Rafasya sedang berlari mengejar sesuatu, pria berusia dua puluh tahun itu bahkan seperti tak mengenal lelah.
tapi langkahnya terhenti saat tanpa sadar dia masuk ke alam gaib, dia pun tertawa melihat sosok yang di kejar nya berhenti.
"kenapa om besar kepala, sudah lelah atau kau ingin membunuhku, kebetulan aku menantikan hal itu," kata Rafa menantang mahluk itu.
"dasar bocah tengik, ilmu mu baru sejengkal dan kau begitu sombong," kata mahluk itu yang merubah dirinya ke bentuk aslinya.
Rafa mundur satu langkah, dia tak mengira jika mahluk yang di kejar nya begitu seram.
kepalanya membesar dan memiliki satu mata yang menyala merah dengan penuh amarah.
Rafa pun tertawa menyeringai, dia pun memanggil harimau hitam miliknya.
"sen-sen siap bermain," kata Rafa mengusap kepala sen-sen.
harimau hitam itu pun berubah begitu besar dan Rafa menaiki punggung harimau itu.
Rafa pun mengeluarkan seruling miliknya, tak lama Sesnag juga datang dalam wujud manusia setengah ular.
tapi Sesnag hanya melihat Rafa dari jauh, dia tak ingin ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh Rafa.
"dasar bocah ini, tak kapok ternyata," gumam Sesnag.
"kurang ajar kau malah bermain seruling bocah tengik," kata mahluk dalbo itu.
"sen-sen, lakukan yang terbaik," kata Rafa mengakhiri permainan seruling nya.
Rafa pun tetap di punggung harimau hitam miliknya, dan mulai melakukan pertarungan dengan mahluk ghaib itu.
sen-sen menggigit tangan dan mencakar mata mahluk itu hingga kesakitan.
Rafa mengeluarkan keris pusaka peninggalan Mbah buyutnya, kemudian menancapkan keris itu ke tepat titik inti mahluk itu.
tiba-tiba cahaya berpendar menyilaukan mata, tubuh Rafa terpelanting jauh.
tapi beruntung Sesnag dapat menangkap tubuh Rafa dengan ekornya, sedang mahluk itu sudah musnah.
"dasar amatir, kamu bisa melukai Rafa, kenapa kamu tak melindunginya dengan baik," kata Sesnag yang membawa Rafa pergi.
"maaf tuan, hamba teledor," kata harimau hitam sen-sen pada Sesnag.
"ini terakhir kali, sekali saja kau membuatnya celaka, maka aku yang akan memusnahkan dirimu," ancam Sesnag.
harimau hitam itu pun menghilang begitu saja, Sesnag menidurkan tubuh Rafa di ranjang kamarnya.
Sesnag hanya bisa mengawasi Rafa, tanpa bisa membantu, karena kejadian terakhir kali.
Rafa masih begitu membencinya, maka itulah Sesnag tak bisa mendekat saat Rafa sadar.
sedang di dalam mimpi, Rafa sedang berdiri di depan rumah orang tuanya yang terbakar hebat.
"bunda, ayah!" teriak Rafa tanpa bisa melakukan apapun.
dia pun terpuruk melihat kedua orang tuanya mati dalam kobaran api yang begitu besar.
tiba-tiba Rafa terbangun dan melihat eyang nur duduk di sampingnya sambil tersenyum.
"kalau tidur itu baca do'a le, untung om mu gak di rumah, kalau tidak sudah di guyur pakai air kamu," kata Mak nur lembut.
"maaf eyang, uh... kepala Rafa sakit," kata Rafa memegangi kepalanya.
"kamu habis melakukan pengusiran lagi, kan eyang sudah pernah bilang, hati-hati,"kata Mak nur.
"iya eyang, tapi jangan bilang om Adri ya, bisa ngamuk tuh orang," kata Rafa.
"iya iya, sekarang mending kamu istirahat saja dulu, eyang mau lihat Raka dulu," kata Mak nur.
"iya eyang," jawab Rafa sedih.
Rafa pun kembali terdiam, dia tau jika membantu orang dengan kemampuannya itu baik.
tapi karena hal itu, dia kehilangan orang-orang yang di cintainya, seperti ayahnya dan juga bundanya.
terlebih lagi Raka yang masih syok dan depresi akan kesalahan mereka di masa lalu.
wus... angin berhembus menerpa dirinya, seorang gadis duduk di depannya sambil tertawa.
"hi-hi-hi kenapa kamu sedih lagi, masih merasa bersalah, udah lama kali," kata gadis itu yang kini pindah ke atas lemari.
"diam atau pergi dari sini, dasar tukang ganggu, ksmu itu cerewet."
"main yuk," kata gadis itu melemparkan kepalanya pada Rafa.
Rafa pun menendangnya hingga menabrak tembok rumah cukup keras.
"dasar pria busuk, kau tak bisa lebih lembut seperti saudaramu," kata gadis itu mencekik leher Rafa.
"kalau begitu main dengannya, jangan disini, dasar kuntilanak sialan," maki Rafa.
"tapi sayangnya aku suka di sini, hi-hi-hi-hi," kata kuntilanak centil itu.
"sudah sana pergi Tante, bisa sawan aku kalau tidur ada kamu di sini," kesal Rafa.
"alah sombong banget sih, padahal tiap malem aku duduk di sini lihatin kamu tidur tuh," kata kuntilanak itu memasang kepalanya.
kretek.. kretek...
bunyi yang terdengar saat kepala dan leher itu tersambung, tapi malah membuat Rafa tertawa.
"Halah, kebalik tuh Tante, masak
wajahnya selaras sama punggung gitu," ejek Rafa
kuntilanak itu pun menunduk dan tertawa melengking sambil meraba tubuhnya.
"hihihi hihihi... maaf efek kurang minum air, makanya kok rata, hi-hi-hi-hi," kata kuntilanaknya itu yang kemudian memutar kepalanya.
Rafa merasa ngilu mendengar suara tulang patah itu, "sudah pergi sana," usir Rafa lagi.
"iya-iya, tapi coba ngomong sama ular mu itu, kasihan tau tiap hari diam di luar rumah gitu, kayak wong ilang," kata kuntilanak merah centil itu.
"gak usah ikut campur, pergi sana," dorong Rafa kesal pada kuntilanak merah itu.
akhirnya rafa sendiri di dalam kamarnya, dia sudah tak bisa tidur saat ini.
kemudian Rafa mengambil buku warisan yang di berikan kakeknya.
"suatu saat aku akan menemukan siapa pengirim mu, dan aku akan membunuhnya, seperti yang kau lakukan pada orang tua ku, aku akan membalasnya lebih kejam lagi, lirih Rafa melihat gambar bola api di buku itu.
Rafa sudah bersiap untuk bekerja di sebuah sekolah SMA negri di kota-nya.
saat dia akan berangkat, Rafa menghampiri Raka yang masih duduk termenung di kamarnya.
"Raka, jangan seperti ini, maafkan aku yang telah membuat keluarga kita berantakan, karena aku juga kamu harus kehilangan bunda dan ayah, maafkan aku, seandainya bisa aku akan memilih mati mengantikan mereka ....."
Raka tak memberikan reaksi apapun, dia hanya diam membisu, Rafa begitu sedih.
pasalnya saudara kembarnya itu yang begitu ceria, kini berubah seratus delapan puluh derajat.
Adri yang sedang bersama si cantik. Rania ikut mengintip kedua kakaknya.
"appa? Abang lafa menangis?" tanya gadis kecil itu.
"mungkin bang Rafa kelilipan sayang, Rania ke eyang dulu ya," kata Adri sambil mengusap kepala putri angkatnya itu.
"iya appa," jawab Rania pergi ke Mak nur.
Adri masuk ke kamar milik Raka, "kamu masih di sini, om kira kamu sudah berangkat," seri Adri melihat Rafa yang menghapus air matanya.
"iya om ini mau berangkat, titip Raka ya," kata Rafa pamit sambil mencium tangan Adri
"Rafa, aku tidak membencimu, aku hanya sedih karena aku tak bisa membantumu...." lirih Raka menoleh kearah saudaranya.
mendengar itu Rafa berbalik dan langsung memeluk tubuh Raka dengan erat.
"bodoh, aku yang selalu menyusahkan mu dan keluarga kita, maafkan aku ya, dan kamu adalah kekuatan ku begitupun Rania," jawab Rafa.
"hei sudah, nanti reunian setelah pulang kerja, kamu sudah telat, dasar guru apa kamu," kata Adri menjewer kuping Rafa.
"aduh sakit, iya om iya ini pergi, eh Tante ku jagain saudaraku, jangan takutin dia," kata Rafa.
"dasar, ajak temen mu pergi bikin orang jantungan," kesal Raka yang melempar bantal kearah Rafa.
"oke bercanda," jawab Rafa berangkat sambil tertawa senang.
di luar Rafa melihat Rania dan langsung mengendong bocah cantik itu.
"bang Napa?" tanya Rania binggung.
"Abang senang, karena Abang Raka sudah sehat," kata Rafa menciumi gadis kecil itu.
"hei di suruh berangkat malah main sama Rania om, pergi huss...." usir Adri.
"dasar perjaka tua, jangan marah-marah nanti gak laku," kata Rafa berlari menuju motornya.
Mak nur tertawa melihat Adri dan Rafa yang tak pernah akur, apalagi kalau sudah menyangkut Rania.
Raka berlari keluar dan memeluk Mak nur, "eyang, maafkan Raka yang selama ini merepotkan, Raka sudah bisa mengiklaskan semua yang terjadi," lirih Raka.
"Alhamdulillah, kalau begitu pakai terus kalung yang di berikan Rafa untukmu, jangan di lepas," bisik Mak nur.
"tapi Rafa bisa terluka," jawab Raka khawatir.
"Rafa memiliki pelindungnya le, dia lebih kuat di banding kamu," jawab Mak nur.
sedang Rafa memacu motor matic miliknya menuju ke sekolah, saat sampai para siswi menyapanya.
Rafa selalu terlihat dingin dengan para siswi tapi dengan para siswa Rafa begitu easy going.
tak sengaja Rafa melihat sesosok bayangan di belakang seorang siswa pria yang menjadi Arjuna sekolah.
"Andre, bisa ke ruangan BK sebentar, ada sesuatu yang ingin bapak tanyakan tentang OSIS," panggil Rafa.
"iya pak, sebentar saya taruh tas dulu," pamit Andre.
Rafa pun menajamkan pandangannya pada sosok gadis SMA itu, "idih... ternyata kamu suka sama hantu belia gitu, cih bikin males saja," kata kuntilanak merah yang datang.
"Halah ngagetin, udah pergi aku mau ada urusan," usir Rafa lirih.
"aku gak mau pergi, aku ikut, takut kamu jelalatan, kamu kan suka bablas kalau lihat beginian," kata kuntilanak itu.
"Tante Kun, pergi dulu ya please," mohon Rafa lirih.
"aku gak mau, kalau kamu usir aku, aku buat satu sekolah kesurupan masal nih," ancam kuntilanak itu.
"iya deh, Tante Kun menang," kata Rafa mengalah dan pergi ke ruangannya.
"ngomong-ngomong, jangan panggil Tante Kun dong, aku itu masih muda panggil Miss Della, jangan-jangan kamu lupa namaku ya," kata Della marah.
"gak kok, aku cuma lebih senang manggil Tante Kun aja, karena kamu adalah kuntilanak pertama ku," jawab Rafa tertawa sendiri.
Andre yang mendengar Rafa tertawa berhenti, karena tak melihat siapa pun di dalam dari kaca pintu.
"eh itu murid mu datang," kata Della mengarahkan kepala Rafa.
"ih... sakit kukumu itu panjang," kesal Rafa.
tok... tok...
"permisi pak, apa saya boleh masuk?" tanya Andre.
"masuk ndre, duduk sini," panggil Rafa tersenyum.
"terima kasih pak,tapi sebenarnya apa yang bapak ingin tanyakan hingga membawa saya kemari?" tanya Andre takut apalagi bulu kuduknya merinding.
karena Della melayang di atas Andre, sedang hantu siswi itu menarik rok Della hingga jatuh menimpa dirinya.
Rafa menahan tawa melihat adegan di depannya, apalagi Della malah dengan santai duduk di atas tubuh hantu siswi itu.
"Andre. saya ingin meminta laporan tentang rencana kalian mengadakan LDK OSIS, apalagi kalian akan berkemah, dan saya harus tau guru mana saja yang ikut karena ini membawa nama sekolah," kata Rafa tegas.
"baik pak, nanti siang saya setorkan rinciannya, dan lagi bisakah kami dapat uang tambahan untuk kegiatan itu, sepertinya akan ada pembengkakan biaya," kata Andre tersenyum.
"ya nanti saya pikirkan lagi setelah menerima laporan darimu, kalau begitu kamu boleh kembali," kata Rafa.
"baik pak permisi," kata Andre pergi dari ruangan Rafa.
hantu siswi SMA itu pun mendorong Della dan berusaha melarikan diri dari Rafa.
tapi tak semudah itu, dia tertahan di ruangan itu, Rafa menghampiri gadis itu.
"siapa nama mu, bilang atau aku menghanguskan jiwa mu yang penasaran ini, karna menganggu murid ku," ancam Rafa.
"aku Laras, aku adalah kekasih Andre, tapi aku tidak tau kenapa aku bisa seperti ini, dan aku hanya bisa melihat Andre makanya aku mengikutinya," jawab gadis itu.
"Tante Kun, bisa ajari dia menjadi layak di lihat, ya kali bisa jantungan lihat dia model begini," tunjuk Rafa.
"boleh, tapi belikan aku bunga kantil ya," syarat Della tertawa.
"gampang, ajarin dulu gih," kata Rafa memberikan jempol pada Della yang sudah menarik Laras pergi.
pasalnya tubuh Laras penuh darah, di bagian lehernya ada bekas di gorok hingga hampir putus.
sedang dari kedua pahanya keluar darah, yang satu tebakan Rafa, jika Laras mati di bunuh setelah di perkosa.
atau sebaliknya, dia di lecehkan setelah di bunuh dengan kejam.
Rafa sudah mengantikan guru yang tak bisa datang mengajar karena ada ulangan, sedang Della masih mengajari Laras untuk berubah jadi cantik.
"ih kamu ngeselin ya, mau ku bunuh lagi rasanya, kenapa lemot banget sih," kesal Della.
"aku gak ngerti Tante," kata Laras yang masih belum faham dengan ajaran Della.
"Tante Tante, pala lu pitak, panggil Miss Kun, enak aja orang masih cantik dan muda gini di panggil Tante," kesal Della.
"tapi kakak tadi panggil Tante kok," bela Laras.
"udah dia mah khusus dan istimewa, kamu harus panggil Miss Kun," kata Della lagi.
"iya Miss," jawab Laras ketakutan karena Della sempat menunjukkan dirinya yang asli.
dengan wajah penuh darah, bola mata putih dengan kuku panjang siap menancap di tubuh Laras.
akhirnya setelah beberapa waktu bentuk Laras sudah membaik, dan Laras menjadi hantu yang cantik.
(itu Laras ya gengs)
"idih... gayamu kok kayak gitu sih, dasar anak jaman micin," kata Della pergi.
Della tiba-tiba sudah berada di kelas Rafa, dan sedang duduk di atas lemari sambil melihat Rafa mengajar.
sedang Laras duduk di samping Andre yang kebetulan adalah bangku kosong.
"suts... cowok, tuh hantunya sudah cantik, tapi masih cantik aku dong hi-hi-hi-hi," kata Della tertawa cekikikan.
(ini Della si Miss kuntilanak merah yaa geng, versi cantik)
Rafa pun hanya mengangguk, tiba-tiba Della turun dan duduk di meja di depan Rafa.
"jangan ganggu, aku sedang menjaga kelas ini ulangan," bisik Rafa.
"tau ih, aku bantu nanti yang nyontek aku kerjain, kamu baca kitab mu saja," kata Della yang melayang ke arah semua murid-murid.
Rafa kadang heran dengan Della yang tak takut dengan bacaan ayat suci Al-Qur'an.
Della pun melambaikan tangan pada Rafa dan menunjuk ke seorang gadis di pojok ruangan.
Rafa pun berdiri dan berjalan ke arah Della, gadis itu langsung ketakutan.
"kemari kan bukunya, ini bukan ulangan buka buku," kata Rafa yang langsung mengambil buku milik siswi dan merobek kertas ulangan milik siswi itu.
"ini pelajaran untuk semua murid, kamu keluar," perintah Rafa.
"tapi pak," kata murid itu.
"saya bilang keluar!" bentak Rafa.
semua siswa pun ketakutan, mereka tak mengira Rafa bisa sekeras ini.
Rafa pun menemui siswi itu di luar, dan Della terus mengikuti Rafa.
"kenapa kamu menyontek, kamu bisa belajar sebelumnya, bukan curang seperti ini," kata Rafa.
"saya hanya ingin dapat nilai bagus, saya takut dapat nilai jelek,karena orang tua saya bisa marah," kata gadis itu.
"ist... baiklah kalau begitu kamu ulangan susulan saat istirahat di ruangan saya," kata Rafa.
"baik pak Rafa," jawab siswi itu.
Rafa pun kembali ke kelas dan mengumpulkan semua jawaban, setelah itu menuju ke ruangan.
Laras masih mengikuti Andre, tapi Rafa tak memperdulikan itu karena nanti dia bisa bertanya saat sudah pulang sekolah.
Inggrid mengetuk pintu dan langsung duduk di depan Rafa, kerjakan soal itu dan jangan curang lagi.
"iya pak," jawab Inggrid senang, pasalnya dia akan berduaan dengan Rafa.
tapi pintu ruangan di buka, dan tak lama Andre datang sambil membawa laporan yang di minta Rafa.
Rafa memeriksa laporan itu dan tak menemukan kejanggalan, dan dia juga mendapatkan nama guru yang kan di mintai tolong untuk ikut.
Rafa pun menyetujui dan akan membantu sebisanya, karena dia ingin sekolah ini maju.
sedang di rumah, Raka sedang menggambar semua kilasan yang dia ingat saat kejadian kebakaran hebat itu.
Raka bahkan sudah menghabiskan tiga buku gambar berukuran besar yang baru di belikan oleh Adri.
setelah itu dia menatanya sesuai dengan rentetan yang terjadi, dan satu yang pasti itu seperti lingkaran yang mengunci dia dan Rafa.
"sebenarnya apa yang terjadi?" binggung Raka.
"Raka, le tolong bantu eyang mengantar makanan ke pengilingan beras ya, karena Rania sedang tidur siang, jadi eyang tak bisa meninggalkan dia sendirian," panggil Mak nur.
"iya eyang," jawab Raka.
Raka pun menghampiri Mak nur dan mengambil tiga rantang, setelah itu dia mulai mengambil sepeda motor sport miliknya.
tapi dia berhenti karena melihat kejadian buruk yang menimpa keluarganya.
Raka pun memutuskan naik sepeda menuju ke pengilingan itu, tapi saat akan masuk Raka merasa dadanya cukup sesak.
"om Adri, aku bawa makan siang," panggil Raka yang berada di pengilingan itu.
tapi Raka makin merasa sesak saat berada di ruangan istirahat milik Adri.
"mau apa kalian, kalian tak bisa menyentuhku," gumam Raka.
Raka pun buru-buru mencari bulpen dan kertas kosong dan mulai menggambar aura yang di rasakan.
setelah gambar selesai, Raka pingsan dan gambar itu pun terbakar, sebuah gambar pocong tanpa wajah dengan kain penuh darah.
Adri dan Rizal kaget melihat Raka pingsan saat kembali ke ruang istirahat.
keduanya pun berusaha menyadarkan keponakan mereka itu, tak lama Raka pun sadar dengan nafas yang begitu berat.
"kamu kenapa?" tanya Rizal.
"tidak ada pakde, aku hanya kelelahan mungkin, hehehe lama gak naik sepeda pancal soalnya," jawab Raka berbohong.
"dasar, memang motor mu kemana? jangan bilang kamu juga tak bisa nik motor sport lagi, karena ingat kejadian malam itu," kata Rizal.
"iya pakde..." lirih Raka.
"baiklah, besok biar Adri yang akan membelikan sebuah motor matic untukmu," kata Rizal.
"iya bang, aku bagikan makan siang dulu ya," pamit Adri.
Rizal mengangguk, dia tak mengira harus melihat kedua keponakannya begitu terluka.
apalagi si kecil Rania yang sekarang menjadi putri asuh Adri juga belum tau kejadian yang terjadi.
Rizal kembali mengingat bagaimana dia mendapat pesan dari Vian, dia tak mengira jika itu pesan terakhir dari saudara iparnya itu.
malam itu kebetulan Rafa dan Raka sedang bermain ke tempat saudara bersama Adri.
Rafa di minta untuk membantu kelurga jauh dari Mak nur yang tengah sakit karena santet.
Rafa yang merasa iba pun menolong tanpa pikir panjang, tapi yang terjadi malah mereka harus kehilangan Vian dan Akira.
malam itu kebakaran terjadi dengan cepat, polisi mengatakan jika kejadian itu karena tabung yang bocor, tapi Rafa menyalahkan dirinya sendiri.
bahkan Rafa sempat mengamuk selama tujuh hari, dan membuat ustadz Hasan khawatir karena Rafa menantang khodam miliknya.
dia bahkan menyalahkan Sesnag yang tak bisa melindungi orang tua Rafa sesuai perintahnya.
bahkan Rafa kehilangan adik kecilnya Rania yang tak di temukan jasadnya.
itu makin membuat Rafa marah, tapi setelah tujuh hari, bayi Rania bisa selamat dan di temukan oleh Rafa di sebuah pohon besar.
dan itu membuat semua orang takjub karena bayi itu tak mengalami luka sedikit pun, tapi kemudian Rafa yang pingsan karena kehabisan energi.
Rizal pun tanpa sadar mengusap air matanya, Raka pun melihat itu. "jangan sedih pakde, kami baik-baik saja, kami kuat saat bersama," lirih Raka.
"iya nak, pakde tau, tapi bagaimana dengan mbak mu, dia masih belum bisa memaafkan kalian berdua, bahkan mas mu Alfin juga tak bisa berbuat apa-apa," kata Rizal.
"kami tau, karena kecerobohan kami, ini menimpa keluarga kami," jawab Raka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!