NovelToon NovelToon

Just The Way You Are

Nabila meet Voldemort

Nabila Pratomo menatap layar televisi yang berada di ruang istirahat para dokter dan perawat rumah sakit Royal Infirmary kota Edinburgh Skotlandia. Malam ini gadis berusia 26 tahun itu mengenakan Jersey Manchester United bernomor punggung 15 dengan nama Blomqvist. Entah kenapa dia suka sekali dengan salah satu pemain yang tidak lama bermain di Old Trafford.

Malam ini ada pertandingan antara Manchester United lawan Leeds United. Seperti biasa, Nabila heboh mendukung tim kesayangannya. Di mejanya terdapat camilan kuaci semangka kiriman dari sang ibu, ice Americano plus roti sobek, sedangkan sneli dan stetoskop warna merah favoritnya berada di samping Snack.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut sudah hapal dengan polah satu-satunya dokter berdarah Asia yang ternyata cinta sepakbola melebihi orang Inggris dan Skotlandia sendiri.

"Dok Nabila" sapa asistennya suster Yolanda

"Kenapa sus Yo?" sahut Nabila tanpa menoleh.

Suster Yolanda duduk di sebelah Nabila yang masih serius melihat pertandingan.

"Serius amat dok." sahut Yolanda sambil mengambil kwaci. Semenjak menjadi suster asisten Nabila, Yolanda jadi ketularan suka camilan ala Indonesia walaupun awalnya kesulitan makan kwaci.

"Haruslah! Jengkel aku ! Siapa yang berani ganti jadwal shift aku? Rugi tiket terusan ini aku !!!"omel Nabila.

Oom Nabila adalah salah satu petinggi di Manchester United. Tahu keponakannya fans berat klubnya, tentu saja Nabila diberikan tiket terusan selama setahun.

Suster Yolanda tahu siapa yang mengganti jadwal shift tapi lebih baik tidak mengatakan pada Nabila daripada terjadi perang Malvinas.

"Yang penting kan masih bisa nonton dok."jawab suster Yolanda sambil mengunyah kwaci.

"Tapi sensasinya berbeda Sus!" eyel Nabila.

"Baru sekali ini..."suara suster Yolanda terhenti ketika Nabila berteriak

"GOOOOLLLL!!!" Tanpa peduli dilihat banyak orang, Nabila berjingkrak-jingkrak. "Yay, CR7!!!"

Suster Yolanda hanya mengelus dada kaget. "Ya ampun dok, inget ini kita dimana ! Untung gadha pasien di IGD!" umpatnya.

Nabila nyengir tanpa rasa bersalah. Ruang istirahat itu memang dekat dengan ruang IGD. Beruntung sekarang sedang dalam kondisi kosong dan biasanya baru ramai setelah pertandingan sepakbola akhir pekan akibat banyak orang mabuk. Apalagi hari ini juga ada pertandingan liga Skotlandia antara Rangers dan Celtic.

Lalu sambil membungkukkan badan, Nabila meminta maaf kepada orang-orang yang berada di ruangan.

"Maap saya terlalu semangat"ucapnya.

"It's okay dok Nabila. Kami sudah biasa" kata salah seorang resident sambil tersenyum.

Suasana kemudian mulai tenang dan hanya terdengar beberapa orang bercakap-cakap santai karena pertandingan memasuki akhir babak pertama.

Tiba-tiba terjadi keributan di ruang IGD. Nabila dan Yolanda beserta beberapa orang di ruang istirahat bergegas menuju IGD. Tampak suster May dan dokter Sam sedang beradu argumen dengan dua orang bertubuh besar dan bermuka garang. Keduanya membentak dokter Sam dan di belakang kedua orang itu terdapat sekitar lima orang lagi yang tidak kalah garangnya.

Nabila kemudian menghampiri mereka. Betapa terkejutnya ketika melihat seseorang berada di brankar meringis kesakitan dengan beberapa luka tembak di bahu dan lengan.

"Ada apa ini?" bentak Nabila kearah dua orang yang sedang membentak dokter Sam.

"Kamu dokter disini?" tanya pria berambut hitam.

"Iya! Kenapa?" jawab Nabila judes. "Dokter Sam. Ada apa ini?" toleh Nabila ke dokter Sam.

"Ini dok, dua orang ini meminta segera menghandle bossnya. Cuma saya takut terjadi apa-apa karena tahu siapa bossnya itu" jawab dokter Sam sambil melirik pria yang di brankar.

"Emang dia siapa?" tanya Nabila.

"Eeerrr ... itu..." dokter Sam tidak berani menjawab.

" Ya sudah kalau dokter Sam tidak sanggup. Suster Yolanda siapkan ruang ops. Dok Sam bantu saya. Dokter Mark, suster May, Suster Jane segera bersiap. Kita lakukan tindakan sekarang. Dokter Howie dan Suster Nancy, jaga IGD." titah Nabila. Gila aja nyawa orang dibuat mainan!

"Kalau ada apa-apa dengan bossku..." ancam pria satunya yang berambut pirang kepada Nabila.

"Tidak akan ada apa-apa dengan bossmu. Dengar Spongebob dan Patrick, aku tidak peduli siapa bossmu ! Mau dia tukang parkir, tukang palak ataupun Voldemort sekalipun, aku akan menyelamatkan nyawanya ! Dan aku minta kalian jangan bikin keributan di rumah sakit ini ! Dengar kalian semua!" bentak Nabila kearah orang-orang yang sekarang mulai memberikan aura ancaman. "Sudah kalian tenang saja, aku akan mengurus si Voldemort!" Nabila kemudian meninggalkan orang-orang itu menuju ruang operasi.

Kedua orang yang dipanggil Nabila Spongebob dan Patrick hanya melongo. Begitu juga orang-orang dibelakang mereka.

"Jack, boss kita dipanggil Voldemort?"bisik pria berambut hitam ke rekannya.

"Waduh kalau boss dengar bisa habis dokter cantik itu John" jawab pria berambut pirang sambil berbisik juga.

"Apa perlu kita menghubungi boss muda?" tanya John

"Telepon saja. Bukankah boss muda ada di Edinburgh juga?"

John kemudian mengambil ponselnya lalu melakukan panggilan.

"Boss muda. Ini John. Boss besar kena tembak"

"..."

"Sudah kami bawa ke Royal boss muda"

"..."

"Baik boss muda". John mematikan panggilannya.

"Gimana?" tanya Jack.

"Boss muda akan kemari"

***

Sebuah mobil Porsche Cayenne memasuki parkiran khusus dokter di RS Royal. Pengemudinya memarkir sembarangan bersebelahan dengan FIAT panda berwarna putih.

Turun seorang pria berusia 30an, berambut coklat tua, bermata biru, wajah tampan klasik campuran Irlandia dan Italia. Tubuhnya tinggi sekitar 187cm dengan badan built-in atletis. Walaupun wajahnya menunjukkan kantuk, tetapi tidak mengurangi ketampanannya. Pria itu mengenakan kaos hitam dengan Coat panjang, celana jeans belel dan sneaker. Dengan langkah terburu-buru langsung menuju ruang operasi dan menemukan duo J alias Jack dan John.

"Bagaimana pak tua?" tanya pria itu kepada duo J.

"Masih di ruangan operasi boss muda" jawab Jack.

"Sudah berapa lama?"

"Sekitar sejaman boss muda" kali ini John yang menjawab.

"Siapa yang melakukan tindakan?" tanya pria itu lagi.

"Seorang dokter perempuan boss. Tampaknya orang Asia dan dia galak sekali boss muda." papar Jack.

"Galak gimana?" tanya pria itu.

Duo J lalu menceritakan kejadian tadi dan akibatnya pria tampan itu tertawa terbahak-bahak.

"Memang pantas pak tua dipanggil Voldemort!" kekehnya. Duo J hanya meringis.

"Sudah, aku hendak tidur sejenak. Susah-susah aku mengganti shift tapi diganggu pak tua!" pria itu langsung berselonjor di lantai dengan bersandar tembok ruangan depan kamar operasi.

"Boss muda, jangan duduk disitu" John mencoba menghela pria itu ke sofa tunggu, namun pria itu menggeleng.

"Diamlah kalian ! Aku mau tidur !" Tak berapa lama pria itu tertidur.

Duo J masih setia menunggu lampu kamar operasi padam sambil menahan kantuk, sedangkan anak buah yang lain sudah disuruh berjaga jaga di luar.

***

Hai... ini adalah novel perdanaku.

Semoga suka yaaaa

Happy reading.

Maap jika masih banyak typo.

Anak Voldemort

Setelah menunggu sekitar dua jam, akhirnya lampu ruang operasi padam. Duo J dan boss muda segera berdiri menunggu dokter keluar dari ruang operasi. Tak lama kemudian Nabila keluar masih mengenakan pakaian operasi sambil membuka masker dan topi.

"Bagaimana boss besar kami dok?" tanya John.

Nabila melipat topi dan maskernya lalu menatap John dan Jack.

"Spongebob dan Patrick..." ucapnya.

"Saya John, ini Jack dok. Kami bukan Spongebob dan Patrick" senyum John.

"Baik. Tuan John dan tuan Jack, boss Anda, tuan Voldemort sudah berhasil diambil semua peluru yang bersarang di bahu dan lengannya. Kondisi boss Anda dalam keadaan baik, operasinya lancar. Bersyukurlah tidak mengenai aorta maupun pembuluh darah yang riskan." papar Nabila.

"Syukurlah" duo J bernafas lega.

"Boss muda, boss besar selamat" toleh Jack kearah pria tampan yang sedari tadi hanya menyaksikan interaksi Nabila dan duo J.

Nabila penasaran kearah pria yang berada di belakang badan besar duo J.

"Dokter Mike?" Nabila heran kenapa musuhnya ada disini.

"Halo dok Nabila." pria yang dipanggil dokter Mike tersenyum kearah Nabila.

"Apa hubungan..." belum selesai Nabila bertanya, ruang operasi terbuka. Tampak dokter Sam dan Suster May membawa boss besar diatas brankar.

"Dokter Nabila, tuan McGregor dibawa ke ruang rawat mana?" tanya suster May.

"Bawa saja ke ruang VVIP" jawab dokter Mike.

"Lho kok ada dokter Mike? Apa hubungan anda dengan pasien ini?" tanya dokter Sam.

Mike hanya tersenyum malas. "Hubungan? Dia itu ayahku."

Nabila, Sam dan suster May terbengong.

"Kau anak Voldemort?" tanya Nabila tidak percaya.

"Iya aku anak si Voldemort" jawab Mike santai. "Bawa pria tua itu ke ruang VVIP. Aku yang akan urus semuanya".

Kemudian Mike, duo J bersama dokter Sam dan suster May segera menuju kamar VVIP meninggalkan Nabila yang masih tidak percaya.

Ya ampun, ternyata anak Voldemort si Mike.

***

Nabila kembali ke ruang IGD. Tugasnya untuk mengoperasi si Voldemort sudah selesai dan sekarang dia butuh refreshing. Ruang IGD tampak lengang, tampaknya tidak akan banyak kasus malam ini walaupun ini jadwal pertandingan liga Skotlandia.

Dokter Howie menghampiri dokter Nabila dengan membawakan secangkir teh panas. Tanpa berbicara dokter Howie menyerahkan cangkir itu ke dokter Nabila.

"Thanks dok H" Nabila menerima cangkir teh panas itu dan mensruputnya.

"Dok Nab tidak tahu memangnya orang tadi itu siapa?" tanya dokter Howie seraya menyeruput teh panasnya.

"Emang siapa dok? Hei, aku bukan orang Brit yaaa jadi mana tahu lah" sahut Nabila sambil memandang pintu masuk IGD.

"Orang tadi adalah Duncan McGregor, mafia terkenal di Inggris Raya. Cuma biasanya dia berada di London, kenapa sekarang ada di Edinburgh? Mana terlibat kasus tembakan. Duh dok, jangan-jangan kita akan dijadikan saksi oleh polisi" Dokter Howie langsung lemas.

"Tenang saja. Toh kita tadi menolong pasien bukan menolong mafia. Urusan hukum bukan urusan kita. Urusan penyakit dan nyawa lah tanggung jawab kita." Nabila menepuk punggung rekannya yang galau

"Semoga dok. Aku tidak mau ada kekacauan di rumah sakit ini. Jadwal coasku tinggal enam bulan lagi dan tidak mau kena masalah." Howie memang sedang melakukan coas di Royal.

Nabila menganggukkan kepalanya. "Tapi sampai detik ini pun tidak ada polisi datang meminta keterangan. Jangan-jangan..."

"Jangan-jangan sudah diurus mereka dok" potong Howie.

"Sudahlah. Kita konsentrasi di IGD. Lihat sudah jam 1 malam pasti sebentar lagi akan banyak kasus orang mabuk." alih Nabila. Howie menganggukkan kepalanya.

"Semangat dok!"

***

Di ruang rawat VVIP, tampak Mike sibuk melakukan panggilan telepon. Entah siapa yang dia hubungi, sedangkan duo J pun melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama sibuk menyelesaikan kasus boss besar. Usai melakukan telepon, Mike lalu menatap tajam ke arah duo J.

"Sekarang, ceritakan padaku apa yang terjadi?" tanya Mike dengan muka datar penuh penekanan.

"Boss besar semalam ke club Rose yang didanai oleh klan kita. Mereka melakukan kecurangan income dan boss besar marah. Lalu kami pergi dari ruangan pertemuan dan boss besar mengancam kalau dana yang hilang itu tidak dikembalikan, maka mereka akan menerima konsekuensinya. Ketika kami menuju mobil, tiba-tiba Greg menembak boss besar. Beruntung posisi boss sudah masuk mobil dan kami langsung menuju Royal. Dan boss muda tahu kan selanjutnya" papar John

"Kalian lalai!" bentak Mike.

"Maapkan kami boss muda" Duo J langsung pucat pasi melihat wajah Mike yang aura amarahnya mirip dengan ayahnya.

"Untung Edward sudah membereskan semuanya jadi polisi tidak perlu ke Royal. Haaaiissshhhh... Dasar pak tua! Kenapa juga tidak berhenti jadi mafia!!" umpat Mike sambil mengacak-acak rambutnya kesal. Duo J hanya diam.

"Oke. Kalian berdua bilang pada shift malam diluar harus ganti shift pagi jam 6 tepat. Biar pak tua aku yang jaga. Nanti kalian jaga pak tua karena aku ada shift kerja pagi." titah Mike. Dan duo J langsung melaksanakan perintah Mike.

Mike tahu bodyguard ayahnya memiliki shift kerja dan sekarang adalah shift malam. Ritme kerja ayahnya yang gila-gilaan memerlukan anak buah yang tahan banting dan harus fresh fisik dan mental. Jadi sejak ayahnya memegang pemimpin klan McGregor, ia mulai menerapkan sistem pergantian shift per 12 jam. Semua anak buahnya memilik skill bela diri yang mumpuni cuma malam ini saja mereka sedang sial.

Mike memandang ayahnya yang masih terpejam. Lalu dia membaca catatan laporan hasil pembedahan dokter Nabila. Gadis itu memang dikenal ceplas ceplos tapi hatinya baik. Sebagai satu-satunya dokter asal Indonesia, awalnya banyak yang skeptis dengan kemampuannya. Namun dengan berjalannya waktu, kemampuan Nabila diakui baik dokter senior maupun juniornya. Disaat banyak dokter dan suster wanita berusaha menarik perhatian Mike, Nabila malah terang-terangan cuek dengannya dan itu membuat Mike penasaran. Apakah hanya dengan dirinya saja atau dengen dokter pria lain Nabila seperti itu. Ternyata hanya dengan dirinya Nabila mengibarkan bendera tidak suka. Mike mengakui awal perjumpaan dengan Nabila membuat gadis itu kesal. Bagaiman tidak, mobil FIAT panda kesayangan Nabila kena serempet Range Rover Mike. Sejak itu mereka bagaikan Tom and Jerry bila bertemu. Bahkan kepala rumah sakit memutuskan untuk tidak menyatukan keduanya di ruangan operasi.

Suara ketukan di pintu mengalihkan Mike dari berkas yang dibacanya. Tampak Nabila melongok ke ruang rawat Duncan McGregor.

"Hai" bisiknya. Mike memberikan kode agar Nabila masuk. Gadis bertinggi 170cm itu masuk ke dalam masih mengenakan sneli, stetoskop merahnya berada di dalam sakunya. Nabila masih mengenakan Jersey Manchester United, celana jeans model cutbray dan sepatu Converse edisi Sanrio Hello Kitty.

Nabila mengecek keadaan Voldemort eh... Duncan McGregor. Alhamdulillah semua stabil karena selain peluru yang bersarang tidak mengenai area vit*Al yang berbahaya, juga kondisi fisik pria berusia 50an itu dalam kondisi prima.

"Sebentar lagi Vol eh... ayahmu akan sadar" bisik Nabila ke Mike yang masih memandangnya. "Masa kritisnya sudah lewat."

Mike mengangguk. "So, kau tetap memanggil ayahku Voldemort?" tanyanya sambil tersenyum smirk.

Nabila nyengir. "Sorry, tapi semalam situasinya mendesak." Nabila berjalan menuju sofa tempat Mike duduk dan mendaratkan tubuhnya ke sofa. Rasanya lelah sekali.

"Ini rekor Nab, kita belum berantem dalam waktu 3 menit" goda Mike. Nabila hanya tersenyum sambil memejamkan mata. "Ohya Nab, hasil operasi mu bagus. prognosis nya ayahku bagus semua. Memang bakatmu tidak perlu diragukan" puji Mike tulus. Namun tidak ada sahutan dari Nabila. Mike menoleh kearah gadis itu dan ternyata Nabila sudah tertidur dengan menyenderkan kepalanya ke kepala sofa.

Pelan-pelan Mike menghela kepala Nabila untuk dibawa bersandar ke bahunya.

"Sleep tight sayang" bisiknya sambil mencium kening Nabila.

*Hello ini novel pertamaku. Semoga suka yaaaa.

Ohya aku tipe yang tidak suka konflik berat berat.

semoga menikmati kisah Mike dan Nabila yaaaa...

dibawah aku kasih visual keduanya versiku. Semoga cocok yaaaaa*.

ini dokter Nabila Putri Pratomo.

Dan ini adalah dokter Michael Edmund McGregor yang biasa dipanggil dokter Mike

Chris Pine Kawe

Duncan membuka matanya. Untuk sejenak ia merasakan disorientasi tempat namun melihat selang infus, bau obat dan tempat tidur rumah sakit membuatnya yakin Duncan kejadian semalam bukan mimpi. Dan bukan mimpi juga tentang suara feminin menyebutnya Voldemort.

Setelah mengerjap beberapa saat untuk memfokuskan netranya, Duncan menoleh ke arah sofa yang berada di sisi kanannya. Tampak putranya tertidur dengan seorang wanita di sebelahnya. Wanita yang memanggilnya Voldemort. Duncan melihat ke arah jam dinding di kamarnya. Baru pukul enam pagi. Dia menoleh ke arah kedua orang yang masih terlelap.

Putranya Mike seperti biasa berwajah tampan mirip dengan dirinya yang bermata biru. Putra sulungnya Mario mirip almarhum istrinya, bermata coklat dan sekarang si sulung berada di Italia menjadi seorang dosen seni. Duncan meringis, kedua putranya tidak ada yang mau meneruskan kekuasaannya menjadi pemimpin mafia klan McGregor. Jika kedua putranya tidak mau menjadi ketua mafia, maka akan dilakukan voting dan klan McGregor akan berakhir masanya. Duncan menghela nafas panjang. Mungkin sudah saatnya dia mundur. Tiga peluru di dalam tubuhnya semalam sepertinya pertanda. Dia beruntung hari ini, belum tentu esok hari.

Duncan memindai wanita di sebelah Mike. Sebelum Duncan diberikan anestesi di ruang operasi semalam, dia tahu dokter wanita ini yang akan melakukan pembedahan. Diantara keadaan sadar atau tidak, Duncan sempat mendengar bisikan dari dokter wanita itu

"Dengar tuan. Saya tidak tahu siapa anda tapi saya akan menyelamatkan nyawa anda. Anda bukan kucing yang punya sembilan nyawa, jadi setelah operasi ini selesai, saya harap anda meninggalkan kehidupan lama anda untuk menikmati hidup anda. Karena anda berharga." bisik Nabila.

Wajah Nabila tidak secantik wanita-wanita ala model namun memiliki garis kepribadian yang kuat. Duncan teringat mata Nabila semalam. Coklat yang penuh semangat namun ada ketegasan, mengingatkan Duncan akan istrinya Manuella.

Tiba-tiba Duncan merasa haus. Tangan kanannya berusaha meraih gelas yang berisikan air minum. Namun karena masih terasa nyeri, akibatnya tangannya menyenggol gelas itu dan membuatnya jatuh. Beruntung gelas itu terbuat dari plastik jadi tidak pecah.

Suara benda jatuh membuat Mike terbangun dan segera menuju tempat ayahnya tanpa menghiraukan kepala mungil yang sedang bersandar di bahunya tadi

Akibatnya kepala Nabila mendarat dengan sukses di pinggiran sofa yang keras serta membuatnya mengaduh.

Dugh!

"Aduh bambaaannggg!!! Kalau mau bangun bilang-bilang dong!!!" umpat Nabila sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit kena pinggiran sofa.

Mike menoleh. "Maap babe, aku lupa ada kamu disitu".

"Babe babe ! Aku bukan babehmu!" omel Nabila kesal.

Mike mengacuhkan Omelan Nabila. "Dad, dad minta apa?" tanya Mike ke Duncan. "Minum" bisik Duncan. Mike segera mengambil gelas yang jatuh dan menyimpannya di meja dekat tv, lalu menggantinya dengan gelas baru yang diisi air mineral lengkap dengan sedotan. Dengan telaten memberikan minum kepada ayahnya.

Duncan memberi kode kalau sudah cukup minumnya.

"Dad? Apa Dad lapar? Mau makan apa?" tanya Mike.

Duncan menggeleng. Matanya melirik ke arah Nabila yang masih cemberut sambil mengusap-usap kepalanya.

"Minta maaf lah pada dokter Nabila, son" Mike kemudian menghampiri Nabila.

"Benjol ga Nab?" tanyanya

"Mbuh!" umpat Nabila. Mike dan Duncan hanya saling berpandangan. Bahasa apa itu?

"Eeeerrrr Nab, Bambang itu siapa?" tanya Mike lagi. Nabila mendelik ke arah Mike. Hah? Apa perlu aku jelaskan itu cm kiasan jaman now.

"Kamu tuh ya Mike, bukannya minta maaf malah nanya gak jelas gitu!" omel Duncan.

"Maap dokter Nabila. Aku lupa tadi kamu bersandar di bahuku dengan mesra" cengir Mike.

Hah? Masa sih? Rasanya tadi aku bersandar di kepala sofa deh!" Nabila mengerenyitkan dahinya.

Mike kemudian hendak memeriksa kepala Nabila namun tangannya langsung ditepis.

"Gak usah pegang-pegang, Dokter Mike. Nanti aku cari kompres saja" ucap Nabila masih dengan nada kesal. Mike hanya mengedikkan bahunya.

Nabila kemudia berdiri dan menghampiri Duncan.

"Luka-luka Anda akan mulai mengering sekitar seminggu lagi asalkan tidak kena air" ucap Nabila setelah selesai memeriksa kondisi Duncan.

"Terimakasih Hermione Granger" balas Duncan sambil nyengir menggoda Nabila.

Whoah! Benar-benar mirip si Mike kalau gini.

"Hahahaha." Nabila tertawa kikuk. "Maapkan saya kalau semalam saya memanggil anda Voldemort."

"It's okay, dokter Nabila. Ohya kapan saya bisa pulang?"tanya Duncan.

"Seriously Dad. Baru semalam dibedah kok sudah minta pulang?" omel Mike yang sekarang berada di belakang Nabila.

"Kamu kan tahu sendiri kalo Dad benci rumah sakit!"

"Dad, bukan gini caranya. Beruntung semalam..." suara Mike terhenti ketika terdengar suara ketukan. "Masuk!"

Ketika pintu terbuka tampak seorang pria tampan berambut pirang, bermata biru, berbibir se*y, badan atletis mengenakan pakaian kerja jas bewarna navy satu stel dengan celananya dan kemeja warna biru muda serta dasi biru tua yang Nabila tahu semua outfitnya bermerk.

Mirip Chris Pine tapi ini lebih tampan. Batin Nabila. Sumpah demi apapun, pagi ini dapat pemandangan yang menaikkan iman dan imun itu sangat langka. Tanpa sadar Nabila tersenyum samar dan hal itu tidak lepas dari tatapan Mike dan itu membuatnya kesal.

"Selamat pagi tuan McGregor dan tuan muda." pria tadi memberikan hormat kepada Duncan dan Mike. Mata birunya kemudian menatap Nabila lalu ia menganggukkan kepalanya.

Mike yang melihat itu langsung merapatkan badannya dibelakang Nabila bahkan memeluk pinggang Nabila dengan posesif.

Nabila yang merasa pinggangnya dipeluk langsung melepaskan tangan kekar Mike dengan kasar.

"Apa-apaan sih Mike! Main pegang pinggang orang!" omel Nabila kesal. Mike tidak mengacuhkan dan tetap menempel Nabila.

Duncan yang melihat keduanya hanya terkekeh.

"Pagi Edward. Kenalkan ini Dokter Nabila yang semalam mengoperasiku. Dokter Nabila, ini Edward Blair tangan kananku." Edward memberikan tangannya itu bersalaman dan disambut oleh Nabila.

"Senang bertemu dengan anda, dokter Nabila"

"Sama-sama tuan Blair"

"Jangan lama-lama salamannya" hardik Mike sambil melepaskan jabatan tangan keduanya.

Nabila menghela nafas panjang dengan sebal, sedangkan Edward hanya tersenyum. Tuan muda tumben kayaknya menyukai dokter Nabila walaupun gadis itu cuek.

"Apaan sih kamu Mike?! Lebay deh!" sungut Nabila. Mike hanya melengos mendapatkan pelototan Nabila.

"Tuan McGregor, tuan Blair, saya tinggal dulu karena harus laporan shift. Karena shift saya berkahir sebentar lagi" bahkan aku sempat tertidur tadi. "Permisi semuanya" pamit Nabila sambil menuju pintu kamar.

"Nab, nanti setelah laporan, kembali kesini ya. Aku kan shift pagi dan Dad butuh diperiksa setiap saat" pinta Mike. Nabila yang sudah hendak keluar langsung berhenti.

"Sorry dok, aku mau pulang. Aku ingin istirahat. Tidur. T-I-D-U-R." Nabila kemudian menoleh ke Duncan. "Tuan McGregor anda tidak apa kan saya tinggal? Toh ada Nagini disini, duo Spongebob dan Patrick" di luar pintu nampak duo J disana. "Lalu ada Chris Pine Kawe juga. Jadi ijinkan saya pulang karena saya juga butuh istirahat. Selamat pagi semuanya." Tanpa membutuhkan jawaban, Nabila langsung pergi meninggalkan semua pria di ruang rawat VVIP itu.

"Nagini?" Mike berpikir apa maksudnya Nabila berkata demikian. "Siapa Nagini?" tanyanya kearah Duncan dan Edward.

"Kau!" seru keduanya kepada Mike.

"Haaaahhhh?! Aku dibilang ular??? Awas kau Nabila !!!" Mike bergegas keluar ruangan rawat ayahnya mengejar Nabila.

Duncan dan Edward hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tuan besar, nampaknya tuan muda menyukai dokter tadi. Dan baru kali ini saya mendengar sebutan aneh-aneh ke kita semua" kekeh Edward.

"Kau tahu aku disebut apa oleh Nabila?" tanya Duncan ke Edward yang dijawab gelengan. "Voldemort".

Edward melongo. "No way, Sir!"

Duncan hanya tersenyum. "Way, Ed"

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!