dan terimalah ini." Tuan itu menyerahkan satu tas hitam dan benda pipih berukuran setelapak tangan.

"Benda apa itu Tuan?"

"Benda ini adalah benda dengan popularitas tertinggi yang selalu dimiliki manusia dan selalu digenggam di tangan mereka. Tekanlah simbol Bumi ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sana."

Daniel hanya menatap heran benda pipih di tangannya, ia berpikir dalam hati bagaimana mungkin benda berwarna hitam seperti begitu populer di kebun manusia itu. Bukankah ini tidak masuk akal.

"Pelajarilah terlebih dahulu, Daniel. Hari di mana kau telah siap ke sana, Aku sendiri yang akan mengantarmu. Berilah dirimu waktu untuk menerima dan menjalankan misi dari-Ku ini dan ketahuilah di kebun itu juga lah, Aku akan selalu menyertaimu." Sang Tuan kemudian pergi meninggalkan Daniel. Langkah kakinya meninggalkan getaran di sekitar Daniel. Sementara Daniel hanya gelisah dan tidak tahu harus mengambil keputusan apa.

Selena, Si Bulan Temaram

Bulan adalah benda langit yang paling terang kedua di langit, setelah matahari. Sekalipun bulan nampak sangat putih dan bersinar, akan tetapi permukaannya sangat gelap. Dalam kehadiran, bulan mempengaruhi banyak budaya manusia, termasuk di dalamnya bahasa, penanggalan, seni, dan juga mitologi. Kehadiran bulan selalu menonjol di langit malam, pesonanya membuat manusia untuk memujanya.

Akan tetapi, adakah bulan yang temaram? Ya, ada. Dia adalah Selena. Namanya yang berarti rembulan yang bersinar cerah, agaknya justru berbanding terbalik dengan jalan hidupnya. Selena seperti bulan dalam keadaanya sebenarnya, berwarna abu-abu gelap dan penuh gelombang. Hanya kosong, karena tidak ada oksigen di bulan. Itulah Selena, bulan yang temaram.

Kehadirannya di bumi seolah tidak ada seorang pun yang mengharapkannya. Lahir dari seorang ibu yang menjajakan dirinya kepada laki-laki hidung belang, dan ayahnya yang seorang pemabuk, membuat Selena hidup dalam bayang-bayang orang tua yang kelam. Sekalipun Selena tidak melakukan hal yang sama dengan orang tua, tapi mata-mata orang di sekelilingnya selalu saja menilai bahwa Selena seperti kedua orang tuanya. Memang pepatah mengatakan bahwa "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Tetapi, bukankah ada pula buah yang jatuh menjauhi pohonnya? Tetapi manusia dengan matanya, justru menilai segala sesuatu dengan hanya yang terlihat oleh mata.

"Aku ingin berlari dari rumah ini, setiap hari ayahku selalu pulang dalam keadaan mabuk. Kata-katanya yang kejam seolah-olah mencambuki hatiku. Sementara Ibuku sibuk dengan urusan sendiri dengan pria hidung belang di luar sana. Dalam 25 tahun hidupku hanya ketakutan, kekecewaan, dan kesedihan yang kurasakan setiap harinya. Jika benar Tuhan memberikan kasih-Nya bagi manusia, tetapi mengapa aku menjadi manusia yang hidup dalam segala kepahitan ini? Mungkinkah aku bisa merasakan kebahagiaan sedikit saja?"

Selena berjalan dengan wajahnya yang lebam setelah dipukuli oleh ayahnya yang pulang dalam keadaannya mabuk. Ayahnya selalu saja melampiaskan kemarahannya kepada ibunya dengan menenggak minuman keras. Dan, di rumah, Selena yang selalu menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Disakiti hatinya dengan perkataan kotor, dipukul, dan ditampar seolah-olah menjadi makanan sehari-hari bagi Selena. Gadis yang berparas ayu ini, hanya memperlihatkan wajah murung dengan mata sembab setiap harinya. Hatinya berubah menjadi dingin, seperti ada bongkahan es tebal yang menyelimuti hatinya.

"Kemana aku harus pergi ya Tuhan? Aku benar-benar sudah tahan dengan ayahku. Bahkan uang hasilku bekerja pun seringkali diminta ayahku untuk membeli minuman keras. Mungkinkah Kau sambil saja nyawaku ya Tuhan? Langkah kakiku semakin berat setiap harinya, penderitaan dan penghinaan ini menyakitiku ya Tuhan."

Selena berlari dengan gontai sambil menghapus sisa-sisa air mata di sudut matanya. Selena terus berlari menjauh dari rumahnya, ia tak mempedulikan sekitarnya.

Braaaakkkkk..... Sebuah mobil menghantam badan Selena. Gadis ayu nan rapuh itu tergeletak di jalan dengan luka di tubuhnya.

"Kalau ini memang jalan-Mu untuk melepaskanku dari penderitaan ini aku bersedia Tuhan. Tetapi, jika aku masih hidup setelah itu, tolong berikan sedikit saja kebahagiaan dalam hidupku yang gelap ini ya Tuhan."

Selena masih tergelatak di jalan, dan orang-orang mulai berlarian untuk menolongnya.

"Tolong.... tolong.... Ada gadis yang tertabrak mobil. Tolong carikan ambulance dengan segera." Teriakkan para warga yang berusaha untuk menolong Selena yang telah mengeluarkan darah bagi beberapa bagian tubuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!