NovelToon NovelToon

Life After Marriage

Cuap-cuap

Hallo guys, author amatiran ini kembali lagi dengan membawakan cerita dari keluarga konyol yang mungkin sudah kalian kenal, terutama bagi kalian yang mengikuti ceritaku dari awal, pasti tahu doang siapa saja yang ada di dalamnya?😄😄

sebenarnya aku gak yakin mengangkat kisah mereka, karena merasa bahwa mungkin kalian akan bosan membaca ceritaku ini yang ya, bisa di bilang pasaran dan mudah di tebak.

Tadinya aku juga gak sama sekali punya niatan untuk membuat kisah Birma dan Clara ini, karena kalau boleh jujur, aku lebih suka membuat cerita yang baru dengan tokoh yang baru lagi, tapi berhubung banyak yang menginginkan kisah mereka berdua, jadilah aku angkat di sini. (Semoga saja aku bisa membuat kisahnya tidak sama dengan kehidupan keluarga Konyol lainnya).

Dan berhubung sebagian kisah mereka sudah di ulas di judul sebelumnya "Rapa & Cleona : Menjaga Hati" jadi di sini aku hanya akan menceritakan mengenai perjalanan hidup mereka, juga lika liku kehidupan Birma dan Clara sesudah menikah. Karena tidak mungkin untuk aku mengulangnya dari kisah mereka sewaktu masih sekolah. (itu sudah di ceritakan di judul sebelumnya, meskipun sedikit).

Bagi kalian yang penasaran dengan romansa cinta keduanya, yuk jadikan favorite cerita ini agar kalian tidak ketinggalan kisah mereka...

Tapi sayang banget, karena bukan hanya kisah mereka yang akan aku angkat, jadi aku tidak bisa up setiap hari, seperti cerita-cerita sebelumnya.

Di cerita ini aku hanya akan up 2x dalam satu minggu, yaitu hari senin dan selasa (mudah-mudahan). Dan sisa harinya aku isi dengan up cerita lainnya yang in sya allah, tak kalah seru dan menarik.

Aku tahu pasti banyak yang komplen dan gak setuju karena aku biasanya up setiap hati. Tapi sekali lagi mohon maaf, sakarang bukan hanya satu cerita yang akan aku angkat, seperti biasnya, maka dari itu aku harus membagi waktunya, agar semua mendapatkan perhatian yang adil dan merata. Biar cerita yang aku buat juga tidak ada yang terbengkalai dan berhenti di tengah jalan. Tapi akan aku usahakan semaksimal mungkin.

Mohon pengertian dan dukungannya ya 🙏🙏

Ah, sebelum kita lanjut ke cerita, yuk kenalan dulu sama pemeran utamanya :) ah ya, berhubung aku memang suka dengan k-pop, jadi mohon maaf kalau visualnya aku ambil dari artis-artis korea. Dan untuk kalian yang tidak suka dengan visual tokohnya, mohon maaf karena aku sudah mengecewakan 😊😊 (please jangan hujat aku 😢)

Birma Satrya Putra Adyansah

Clara Ratu Yeima

😍😍😍

Tak mudah menjalani rumah tangga, karena siapa pun yang sudah meraskan mungkin tahu bahwa menikah bukan lah sesuatu yang selalu berkaitan dengan bahagia, menikah lebih dari itu.

Meskipun di dalamnya di domonasi oleh kamu dan aku, sehingga menjadi kita, tak jarang orang lain ikut masuk ke dalamnya, meski tidak untuk merusak, tapi seseorang itu hadir untuk menguji kesabaran. Mampukah Clara dan Birma untuk bertahan?

🌼🌼🌼

Selamat datang kembali di ceritaku yang baru guys, semoga menyukainya seperti menyukai ceritaku yang lainnya.

Happy Reading ...

Jangan lupa selalu tinggalkan jejak ya :)

Ah ya, jangan lupa follow instagramku @Lenii13_ jangan lupa DM, nanti pasti aku follback.

Ini aku bukan promosi ya, bukan juga berharap follower menjadi banyak, cuma ingin berteman aja, karena silaturahmi itu perlu dan aku ingin mengenal semua pembaca ku...

jangan memaksakan diri oke, 😉

Chapter 1

"Udah gak perlu sedih, mungkin Tuhan memang belum mempercayai kita untuk memiliki seorang anak,” Birma memeluk istri cantiknya yang saat ini sudah kembali menangis begitu mendapati hasil tes kehamilan yang lagi-lagi menunjukan garis satu. “Usia pernikahan kita baru akan menginjak usia ke empat tahun, dan di luaran sana banyak yang sudah menikah belasan tahun tapi belum di berikan momongan. Jadi, jangan berkecil hati.”

“Tapi Ma...”

“Udah biarin aja. Lagi pula orang tua aku juga 'kan sudah tahu bahwa kamu dan aku itu sehat. Dokter juga sudah menjelaskannya saat itu di depan Mama. Yang harus kita lakukan sekarang adalah berdoa dan berusaha. Kamu yang sabar, Tuhan pasti punya rencana lain untuk kita.” Senyum menenangkan Birma berikan, kemudian melayangkan kecupan pada kening sang istri.

“Maaf, belum bisa ngasih kamu keturunan,” ucap Clara dengan lirih dalam pelukan suaminya.

“Gak perlu minta maaf sayang, anak itu adalah rezeki. Meskipun sudah dalam kandungan, jika memang belum rezekinya pasti akan kembali pada Sang Pencipta. Sekarang kamu belum hamil, itu artinya Tuhan memang belum memberikan rezeki itu pada kita. Jangan terlalu dipikirkan, ya, aku gak mau kamu sakit,” Birma menyeka air mata yang membasahi pipi istrinya.

“Coba mana senyumnya, aku mau lihat.”

Kedua sudut bibir Clara tertarik sedikit, membuat Birma tak puas dan melayangkan kecupan singkat di hidung mancung istrinya. “Boleh minta senyum yang lebih ikhlas dan lebar?” tanya Birma. Clara menarik napasnya terlebih dulu, lalu membuangnya kembali sebelum kemudian mengukir senyum manis yang menambah kecantikan Clara di mata Birma.

Satu kecupan kembali Birma daratkan dan kini di kening Clara, sebelum keduanya keluar dari kamar mandi dan membuang semua alat tes kehamilan yang beberapa menit lalu di gunakan Clara.

“Udah hampir jam tujuh, kamu gak ke kantor?”

“Hari ini aku mau libur aja buat nemenin istri aku,” membimbing istrinya untuk duduk di tepi ranjang, Birma kemudian menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang istri. “Gimana kalau kita ke rumah Bunda aja, ketemu si kembar?” usul Birma yang dengan cepat di angguki semangat oleh Clara.

“Kamu mandi duluan, aku mau masak dulu biar nanti kita makan sama-sama di rumah Bunda.” Birma mengangguk setuju, melayangkan satu lagi kecupan di kening istrinya sebelum kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Clara keluar dari kamar melangkah menuju dapur.

“Enaknya bikin apa ya,” Clara mengetuk-ngetukkan telunjuk dan jari tengahnya di pinggir kulkas yang pintunya sudah dirinya buka. Mengamati bahan-bahan yang ada sambil memikirkan apa kira-kira yang harus dirinya buat.

Begitu memilih beberapa sayuran, daging dan bahan lainnya, Clara kemudian fokus berkutat dengan alat-alat dapur kesayangannya yang dirinya pilih sendiri saat akan mengisi perabotan rumah baru yang di siapkan suaminya.

Birma yang baru saja turun dari kamarnya sudah siap dengan kaos polo hitam di padukan dengan jaket bomber dan celana jeans hitam, tersenyum kecil melihat istri cantiknya yang terlihat semakin cantik saat mengenakan apron doraemon kesukaannya berdiri di depan penggorengan.

Melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, Birma kemudian memberikan kecupan singkat di pipi istri cantiknya itu. Clara menghela napas pelan kemudian menoleh ke arah sang suami dan melepaskan tangan itu dari pinggangnya. “Pagi ini kamu udah lebih dari sepuluh kali loh, Bir cium-cium aku.”

“Gimana dong aku kan suka,” cengengesan Birma kembali melayangkan kecupannya di pipi kiri Clara.

“Udah, lebih baik sekarang kamu duduk, aku mau selesaikan masak dulu. Jangan ganggu!” peringat Clara dengan tatapan tajamnya.

“Sun dulu,” pinta Birma mendekatkan pipinya pada wajah Clara.

Plak.

“Noh ciumannya spesial,” menepuk-nepuk telapak tangannya, Clara tersenyum kecil ke arah suami tampannya, setelah itu berbalik dan kembali fokus pada cumi tepung yang tengah di gorengnya.

“Sakit loh, Yang,” rengek Birma dengan nada manja.

“Apa sayang, aku gak dengar. Kamu minta nambah lagi?” tanya Clara berpura-pura tidak mendengar tanpa menoleh ke arah suaminya.

“Untung istri gue, lo, kalau bukan ... gue perkosa lo sekarang juga!” Birma menggerutu dengan suara yang begitu kecil, tapi siapa yang tahu bahwa gerutuannya itu masih mampu istrinya dengar, membuat Clara menggeram dan menoleh pada suaminya.

“Kamu bicara apa barusan? Minta tidur di luar?” tanya Clara dengan senyum manisnya.

“Mam**s!” Birma bergumam dalam hatinya. Merutuki mulutnya yang tidak dapat di rem. “Gak kok, sayang. Aku cuma bilang kalau kamu cantik,” ucap Birma dengan senyum salah tingkah.

“Ke mana aja lo selama ini, baru sadar kalau gue cantik?” Clara kembali berbalik menghadap penggorengan sambil mengibaskan rambut panjangnya dengan gaya sombong, hingga mengenai wajah Birma yang ada di belakangnya.

“Nyesel gue udah muji,” dengus Birma pelan, tapi sial ...

“Oke sayang, kamu tidur di luar selama satu minggu tanpa selimut dan bantal.” Ujar Clara tanpa menoleh sedikit pun pada suaminya yang kini sudah memucat.

“Sungguh sadis bosku.”

🍒🍒🍒

Clara dengan cepat turun dari mobil suaminya begitu melihat ponakannya tengah berlarian di teras depan rumah bersama Cleona yang membawa piring. Sudah bisa di tebak bahwa kakak iparnya itu pasti tengah kesusahan memberi makan kedua anaknya yang sudah semakin aktif.

“Nathan, El, aunty cantik datang!” seru Clara berlari menghampiri kedua bocah serupa itu. Dengan gembira dan seolah sejak pagi tak merasakan kesedihan, Clara berhambur memeluk kedua keponakannya yang menggemaskan dan pintar itu, lalu melayangkan kecupan bertubi-tubi di wajah tampan Nathan dan Nathael.

Birma yang melihat bagaimana interaksi istri dan keponakannya juga melihat wajar berseri Clara, tidak pernah henti menggumamkan doa dalam hati untuk segera di berikan momongan dalam rumah tangganya.

Tak jarang, Birma membayangkan anak-anak yang bermain dengan Clara itu adalah anaknya, meskipun pada akhirnya Birma harus kembali sadar bahwa apa yang di bayangkan itu hanya akan melukai perasaannya sendiri dan akan menambahkan harapan untuk segera memiliki sang pelengkap di rumah tangga mereka.

Tentu saja, Birma memang mengharapkan itu, tapi ia pun tidak ingin terlalu pemperlihatkan itu di depan istrinya karena bagaimanapun, Birma tidak pernah ingin membuat istrinya bersedih, apalagi sampai membuat istrinya kembali merasa bersalah karena belum bisa memberikan keturunan. Sedangkan dirinya tahu bahwa itu bukanlah kesalahan istrinya, sebab dokter sudah memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun dengan rahim Clara.

“Heh, adik ipar! Lo ngapain bengong di sana?” tegur Cleona menyadarkan Birma dari lamunannya.

“Istri gue mana?” celingukan Birma mencari keberadaan istri tercintanya yang ternyata sudah hilang dari pandangannya.

“Ck, makanya jangan ngelamun di siang bolong seperti ini, kesambet baru tahu rasa lo!” Cleona menggelengkan kepala, kemudian melenggang pergi meninggalkan Birma.

“Oy, Cle istri gue mana?” teriak Birma begitu melihat kakak ipar kesayangan istrinya itu masuk ke dalam rumah, meninggalkannya seorang diri yang entah kenapa mendadak menjadi lambat seperti sekarang ini.

Chapter 2

Begitu duduk di ruang tengah bersama kedua ponakannya, Clara tiba-tiba menepuk keningnya begitu teringat akan makanan yang di bawanya dari rumah tertinggal di mobil karena terlalu semangat menghampiri si kembar yang begitu menggemaskan.

“Suamiku sayang, ambilin rantang dong di mobil,” kata Clara begitu sang suami baru saja tiba di ruang tengah, dan hendak duduk di sofa yang ada di sana.

“Kenapa gak ambil sendiri aja sih,” memutar bola matanya malas, Birma lalu menjatuhkan diri di sofa.

“Malas aku tuh sayang, ambilin ya, ya,” wajah menggemaskannya Clara keluarkan agar sang suami luluh dan menuruti titahnya. Namun sayang, kali ini jurusnya itu tidak mempan dan suaminya tetap menggelengkan kepala, tanda menolak.

“Oke kalau emang kamu gak mau,” nada suara Clara kini tak lagi selembut dan semanja tadi. “Malam ini kamu benar-benar tidur di luar!” seru Clara galak. Wajah imut dengan nada suara lembut tidak membuat laki-laki itu luluh maka, ancaman membuat Birma segera bangkit dan berlari kembali ke luar dari rumah mertuanya.

Cleona dan kedua anaknya sontak menertawakan, tapi kemudian berhenti begitu melihat Birma yang kembali tanpa membawa apa pun di tangannya. Clara berkacak pinggang dan hendak melayangkan semburannya sebelum kemudian Birma berkata, “kunci mobilnya ketinggalan.” Setelah itu Birma kembali berlari agar tidak lagi mendapat ancaman mengerikan dari istrinya.

“Gila-gila, laki lo, Tu!” Cleona tertawa begitu puas, geli melihat wajah Birma yang mirip seperti kucing ketakutan.

“Nyebelin emang dia mah, nunggu di ancam dulu, baru deh ...." Clara menggelengkan kepala, lalu kembali bermain dengan kedua ponakannya yang sudah asyik dengan robot-robotannya.

Tak lama Birma kembali dengan rantang berwarna biru milik Clara, dan menyerahkan itu pada istrinya yang langsung di terima Clara dengan senang hati. “Terima kasih suamiku sayang,” ucap Clara seraya menghadiahkan satu kecupan di pipi Birma yang langsung mengukir senyum.

“Kalau tahu hadiahnya kayak gini mah dari tadi gue perginya, tanpa harus macan betina ngasih ancaman.” Ujar Birma mengukir senyumnya.

“Ck, dasar laki-laki!”

🍒🍒🍒

Sekembalinya dari rumah sang bunda, Clara dan Birma sampai di rumah begitu hari sudah gelap karena saking asyiknya bermain dengan dua bocah gembul berusia hampir 3 tahun, yang tak lain adalah anak dari pasangan Rapa-Cleona. Setidaknya dengan keberadaan kedua ponakannya itu kesedihannya sedikit terobati, meskipun harapan itu tak pernah hilang dari hati dan pikirannya.

Merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah, Birma langsung menyalakan televisi di depannya, sementara Clara melanjutkan langkah menuju dapur dengan kantong bening yang di bawanya, lalu mengeluarkan isinya. Liur Clara seolah akan menetes begitu aroma wangi bercampur pedas menyeruak mengenai indra penciumannya.

“Kenapa kalau gue bikin gak pernah senikmat ini wanginya?” tanya Clara pada dirinya sendiri, kemudian duduk di kursi meja makan dan mengambil sendok yang tersimpan di tengah meja yang cukup lebar itu.

“Nah ini baru namanya seblak!” ujarnya begitu melahap suapan pertama makanan pedas kesukaannya. Hingga suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya, Clara terus memuji makanan berbahan dasar kerupuk itu. Tidak peduli dengan keringat yang mulai bercucuran karena rasa pedas yang membakar lidahnya.

“Cla ... astaga! pantesan aja aku tungguin dari tadi gak nongol juga, tahunya enak-enakan makan sendiri,” Birma memutar bola matanya.

“Hehe, maaf lupa,” ujarnya cengengesan, membuat Birma mendengus pelan.

“Jangan di biasaain makan pedas, deh, Cla. Nanti kamu sakit perut,” tangan Birma terulur menyeka pelipis istrinya yang berkeringat.

“Abisnya aku suka, gimana dong?” Clara mengedip-ngedipkan kedua matanya, kemudian menyandarkan kepala di pundak sang suami yang kini tangannya bergerak mengusap lembut kepalanya.

“Setahu aku, Bunda gak suka pedas, Ayah juga gak terlalu suka. Terus kamu turunan siapa sebenarnya, hem?” menjawil hidung mancung istrinya dengan gemas, Birma kemudian memberikan kecupan di tempat yang sama.

“Aku mah keturunan bidadari, makanya cantik!” ucapnya dengan percaya diri.

“Gak nyambung banget itu jawaban,” Birma menangkup wajah sang istri dengan kedua telapak tangannya, lalu menggesek-gesekan hidungnya dengan hidung Clara, gemas. “Eh, tapi kamu memang bidadari sih, bidadari tanpa sayap yang tuhan takdirkan untuk seorang Birma.”

“Gombal!” serunya tanpa bisa menyembunyikan wajah meronanya. Birma meskipun menyebalkan, tetap saja laki-laki itu suaminya, yang tak jarang melayangkan gombalan receh, dan selalu berhasil membuatnya bersemu.

“Gemesin banget sih lo, bakpau!” gemas, Birma menggingit pipi gembil istrinya, dan itu sukses membuat Clara meringis begitu rasa sakit dirinya rasakan.

“Birma, ish, sakit tahu!” rengeknya memukul-mukul dada bidang laki-laki di depannya itu.

Birma yang tidak sama sekali merasakan sakit dengan pukulan sang istri hanya tertawa, lalu membawa Clara ke dalam pelukan dan kecupan berkali-kali tak lupa di daratkannya pada pipi montok Clara yang di gigitnya barusan.

“Hobi banget sih kamu gigit pipi aku, gak tahu apa kalau itu sakit?!” dengus manja Clara, bersandar pada dada bidang suami tampannya.

“Abis pipi kamu bikin aku gak tahan, pengennya aku gigit terus. Kalau bisa setiap saat deh aku uyel-uyel.” Tangan Birma yang semula mengelus rambut istrinya kini beralih mencubit pipi wanita itu.

“Jahat banget sih kamu!” wajah cemberut Clara malah semakin membuat Birma gemas. “Di kira pipi aku Squishy apa?!”

“Mirip,” kata Birma yang kembali menangkup wajah istrinya, melayangkan kecupan di kening, hidung dan bibir wanita cantik di depannya. Setelah itu, Birma bangkit dari duduknya, dan dengan tiba-tiba memangku istrinya, membuat Clara terkejut dan refleks melingkarkan tangannya erat di leher Birma agar tidak terjatuh.

“Nyebelin banget sih lo jadi suami, kalau gue jantungan gimana coba?!” dengus Clara.

“Kalau gak ada jantunya yang ada lo mati, sayang!” ujar Birma dengan santainya, dan terus membawa sang istri menuju kamar mereka yang ada di lantai dua.

“Lo doain gue mati?!”

“Kalau lo mati, nanti gue nikah lagi."

“Berani lo, hah! Sebelum itu terjadi lo duluan yang gue matiin.” Tajam, Clara memberikan delikkan, sementara Birma malah justru tertawa, lalu menjatuhkan dirinya dan sang istri ke ranjang berukuran king size yang empuk dan nyaman itu.

“Tenang sayang, gue gak akan nikah lagi kok meskipun nanti lo lebih dulu di panggil Tuhan ... Aw ... aw!” jerit Birma begitu cubitan pedas istrinya berikan. “Sakit sayang,”

“Ya abis lo bicaranya kayak doain gue beneran mati lebih dulu,” cemberut, Clara mengubah tidurnya menjadi duduk, melipat kedua tangan di dada seraya membuang muka, enggan menatap sang suami.

“Bukannya aku doain kamu meninggal, sayang. Maut itu siapa yang tahu ‘kan? Maksud yang mau aku sampaikan adalah, aku mau seperti Papi Leo, tetap setia pada istrinya meskipun beliau di tinggalkan Mami di usianya yang masih cocok untuk mendapatkan istri lagi. Aku mau seperti beliau, setia sama istrinya sampai ajal menjemput dan berharap kembali di pertemukan di kehidupan selanjutnya.”

“Bir, aku pengen nangis boleh gak?” tanya Clara dengan wajah merah dan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Boleh dong sayang, aku tahu kamu terharu dengan kata-kataku baru...”

“Bukan terharu, tapi paha aku sakit ketusuk jarum yang ada di celana kamu.”

Birma dengan segera mengikuti tatapan Clara yang tertuju ke bawah, pada paha istrinya yang terekpos karena dress yang di kenakan wanita itu sedikit menyingkap. Meringis, Birma kemudian menarik pelan jarum yang tertanjap di celana jeans yang di kenakannya, dan sial ujung runcing jarum tersebut menancap di paha Clara, hingga mengeluarkan sedikit darah.

“Kamu ngapain sih sampai simpan jarum di sana, sengaja mau bikin aku celaka?”

“Dih, mana mungkin aku bikin celaka istri aku sendiri. Ini gara-gara tadi aku jahit kaos kaki Si El yang bolong. Aku kira jarumnya udah aku simpan di tempatnya lagi, mana tahu kalau tuh jarum tiba-tiba ada di celana aku. Maafin aku sayang. Sakit ya?”

“Tahu sakit, kenapa nanya?!” kesal Clara yang air matanya sudah mengalir. Entah air mata apa yang dirinya keluarkan, karena sakit akibat jarum itu jujur saja tidak begitu terasa. Namun melihat wajah bersalah Birma malah semakin membuat air matanya menetes semakin deras. Apa lagi saat laki-laki itu memberikan beberapa kecupan di pahanya yang terluka kecil sambil terus mengucapkan kata ‘sembuh’ berulang kali, sebanyak kecupan yang di berikan.

“Boleh gak sih gue ngatain laki sendiri ****?”

***

*jahat emang Clara, suami sendiri di katain ***. ini nih contoh istri durhakim, jangan di contoh ya guys 😄😄

jangan lupa tinggalkan like vote dan komennya. terima kasih 😊**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!