.
.
Seorang lelaki muda yang tampan terlihat sedang duduk di depan mini market sambil menunggu mienya matang. Setelah dia rasa cukup, ia buka kembali tutup wadah mienya lalu tersenyum melihat mie ekstra pedas yang ia campur dengan potongan sosis dan keju tersebut.
Setelah memakan satu suap dia merasa puas karena rasanya benar-benar sempurna sesuai seleranya. Dia merasa tidak menyesal telah membeli mie cup besar seharga 10 ribu, sosis 3 ribu dan keju 5 ribu. Belum lagi minumannya dengan harga 4,5 ribu.
Meski menghabiskan uang sebanyak itu, dia tidak menyesal. Karena rasanya sangat nikmat, maklum saja, dia pecinta mie pedas dan keju.
Tin tin!
Dia mendongak, melihat seorang pria yang dia kenal menaiki motor yang bagus dan keren, menatapnya dengan tatapan sombong dan pamer.
“Kamu masih kerja disini ya? Haha, rank F sih ya... penghasilannya masih kurang, harus cari tambahan sana sini. Kalau saja rank mu B sepertiku, hidupmu akan lebih baik” kata laki-laki di atas motor itu.
Dia tidak peduli lagi dan kembali memakan mienya yang lebih menggoda.
“Heh Lino! Kau dengar aku?”
Laki-laki yang memakan mie, Lino, masih saja sibuk dengan mienya dan tak mau mendongak untuk kembali menatap laki-laki di atas motor itu.
“Kalau kau mau memohon-mohon di bawah
kakiku, aku bisa saja mengajakmu masuk ke pintu malam ini karena kami kekurangan orang, hei kau mendengarku?”
Lino yang sudah selesai makan dan harus kembali bekerja menjaga mini market membuang wadah mienya ke tempat sampah lalu meminum minumannya dengan santai.
“Lino!”
Akhirnya Lino menatapnya, laki-laki di atas motor itu sempat takut melihat tatapan Lino padanya, namun setelah mengingat Lino memiliki rank yang jauh ada di bawahnya dia kembali memberanikan diri.
“Kalau kau tidak niat mengajakku, cari orang lain sana”
Laki-laki itu berdecih, kalau tidak ingat kelompoknya memang kekurangan orang, dia juga tidak mau mengajak Lino. Apalagi, Lino punya adik perempuan yang sangat cantik seperti boneka... kalau dia memberi Lino pekerjaan pasti adiknya Lino akhirnya mau meliriknya, dia juga sebenarnya ingin caper di depan adiknya Lino.
“Aku akan mengirim alamatnya, pintunya tingkat D kok, jadi pasti mudah”
Kemudian laki-laki itupun pergi dengan motor sport mahalnya, dan Lino hanya bisa menatapi kepergiannya dengan tatapan kesal.
Itu tadi adalah teman satu sekolahnya, Bobby, dia memang sering pamer kehebatannya pada Lino. Lino sendiri diam saja, mau bagaimana lagi, mau balas pamer juga apa yang dipamerkan? Dia miskin dan tidak punya apa-apa. Sebenarnya Lino tergolong cukup kuat di kalangan orang biasa, namun jika berhadapan dengan pemburu lain dia tidak ada apa-apanya, karena rank yang ia miliki sangat rendah. Tingkat F adalah tingkat akhir yang berisi pecundang.
Lino sering berpikir, kenapa dia hidup di dunia yang seperti ini?
Sudah dari bertahun-tahun yang lalu, mungkin sepuluh? Atau lebih? Lino tidak ingat pastinya. Dunia tiba-tiba berguncang aneh, semua orang dari berbagai belahan bumi kebingungan dengan apa yang terjadi. Karena guncangan tersebut jelas bukanlah gempa. Mana ada gempa sampai seluruh dunia?
Namun, tiba-tiba ada hal-hal aneh yang terjadi, muncul sebuah portal-portal aneh di seluruh dunia, portal yang menghubungkan dunia manusia dan monster. Jika semua monster dalam portal tersebut, atau... yang biasa dinamai pintu tersebut tidak dibasmi secara tuntas, maka monster yang ada di dalamnya akan keluar dan menyerang para manusia dan juga merusak kota.
Akan tetapi, disaat yang bersamaan kemampuan khusus manusia juga dibangkitkan, meski tidak semua manusia. Hanya orang-orang terpilih saja yang dibangkitkan dan mereka dinamai pemburu monster. Tiap pemburu memiliki tingkatan tertentu yang dinamakan rank, mulai dari yang
teratas S, A, B, C, D, E dan paling rendah adalah F. Itupun masih ada yang tingkatnya lebih dari S saking hebatnya dia, seperti SS, SSS, sampai SSSS.
Di Indonesia sendiri, tingkat paling tinggi adalah S, dan itupun hanya segelintir pemburu yang memiliki tingkat setinggi itu, dan adanya di kota-kota besar saja.
Karena bisnis perburuan monster sangat menguntungkan, maka banyak didirikan perusahaan guild juga untuk mempermudah perburuan.
Jadi setiap pintu baru muncul, maka informasinya akan langsung diterima Asosiasi Hunter di tiap kota kemudian disebar pada seluruh perusahaan Guild. Pintupun ada tingkatan bahaya tersendiri, berkat teknologi yang sudah canggih, tingkat bahaya gerbang sudah bisa digolongkan menjadi A sampai D, tapi kalau tingkatnya sangat bahaya bisa sampai S. Namun pintu tingkat S sangat jarang dan bahkan mungkin akan muncul setiap beberapa tahun sekali saja.
Kemudian setiap perusahaan Guild akan membeli ijin untuk memasuki pintu-pintu tersebut, harganya juga sesuai tingkat kesulitan, karena semakin sulit gerbangnya maka keuntungan yang diperoleh akan semakin banyak.
Tiap gerbang juga mempunya minimal berapa yang boleh masuk, kalau tingkat D sih paling tidak harus sekitar 20 orang pemburu. Rank paling tinggi akan melawan monster, ada pula bagian penyembuh, lalu yang paling lemah ranknya seperti Lino akan mengumpulkan batu kristal sihir. Batu kristal sihir itu mudah diambil oleh tangan jika itu pemburu, namun jika manusia biasa sangat sulit jadi biasanya memakai alat bantuan. Tapi tentu saja setiap perusahaan akan mempekerjakan penambang manusia biasa, karena sekali masuk bayarannya lumayan.
Namun, untuk memasuki sebuah pintu tentu saja resikonya sangat tinggi. Selain ada berbagai monster yang mengancam, kadang pola rumit labirin juga membuat pemburu mengalami kesusahan. Intinya, memasuki pintu sebenarnya taruhannya adalah nyawa.
Tapi apa Lino punya pilihan lain? Tentu saja tidak. Lagipula sekali masuk pintu meski dia hanyalah rank F bayarannya juga lumayan. Yah walaupun sangat sedikit jika dibandingkan dengan Bobby yang ranknya B. Tapi paling tidak, Lino sudah bisa membiayai sekolah adik perempuannya. Lalu bayaran Lino kerja paruh waktu di mini market juga bisa untuk makan sehari-hari juga.
Oh iya, sebagai seorang pemburu, perusahaan juga menyediakan tempat tinggal berupa apartemen untuk setiap pemburu yang tidak memiliki tempat tinggal. Itu sudah kebijakan dari asosiasi Hunter di negara ini.
Meski apartemen yang Lino dapatkan sangat kecil dan sederhana, namun dia pikir itu sangatlah cukup. Lagipula dia juga cuma berdua dengan adiknya.
Perusahaan guild yang menungi Lino pemiliknya adalah pemburu rank A, orangnya sangat baik dan ramah. Namun karena dia hanya rank A jadi pintu yang bisa dibelinya hanya tingkat B, C atau D saja. Kebetulan Bobby juga berada di perusahaan yang sama, namun dia menempati apartemen lain yang jauh lebih besar.
Orangtua Lino sudah tiada, Lino tidak ingat mengapa mereka meninggal, yang pasti kakek –neneknya mengatakan mereka kecelakaan. Saat itu Lino masih sekitar sepuluh tahunan, lalu adiknya Felly juga masih delapan tahun. Lalu saat Lino telah menginjak usia 17 tahunan, kakek–nenek yang menaungi mereka telah tiada.
Namun saat itu Lino bersyukur karena dia telah dibangkitkan menjadi pemburu, waktu itu dia memiliki banyak harapan.
Meski kemudian semua harapan itu dihempaskan begitu saja, Lino jatuh sejatuh-jatuhnya setelah tau dia hanya rank F. Padahal banyak orang yang mengira Lino pasti rank A atau B karena penampilannya yang tampan, tinggi, dan sangat berkharisma.
Dia menerima banyak cacian dan hinaan setelah tau ranknya hanya F.
Namun Lino dan Felly masih bersyukur, karena dengan begitu paling tidak Lino masih punya penghasilan dan tempat tinggal. Karena rumah kakek mereka dijual dan hasilnya dibagi-bagi oleh paman dan bibinya. Mereka hanya menyisakan sedikit sekali untuk Lino dan Felly, padahal ayah Lino dan Felly adalah anak pertama. Setelah Lino pindah di tempat yang sekarang, mereka sudah tidak peduli lagi dengan Lino dan Felly, apalagi setelah Lino lulus SMA.
Lino baru saja lulus SMA, umurnya sekarang menginjak 19 tahunan sedangkan adiknya yang sudah kelas duan SMA masih umur 17 tahunan.
“Kau akan menerima tawaran Bobby?” tanya rekan kerja Lino, Suci, perempuan itu setahun lebih tua dari Lino. Keadaan Suci tidak lebih baik dari Lino, dia sudah menikah namun belum punya anak, dan suaminya hanya bekerja serabutan, karena itu Suci memilih kerja sambilan di mini market.
Lino mengangguk pelan “Hmm”
“Hati-hati ya, kalau ada sesuatu yang buruk terjadi padamu kan kasihan Felly” kata Suci
“Kalau ada sesuatu yang buruk... apa mbak Suci mau menemani Felly?”
Suci berdecak kesal mendengar ucapan Lino “Apaan kamu ini, kamu itu kuat Lino... pasti bisa melawan semua monster! Kamu bahkan jauh lebih kuat dan bertanggung jawab dari pada suamiku, semangat aja!” kata Suci sambil menepuk bahu Lino.
Suci benar, Lino tidak boleh kenapa-napa, karena ada Felly adiknya. Tidak mungkin Lino membiarkan Felly sendirian di kota Malang yang besar ini.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya, ada pesan dari Bobby yang memberitahukan tempat dan waktu untuk memasuki pintu.
Nanti malam.
Ini hanya pintu tingkat D, semua pasti baik-baik saja.
.
.
.
.
“Bang Lino!”
Hampir saja Lino mengumpat saking kagetnya, baru saja dia pulang ke apartemen kecilnya dan melepas sepatu, adiknya yang cantik jelita tiba-tiba muncul mengagetkan dirinya. Mana sekarang dia cekikikan setelah melihat reaksi Lino.
“Seneng ya Fel, udah bikin abangnya kaget?” sindir Lino, sambil mencubit pipi lentur adiknya.
“Hehehe” Felly hanya terkekeh setelah Lino melepaskan cubitan pipinya.
“Abang nanti mau berangkat lagi nih, kamu baik-baik ya di rumah”
“Lho kok berangkat lagi sih?” protes Felly, Lino mengusak kepala adiknya gemas “Aku akan pergi memasuki pintu, karena mereka kekurangan orang, abang kan gak bisa nolak kerjaan juga Fel, bisa-bisa kita diusir dari sini”
Mendengar itu Felly berdecih kesal, lalu dengan kaki menghentak dia berjalan ke ruang makan. Apartemen mereka memang kecil namun tidak sekecil itu juga, ada dua kamar, ruang tamu sekaligus ruang tengah, ruang makan dan dapur, juga satu kamar mandi.
“Kamu masak apa nih?” tanya Lino sambil duduk di kursi.
“Liat aja sendiri” sahut Felly, lengkap dengan bibirnya yang mengerucut imut, malah membuat Lino terkikik karena gemas.
“Jangan malah ketawa!” Felly, meski dia sedang ngambek, dia tetap menuangkan nasi di piring Lino dan mengambilkan lauk untuknya.
Mungkin karena sudah ditinggal orang tua dari kecil, jadi mereka sudah belajar untuk hidup mandiri, jadi Felly maupun Lino sama-sama pandai memasak atau beres-beres rumah. Kalau Felly lebih suka dengan kue, dia suka memanggang kue seperti cookies, atau brownie.. apalagi di sekolahnya waktu SMP dulu dia diajari memasak kue juga, sejak itu, dia suka membuat kue.
Sementara Lino... dia lebih suka memasak daging-dagingan, yah... tidak sering, karena mereka tidak punya uang sebanyak itu untuk memasak daging. Tapi Lino kadang ikut tetangganya memancing di sungai atau danau, atau bahkan laut... dia juga jago memancing karena sudah terbiasa dari kecil.
Sebenarnya, jika tidak ada rank pemburu, Lino termasuk lelaki yang serba bisa dan keren, dia juga terlihat kuat.
Tapi semua pandangan manusia berubah hanya karena sistem rank, karena rank Lino ada di paling bawah. Lino tidak bisa berbuat apapun tentang itu.
“Kita bisa keluar dari sini... kita cari aja kos-kosan yang murah” celetuk Felly, setelah dia selesai menyiapkan makanan Lino dan mulai mengambil untuk dirinya sendiri.
“Kau tau kan tidak semudah itu? Aku terikat karena aku juga pemburu, semua pemburu ada catatannya di asosiasi, tidak bisa kabur begitu saja, ada dendanya dan kita tidak mungkin bisa membayar denda itu”
“Tau begini harusnya kau tidak dibangkitkan saja sekalian! Lebih baik hidup jadi orang biasa... padahal kau sudah ditawari kerja di pabrik dan posisinya bagus, tapi karena kau pemburu kau tidak bisa kerja dengan waktu penuh, ini menyebalkan!”
Lino tersenyum pahit “Jadi pemburu juga tidak buruk Fel, bayaranku lebih baik dari pada karyawan biasa kan?”
“Iya tapi resiko kau mati disana juga sangat tinggi Bang! Hanya kau satu-satunya keluargaku, jika kau kenapa-napa lalu bagaimana denganku? kita sudah ditinggal ayah dan ibu, aku juga tidak mau kehilanganmu”
Lalu Lino menarik tubuh adiknya untuk ia peluk, Felly segera menangis segera setelah berada dalam pelukan kakaknya.
Perdebatan kecil seperti ini memang sering terjadi sejak Lino mulai jadi pemburu, apalagi karena rank Lino rendah, jadi bayarannya juga rendah. Yang membuat mereka masih bertahan adalah karena pemilik guild menyediakan apartemen untuk mereka tinggali, dan juga karena Lino memang terikat dengan asosiasi. Dia bisa pergi dari guild, tapi jika begitu dia juga harus pergi dari apartemen sekarang dan tidak punya tempat tinggal.
Dan belum tentu juga ada guild lain yang sebaik pemilik guild yang menjadi tempat Lino, karena guild tempat Lino adalah salah satu dari sedikit guild yang mau menaungi pemburu rank rendah. Ada pula pemburu yang belum punya guild, tapi mereka tetap tercatat di asosiasi, dan jika ada perburuan yang anggotanya kurang masih akan memanggil pemburu yang tidak punya guild tersebut.
Mereka yang dipanggil juga harus mau ikut masuk pintu dungeon.
Karena hukumnya wajib bagi pemburu, jika tidak mau akan dikenakan denda yang sangat mahal.
Mau bagaimana lagi, jika salah satu saja pintu tidak diselesaikan, maka monster akan keluar dan menghantui mereka. Karena itu, menjadi pemburu, berarti terikat oleh asosiasi pemburu. Dan asosiasi pemburu juga berasal dari pemerintah.
Melanggar aturan asosiasi, berarti melanggar aturan negara.
“Aku akan berusaha untuk selalu pulang dengan selamat, jadi jangan khawatirkan apapun, oke?”
Felly melonggarkan pelukannya lalu mendongak menatap Lino “Janji?”
“Janji... sekarang ayo kita makan”
Lino menghapus airmata Felly dengan ibu jarinya “Tersenyumlah, aku juga tidak mau meninggalkan adikku yang paling cantik ini”
Perlahan Felly pun tersenyum kembali.
***
Perburuan akan segera dimulai, semua orang berkumpul di depan portal atau yang biasa disebut dengan pintu.
Bentuknya persegi panjang mirip dengan pintu, dan sangat besar, mungkin tingginya seperti tiga kali orang dewasa dan lebarnya seperti empat kali orang dewasa. Pintu tersebut jika masih aman berwarna putih, lalu biru, jika sudah lama dan tidak segera dimasuki akan berubah menjadi ungu, lalu merah.
Jika sudah merah, maka monster yang ada di dalamnya lah yang akan keluar dan memburu manusia. Jika sudah begitu, seluruh kota akan dilahap habis dan menjadi santapan monster.
Itu tidak boleh terjadi.
Karena itu, bahkan sebelum pintunya berubah biru, sudah harus dimasuki, dan antara putih ke biru biasanya ada jeda dua hari. Jadi tidak boleh menunggu lama.
Lino sendiri datang hanya membawa peralatan seadanya, posisinya adalah penyerang garis depan, senjata yang biasa ia gunakan adalah pisau. Namun, dia hanya rank F, jadi biasanya ia bahkan tidak akan disuruh menyerang. Lino hanya akan ada dibelakang, menjaga barang yang lain, membantu penambang, membedah monster dan mengambil corenya, atau hanya sekedar menjadi suporter. Dia diikutkan saja hanya jika suatu kelompok kekurangan orang.
Seperti saat ini.
Pemburu yang lain tidak terlalu memperhatikan Lino, mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan Lino sepertinya kasat maata dalam pandangan mereka.
Lino tidak keberatan sih, ia juga tidak terlalu peduli dengan pandangan orang tentang dirinya, beda dengan adiknya Fellicia, atau biasa dipanggil Felly. Karena itu, Lino sebisa mungkin tidak menimbulkan masalah, karena Felly yang akan memikirkannya dan akhirnya sakit karenanya. Felly memang terlalu banyak berpikir dan hatinya terlalu lembut dan rapuh.
Meski begitu, itulah yang membuat Lino sangat menyayangi adiknya tersebut.
“Ayo berangkat semuanya!”
Pemimpin perburuan kali ini adalah pemburu tingkat A, dia salah satu pemburu kebanggaan guild yang menaungi Lino, namanya Joni dan dia memiliki posisi yang sama dengan Lino. Yaitu penyerang garis depan, dan senjatanya adalah pedang platina mahal yang dilengkapi dengan batu sihir. Itu adalah pedang sihir yang harganya bisa untuk membeli apartemen mewah.
Dan yang membuat Joni beda dengan Lino adalah... karena ranknya yang jauh di atasnya, yaitu rank A.
Jika Lino selalu dihina dan diremehkan, maka Joni selalu dielu-elukan dan menjadi kebanggaan perusahaan, bahkan poster dengan gambar Joni saja selalu dipajang di lobi perusahaan, dia juga selalu diliput oleh media.
Tapi Lino tidak menyukainya, karena Joni sama seperti Bobby, suka sekali menghinanya dan memandangnya rendah.
Lino tau mereka lebih hebat dan sebagainya... tapi apakah sopan bertingkah seperti itu padahal mereka juga hanya rank A dan B bukannya S apalagi SSS, tapi tingkahnya seakan mereka sudah memiliki dunia dalam genggaman mereka.
Karena itu sebenarnya Lino malas sekali ikut perburuan ini, tapi dia tidak punya pilihan lain, dia juga butuh uang.
Merekapun memasuki dungeon tigkat rendah ini, tingkat D adalah yang paling rendah.
Seperti perkiraan, karena memang tingkat rendah, monsternya juga sangat mudah dibasmi. Mereka hanya menemui monster semut.
Seperti semut biasa, warnanya hitam, namun ukurannya sangat besar tingginya hampir setengah badan Lino.
Beda dengan Joni atau Bobby yang dapat dengan mudah mengalahkan monster semut, rank rendah seperti Lino butuh waktu lama untuk mengalahkannya, meski pada akhirnya Lino berhasil mengalahkan satu semut yang berhasil lolos dari pemburu lain dan tiba-tiba menyerang Lino.
Setelah semuanya dikalahkan, giliran para pemburu rendah seperti Lino untuk membedah monster itu untuk menemukan core atau inti dari monster. Bentuknya bulat dan mengkilap seperti mutiara, ukurannya sebesar tangan orang dewasa dan berwarna merah.
Core itu memiliki energi sihir dua kali lipat jika dibandingkan dengan batu kristal sihir yang tertempel di dinding gua, jadi tentunya lebih berharga.
Kalau monster biasa memiliki satu core, biasanya boss dungeon atau pemimpin monster itu yang paling kuat kadang memiliki dua sampai tiga core. Bahkan monster-monster tertentu tidak hanya diambil corenya, tapi juga bagian-bagian tubuhnya, dan semua itu bisa dijual mahal.
Namun, semua core, kristal sihir, atau apapun yang mereka dapat dalam perburuan akan menjadi hak guild, karena guild lah yang membeli ijin memasuki dungeon. Lalu semua hasilnya akan dibagi-bagi menurut kebijakan guild masing-masing.
Dan yah... tentu saja pembagian gaji terpaku dengan rank, makin tinggi rank makin tinggi juga gaji yang diterima.
“Bawa yang benar semua core itu, jangan kau curi!”
Lino hanya diam saja mendengar ucapan tidak mengenakkan Bobby yang ditujukan padanya.
“Hei, kau dengar apa kataku? Kau it –”
Bobby langsung terdiam saat Lino menoleh padanya dan menatapnya dengan tatapan tajam seolah jika ditatap seperti itu akan bisa melubangi kepalanya, Lino terlihat seram, tapi tentu saja Bobby tidak mau takut padanya. Dia segera berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, lalu mengalihkan perhatian pada hal lain.
Lino berdecih malas, katanya rank tinggi.. katanya hebat, masa ditatap begitu saja langsung ciut..
.
.
.
untuk selanjutnya akan up tiap jam 10 pagi
.
.
Mereka sedang beristirahat sebelum menyerang boss dungeon, agar mereka memiliki stamina yang cukup untuk melawannya. Karena meskipun dungeonnya hanya tingkat D, namun bossnya tidak bisa diremehkan. Bahkan ada kasus guild yang terlalu meremehkan dungeon D, tapi pada akhirnya mereka harus meminta bantuan pemburu rank S untuk mengalahkan boss dungeon.
Seperti biasa, Lino hanya duduk di pojok sambil memakan brownie buatan Felly. Rasanya sangat lembut, manisnya tidak terlalu berlebihan, cocok sekali dengan lidah Lino. Lino pikir, mungkin jika Felly tidak dibangkitkan sepertinya, tapi semoga saja memang tidak.. Lino akan mengumpulkan banyak uang agar nanti adiknya bisa mendirikan cafe kecil-kecilan, dia juga akan membantu disana.
Namun, saat ini uang yang terkumpul selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan juga biaya sekolah Felly. Karena meski Felly sangat pintar dan mendapat beasiswa di sekolah terbaik, tetap saja beberapa kebutuhan memerlukan biaya.
Saat Lino ingin minum, pandangannya tiba-tiba tertuju pada suatu pojokan yang tidak jauh darinya. Diapun mendekat, dan melihat suatu tanaman yang telah berbunga, namun bunga itu layu dan seperti mau mati.
Dengan sisa air mineral di botol minumannya, Lino pun menyirami tanaman itu hingga botolnya kosong.
“Aku tidak tau apa yang terjadi setelah dungeon ini terselesaikan dan menghilang... namun, semoga kau masih hidup dan membuat bungamu mekar dengan sempurna” kata Lino, kemudian dia terkekeh setelah mengatakannya, dia merasa bodoh karena menyemangati bunga yang mau layu.
Akan tetapi, hanya begitu saja Lino sudah merasa sedikit terhibur.
Diapun mengulurkan tangannya untuk menyentuh bunga itu.
“Aasshh – ternyata kau berduri” Lino menarik tangannya kembali karena tidak sengaja jarinya terkena duri tanaman itu, sedikit darahnya keluar dan menetes di daun dan tanah. Untungnya darah Lino cepat berhenti.
“Hei rank F! Jangan malas-malasan disana! Kita akan berangkat menumpas boss dungeon!” teriak Joni.
Linopun berdiri dan meninggalkan bunga itu, kemudian mengikuti rombongannya menuju tempat boss dungeon berada.
Penambang yang bertugas menambang kristal sihir telah selesai, tadi sebelum makan Lino juga membantu mereka, makanya sekarang rombongan pemburu berangkat untuk menyelesaikan dungeon ini.
Mereka telah berada di dalam dungeon kira-kira seharian, akan tetapi, 10 jam waktu di dungeon berarti hanya satu jam waktu asli, dan mungkin jika menurut waktu di luar dungeon mereka sudah masuk sekitar dua setengah jam.
Meskipun menyebalkan dan sombong, namun harus Lino akui, Joni memang hebat, apalagi ada Bobby yang ahli tombak bersamanya. Mereka sangat kompak menyerang ratu semut yang tingginya dua kali tinggi orang dewasa.
Selain itu ada pula beberapa penyihir tingkat C dan D dan membantu mereka, ada pula penyembuh tingkat B yang langsung menyembuhkan mereka setelah mereka sedikit terluka.
Lino? Dia hanya menonton dan dilarang mendekat, itu sudah pasti. Akan tetapi, dia yang akan membedah ratu semut tersebut untuk mendapatkan corenya.
Lino pikir ratu tersebut mungkin memiliki sekitar tiga core mengingat dia cukup kuat dan tubuhnya sangat besar.
Pertarungan tersebut berakhir dengan sangat epik, Lino bertepuk tangan dengan malas, lalu mulai mengeluarkan pisau kecilnya lagi, bersiap-siap untuk membedah ratu semut. Jika saja memang dapat tiga core, guild akan menggajinya sedikit lebih banyak dari biasa sebagai bonus, jadi karena itu Lino sangat bersemangat.
Tapi Lino masih berdiri sampai Joni, Bobby, dan pemburu lain berpose setelah mengalahkan ratu semut. Biasalah, untuk dokumentasi dan untuk menaikkan pamor, beberapa guild akan merekam pertarungan mereka dengan boss dungeon, kemudian vidio itu diedit sedemikian rupa, baru setelahnya di upload ke sosial media.
Termasuk guild mereka ini.
Dan karena itu, guild mereka pamornya bisa sedikit naik dan bahkan beberapa guild lain banyak yang mencontoh hal ini.
Menurut Lino, ini jadi seperti ajang pamer.
Lino tidak terlalu menyukainya, jadi dia tidak masalah jika tidak masuk sorotan kamera, dia juga agak trauma setelah dulu saat dibangkitkan dan datang ke asosiasi. Saat itu kebetulan banyak media yang datang, mereka semua kagum melihat penampilan Lino, jadi Lino disorot... bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya kan?
Lino yang tampan dan gagah, sudah diduga akan memiliki rank yang tinggi. Alhasil, setelah tau rank Lino rendah, bahkan sangat rendah... maka mereka berakhir mencaci Lino.
Jadi Lino agak trauma disorot kamera.
Yah, tidak setrauma itu, dia hanya tidak nyaman dan tidak suka.
CRASSS
Dengan cekatan Lino mencari core dari tubuh ratu semut, bahkan beberapa pemburu yang melihatnya jadi bergidik sendiri melihat bagaimana brutalnya Lino menusukkan pisau kecilnya, apalagi ekspresi Lino yang tersenyum lebar.
Dia terlihat seperti psikopat.
Tapi yah... Lino tersenyum kan karena ternyata memang ratu semut punya tiga core.
Lino tidak sadar, dia sedang direkam oleh salah satu pemburu yang juga tingkat rendah, rank E, dia bertugas merekam memang.
DEBUM
Mereka terperanjat melihat dinding yang cukup jauh di ujung tiba-tiba hancur dan roboh, cahaya putih keluar dari lubang itu, membuat pandangan mereka silau.
Dan setelahnya merekapun panik melihat monster lain keluar dari lubang dinding tersebut.
Masalahnya, monster itu adalah monster naga, tubuhnya sangat besar dan yang pasti berkali-kali lipat lebih kuat dari mereka. Itu adalah monster SS, yang mustahil mereka kalahkan.
Sontak mereka lari tunggang-langgang meninggalkan Lino sendirian disana, yang masih sibuk mengambil core ketiga. Lino pikir mereka hanya ribut-ribut karena bosan dan iseng saja.
Dia baru sadar setelah mendengar teriakan Joni.
“Rank F kau tahan dulu monster itu disini, kami akan keluar mencari bantuan!!”
Dan saat Lino menyadari ada naga mendekat padanya, mereka semua telah lari meninggalkannya sendirian.
Padahal tas besar berisi semua core yang mereka dapat ada padanya, kalau dia mati disini, core itu juga akan ikut lenyap bersamanya kan?
Ah sudahlah, bagus kalau core lenyap bersamanya, biar mereka menyesal karena menjadikannya umpan naga.
Lino mengarahkan pisau kecilnya pada naga itu, sang naga menyemburkan nafas api pada Lino, untungnya meski Lino rank F, dia memiliki refleks yang baik, jadi dia bisa menghindar.
Ini jadi seperti gajah vs semut, dimana naga adalah gajah dan Lino semutnya.
Tapi, biasanya kalau suit, yang semut menang kan?
Aneh..
“Akh” Lino yang terus menghindari nafas api, terbentur dinding gua yang memang tidak mulus, kulit lengannya sedikit tergores, begitupun dengan lutut dan bagian tubuh lain.
Api yang ditimbulkan naga itu juga membuat ruangan menjadi panas dan Lino pikir cepat atau lambat dia akan mati terpanggang disini.
Mungkin inilah perasaan buruk Lino sebelumnya.
Jika dia memang tidak selamat, semoga saja Felly tidak terlalu sedih.
Naga itu menyemburkan apinya lagi, refleks Lino berguling ke sisi lain, tapi dia pikir dia sudah dalam batasnya, tidak bisa menghambat lebih lama lagi.
Kenapa bantuan tidak segera datang?
“Uhuk uhuk” Lino terbatuk-batuk karena asap api semakin banyak berkumpul di dalam dungeon, memang nafas api dari naga itu langsung hilang, namun tetap saja asap dan panasnya masih ada. Dinding gua juga sepertinya menghantarkan panas dengan baik, jadi dungeon ini menjadi semakin panas.
Saat Lino sudah mulai pasrah dia kembali bangkit dan berusaha menyerang naga itu, ia tau ini jadi seperti bunuh diri, tapi ia akan seperti pecundang jika tidak berusaha menyerang bukan?
Lino yang jauh lebih kecil mampu menyelip dan dengan cekatan menancapkan pisau kecilnya ke kaki naga.
Naga itu kesakitan dan semakin berusaha menyerang Lino dengan acak.
Hingga akhirnya Lino terjatuh, naga itu mengangkat kakinya hendak menginjak tubuh kecil Lino, namun...
SRET
BRUK
Lino membuka matanya, dia terkejut melihat naga itu terjatuh dan tubuhnya terlilit oleh sulur tanaman yang kelihatannya kuat dan berduri. Saat Lino mencari sumber dari sulur tersebut, dia melihat sosok yang indah terbang.
Dia kecil, rambutnya panjang bergelombang warna hijau muda dan pink, di kepalanya terdapat mahkota bunga yang terlihat familiar bagi Lino. Kulit makhluk itu pucat, dia juga memakai gaun yang terlihat seperti bunga dan daun.
Yang pasti, dia lucu sekali seperti peri bunga di film barbie yang biasanya Felly tonton.
“Apa yang kau lakukan?! Cepat serang dia!!” kata makhluk yang seperti peri bunga tersebut.
Lino pun tersadar dan bangkit berdiri, naga tersebut terlihat kesakitan karena jerat sulur berduri. Lino melepaskan pisau kecil yang menancap di kaki naga tersebut.
“Tusuk dadanya! Di bagian jantungnya!” teriak peri bunga itu
“Aku tau!” balas Lino.
Sebagai pemburu, tentu saja ada panduan
dalam membunuh moster, ada bukunya juga dan Lino sudah hafal isi buku tersebut, meski dia tidak pernah melakukan semuanya.
Dan mana dia tau dia harus membunuh naga sekarang, kalau begini caranya tidak aneh dong kalau dia dijuluki dragon slayer? Atau dragon killer?
Naga memiliki jantung yang jika ditusuk akan langsung membuatnya kehilangan nyawa, namun kulit naga itu sangat keras. Karenanya, agak sulit bagi Lino untuk menancapkan pisau kecilnya pada naga.
Dia harus merobek kulitnya yang keras itu dulu, baru kemudian menghujamkan pisau kecilnya.
CLEP
Raungan naga tersebut terdengar keras sekali, Lino bahkan harus menutupi telinganya karena dia takut telinganya akan bermasalah jika terus-terusan mendengar suara itu.
Melihat naga tersebut sudah tidak berdaya karena jeratan dan juga pisau yang tertancap di jantungnya, Lino pun tertawa keras sekali.
Dia bahkan sampai harus memegangi perutnya yang sakit karena terlalu keras tertawa.
“Selamat!! Kau sudah membunuh anak naga bumi!!” peri bunga itu melayang-layang di depan wajah Lino dan bersorak gembira, membuat tawa Lino semakin kencang, entah karena ada yang lucu atau karena dia gemas dengan tingkah si peri bunga.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!