NovelToon NovelToon

5 DUDA SOMPLAK

Awal mula

Di komplek Permai Indah kota Jakarta.

Suasana minggu pagi di komplek tersebut terlihat ramai suara pedagang lalu lalang bergantian. Sesekali suara burung terdengar berkicau menambah suasana pagi semakin ceria bagi sebagian orang. Tetapi tidak, bagi Reyhan. Seorang pria berusia 25 tahun tengah duduk melamun di kursi depan rumahnya, memikirkan rumah tangganya yang baru saja kandas tiga bulan yang lalu. Permasalannya sepele, ketidak akuran sang istri dan ibunya. Di tambah ketidak sukaan sang istri terhadap Reyhan yang menyukai hal hal mistik dan benda benda bertuah, akhirnya sang istri memilih menceraikan Reyhan.

Reyhan seorang duda, bekerja di sebuah perusahaan swasta, menjadi asisten pribadi seorang CEO sekaligus sahabtnya yang bernama Hasby Nugraha.

"Astaga si Rey. Hei! lu ngapa pagi-pagi dah ngelamun aja. Bukannya bantuin mak cuci piring kek, cuci baju, pel apa gitu biar idup lu berguna dikit buat mak!" Seru Patma dari arah ambang pintu, di tangannya memegang sapu.

Reyhan hanya melirik seraya menarik napas panjang.

"Kumaatttt pagi pagi ngoceh terus mirip isi dompet tanggung bulan!" rutuk Reyhan di akhiri tertawa kecil.

"Ih. Tau aja dompet mak lagi tepos." Sahut Patma sambil menyapu lantai, meski di rumahnya ada asisten rumah tangga, namun tidak pernah terpakai hasil kerjanya. Selalu salah di mata Patma, hingga akhirnya tidak ada satupun asisten rumah tangga yang bertahan lama. "Lu mikirin apaan sih? ngelamunin apaan? pagi-pagi kesambet sapu mak tar, yahok lu."

"Satu kompkek ini sudah tahu kebiasaan makk kalau tanggung bulan." Umpat Rey. "Makk aku lagi mikirin apa kesalahanku, teganya dia menceraikanku makkk, hikks sedih."

"Nah kan bener. Kagak usah lu mikirin si leha lagi. Ngapain lu mikirin dia? itu cewek udah kagak bener, masa iya lu dikurung kek anak perawan aja kagak boleh kemana mana." Patma mengacungkan sapunya ke arah Reyhan.

"Bener-bener ini anak minta di sleding mak hah? Hei Rey, jangan bilang lu ngelamunin si leha. Awas lu kalau ada niatan mau balik rujuk lagi. Mak kagak mau!" Protes Patma.

"Kagak makk," sahut Rey terdiam sesaat. "Tapi di pikir pikir, mau punya bini kaya gimnapun tetap saja ujung ujungnya cerai, makk punya mulut gak ada saringannya sih!

"Wah bener-bener ini anak. Walaupun mulut mak kek saringan. mau saringan kopi apa teh kek, yang penting itu juga buat kebaikan lu juga. Masa liat anak mak di antepin kek ayam mau bertelor mak biarin. Parah lu jadi suami suami takut istri." Rutuk Patma berjalan mendekati Reyhan, matanya melotot.

"Apes bner punya mak rewel kaya kereta api nyerocoos trus, bukannya di hibur anak lagi sedih malah di puas puasin, anak yg sukses ada ibu yang hebat, lah gue gagal berarti mak gue??" Mata Reyhan melirik makk nya yang mulai naik darah mendengar anak semata wayangnya terus membantah.

"Apa lu bilang? coba sekali lagi ngomong kaya begitu!"

"Brakk!!" sapu di pukulkan ke meja. Membuat Reyhan berjengkit kaget, lalu berdiri dan berlari menuju gerbang rumah.

"Hei Reeeyyy lu mau kemana?!" teriak Patma seraya berlari mengejar Reyhan.

"Reyhaaannn!!" pekiknya menatap marah ke arah Reyhan yang terus berlari menghindari amukan Patma.

"Dasar anak tidak tahu di untung," gerutunya, menoleh ke arah ibu ibu komplek yang tengah memilih sayuran, mereka tertawa dan berbisik satu sama lain.

Patma yang menyadari tengah jadi bahan tertawaan, sapu di banting ke jalan aspal.

"Apa kalian liat-liat? bukannya fokus milihin sayur malah ngetawain gue.!" Seru Patma lalu berjalan nyamperin ibu ibu

"Apa? apa?" patma ngambil beberapa sayuran. "Nih, nih, nih mending kalian cepet pulang masak yang banyak, abis iti kirimin ke rumah gue, sebagai tanda minta maaf karna kalian sudah ngetawain gue. Paham!"

Ibu ibu berdecak kesal, tapi tidak ada yang berani melawan apalagi protes terhadap Patma. Siapa yang tidak kenal dengan janda satu ini, terkenal dengan bibirnya yang selalu nyerocos tidak ada jeda.

"Kumat malak nya deh,"bisik salah satu ibu ibu itu.

"Apa lu bilang?!" mata Patma melotot ke arah wanita yang berbisik tadi.

"Kagak!" sahut wanita itu tertawa kecil.

"Mak jangan ribut, masih pagi. Lebih baik buat sarapan, kasihan tu anaknya!" timpal si mamang penjual sayuran.

"Awas lu ya!" Patma mengepalkan tangan ke arah Ibu Ibu. "Berani gibahin anak gue lagi. Anak gue gitu gitu juga baek, cuma emang kadang suka bikin kesel mak nya aja. Dia bertanggung jawab, ceweknya aja yang buta! di kasih puding mintanya terasi. Hih!" umpat Patma lalu balik badan meninggalkan mereka.

"Huuu..!" seru mereka serempak menyoraki Patma.

Patma

Reyhan.

Lari pagi

Masih satu komplek, tak jauh dari kediaman Patma. Hanya terhalang dua rumah, di situ tempat tinggal Wina, janda beranak dua, yaitu Hasby Nugraha dan Rafa Giovany.

Di balik tirai jendela, Wina memperhatikan Patma yang membuat kerusuhan di pagi hari.

"Anak sama Ibu sama saja, sama sama tukang rusuh!" rutuknya sambil menutup tirai jendeka lagi, lalu beranjak pergi menuju ruang makan.

"Mom!" seru Rafa yang tengah menikmati sarapan pagi bersama Hasby.

"Ada apa sayang?" tanya Wina lalu duduk di kursi memperhatikan kedua putranya.

"Mom, abang...?" Rafa tidak melanjutkan ucapannya karena tangan Hasby membekap mulut Rafa.

"Heh! kenapa kau kasar sama adikmu srndiri!" bentak Wina melotot ke arah Hasby.

"Bercanda Mom, habisnya suka ngadu," jawab Hasby melirik ke arah Rafa.

Rafa memajukan bibirnya mendapatkan lirikan tajam abangnya. "Kalau tidak mau di aduin, abang harus beri aku uang tutup mulut."

"Kau! kecil kecil sudah pintar malak!" umpat Hasby dengan nada kesal.

"Kau berani bentak adikmu!" timpal Wina menggebrak meja membuat Hasby nyalinya menciut.

"Bercanda mom!" sahut Hasby menundukkan kepalanya.

"Bohong mom! tadi abang mau ketemuan sama Sela, anak pak Lurah komplek ini." Adu Rafa.

"Apa!" seru Wina melotot ke arah Hasby. Lalu berdiri menghampiri Hasby yang terllihat pasrah.

"Rafa bohong mom, mana mungkin aku jalan dengan cewek yang tidak kau sukai," bela Hasby membela dirinya sendiri.

"Dengarkan aku baik baik," ucap Wina tangannya terulur menarik kuping Hasby. "Aku tidak mau punya menantu seperti si Sela, yang cuma bisa bersolek, belanja, ngabisin uang. Kau paham!"

"I, iya mom..sakit tau!" erang Hasby kupingnya terasa panas.

"Iya, iya doang! awas kalau berani jalan dengan cewek matre itu!" ancam Wina lalu kembali duduk.

"Huh!" Hasby melirik tajam ke arah Rafa karena selalu mengadu apapun yang Hasby lakukan, namun terlepas itu ia sangat menyayangi adiknya yang manja itu.

"We!" Rafa menjulurkan lidahnya. "Siapa suruh tidak mau kasih uang tutup mulut."

"Sudah jangan ribut, habiskan sarapan kalian. Kau Hasby, antarkan kotak makanan ke rumah Tante Mirna." Perintah Wina.

"Mom, momy bisa minta tolong mang Udin atau mbok!" tolak Hasby karena enggan bertemu dengan Risfa, putri dari Tante Mirna.

"Hasby!" bentak Wina melotot ke arah Hasby.

Hasby menarik napas panjang, "baiklah Mom."

"Wee, sukurin nanti ketemu kakak Risfa." Ejek Rafa membuat Hasby semakin kesal.

"Rafa, jangan gangguin abangmu. Cepat mandi kita pergi belanja." Perintah Wina.

"Oke Mom!"

Rafa beranjak dari kursi lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan di ikuti Wina. Sementara Hasby menyelesaikan sarapannya. Setelah itu ia bersiap siap mengantarkan kotak makanan ke rumah tante Mirna.

Hasby memilih jalan santai, karena rumah tante Mirna tidak jauh dari rumahnya. Namun di tengah perjalanan ia berpas pas-an dengan Reyhan yang tengah duduk di pos security.

"Ga, lo mau kemana?!" sapa Reyhan, beranjak dari dudukny menghampiri Hasby yang menenteng kotak makanan. Meski Hasby di kantor atasannya. Tetapi kalau di luar rumah, mereka adalah sahabat sejak kecil.

"Wah kebetulan sekali, gue di suruh anterin kotak makanan ke rumah tante Mirna. Lo bisa bantuin gue?"

"Hahaha lo pasti takut ketemu Risfa bukan? cemen lo!" ledek Reyhan, memukul pelan bahu Hasby.

"Gue gak takut, lo tau sendiri. Risfa kalau di deketin gue malah dia yang ketakutan kaya liat hantu aja. Males gue," jawab Hasby, merangkul bahu Reyhan lalu mereka melangkah bersama menuju rumah tante Mirna.

Namun sebelum mereka sampai di rumah tante Mirna, di ujung jalan terlihat seorang gadis rambutnya di kepang dua, berdiri menatap mereka berdua.

Reyhan menarik mundur tangan Hasby ke belakang. "Nur?" ucap Reyhan pelan.

"Lo liat Nur sudah kaya melihat hantu saja, udahlah abaikan saja dia," Hasby melangkah lebih dulu, lalu di ikuti oleh Reyhan.

Namun baru saja dua langkah, Nur berlari menghampiri mereka berdua sambil berteriak.

"Kakak Reeeyyyy!!!"

"Cilaka bos! lari!!!" seru Rey menarik tangan Hasby ke belakang.

Hasby yang terkejut, tersandung kakinya sendiri lalu jatuh menimpa tubuh Rey, kotak makanan terjatuh dan isi kotak makanan itu berantakan ke jalan.

Rey mendorong tubuh Hasby lalu bangkit menarik tangan Hasby supaya berdiri, dan menyeret paksa untuk ikut berlari.

"Sialan lo, gara gara lo kotak makananku tumpah!" rutuk Hasby ikut berlari.

"Gampang bos, nanti aku ganti," jawab Reyhan terus berlari, napasny terengah engah.

Hasby menengok ke belakang, tidak terlihat Nur mengejar Reyhan lagi. Lalu ia menarik tangan Reyhan supaya berhenti.

"Stop! Nur sudah tidak ada!" seru Hsby.

Rey menghentikan larinya, menoleh ke belakang. Apa yang di katakn Hasby benar, Nur sudah tidak mengejarnya lagi.

"Hahhh, syukurlah," ucap Reyhan mengusap dadanya.

"Bagaimana ini? Mom gue bisa marah kalau kotak makanannya tidak sampai ke tangan tante Mirna!"

"Tenang bos, kita balik lagi ke tempat tadi. Bagimana kalau kita pungut lagi makanannya?" usul Rey.

"Gila lo ya, makanan itu sudah kotor!" rutuk Hasby kesal.

"Dari pada kena marah Momy lo yang sadis itu, lo pilih mana?" tanya Reyhan.

Hasby terdiam sesaat, "lo benar juga, lagi pula Tante Mirna gak bakalan tahu, kemon!" Hasby melangkahkan kaki mendahului Reyhan.

Rebutan ayam bakar

Sesampainya di lokasi tumpahnya bakar ayam kampung milik Hasby untuk tante Mirna. Mereka terkejut melihat kucing liar tengah mengendus ayam bakar di jalan. Di tambah Baron jongkok di hadapan kucing itu, dan sengaja memotong ayam bakar itu menggunakan tangan untuk di berikan kepada kucing liar.

"Di makan puss, rejeki kucing soleh," ucap Baron tertawa kecil.

"Wowww ayam bakar gue!" teriak Hasby merebut ayam bakar di tangan Baron.

Baron berdiri lalu merebut ayam bakar di tangan Hasby, akhirnya terjadilah aksi rebutan ayam bakar.

"Lo apaan sih? ini ayam bakar milik kucing!" ayam bakar itu berhasil di rebut Baron.

"Enak aja lo, ini ayam bakar gue buat tante Mirna!" balas Hasby kembali merebut ayam bakar itu dari tangan Baron.

"Apa?? lo gila kali ya? masa ayam bakar sudah kotor gini mau di kasiin tante Mirna? kalau momy lo tau, mati lo!" umpat Baron.

"Iya juga ya,' Hasby terdiam lalu melemparkan ayam bakar itu ke kucing tadi.

Reyhan yang sedari tadi diam tapi cekikikan memperhatikan kedua sahabatnya rebutan ayam bakar kotor, terdiam mendapatkan tatapan tajam keduanya.

"Diam lo!" bentak mereka berdua.

"B...mau ayam bakar?" sapa seseorang dari arah belakang.

Baron dan yang lain menoleh ke arah sumber suara. Nampak seorang gadis menggunakan kaca mata, menyodorkan kotak makanan.

"Rini?" sapa Baron.

"B, mau?" tawarnya lagi.

Baron menoleh ke arah Hasby dan Reyhan yang mentertawakan Rini gara gara panggilan yang di sematkan gadis itu hanya satu huruf 'B'.

"B...ciluk baaa!!" ledek Reyhan menutup wajahnya sendiri sambil tertawa terbahak bahak di ikuti Hasby ikut tertawa.

"Diam lo!!" bentak Baron.

"Nih ambil!" ucap Rini tersenyum mengembang menatap wajah Baron.

"Gak usah, buat kamu saja." Tolak Baron mundur ke belakang.

"Grrrrrrrr!!"

Tiba tiba saja binatang peliharaan Rini muncul tiba tiba. Seekor anjing jenis pitbul menggeram menatap mereka berdua.

"Sial, bodyguard nya marah!" rutuk Reyhan.

"Grrrrrr!!"

"LARIIII!!!!" teriak Hasby paling dulu lari mendahului Reyhan dan Baron.

"Grrrrrrr!!!"

Ketiga pria itu kembali lari tunggang langgang tak tentu arah, menghindari kejaran peliharaan Rini Amalia, gadis yang mengagumi Baron, dan selalu menjadi idolanya.

"Bukkkk!!!"

Hasby menubruk seorang pria paruh baya hingga terjungkal, tubuh Hasby menimpa tubuh pria itu. Reyhan yang tak memperhatikan jalan tersandung kaki Hasby dan terjatuh menimpa tubuhnya di ikuti Baron ikut tersungkur.

"KALIAAANNNNNN!!" Teriak pria paruh baya yang berada di bawah, menatap tajam wajah Hasby.

"Pak Jarwo?" ucap Hasby.

"Enyah kalian dari atas tubuhku!!" ucap Jarwo ketua RT komplek tersebut.

Hasby buru buru bangkit, di ikuti Reyhan dan Baron. Mereka bertiga berdiri sejajar menundukkan kepala.

"Maaf pak!" sahut mereka serempak.

"Awas kalian!" ancam Jarwo lalu bangkit menatap marah ketiga pria muda di hadapannya. "Kalian selalu buat ulah! saya laporkan kalian sama pak RW!"

"Pak tenang dulu, kami tidak sengaja. Barusan di kejar anjing." Jelas Hasby.

"Halah! kalian selalu kasih alasan yang tak masuk akal. Mana anjingnya, mana??!" Jarwo memperhatikan ke belakang, memang tidak ada apa apa.

"Pak, jangan marah. Bagiaman kalau kita ngopi?" tawar Reyhan.

"Saya sudah ngopi!" sahut Jarwo.

"Mentahnya mau?" tawar Baron, merogoh saku celananya mengambil uang lalu ia kepalkan di tangan Jarwo.

"Tentu saja aku mau," jawab Jarwo tersenyum menyeringai, membuka kepalan tangannya menatap taham uang dua ribu rupiah di tangannya.

"Heheheee!" Baron tertawa terkekeh menatap Jarwo yang melotot ke arahnya.

"OROOOOOONGGGG!!!"

"LARIII!!!" teriak Baron berlari di susul Reyhan dan Hasby.

"Dasar anak sialan!!" rutuk Jarwo menatap mereka bertiga yang berlari menjauh.

Baron

Rini Amalia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!