Suasana kelas yang ramai membuat wajah Fella semakin masam. Faya dan Bella pun menjadi heran dengan sikap sahabatnya itu, karena gadis itu biasanya terlihat sangat periang dan sering sekali membuat ulah, namun hari ini sikapnya sangat jauh berbeda.
"Fel, muka elo kenapa sih? Kusut amat??" tanya Faya, seraya menarik kursi yang ada di depan meja Fella dan duduk tepat di depan sahabatnya itu.
"Iya ni, dari tadi pagi. Muka lo kucel banget. Udah kaya nggak ada semangat hidup. Mati segan, hidup pun tak mau!" timbrung Bella yang sudah duduk di sebelah Fella.
Fella masih terdiam dengan muka datarnya, dan tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya itu. Gadis itu langsung berdiri, dan pergi dari kelas dengan langkah lamban. Faya dan Bella semakin terheran- heran dengan perubahan sikap dingin dari sahabatnya itu.
"Anjir, gue di cuekin," gumam Bella, masih tak percaya.
Faya langsung berdiri dan menatap punggung Fella yang masih terlihat di ambang pintu kelasnya itu, gadis itu langsung berteriak dengan sangat kencangnya. "Fella........!" teriaknya.
Teriakan Faya sukses membuat seisi kelas yang tadinya ramai seperti pasar dadakan itu pun, mendadak hening, teman-teman sekelasnya pun langsung mencari dimana arah sumber suara itu berada.
Ya, benar saja. Itu membuat Bella malu. Gadis itu tanpa nanti-nanti langsung berdiri untuk menghampiri Faya dan membuka suaranya. Seraya membekap mulut Faya menggunakan tangan sebelah kirinya. "Maaf ya teman-teman, Faya kalau udah lapar emang suka teriak-teriak nggak jelas kaya gini. Jadi, maklum aja kalau dia suka malu- maluin. Buat kalian, hati-hati aja ya, kalau makan bareng si Faya ini," ucap Bella sesaat.
Gadis itu langsung menarik tangan Faya, setelah melepaskan tangannya dari mulut sahabatnya itu. Mereka pergi dari kelas dengan langkah cepat karena Bella sedang menahan rasa malu. "Lo gila ya Fay! Bikin malu gue tau!" bentak Bella, dengan wajah tertekuk.
"Gila mana? Sama sikap Fella yang tiba-tiba berubah, jadi nyebelin kaya tadi! Di tanya bukannya ngejawab, malah main nyelonong pergi gitu aja. Nggak ada sopan-sopan nya itu anak lama-lama." celetuk Faya dengan hati yang masih dongkol, sambil sesekali memajukan bibirnya, melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
"Iya Fay, gue juga tau. Tapi seenggaknya elo bisa dong, jaga sedikit sikap elo yang malu-maluin itu." balas Bella.
"Urat malu gue udah putus, karena kesabaran gue udah terbuang percuma! Kaya pagi ini!"
Bella berdecak, menyunggingkan sudut bibir kirinya ke atas, "Pantesan, selama ini elo nggak punya malu."
Faya menghentikan langkahnya, "Semenjak gue kenal sama kalian, gue jadi nggak punya malu! Puas lo!" sentak Faya, dengan ekspresi datarnya.
Bella terkekeh mendengar kejujuran Faya. "Akhirnya, elo jujur juga Fay."
"Ngomong-ngomong, emang lo nggak heran sama sikap Fella yang kaya tadi itu?" tanya Faya mencoba mengalihkan topik pembicaraan, gadis itu kembali melangkahkan kakinya.
"Sebenernya, gue juga heran sama sikap itu anak, nggak cuma elo doang, kok. Cuma gue lagi mikir gimana positifnya aja." sahut Bella. Gadis itu mulai celingukan ke kanan kiri.
"Lo, ngapain sih Bel??" ucap Faya dengan hati yang masih kesel.
"Nyariin Fella! tuh anak kemana, sih? Gue kan khawatir banget sama dia," jawabnya.
"Tuh anak, paling juga di kantin. Makan, kemana lagi kalau nggak di sana." ucap Faya dengan wajah semrawutnya. Gadis itu menjawab ngasal agar Bella tak semakin meluas dalam melayangkan pertanyaannya yang rada nyeleneh kepadanya.
Langkah mereka harus terhenti, ketika mereka melihat Andy dengan seorang gadis yang jarang sekali mereka lihat, nampaknya murid baru.
"Bel, lo liat nggak? Itu bukannya Andy?? Terus itu cewek, siapa sih? Kenapa mereka kelihatan akrab banget kayak gitu??" tanya Faya sambil mengerutkan keningnya.
"Hem, kayaknya gue paham sekarang Fay, kenapa pagi-pagi Fella mukanya udah kekihatan kucel kaya pakaian yang nggak di cuci selama setahun," katanya mengira-ira.
Faya memutar bola matanya, dia menatap lurus kearah Bella dengan rasa penasarannya. 'Ada gitu, baju yang nggak di cuci selama setahun,' pikirnya sejenak. Namun, dengan spontan, Faya pun juga menanggapinya. "Bau dong Bel, kalau nggak di cuci selama setahun." ekspresi wajah Faya terlihat begitu polos.
"Itu cuma perumpamaan aja, Faya!" seru Bella dengan nada tinggi.
"Hem, sama aja bau, nggak bisa bayangin kaya apa bentuk bajunya, hii.... pasti mengerikan," kata Faya seraya mengangkat kedua bahunya, gadis itu menghela napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya membuangnya dengan sembarang.
Dengan hati yang masih kesal, Bella menghampiri Andy yang berada di depan manding itu. "Andy, lihat Fella nggak???" tanya Bella sambil mengontrol emosinya agar tak meluap.
Andy yang melihat kedatangan Faya dan Bella pun sontak terkejut mata lelaki itu melebar. Namun, lelaki itu tetap menjawab pertanyaan Bella dengan santai. "Sorry Bel, gue nggak tau, Fella pergi kemana? Dari semalaman gue juga telpon ponselnya tapi nggak aktif. Apa mungkin gara-gara kemarin sore, Fella jadi..." belum sempat Andy melanjutkan ucapannya Bella langsung motong pembicaraan lelaki tersebut.
"Loh! Gara-gara kemarin sore? Emang lo ngapain Fella? Sampai, dia pagi-pagi udah murung. Udah kaya nggak ada semangat hidup!!" seru Bella sedikit ngegas.
"Lo tanya ke Fella sendiri ya, gue lagi sibuk, nih," kata Andy seraya pergi ninggalin Faya dan Bella.
Lelaki itu menggandeng gadis yang sejak tadi ada di sampingnya itu, membuat Bella dan Faya semakin curiga dengan perubahan sikap sahabatnya itu. 'Jangan-jangan ada hubungannya sama ini,' pikir Bella sejenak.
"Dasar....Andy! Di tanya bukanya jawab malah main pergi gitu aja! Nambah emosi gue aja tuh, anak. nggak elo nggak Fella sama-sama nyebelin! Sama-sama bikin darah tinggi gue naik. Aduh, kenapa gue se-emosi kaya gini sih!" teriak Faya sambil mengepalkan tangannya.
Lagi dan lagi, Bella di permalukan. 'Dasar si mulut ember ini, nggak bisa apa? Kalau berpikir sedikit jernih,' gerutu Bella dengan manik mata malas. Dia menghembuskan napasnya sebelum kembali berkata. "Sabar Fay. Kita tunggu sampai Fella mau cerita ke kita, mungkin aja Fella pengen sendiri dulu," sahut Bella menenangkan Faya yang sejak tadi marah-marah gara-gara ulah sahabatnya itu.
...~Cinta Untuk Fella~...
Suasana hati Fella yang tak karuan membuatnya
semakin malas untuk makan dan membuka suaranya. Gadis itu memilih untuk menyendiri, duduk ditaman sekolah yang terlihat kosong. Dengan kekosongan hati yang bercampur dengan harapan yang telah hancur, gadis itu menitihkan air matanya. Lelaki yang selama satu tahun ini telah mengisi hatinya, harus pergi karena permintaan konyolnya. Ya, Fella kemarin sore harus putus dengan Andy.
Alasan Andy memutuskan secara sepihak bukan tanpa alasan. Andy ingin mengejar cinta pertamanya. Gadis itu mengingat bagaimana sikap Aldy saat memutuskan dirinya, sesekali dia meneteskan air mata, dan dengan cepat gadis itu pun menghapus airnya sendiri.
Ditengah-tegah lamunannya, Fella pun terkejut mendengar suara yang terus memanggil namanya dengan begitu keras. Hingga terdengar nyaring di telinganya.
"Fella, elo kemana aja sih! Kita nyariin elo sampai pusing ini. Ternyata elo malah disini. Ow iya, barusan kita liat Andy sama...." belom sempat melanjutkan ucapnya, Bella pun langsung menyela.
"Fel, lo habis nangis ya? Mata lo merah gini?" tanya Bella seraya duduk di samping sahabatnya itu.
"Sorry Fel, gue nggak ada maksud buat marah-marah ke elo kok. Gua cuma khawatir aja sama sikap aneh elo barusan, nggak biasa-biasanya elo kaya gini." Faya menundukkan wajahnya sesaat, mengetahui kesalahannya. Dia kecewa dengan sikapnya, yang tiba-tiba memarahi sahabatnya itu, tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Gadis itu merasa iba, melihat sahabatnya bersedih.
Fella pun membuka suara dan berbicara dengan nada pelan. "Maaf ya Bel, Fay, aku cuma bisa nyusahin kalian. Jika suatu saat aku merubah sikap ku. Kalian jangan tanya kenapa? Ya." Fella kembali menundukkan kepalanya, menahan tangisnya yang sebentar lagi akan keluar dari pelupuk matanya.
"Loh, kenapa harus berubah. Sebenernya elo kenapa sih Fel? Jangan bikin kita jadi bingung kaya gini. Merubah sikap, maksudnya gimana? Elo tetep bakalan jadi Fella yang kita kenal, kan??" tanya Faya masih dengan nada cukup tinggi. Gadis itu benar-benar tak sabaran.
"Suatu saat kalian akan mengerti. Kemarin sore, aku habis di putusin sama Andy." Isak tangis Fella semakin menjadi-jadi ketika mengatakan kalimat putus.
"Apa? Kalian putus? Kenapa!! Bukannya selama ini kalian baik-baik aja, bukannya kemarin sore kalian habis nonton?" tanya Faya dan Bella bersamaan. Kedua gadis itu serasa tak bisa mengerem mulut mereka jika menyangkut sahabatnya itu.
"Mungin, kita emang udah nggak cocok," ucap Fella masih dengan kepala menunduk.
"Fel, jangan sedih lagi ya. Sorry, gue tadi marah-marah nggak jelas sama elo. Tapi, jangan karena lo putus sama Andy, elo mau ngerubah sikap baik lo ini. Emangnya elo mau berubah jadi orang yang ngeselin. Kita kan sahabat lo Fel, ya kali elo jadi ngeselin." ujar Faya sambil memeluk Fella dengan cukup erat.
"Iya Fel, lo jangan gitu, kalau pun elo punya masalah. Cerita ke kita, kita kan udah sahabatan dari SMP, masak lo nggak pernah anggap kita, sih. Ya kali, kita jadi sahabat kaya nggak ada gunanya." sahut Bella yang juga ikut memeluk sahabatnya itu.
"Makasih ya, kalian berdua emang selalu ada buat aku." Fella membalas pelukan kedua sahabatnya itu, meskipun matanya mulai memanas kembali.
"Udah ah, jangan sedih lagi. Muka elo udah kusut banget, udah kaya mendung. Tapi nggak hujan-hujan, bikin orang baper." ledek Bella.
"Emang lagi mendung......" Fella tak melanjutkan bicara nya, Fella menghela napasnya beberapa kali dan membuangnya dengan sembarang sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda.
"Hatinya mendung, sakit hati pula, ngenes banget kan hidup aku, makin baper kan jadinya." lanjut Fella sambil mengatur napasnya dan sesekali menggigit bibir bawahnya, karena ia ingin kembali menangis.
Faya dan Bella hanya memandangi sahabatnya itu dengan rasa iba, mereka tahu betul, bagaimana perasaan Fella saat ini. Mereka sedih, karena sahabat yang tadinya periang, jail, cerewet itu sekarang mengalami patah hati yang sangat amat dalam. Bella dan Faya bingung harus berbuat apa? Sedang mereka selalu gagal dalam urusan percintaan, Faya yang memang hobi gonta-ganti cowok karena terkenal matre, sedangkan Bella yang selalu gagal move on karena masalalu-nya.
...~Cinta Untuk Fella~...
Flash Back.
Gadis yang terkenal sebagai primadona sekolah SMA Gabriel Sanjaya itu, memiliki kekasih yang bernama Andy. Ketua tim basket yang selalu menjadi incaran bagi seluruh siswi SMA Gabriel Sanjaya. Gadis itu memiliki perasaan yang lebih terhadap Andy, sejak ia menginjak bangku SMA, bukan tanpa alasan Fella memiliki perasaan tersebut.
Lelaki itu selalu membantunya saat mengerjakan kegiatan OSIS yang di rasa cukup berat untuk ia jalani. Meskipun banyak mengeluh, namun Andy selalu memberinya semangat dan dukungan. Hingga pertengahan semester, Andy mengalami frustasi tingkat tinggi. Lelaki itu gagal move on dari cinta pertamanya. Sampai Fella menawarkan diri untuk menjadi kekasih Andy, agar lelaki itu tak semakin larut dalam kesedihannya. Walaupun terdengar aneh, Fella tetap saja tak pernah melihat sisi lain itu. Dia melakukan itu karena di memeng mencintai Andy. Bahkan banyak siswa-siswi lain yang patah hati, karena mendengar kabar mereka yang sudah resmi jadian. Baik Bella dan Faya pun, tak pernah mempermasalahkan setiap keputusan Fella, asal Fella bahagia, mereka akan siap mendukungnya.
Hingga hubungan mereka pun berjalan sampi satu tahun lamanya, entah Andy mengganggap-nya atau tidak, yang terpenting Fella selalu nyaman jika lelaki itu ada di dekatnya. Rasa nyamannya pun berubah menjadi rasa sayang tingkat akut, semakin tinggi keinginan untuk bersama Andy semakin tinggi juga rasa sakit yang akan di alaminya saat mereka telah berakhir. Sampai Fella harus rela menelan kenyataan pahit yang benar-benar menggores hatinya, Andy memutuskan Fella secara sepihak karena cinta pertamanya telah kembali dan bersekolah di tempat yang sama. Gadis itu sungguh kecewa, selama setahun ini, ia tak pernah mendapatkan hati Andy seutuhnya.
Enam bulan berlalu, Fella yang tadinya periang kini berubah menjadi Pendiam, jutek, dan tak mau tau urusan orang lain. Gadis itu serasa memiliki kehidupan yang baru, meskipun tak sedikit siswa yang justru semakin mengejarnya.
"Fel, main yuk suntuk, nih. Semenjak lo putus sama si Andy, lo berubah banget tau, jadi nyebelin. Nggak asyik," ucap Faya dengan bibir yang masih nyinyir karena tak mendapat respon dari Fella.
"Fella Ananstasya Cantika, dengerin gua ngomong nggak sih! Capek tau, tiap hari di kacangin tuh!" tegas Faya yang lagi-lagi nyinyir bibirnya.
"Hem...... !" Balas Fella seraya memandang ke arah Faya dengan wajah datarnya.
"Jawab kenapa sih, Fel. Masak iya, si Faya udah ngomong panjang lebar kali tinggi, jawabnya elo cuma hem.. ..!" sahut Bella yang ikut jengkel dengan sikap dingin Fella.
"Iya, iya! Emang kalian mau main kemana? Habis pulang sekolah ini, kalau sore, aku udah ada janji sama Bunda. Mau nemenin dia ke butik! PUAS!!!!!!! " seru Fella sambil mengangkat satu alisnya dan tentunya tanpa ekspresi.
"PUAS..... banget dong, Fel." ucap Faya dan Bella hampir bersamaan, sambil cengengesan karena mendapat jawaban yang memuaskan dari mulut bibir Fella itu.
"Udah! Kalian duduk sana! Kenapa masih di sini? Apa mau ngerumpi terus! Kalau masih mau ngerumpi terus, itu artinya kalian ngerusak suasana hati aku!" seru Fella tanpa ekspresi.
"Ya elah, tega amat lo, Fel. Sekalinya mau ngomong. Nyakitin hati terus, pedes kayak sambelnya mbak Mimin. Sedih gua, gara-gara Andy, gua kena semprot muluk." gerutu Faya sambil memajukan bibirnya dan beranjak duduk di samping Fella.
"Aku lagi belajar ini! Kalau kamu terus-terusan cerewet, itu cuma akan ngerusak konsentrasi aku. mending kalian pergi ke kantin apa kemana gitu." sindir Fella sambil memegangi kepala dengan tangan kanannya, dan sesekali ia melirik ke arah Faya dan Bella secara bergantian.
"Iya, iya! Kita pergi ini, jangan nyariin. Tapi awas aja kalau entar nggak jadi!" seru Bella, sambil menunjuk kearah Fella. Seraya menarik tangan Faya yang baru saja duduk di samping Fella.
Suasana hening di kelas membuat Fella semakin terhanyut dengan buku-buku pelajarannya, sesekali Fella menghela napas dan membuang dengan sembarangan. Dan tanpa ia sadari ada sepasang mata yang mengamati gerak-gerik Fella dari kejauhan.
Ya, sosok itu adalah Andy, sejak mereka putus Andy dan Fella tidak pernah sekali pun saling menyapa, apa lagi sekedar mengobrol melalui telepon.
'Sorry ya Fel. Gara-gara gue, kita jadi jauh kaya gini,' ucap Andy dalam hati. Sesaat lamunan Andy harus terusik dengan kehadiran Jessy yang tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang.
"Sayang, ngelamunin apaan sih? Dari tadi aku liatin kamu terus tau. Tapi, kamu kaya nggak fokus gitu ke aku," ucap Jessy dengan wajah memelas-nya.
"A-h..... n-nggak papa kok, sayang. Cuma, tadi itu ada yang kelupaan di rumah, jadi aku coba buat ingat-ingat apa yang kelupaan," ucap Andy sedikit terbata-bata.
"Yang bener? Nggak ada yang kamu sembunyi-in dari aku?" tanya Jessy curiga.
"Beneran sayang, ngapain aku bohong sama kamu, nggak ada untungnya juga kan buat, aku." Andy mencoba meyakinkan kekasihnya itu.
Ya Jessy adalah alasan Andy untuk memutukan hubungannya dengan Fella, karena Jessy adalah inta pertamanya Andy, tapi rasa bersalah itu muncul ketika Andy melihat Fella yang tadinya periang, kini berubah menjadi gadis yang dingin dan jutek. Sekilas ia menoleh, dan meraih tangan Jessy, dan menariknya, agar meninggalkan tempat itu.
...~Cinta Untuk Fella~...
Jam yang di tunggu-tunggu Faya dan Bella pun akhirnya tiba, karena mereka tidak terlalu suka dengan gurunya yang super killer dan juga mata pelajaran yang terbilang sangat membosankan, alias mereka nggak ngerti sama sekali. Membuat kedua gadis itu mengantuk dan sesekali menguap, di sepanjang pelajaran.
"Akhirnya, kelar juga. Dari tadi gue ngantuk banget, mana rahang gue sakit gara-gara kebanyakan nguap, dan yang lebih parahnya lagi. Gue nggak tau, Pak Ramlan bahas apa. Nggak bisa fokus gue," ucap Faya sambil terus menguap.
"Hehehe, sama. Gue juga nggak ngerti, mungkin karena dodolnya kita kali ya Fay" sahut Bella sambil mengambil tasnya dengan tidak sabaran.
"Itu bukan karena kalian yang dodol. Kalian aja yang males belajar," ucap Fella seraya meninggalkan Faya dan Bella dengan langkah cukup cepat.
"Hem, iya, iya nona genius, yang dari orok udah di takdirin jadi juara 1 terus!" jelas Faya dan Bella kompak, seraya berlari mengikuti Fella yang terlebh dahulu keluar dari dalam kelas.
Ketika kedua gadis itu mengejar Fella, dan belum sempat meraih tangan Fella. Tiba-tiba BRUKKKKKK, buku-buku yang ada di tangan Fella pun berhamburan jatuh kelantai, Jessy yang asyik bercanda dengan Andy tanpa sengaja menabrak Fella karena tak terlalu fokus dengan jalannya.
"Maaf, aku nggak sengaja, aku nggak liat," ucap Jessy terlihat panik.
Fella tak menghiraukan ucapan Jessy, gadis itu masih disibukan dengan buku-buku yang sudah tercecer di atas lantai. Jessy yang bingung harus berbuat apa, akhirnya memutuskan untuk membantu Fella merapikan buku-buku yang berserakan di lantai tersebut, tapi Fella tetap tidak menghiraukannya.
"Makanya kalau jalan itu yang bener!! Pakai mata, jangan pakai mulut!" kata Faya sengaja menyindir.
Fella tetap dengan ekspresi datarnya, tak menghiraukan ucapan Jessy maupun Faya. Gadis itu berdiri dan langsung melebarkan langkah kakinya untuk segera pergi dari tempat tersebut, tanpa melihat atau pun bersuara sedikit pun. Andy yang melihat kejadian itu sungguh sangat heran dengan sikap dingin Fella.
'Kenapa? Fel, lo berubah derastis kaya gini? Apa mungkin ini semua gara-gara gue, gue memang bodoh!!" gumam Andy dalam hati, seketika Andy tersadar ketika Jessy berteriak .
"Idih. Cantik-cantik nggak punya mulut apa? Udah minta maaf, tetep aja diem, bikin kesal. Udah di bantuin juga, nggak bilang terimakasih!" seru Jessy sambil mengepalkan kedua tangannya dan berusaha berdiri di bantu oleh Andy.
Kedua gadis itu saling bertukar pandang, sebelum akhirnya memilih untuk membuka mulut racun mereka.
"Wajar, lah. Fella kaya gitu. Ini semua juga gara-gara cowok lo itu, kalau nggak percaya sama omongan gue. Lo bisa tanya ke Andy, dia udah ngapain Fella, sampai Fella sedingin itu!" ketus Bella. Sengaja menyindir Andy agar tau kesalahannya, gadis itu langsung menarik pergelangan tangan Faya dan pergi dari tempat itu.
Mendengar ucapan Bella, Jessy semakin jengkel. Ekor matanya melirik kearah Andy dengan sinis-nya. "Sayang, apa sih yang di bilang cewek tadi, aku nggak ngerti! Kamu bisa nggak? Jelasin apa yang nggak aku ketahui soal si Fella, Fella itu," ucap Jessy kesal, napasnya narik turun tak karuan.
"Iya, aku bakalan jelasin, tapi nggak sekarang ya sayang," ujar Andy dengan nada lembut.
Andy masih bingung melihat sikap Fella yang jauh berbeda 180°. Kenapa Fella bisa sebegitu dinginnya sampai-sampai gadis itu tak mau lagi memandang kearah Andy lagi. Yah, Andy sadar, mutusin gadis yang pas baru sayang-sayangnya, pas lagi senang-senangnya dan, pas baru nonton pula. Lelaki itu justru memutuskan hubungannya Fella demi gadis yang sekarang ada di sampingnya itu, demi cinta pertamanya Andy, lelaki itu menjadi cowok yang begitu egois, dan tidak berperasaan sama sekali.
Andy menghela napas dan membuangnya dengan sembarangan, lalu memegang tangan Jessy dengan lembut, agar Jessy tenang dan tidak marah-marah lagi.
Bukan hanya Andy saja yang heran. Bahkan, Faya dan Bella pun juga sangat heran dan bingung dengan sikap sahabatnya itu, yang berubah total. Semakin hari semakin dingin dan juga semakin jutek dan BODO AMAT sama urusan orang lain.
Kedua gadis itu, hanya bisa bersabar mengharap ada sebuah keajaiban yang bisa merubah watak sahabatnya itu kembali seperti semula.
"Mau nonton, belanja, makan atau apa, nih??" tanya Fella memecah keheningan.
"Kita belom tau juga ni Fel, lo ikutan mikir, gih," ucap Bella balik.
"Kalian yang ngajakin kesini. Tapi kalian cuma diem aja, terus nggak tau mau kemana? Kalau gitu, mending aku pulang aja!" ucap Fella seraya memutar tubuhnya dan hendak pulang.
"Eh..... jangan lah, ngajak lo kesini aja udah susah banget. Masak iya, elo mau main pulang, rugi lah kita." ucap Faya sambil memegang lengan Fella.
"Fel, elo kok kejam banget sih, sama si Jessy. Tadi dia udah minta maaf, loh. Sama elo, tapi kok elo cuma diem aja. Malah main pergi aja kaya orang nggak punya salah. Apa karena tadi ada si Andy, makanya lo milih diem aja dan langsung pergi?." ucap Bella penuh pertanyaan.
Fella pun tak langsung menjawab pertanyaan Bella, justru gadis itu melepaskan tangan Faya dari lengannya, dan berjalan begitu saja tanpa menghiraukan pertanyaan Bella.
"Ya Tuhan, Fella..... Bella tuh nanya ke elo, lo-nya kok nggak meghargai banget sih!! Nyebelin!" teriak Faya kesal.
Fella menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap lurus ke arah ke dua sahabatnya itu , seraya berucap. "Maaf, kalian belum ngerti sama sekali, suatu saat kalian juga akan ngerti, kalau kalian ada di posisi aku!" balas Fella yang langsung menghampiri ke dua sahabatnya, Fella menghela napas berat matanya mulai berkaca-kaca karena sejak tadi Fella menahan sesak di dalam dadanya, Fella langsung memeluk ke dua sahabatnya itu dengan erat. Isak tangisnya tak bisa lagi ia tahan.
"Maafin aku ya. Bel, Fay, aku hanya bisa membuat kalian khawatir dan kesal. Aku hanya bisa membuat kalian marah-marah karena sikap egois aku dan keras kepala ku ini. Kalian pasti muak dengan sikap aku saat ini." ucap Fella, gadis itu tak bisa berkata-kata lagi.
"Kita juga minta maaf Fel, seharusnya kita nggak mojokin elo kaya gini," sahut Bella.
Cukup lama mereka berpelukan, hingga menjadi sorotan bagi pengunjung lainnya, tapi mereka tetap tak menghiraukannya. Mereka hanya peduli dengan keadaan Fella saat ini, mereka tau Fella masih sangat kecewa dengan tindakan Andy.
Minggu pagi dengan cuaca yang sangat cerah. Fella masih bermalas-malasan di tempat tidurnya. Sedangkan Merry masih sibuk di dapur menyiapkan untuk sarapan pagi, sambil melihat ke arah meja makan yang masih kosong, tanpa adanya Fella di sana.
Merry pun langsung bertanya kepada Angga. "Yah, Fella kemana? Sudah jam segini, belom juga keluar dari kamar," ucap Merry sambil meletakan lauk dan piring di atas meja makan.
"Mungkin masih tidur, Bun. Biarin aja. Mumpung hari minggu, jarang-jarang kan, anak kita itu ada di rumah," jawab Angga tanpa melihat ke arah sang istri, lelaki setengah baya itu masih sibuk dengan koran paginya.
Merry hanya menggeleng-geleng kan kepalanya pelan, saat mendengar ucapan suaminya itu, lelaki itu terlalu memanjakan anaknya. Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu langsung melangkahkan kakinya untuk menaiki anak tangga dan membangunkan putrinya.
Beberapa kali Merry mengetuk pintu. Namun, tak juga membangunkan putri semata wayangnya itu. Dengan pelan Merry pun membuka pintu kamar Fella.
"Sayang, bangun ... nggak baik anak perawan, males-malesan kaya gini, mandi sana, terus sarapan atau main kemana gitu biar nggak suntuk," ucap Merry sambil duduk di tepi ranjang.
"Hem....... Bunda gangguin mimpinya Aya aja, sih. Masih seru tau, Bun. Belum bersambung," gerutu Fella di balik selimut.
"Yah... anak perawan Bunda ini. Kok payah, sih. Baru putus cinta aja, langsung males-malesan kaya orang frustasi, nggak ada semangat hidup, padahal cowok nggak cuma satu," ledek Merry dengan nada suara yang sengaja di perkeras.
Segera Fella menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Bunda! Tau dari mana, sih? Aku putus sama Andy, Bunda ngeselin banget tau!" seru Fella dengan memajukan bibirnya.
"Bunda, tau dari mana itu nggak penting sayang. Tapi, jangan karena masalah cowok. Terus kamu jadi orang yang ngeselin. Kasihan Faya sama Bella, di cuekin terus. Banyak diem itu juga nggak baik loh, sayang. Nanti yang ada cuma banyak nimbulin musuh," ucap Merry menasehati, wanita itu mengalihkan tangannya untuk mengelus rambut Fella.
"Aya tau, tapi ini hidup Aya, Bun. Biar Aya selesain sendiri. Lagian, Aya udah tau kok, siapa yang ember, pasti si Faya. Iya kan Bun?" tanya Fella sedikit menyelidik. Merry hanya tersenyum melihat putri semata wayangnya itu. Gadis itu sudah semakin dewasa, pantas saja dia sangat galau saat mengalami putus cinta.
"Bunda, tuh di tanya malah senyam-senyum, nggak jelas banget." kata Fella jengkel.
"Mungkin, Aya bisa cuek terus, dan nggak peduli sama kedua sahabat kamu itu. Tapi, Aya nggak bisa cuekin Bunda sama Ayah." Merry merasa gemas melihat kelakuan anaknya itu, dan tanpa sadar Merry mencubit pipi Fella dengan gemasnya.
"Ah.... Bunda sakit tau!" teriak Fella seraya mengusap- usap pipinya itu, bibirnya mengerucut sudah seperti bebek. Tanpa bosa-basi gadis itu langsung memeluk Merry dengan eratnya. "Aya, SAYANG Ayah sama Bunda! Pokonya kalian itu orang tua paling the best," ucap Fella dengan memejamkan matanya, gadis itu memajukan bibirnya. Rasanya nyaman sekali berada di pelukan Merry.
Merry tersenyum kembali, melihat tingkah manja putri itu, yang memang sudah lama tak pernah ia lihat, semenjak gadis itu sibuk dengan dunianya sendiri.
"Mandi sana, gih. Bauk tau!" seru Merry yang sengaja meledek.
"Apa Bunda? Bau? Padahal Aya itu udah mandi loh," ucap Fella sambil mendorong pelan tubuh Merry.
"Kapan mandinya? Muka masih kusut, rambut masih acak-acakan, pantes aja si Andy pilih yang lain," ledek Merry sekali lagi.
"Bunda....... ngeselin banget, sih. Aya itu beneran udah mandi!" ucap Fella memelankan suaranya.
"Kapan mandinya? Kok Bunda nggak tau," kata Merry sambil mengerutkan keningnya.
"Kemarin sore, Aya mandinya Bun," kata Fella nyengir kuda.
"Ya Tuhan, anak gadis ku ternya...." belom sempat melanjutkan ucapannya, Merry beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkahkan kakinya beberapa langkah untuk menuju pintu keluar.
"Bunda, nggak di lanjutin ngomongnya, malah mau pergi," ucap Fella penasaran.
"Anak gadis Bunda itu, ternyata jorok banget..... pantesan aja Andy minta putus!" ledek Merry, di iringi tawa kecil karena bahagia melihat putrinya berwajah kesal. Merry segera memegang handle pintu dan membukanya cukup lebar, setelah itu menutupnya kembali.
"Ya ampun, Bunda ngeselin banget, sih!" teriak Fella sambil melemparkan bantalnya ke arah pintu.
'Hem, Bunda itu ngeselin, tapi kadang ada benarnya juga. Meski aku bisa cuek ke siapa aja, tapi aku tetep nggak bisa cuek sama Ayah dan Bunda.' gerutu Fella dalam hati. Gadis itu kemudian menjatuhkan tubuhnya ke kasur, sejenak Fella memejamkan matanya, hingga terdengar suara ponselnya yang terus berdering.
"Ah..... gangguin aja, sih. Siapa lagi, jam segini telpon," gumam Fella sambil meraih ponselnya dan menekan tombol hijau dengan malasnya.
"Hem, halo," ucap Fella, suaranya terdengar malas sekali.
"Eh, jam segini. Anak gadis belom juga bangun!" seru Bella dari sebrang telpon.
"Hem, masih pagi juga Bel. Lo itu gangguin mimpi gue." balas Fella dengan malas dan sedikit nyolot.
"Oh ......bener ya, kata tante. Habis putus hilang semangat. Hidup segan mati tak mau!" ledek Bella dengan tawa kecil.
"Ya udah, kalau kamu telpon cuma mau ngeledekin aku, mending aku matiin aja dan balik tidur!" ancam Fella sebel.
"Eh, jangan gitu dong Fel, masak gitu aja langsung ngambek. Lagian, niat aku juga baik, mau ngajakin kamu main. Udah lama banget kan kita nggak main bareng, sekali-kali cuci mata kek biar seger. Siapa tau dapet cowok ganteng." ucap Bella memohon.
Fella tak langsung mengiyakan ucapan sahabatnya itu, karena Fella semenjak putus dengan Andy jarang sekali yang namanya main, gadis itu lebih suka di rumah dan bermalas-malasan seperti saat ini.
Bella masih menunggu jawaban dari Fella, namun gadis itu tak juga mengindahkan ajakannya, dengan hati yang sudah sangat jengkel, Bella pun berteriak dengan sangat keras. Sampai membuat Fella menjauhkan benda pipih tersebut dari telinganya. Rasanya, gendang telinganya pun ingin pecah, saat mendengar teriakan Bella yang begitu melengking di telinganya.
"Fella! Dengerin gua ngomong nggak sih!" seru Bella sebel.
"Woy! Mau bikin telinga aku jadi budek apa gimana, sih! Kuping aku sakit tau! Iya, iya.... aku mandi dulu, tapi entar kabarin ya, berangkat jam berapa? Aku bawa mau motor sendiri, nggak usah di jemput, langsung ketemuan aja di sana, oke!!" seru Fella sambil mematikan ponselnya.
"Nggak Bunda, nggak Bella, sama aja. Ah..... semuanya sama-sama ngeselin! Nggak tau apa? Kalau aku itu, lagi pw sama tempat tidur." gumam Fella sambil mengatur napasnya yang naik turun itu, gadis itu langsung beranjak dari ranjangnya.
...~Cinta Untuk Fella~...
Siang yang terik, membuat Fella melajukan motor sportnya dengan lebih cepat. Sesekali Fella melihat jarum jam yang ada tangannya. 'Ya ampun, telat, nih!' ucap Fella dalam hati, kemudian ia menambah kecepatan pada laju motor sportnya itu.
Setengah jam, akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuan. Fella langsung memarkirkan motornya dan berlari masuk kedalam dengan napas yang tak beraturan.
"Maaf, aku telat!" seru Fella, sambil mengatur napasnya yang naik turun karena berlari. Kedua gadis itu, belum juga membuka suara. Mereka keduanya lebih asyik mengobrol dengan laki-laki yang berada di hadapan mereka saat ini, dengan jengkel Fella menginjak kaki Faya.
"Ah, sakit....Fel! Dasar lo ya, nggak bisa ngeliat sahabat seneng sedikit!" ucap Faya sambil memegangi kakinya.
"Oh....... lagi seneng, baru asyik sendiri-diri juga, nih. Ya udah lah, mending balik aja!" ancam Fella kesal, sambil memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya pelan.
"Yah, Fella. Gitu aja ngambek!" cegah Bella dengan meraih tangan Fella yang hendak pergi.
"Iya, nih. Jangan ngambek dong, Fel. Gue tuh sengaja, ngundang elo kesini buat kenalin Arya sama Brayu. Temen baru kita," ucap Faya mengenalkan kedua cowok tersebut.
Dengan cuek Fella menjawab. "Ya, salam kenal," ucapnya singkat, seraya memalingkan wajahnya seraya melipat kedua tangannya dan menaruhnya di depan dada.
"Temen lu cantik juga, Fay. Siapa namannya?" tanya Brayu, mencoba menggoda Fella.
"Hehehe...... iya, cantik si Bray, cuma juteknya kebangetan." balas Faya.
Fella tak menghiraukan ucapan mereka, mata Fella hanya tertuju kepada satu gadis kecil yang sedang menangis di keramaian, tanpa ada yang mempedulikannya.
Gadis itu tak mengucapkan satu patah kata pun, ia memilih pergi tanpa berpamitan dengan kedua sahabatnya, karena sahabatnya juga sedang asyik mengobrol dengan cowok-cowok kenalannya itu.
"Tapi, gue lebih suka model cewek kaya temen lo itu, Fay. Cantiknya natural, nggak di buat-buat, terus nggak banyak ngomong, dan yang pasti cewek kayak gitu pasti setianya." puji Brayu yang masih mengagumi Fella.
Faya memajukan bibirnya, dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Rasanya ia kesal karena dirinya tak memenuhi syarat yang di ucapkan oleh Brayu tadi, karena dirinya tergolong sebagai gadis cerewet, bukan pendiam.
"Bel, Fella kemana? Tadi kayaknya dia disini, deh. Kok main ngilang gitu aja, sih. Itu anak?" tanya Faya yang masih celingukan mencari dimana sahabatnya itu berada.
Bella hanya menggelengkan kepalanya, sambil mengangkat kedua bahunya, karena ia masih asyik mengobrol dengan Arya.
Dengan langkah cepat Fella mendekati gadis itu sambil bertanya. "Hay, adek kecil, kok sendirian aja? Mama, Papa kamu kemana?" tanya Fella dengan senyum yang sengaja di perlihatkan agar terkesan manis, jika bertemu dengan anak kecil. Gadis itu berjongkok agar bisa melihat lebih jelas muka gadis kecil yang sekarang ada di depannya itu.
Gadis kecil itu masih menangis, dia tak menjawab pertanyaan Fella. Fella yang memang menyukai anak kecil dari dulu pun, kembali bertanya. "Adek, mau ikut kakak nggak? Beli es krim. Kakak yang traktir. Tapi adek harus janji dulu sama kakak, nggak boleh nangis lagi, yah." ujar Fella sambil menampakan senyum manisnya itu lagi.
Gadis itu memandang Fella dengan seksama, melihat senyum manis Fella yang begitu ramah, membuat gadis itu berucap. "Mau, tapi kakak bukan orang jahat kan, yang mau culik aku!" ucapnya polos, gadis itu langsung menghapus air matanya.
Fella tertawa kecil dan sesekali menaikan kedua bahunya, dia semakin gemas dengan sikap gadis kecil itu. "Emang tampang kakak udah kayak penculik ya? Serem?" tanya Fella lembut seraya memegangi kedua pundak gadis kecil itu.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Sesegukan masih terdengar di mulut bibir gadis itu.
"E-e-nggak, k-kakak kelihatanya orang baik," ucapnya diiringi sesegukan yang semakin membuatnya terlihat lucu.
"Kamu kok gemesin banget sih, dek." kata Fella yang kini mulai mengelus-elus kepala gadis itu, sambil terus mengembangkan senyumnya.
"Kakak Cantik." puji gadis itu. Fella semakin mengembangkan senyumnya dan kembali berkata.
"Kamu lebih Cantik, adek yang manis, plus imut." puji Fella, seraya berdiri sambil mengandeng tangan gadis kecil itu, dan mengajaknya pergi dari tempat itu dengan segera mungkin. Setelah puas memakan es krim, Fella mengajak gadis itu melihat-lihat boneka. Jiwa ke-kakaknya muncul dengan tiba-tiba. Gadis itu mengambil boneka panda yang terlihat imut untuk gadis kecil tersebut.
"Ow, iya. Kakak hampir lupa nanyain nama kamu. Nama kamu siapa?" tanya Fella dengan nada lembut, seraya mengajak gadis kecil itu untuk duduk.
"Nama aku Clara kakak. Nama kakak siapa?" tanya gadis kecil itu dengan muka yang sengaja di buat imut.
"Ih, kok kamu imut banget sih. Pengen kakak bawa pulang, deh. Jadinya," kata Fella terkekeh sambil mencubit pipi Clara dengan gemasnya.
"Kakak.... nggak ngasih tau Clara, nama kakak siapa?" tanya Clara dengan memajukan bibirnya.
"Nama kakak, Fella Anastasia Cantika, terserah kamu mau panggil kakak apa?" jawab Fella seraya merapikan rambut Clara kembali.
"Kak Fella ya. Emmm... Clara boleh panggil kak Cantika aja enggak?" tanya Clara berharap. Fella yang mendengar ucapan Clara semakin melebarkan senyumnya.
"Boleh, tapi Clara harus pulang dulu, ya. Kasihan Mama sama Papa pasti cemas nyariin kamu," kata Fella masih belum mengalihkan pandangannya dari Clara.
"Clara, pengen sama kak Cantika, Clara nggak mau pulang." titahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca .
"Lah, kok nggak mau pulang? Kasihan Mama sama Papa. Lain waktu bisa kok ketemu sama kakak lagi." ujar Fella seraya memeluk tubuh mungil gadis kecil yang sekarang ada di hadapannya itu. Clara membalas pelukan Fella dengan eratnya.
"Kak Cantika, mau anterin Clara pulang enggak?" pinta Clara memohon.
Fella mendorong pelan tubuh Clara dan berkata. "Clara, ingat nggak? Alamat rumahnya dimana? Kalau Clara ingat, kakak pasti anterin pulang." katanya pelan, seraya menguar senyum karena melihat tingkah laku Clara yang menurutnya imut itu.
"Jln. Mawar, Kenangan No.6, kak." jawab Clara dengan ekspresi senangnya, saat mendengar Fella mau mengantarnya pulang.
"Oke... ayo pulang, kasihan Mama sama Papa pasti udah nyariin," ucap Fella seraya mengandeng tangan Clara.
"Kak Cantika, tau alamat rumah aku?" tanya Clara pelan, dengan wajah mendongak.
Gadis itu mengangguk, "Kakak tau alamatnya. Kalau berangkat sekolah kakak sering lewat situ." balas Fella tanpa melepas tangan mungil Clara.
Fella melajukan motor sportnya pelan, tapi pasti. Gadis itu begitu bersyukur, jika mengingat kejadian tadi pagi yang membuat moodnya kurang bagus, bahkan ia sangat malas sekali untuk keluar kandang, kalau bukan karena Merry dan Bella yang terus menerus cerewet terhadap dirinya, ia lebih memilih untuk bersarang di dalam kamar seharian. Namun sekarang keadaan berbanding balik, dia bertemu dengan Clara dan moodnya sedikit membaik, di jalan Fella dan Clara hanya bercanda dan tak terasa Clara sudah sampai di depan gerbang rumahnya.
Satpam yang berjaga di rumahnya pun segera membukakan pintu gerbang tersebut. Saat memasuki halaman rumah, Fella mengamati jika gadis yang ada di jok belakangnya itu ternyata anaknya orang berada. Terlihat jelas dari rumah megah dan halaman yang luas.
"Udah sampai, Clara," ucap Fella menghentikan laju sepeda motornya. Gadis itu langsung turun dan membantu Clara untuk segera turun dari motor kesayangannya itu.
"Yah, kak Cantik. Clara kan pengen sama kak Cantika, tapi kok udah sampai rumah, sih." keluh Clara sedikit kecewa, seraya menatap ke arah Fella dengan mimik wajah memelas.
Fella menggaruk kepalanya yang tak gatal, saat helm full face-nya sudah terlepas. Ia bingung harus mengucapkan kata apa? Sedangkan gadis kecil itu terus merajuk ingin bersama dengannya.
"Kak Cantika ternyata keren ya. Selain cantik, kakak jago juga pakai motor cowok ya. Kakak aku juga punya, tapi Clara nggak pernah di ajak main pakai motor-nya, pelit banget kan kak." tutur Clara yang kini telah menundukkan wajahnya, setelah memuji Fella.
'Gila, aku di puji terus sama ini anak. Bisa meleleh kan hati aku, kalau terusan sama dia. Astaga, lama-lama aku minta sama Bunda buat bikinin satu yang kaya gini,' batin Fella sedikit membayangkan jika memiliki adek baru.
Clara mengangkat wajahnya kembali, karena Fella tak juga merespon perkataannya. "Kak Cantika marah ya sama aku? Kakak kok diem aja?" tanyanya dengan penuh ke-penasaran. Gadis kecil itu langsung menggoyang-goyangkan tangan Fella.
"A-ah, apa Clara? Kak nggak denger," jawabnya.
"Kakak nggak suka ya, sama Clara. Makanya kakak diem aja."
Fella langsung berjongkok, memegangi kedua pundak Clara. "Maafin kakak ya, kakak tadi baru bayangin punya adek lagi." jawabnya malu-malu.
"Clara, mau kok jadi adek-nya kak Cantika, bawa Clara pulang aja ya, kak." Clara mulai merajuk kembali.
'Astaga, bisa langsung masuk penjara dong. Di kiranya aku nyulik anak orang,' pikir Fella sejenak.
"Kalau Clara jadi adek-nya kak Cantika, Clara bisa tiap hari diboncengi naik motor kaya gini. Kalau sama kakak, mana mau ajak Clara, pasti Clara cuma kena marah." ucap gadis kecil itu lagi.
Fella sedih, karena melihat ekspresi wajah Clara yang terlihat memelas, setelah menceritakan tentang kakak kandungnya itu.
"Mungkin, kakak Clara nggak mau kalau adek-nya kepanasan atau dalam bahaya. Menurut kakak sih, itu wajar. Setiap kakak itu, ingin melakukan yang terbaik untuk adek-nya. Bahkan untuk melindunginya pun harus ekstra lebih, kalau kakak jadi kakak kamu, kakak pasti akan ngelakuin hal yang sama. Saran kakak, Clara kalau udah besar, jangan kaya kakak ya. Nggak sopan cewek pakai motor cowok kaya gini, walaupun sebenernya kakak juga malu buat ngomongnya. Tapi udah terlanjur hobi, mau gimana lagi," ucap Fella panjang lebar sambil nyengir kuda.
"Iya kak Cantik, tapi kak Cantika keren banget tau, Clara nggak bohong. Clara jadi pengen lebih deket sama kakak." ujarnya sambil memberikan acungan jempol. "Ow, iya kak. Kak Cantik masuk dulu ya, aku kenalin sama kakak aku yang ganteng," pinta Clara sambil menarik tangan Fella untuk masuk ke teras rumahnya.
"Kapan-kapan aja ya, kakak mampir-nya, udah sore. Nanti kakak di cariin sama Bunda dan Ayah. Biasa, walau pun udah gede tapi masih sering di perlakuin kaya anak kecil. Ow, iya habis masuk, Clara jangan lupa telpon Mama sama Papa ya. Kasihan mereka kalau masih nyariin kamu" perintah Fella, sambil merapikan rambut gadis itu karena sedikit berantakan.
Arska yang mendengar suara motor sport berhenti tepat di depan rumahnya, langsung berjalan menuju arah pintu utama, dan akan membuka pintu tersebut. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering, dan Arska langsung melihat ke layar ponselnya, untuk mengetahui siapa yang menelpon, 'ternyata Mamah,' pikir Arska dan segera mengangkatnya. "Halo Ma. Ada apa? Kenapa telpon Arska?" tanya Arska memastikan.
Suara tangis sang Mama pecah saat Arska sudah mengangkat telponnya, membuat Arska panik dan kembali bertanya. "Halo, Mama. Ada apa? Kenapa Mama nangis?" ucap Arska sekali lagi dengan nada pelan dan penuh kecemasan.
"Adik kamu hilang Ka, Mama bingung. Dari tadi udah nyari, di pusat informasi perbelanjaan, tapi nggak ketemu-temu. Mama juga udah nyari kemana-mana, tapi nggak ketemu juga Ka." balas sang Mama sambil menangis tersedu.
"Apa Ma? Clara ngilang? Itu anak selalu bandel Ma, kalau di kasih tau nggak pernah nurut," kata Arska menepuk keningnya, seraya membuka pintu tapi hanya separuhnya.
Cklek!
Arska mendongak keluar sebentar dan melihat siapa yang sedang berada di depan rumahnya itu, adek-nya ternyata sudah berada di sana bersama gadis asing sambil tertawa. Arska tersenyum dan berkata. "Mama jangan khawatir. Clara udah sampai di rumah." jelas Arska yang masih terpukau karena melihat adek-nya begitu akrab dengan gadis yang ia tidak kenal itu. Lelaki itu langsung memutuskan sambungan telponnya setelah memberi tahu sang Mamanya.
"Cantik." gumam Arska pelan. Sambil menutup pintunya sedikit, rasanya ini kali pertamanya lelaki tampan itu mengintip.
Fella langsung berpamitan dan sebelum pergi, gadis itu melontarkan senyuman manisnya kearah Clara, sambil melambaikan tangannya.
Clara membalasnya dan langsung mendorong pintu rumahnya dengan pelan, gadis kecil itu terkejut melihat sang kakak yang sudah berada di balik pintu tersebut.
"Sejak kapan? Kakak jadi tukang intip," celoteh Clara dengan berteriak.
Arska menggaruk kepalanya yang tak gatal, lelaki itu hampir lupa, dengan tuyul kecil yang baru saja masuk ke dalam rumah tersebut, ia terlalu terpesona dengan gadis yang baru saja mengobrol dengan adek-nya itu.
"He, Adek kakak ini bandel ya ternyata, main ngilang-ngilang. Bikin Mama khawatir sampai nangis kejer. Terus sekarang kakak di teriakin, gara-gara ketahuan ngintip." kata Arska tak menyangkal jika dirinya memang mengintip.
"Habisnya Mama sibuk sendiri. Ya udah Clara jalan-jalan sendiri, aja. Terus Clara nggak tau Mama kemana? Terus Clara ketemu sama Kak Cantika. Diajakin jalan-jalan, sama kak Cantika sampai dibeliin boneka ini." ucap Clara dengan polosnya, bibirnya mengerucut seraya memeluk boneka panda itu.
"Kak Cantika? Yang barusan nganterin kamu itu, ya?" tanya Arska sambil menunjuk keluar rumah. Lelaki itu memandang Clara dengan tatapan lurus.
Clara tak menjawab pertanyaan dari sang kakak. Gadis kecil itu hanya mengangguk. "Kakak, tadi kenapa nggak keluar? Padahal aku pengen ngenalin kakak sama Kak Cantika." ucap Clara dengan rasa kecewa.
"Ya udah, kapan-kapan ya kenalannya sama Kak Cantika, yang penting kamu udah sampai rumah dengan selamat," tutur Arska sambil mengelus-ngelus kepala gadis mungil itu.
'Cantik, tapi sayang nggak langsung kenalan,' batin Arska sambil mengeluarkan senyuman sinis-nya, sesekali ia menggigit bibir bawahnya karena gemas. Sepertinya lelaki itu akan mencari informasi tentang Fella, karena debaran jantungnya mulai melewati batas maksimal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!