Kiara Arsyila, teman-temanya sering memanggilnya Kia. Seorang mahasiswa dari sebuah kampus swasta di ibukota negara X.
Kia dianugerahi wajah yang manis, hidung mancung dan alis tebal. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit sawo matang dan rambut bergelombang.
Ayah dan ibu Kia sudah meninggal. Kia kini tinggal bersama kakak dan iparnya.
Sayangnya ipar Kia sangat membenci Kia dan merasa direpotkan dengan keberadaanya.
Untuk menghindari masalah dengan iparnya, Kia menghabiskan banyak waktunya di kampus. Kia menyibukan diri mengikuti organisasi dan kegiatan kemahasiswaan. Kia menjadi bendahara BEM dan kegiatan teater.
Kia kuliah dengan biaya pembagian warisan kedua orang tuanya yang tidak banyak. Jika dihitung, cukup untuk membayar uang semester saja dari semester 1 sampai semester 8.
Sebenarnya kakak dan ipar Kia tidak setuju Kia kuliah. Mereka menginginkan, Kia menggunakan uang pembagian warisan itu, digunakan untuk modal usaha atau mencari kerja. Tapi Kia bersikeras untuk kuliah dan menyambung hidup dengan berjualan online.
Kia belajar dengan keras dan rajin. Saat ini Kia sudah memasuki semester 5. Ipk Kia selalu cumlaude dan menjadi bintang kelas.
Karena kecantikan, kepintaran dan keaktifan Kia di kampus, Kia menjadi incaran banyak pria, dan tidak luput dari kakak kelasnya. Hingga pada suatu hari, grup band kampus yang menjadi idola membuat taruhan.
Belum pantas disebut pria hebat jika belum berhasil tidur dengan gadis pintar, baik, dan cantik seperti Kia, dalam waktu 6 bulan.
Jika berhasil menunjukan fotonya, teman-temanya akan mentraktir pemenang liburan ke luar negeri.
Orang itu adalah Jeje, Kevin dan Dion. Di antara mereka Jeje berhasil memacari Kia.
Karena Jeje memang memiliki wajah yang tampan, bahkan digemari banyak perempuan. Dia sebagai vokalis. Jeje juga pandai merayu perempuan sehingga Kia berhasil dibuat percaya dan mencintainya.
Tapi, 6 bulan Jeje berpacaran, tak pernah sekalipun Jeje berhasil berkencan apalagi tidur bersama.
Kia fokus belajar, berorganisasi dan berjualan. Jeje merasa terhina, padahal Jeje sudah mendeklarasikan kemenanganya. Karena jengkel, Jeje mengerjai Kia.
Jeje mengelabuhi Kia. Jeje memaksa Kia meminjamkan uang BEM untuk acara dies natalis kampus akhir pekan.
Jeje berjanji akan mengembalikan lusa. Tapi sudah lebih dari waktu tempo, Jeje tidak kunjung mengembalikan dan justru menghilang.
“Ki, lo kenapa murung gitu?” tanya Cyntia teman Kia.
Pertunjukan teater puncak dies natalis tinggal 3 hari lagi. Anak- anak teater pun berlatih keras tidak terkecuali Kia.
Jam 8 malam mereka baru selesai latian. Anak-anak lain sudah pada pulang, kini tinggal Kia dan Cyntia.
“Gue nyari Jeje Cyn, lo liat dia nggak? Gue hubungi dia tapi nggak nyambung” tutur Kia sedih menceritakan kegalauanya.
Mendengar ucapan Kia, Cyntia diam tampak memikirkan sesuatu dengan ragu. Belum Cyntia menjawab Kia kembali membuka suaranya.
“Dia bawa uang BEM, padahal kan besok siang semua tagihan untuk acara harus dibayarkan” ucap Kia lirih.
Cyntia kaget mendengar penuturan Kia.
“What? What are you say?” tanya Cyntia syok.
“Gue tau gue bodoh, dia bilang dia nabrak orang, dan dia harus ganti rugi perawatan di rumah sakit malam itu juga, dia janji akan bayar keesokan harinya, tapi dia belum bayar sampe sekarang” tutur Kia menunduk
“Emang berapa yang dia pinjam?"
“15 juta” jawab Kia lagi.
“Hoh? Kia! Are you crazy?? Kok bisa sih lo percaya gitu aja sama Jeje?” Cyntia menghela nafasnya menahan emosi
Mereka berdua saling terdiam, Kia menyadari kesalahanya dan panik memikirkan solusinya. Kia pribadi tidak punya uang sebanyak itu. Itu semua uang yang didapat dari sponsor acara dies natalis kampus.
Sementara uang sisa penjualan warisan orang tuanya, baru saja dia gunakan untuk membayar semester, masih tersisa untuk semester berikutnya. Untuk biaya sehari- sehari Kia mengandalkan uang jualan online.
“Dia bilang dia diancam penjara kalau nggak bayar ganti rugi malam itu juga. Dia janji balikin uang pagi harinya. Dia maksa Cyn” ucap Kia mengingat kejadian beberapa hari lalu.
“Terus lo percaya?” tanya Cyntia geram menatap gadis polos dan bodoh di depanya itu.
“Ya gue percaya. Dia kan pacar gue”
“Makan tuh pacar! Dari awal gue kasih tau lo, dia bukan cwo baik Kia. Dan kalau emang dia nabrak orang, bukan lo yang harusnya nolongin dia. Tapi orang tuanya. Itu juga kalau cerita dia benar” ucap Cyntia menggebu dengan nafas tersengal-sengal menahan emosi.
Cyntia sangat menyesalkan, kenapa harus anak sebaik Kia yang jadi korban Jeje. Cyntia kakak kelas Kia dan seangkatan dengan Jeje.
Meski di hadapan Kia dan cewek- ceek lain, Jeje sosok pria sempurna, tapi Cyntia tau sisi gelap Jeje.
Cyntia juga tahu kalau saat ini Jeje sedang menyelingkuhi Kia dengan teman Cyntia bernama Melly.
Kia, menggigit bibirnya merasa pusing dan putus asa.
“Maksud lo apa? Jeje bohongin gue?” tanya Kia panik tidak menyangka dia dibohongi.
Karena tidak tahan, Cyntia mengeluarkan ponselnya dan menunjukan ke Kia.
“Lo liat ini!”
Cyntia menunjukan story whatsap Melly. Melly memamerkan hadiah ulang tahun berupa kalung cantik. Mereka tampak berada di kos Melly. Unggahan story itu tampak di post 15 menit yang lalu.
Melihat foto itu, Kia seperti ditusuk sembilu. Mulutnya tercekat seakan semua cairan ludahnya mengering. Kia tidak bisa berkata apa-apa selain menangis.
Bisa-bisanya orang yang mengaku sebagai pacarnya, memusuhi setiap laki-laki yang mendekatinya, sekarang membawa uang kampus dan bersenang-senang dengan perempuan lain.
“Hapus air mata lo, sekarang kita ke kosan Melly, kita labrak dia, ambil uang kampus!” ucap Cyntia tegas mengajak Kia pergi.
Dengan langkah gontai dan seakan dunia runtuh. Kia mengikuti Cyntia menuju ke kosan Melly. Kia benar-benar ngebleng dan tidak tau harus berbuat apa.
Entah kata apa yang pantas dia lontarkan untuk laki-laki sebrengsek Jeje. Jeje hanya tampan dan wangi di luarnya, tapi hatinya sangat busuk, busuk!
Tidak lama mereka sampai di depan kontrakan Melly. Dan benar saja, motor besar Jeje terparkir di depan kosan Melly.
Tangan Kia mengepal mengumpulkan semua amarahnya. Untung saja Kia selama ini tidak mau diperdaya Jeje diajak kencan. Ternyata ini wajah asli Jeje.
Kia dan Cyntia langsung masuk, dan betapa syok Kia mendapati pandangan di depanya. Sepasang manusia tidak tahu malu, sedang melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh suami istri.
Cyntia membiarkan Kia menyelesaikan urusanya dan menunggu di teras tanpa mau ikut campur.
“Dasar ja**ang, a**ing, br***sek, memalukan” umpat Kia mengeluarkan semua kata kasar.
Mata Kia memerah, wajahnya meradang. Rasanya ingin menghantam menjambak rambut Melly, tapi Kia malu sendiri melihatnya.
“Kia?” pekik Jeje dan Melly tersentak, lalu mereka berdua segera mengambil selimut.
“Keluar Je! Gue mau ngomong sama lo” ucap Kia lalu menunggu di luar bersama Cyntia.
Setelah memakai celana dan kaos dengan wajah brengseknya Jeje keluar menemui Kia.
“Kita putus. Balikin duit kampus!” ucap Kia tanpa bosa basi.
“Hah haha” Jeje justru tertawa sinis.
“Mana uang kampus?”
“Udah gue pake, dan itu sebagai upah lo udah numpang tenar jadi pacar gue” ucap Jeje tanpa dosa.
“Hoh” Kia terbengong mendengar penuturan Jeje.
Rasanya ingin mencabik cabik muka Jeje. Begitu juga Cyntia, ada ya orang kaya Jeje.
“Anj*ng, sampah lo ya” umpat Kia hendak memukul Jeje tapi justru Kia didorong Jeje hingga terjatuh. Untung ada Cyntia yang menolongnya.
“Gue nggak pernah cinta sama cewek kaya lo, lo itu bahan taruhan buat gue” ucap Jeje menyakiti Kia.
“Pergi lo dari sini!” usir Jeje.
“Dasar pembohong, pencuri, balikin duit kampus kalau nggak gue laporin lo ke dosen!”
“Silahkan, gue nggak takut, nggak ada bukti uang itu dipake gue. Pergi kalian!”
“Keterlaluan lo ya Je” ucap Cyntia.
Jeje tidak memperdulikan Kia dan Cyntia malah menutup pintu kosan Melly kasar. Kia hanya bisa menangis dan menyesali kebodohanya.
“Sekarang pulang dulu, besok lo ngomong sama dosen” tutur Cyntia menenangkan Kia.
****
Pagi harinya Kia berangkat ke kampus dan hendak menemui dosen untuk berkonsultasi tentang masalahnya.
Tapi tidak pernah Kia duga, di depan papan mading, teman-temanya sedang menggunjingnya. Nampak selebaran memberitahu kalau Kia menggelapkan uang kampus.
“Masa sih? Keliatanya dia anak baik- baik”
“Iya panteslah, dia kan nggak punya orang tua”
“Harusnya dia nggak jadi bendahara”
“Ih parah ya”
“Eh, ssstt ssst ada orangnya”
“Iiih, minggir minggir”
Teman- teman Kia saling mencibir dan menatap sinis ke Kia.
Kia merobek dan mengumpulkan selebaran itu. Kia melangkah dengan langkah tegap, membuang sampah itu tidak memperdulikan tatapan sinis yang ditujukan ke dia.
“Ki lo dipanggil Dekan” ucap salah satu teman Kia.
Ternyata gosip tentang Kia memakai uang kampus sudah sampai ke dosen, bahkan Dekan. Dan siang itu Kia disidang, apalagi tagihan untuk acara harus dibayarkan segera.
“Pak Buk, saya tidak bohong. Saya tidak menggunakan uang itu, uang itu dipakai Jeje”
“Stop Kia, kembalikan uang kampus, atau terpaksa kita memberikan sanksi sesuai aturan kampus” jawab Dosen tegas.
Jika mahasiswa terbukti mencuri, apalagi uang kampus, bisa dikenakan DO dan diserahkan ke pihak yang berwajib.
“Pak, Kia mohon jangan, tolong percaya Kia”
“Saya ingin percaya kamu Kia, tapi harus ada bukti, aturan tetap aturan”
“Beri saya waktu untuk membuktikan Pak”
“Acara tinggal dua hari lagi Kia, besok pagi uang itu harus ada”
“Baik Pak, saya akan bawa uang itu besok pagi” ucap Kia mantap meski hatinya ragu.
Siang itu Kia tidak masuk kelas dan memilih mencari solusi untuk masalahnya. Pertama Kia meminta tolong ke kakaknya dan meminjam uang.
“Kamu gila ya? Nggak ada otak! Nggak, nggak ada uang sebanyak itu. Kamu liat masmu kerjanya cuma jadi pelayan, mba mu ini lagi hamil. Bisa-bisanya meminta uang sebanyak itu, sudah nggak usah kuliah aja kamu!” omel Ipar Kia kasar.
Kia hanya menunduk, menggigit bibir bawahnya. Kia tidak bisa menjawab menyadari dirinya memang menumpang.
Kia mencoba mendatangi pegadaian dan bank. Karena Kia tidak punya apapun dan masih mahasiswa, Kia tidak bisa meminjam uang. Kia juga hanya bisa menggadaikan perhiasanya seharga 3 juta.
“Cyntia” ucap Kia mengingat satu-satunya orang yang selalu baik ke dia.
Cyntia juga terlihat kaya, dilihat dari perhiasan, ponsel, tas dan baju Cyntia. Kia yakin Cyntia bisa membantu. Siang itu juga Kia menghubungi Cyntia dan mereka ketemuan di luar kampus.
“Bi*dap emang tuh orang” ucap Cyntia mendengar Kia. Cyntia menatap Kia iba.
“Please Cyn, bantu gue” tutur Kia memohon.
“Gue bisa bantu lo, tapi gue nggak yakin ini bener atau salah, gue nggak rela lo kaya gue, lo bisa dapet uang itu besok pagi tapi ada yang harus lo lakuin” ucap Cyntia menunduk ragu.
“Apapun Cyn, apapun akan gue lakuin. Yang penting gue nggak dikeluarin dan dipenjara Cyn!” ucap Kia memohon.
“Lo yakin?”
“Iya, apa yang harus gue lakuin? Gue cuma mau tetep kuliah dan nggak dipenjara. Gue nggak tahu harus gimana lagi”
“Malam ini lo gantiin gue buat nemuin tamu gue, gue datang bulan”
“Maksud Lo?”
“Sory gue nggak pernah cerita, tolong lo rahasiaiin ini, sejak bokap gue nikah lagi, gue jadi sugar baby, 2 bulan terakhir ini” tutur Cyntia menunduk malu.
“Hoh” Kia syok mendengar ucapan Cyntia.
“Nggak semua tamu gue minta dilayani diranjang kok, mereka cuma butuh teman, tapi bayaranya beda. Mereka rata-rata bos besar dan beristri. Teman gue ngabarin, malam ini ada klien yang minta temen tidur, kalau lo bersedia, lo bisa dapet lebih dari yang lo butuh. Kalau lo mau lo datang ke alamat ini, katanya sih dia bos besar” tutur Cyntia memberikan alamat.
Kia gemetaran mengambil alamat itu. Kia tidak mengira, sahabat yang selama ini selalu baik terhadapnya. Ternyata mempunyai sisi gelap yang tidak ada orang yang tahu.
Nafas Kia memburu dan seakan terhenti, Kia bingung dan ragu dengan tawaran Cyntia.
“Apa benar ini satu- satunya jalan?” gumam Kia dalam hati.
“Gue tahu lo perempuan baik-baik Ki. Maaf, gue nggak bermaksud jerumusin lo, tapi cuma ini yang bisa gue bantu. Uang sebanyak itu gue nggak punya. Selama ini gue cuma nemenin mereka minum dan main golf, jadi tarif gue nggak sebanyak itu” ucap Cyntia.
Setelah berfikir lama, Kia menerima tawaran Cyntia. Entah benar entah salah, Kia tidak ingin berakhir di DO dan dipenjara.
Bayangan Jeje bersama Melly melintasi otak Kia. Rasanya sakit sekali.
Tepat jam 9 malam, Kia mendatangi hotel yang diberitahu Cyntia. Kia masuk ke sebuah kamar, ada seorang laki-laki yang tampak menunggu dan menyuruhnya masuk, tapi kemudian pergi. Ternyata dia asisten bos itu.
Kia masuk ke kamar kosong, disuruh mempersiapkan diri. Dengan gemetaran dan deg-degan yang berlangsung lama, Kia menunggu sendirian.
Kurang lebih pukul 11 malam, seorang laki- laki matang dengan langkah gontai setengah sadar masuk.
Dan malam itu menjadi malam kelam untuk Kia, merelakan mahkotanya kepada laki-laki yang tidak dikenalnya, demi uang yang dibawa pacarnya.
Seperti daun yang jatuh tidak membenci angin. Semua telah terjadi. Waktu tidak mungkin bisa diputar lagi, yang lalu biarlah berlalu. Tidak ada gunanya mencari letak kesalahan, semua sudah terjadi.
Waktu berfikir Kia menentukan pilihan tidak banyak. Kia memutuskan pilihanya dengan cepat. Sehingga keputusanya meletakanya pada lubang dosa yang akan selalu membekas, meski Kia berusaha melupakanya.
Nasi telah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa mengubahnya lagi, apalagi mengembalikanya seperti semula. Kia hanya boleh mengikhlaskan meski dengan penyesalan.
Mahkota dan sesuatu yang berharga buatnya, sudah direnggut oleh laki-laki yang tidak dikenalnya. Kia pun tak bisa menuntutnya, apalagi meminta pertanggung jawaban.
Kini Kia hanya bisa menangis, memohon ampunan pada Tuhannya Yang Maha Pengampun.
Memohon belas kasihNya agar tidak ditempatkan pada posisi seperti itu lagi.
Berjanji dalam hati pada Tuhanya, cukup satu malam ini, untuk pertama dan terakhirnya, Kia masuk dalam dosa yang menghinakan.
"Hiks... hikss" Kia duduk memeluk kedua lututnya yang tertutup selimut hotel.
"Ayah, Ibu, maafin Kia, maafin Kia" batin Kia mengelap air matanya.
Kia tahu, jika keluarganya tahu pasti akan marah dan kecewa. Melakukan hubungan tanpa menikah adalah dosa besar.
Kia tidak punya waktu banyak mencari solusi lain. Kia harus memilih dipenjara dan dikeluarkan dari kampus, atau menerima tawaran Cyntia.
Kia menangis sesenggukan sendirian di kamar hotel. Karena pertama kalinya Kia melakukan itu, apalagi pasanganya terpengaruh obat, membuatnya melampiaskan secara brural. Kia merasa sangat lelah dan bangun kesiangan.
Entah kemana laki-laki itu pergi. Dia tidak membangunkan Kia. Mengajaknya ngobrol atau sekedar kenalan pun tidak.
Mungkin di mata laki-laki itu, Kia hanya perempuan bayaran yang tidak berharga.
Setelah lelah menangis dan nafasnya sesenggukan Kia bangun. Kia mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya menuju ke kamar mandi. Kia membersihkan tubuhnya yang sekarang dia rasa sangat kotor.
"Ish apa ini?" ucap Kia syok saat melihat cermin di kamar mandi hotel.
Bagian dadanya yang selama ini terjaga berubah menjadi banyak bercak merah.
"Ya Tuhan kenapa tidak bisa hilang?" gumam Kia polos tidak tahu menau tentang hal-hal seperti itu.
Kia panik menggosoknya dengan sabun tapi tidak hilang, setelah berusaha akhirnya menyerah. Kia memilih searching digoogle ternyata memang tidak ada solusi.
Setelah merapihkan penampilanya, Kia mengambil amplop dari pria yang mengambil harta berharganya itu.
"Banyak banget" gumam Kia, ternyata laki-laki itu tidak hanya memberinya 15 juta, tapi 25 juta. Laki-laki itu juga menuliskan, surat untuk Kia.
"Aku lihat kamu menangis,
Aku juga tau kamu masih perawan, aku tambahin fee mu"
"Hoh, kalau dia tau aku menangis, kenapa tetap melanjutkanya dan meninggalkanku?" gumam Kia dalam hati lalu menyimpan amplop itu.
Entah kenapa benak hati, Kia berharap bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi. Tapi bahkan namanya saja tidak tahu.
Kia membawa uang itu ke tasnya. Dengan langkah tegap Kia berangkat ke kampus. Semua laporan keuangan BEM dia susun rapih, dibawa di dalam tas ranselnya.
Kia mendatangi ruang dekan, dan segera membuktikanya. Tidak sepeserpun Kia memakai uang dari kampus.
Dan ternyata di dalam ruangan Pak Dekan, Nelly sedang menyampaikan sesuatu. Entah apa yang sedang Mely lakukan.
"Permisi Pak, boleh saya masuk?" sapa Kia sopan lalu menghela nafas dan melirik geram ke Melly.
"Kia" pekik Melly dan Pak Dekan. Melly sedikit kikuk.
"Silahkan, silahkan duduk!" jawab Pak Dekan.
"Ehm, seperti yang bapak minta, saya bawa uangnya beserta laporan keuangan selama kegiatan Pak. Untuk SPJ lengkapnya selesai acara akan saya laporkan lagi" ucap Kia lantang, menegaskan dan menyindir ke Melly. Kia tidak bersalah dan tidak bisa dihancurkan begitu saja.
Sekarang Kia tahu siapa yang berusaha mengadukan dirinya dan memfitnahnya.
"Dasar ja*ang" batin Kia mengepalkan tangan.
Dekan kemudian mengambil laporan Kia, meneliti dengan seksama. Setelah meneliti Dekan mengangguk dan tersenyum.
"Baik Kia, laporanmu saya terima, bapak mohon maaf sudah tidak mempercayaimu. Lanjutkan kegiatan yang sudah kalian rencanakan. Bapak tunggu SPJ lengkapnya" jawab Dekan dengan bijak.
"Terim kasih Pak" jawab Kia agak keras dan melirik ke Melly, Kia menang.
"Melly" panggil Pak Dekan ke Melly saat Kia memberesi laporan dan uangnya.
"Ya Pak"
"Sekarang kamu lihat sendiri kan? Kia membawa uang itu dan laporan penggunanaanya dengan jelas. Minta maaflah ke Kia, apa yang kamu tuduhkan tidak benar" tutur Pak Dekan semakin memperjelas kalau Melly biang keroknya.
Dengan terpaksa dan memendam geram, Melly meminta maaf ke Kia. Melly mengiba dan menjadi semakin tidak punya harga diri di hadapan Kia.
Kia pun mengangguk memaafkan karena mereka disaksikan dosen. Sebenarnya Kia ingin menjambak dan memaki Melly. Tapi apa daya, dia harus menjaga sikapnya.
Kalau mau Kia juga bisa membalas Melly, melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Tapi ya sudahlah, Kia memang baik hati memilih menjauhi Melly.
Bersikap elegan lebih baik, itu menunjukan kualitas dirinya. Jika membalas perlakuan Mely hanya membuang waktu dan tenaga.
Setelah meminta maaf, menahan malu yang amat sangat karena mely kalah telak. Mely keluar lebih dulu meninggalkan Kia.
***
Sesampainya di kelasnya Kia duduk dan meremas gagang tasnya. Mengingat semuanya.
Melly sudah merebut pacarnya, Melly juga yang membuat Kia harus tidur bersama laki-laki tak dikenal itu. Tapi kemudian Kia berfikir, dengan kejadian ini, Kia jadi tahu siapa Jeje.
Setidaknya Kia bisa terbebas dari laki-laki yang tidak baik. Tapi tetap saja kenapa Kia harus merelakan kesucianya untuk orang yang belum jadi suaminya, tidak dikenal malah. Rasanya tetap menyakitkan.
"Haahh" Kia menghela nafasnya mencoba melepaskan gundahnya.
"Fokus kuliah Kia!" gumam Kia dalam hati lalu mengambil bukunya.
Kia bertekad, mengubur dalam-dalam malam kelamnya itu. Yang penting masalahnya terselesaikan.
Kia harus fokus kuliah, menyelesaikan pendidikanya, menjalankan wasiat ibu dan ayahnya.
****
2 bulan berlalu. Kia menjalani kehidupan kuliahnya dengan baik. Meski masih saling menghindar, Kia memilih tidak memperdulikan Jeje ataupun Melly lagi.
Kia tetap aktif berorganisasi dan menjadi mahasiswa bintang di kelasnya. Bisnis online yang bernilai receh itupun tetap berjalan.
Uang sisa yang diberikan laki-laki tak dikenal itu masih dia simpan rapih di kotak rahasianya. Sebenarnya Kia pernah memberikan uang itu ke Cyntia tapi Cyntia menolak.
Kia tidak berani menggunakan uang itu untuk keperluan dirinya. Kia juga merasa, pilihanya merupakan kesalahan. Kia merasa uang itu bukan uang halal dan berkah.
Kia tidak ingin menikmati uang itu. Hendak Kia sumbangkan, tapi Kia juga merasa uang kotor itu tidak pantas disumbangkan.
Siang itu Kia selesai kuliah dan hendak latian teater bersama Cyntia.
"Ke kantin yuk! Isi perut sebelum latian" ajak Cyntia ke Kia.
"Gue nggak pengen makan. Gue mual banget dari kemarin. Badan gue rasanya ngantuk terus" tutur Kia mengutarakan keadaan tubuhnya.
"Lo sakit?"
"Nggak tahu, tiap bangun tidur gue mual, apalagi bau makanan. Males gue ke kantin"
"Udah priksa belum?"
"Belum, cuma minum obat, beli di apotik"
"Ada perubahan nggak? Udah berapa lama lo sakit"
"Sama aja sih. Satu mingguan" jawab Kia mengingat awal mulanya dia sakit.
"Ish, periksa sih sono! Jangan-jangan lo typus" tutur Cyntia memberitahu.
"Iya yah? Ya udah, gue nggak latian ya, gue priksa dulu" jawab Kia merasa saran Cyntia benar.
"Lo mau ditemenin nggak?"
"Nggak, lo latian aja! Gue periksa sendiri aja"
"Oke, hati-hati yaa. Daah"
"Makasih Cyn"
Kia pun periksa ke klinik di dekat kampus sendirian. Setelah mendaftar, Kia masuk ke ruang periksa, menyampaikan keluhanya dan mendapatkan pemeriksaan.
"Nona kapan terakhir menstruasi?" tanya Dokter klinik.
Mendapat pertanyaan dokter, Kia diam mengingat-ingat kapan menstruasi terakhir. Kia menelan ludahnya, ternyata Kia sudah telat 2 bulan. Dokter kemudian mengangguk dan melanjutkan pemeriksaan.
Tidak menunggu lama hasil laborat Kia keluar. Dan Dokter menyampaikan kalau Kia hamil. Kia seperti tersambar petir, tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya serasa melemas sepeti tidak mempunyai tulang.
"Aku hamil?" gumam Kia sambil berjalan keluar dari klinik.
Kia berhenti di tengah jalan, bingung apa yang harus dia lakukan terhadap janinya. Kepada siapa Kia meminta pertanggung jawaban. Wajah laki-laki yang menidurinya saja lupa, tahu namanya pun tidak.
"Cyntia" gumam Kia lagi. Kia memutuskan kembali ke kampus menemui Cyntia.
Kia langsung mencari Cyntia ke ruang teater. Kia menariK Cyntia keluar dan menceritakan masalahanya sambil menangis.
"Lo hamil?" tanya Cyntia kaget.
"Huum" jawab Kia mengangguk.
"Lo nggak pake pengaman? Lo nggak minum obat KB?" tanya Cyntia.
"Ya mana gue tau hal begituan, gue juga nggak ada persiapan" jawab Kia jujur.
"Aduh Kia kenapa lo bodo banget sih. Kalau mau layanin pelanggan tu persiapan dulu. Gue lupa nggak kasih tau lo lagi" tutur Cyntia.
"Terus gimana?"
"Lo gugurin aja!" ucap Cyntia.
"Nggak, gue nggak mau lakuin salah yang kedua kalinya"
"Sory, terus gimana? Gimana kuliah lo? Gimana ipar dan kakak lo?"
"Lo tau nggak siapa laki-laki yang bayar gue malam itu? Dimana gue bisa temuin dia? Lo bisa cari tau nggak siapa namanya?"
"Nggak Ki, temen gue nggak kasih tau, temen gue juga cuma tau dari asistenya, itu juga dirahasiain"
"Hiks" Kia menangis mengelus perutnya.
****
Tanpa diketahui Kia dan Cyntia, ternyata Melly menguping dan merekam percakapan mereka.
Untuk yang kedua kalinya Melly menyerang Kia dan Cyntia. Melly memutar percakapan mereka berdua dari pusat informasi kampus.
Pagi hari itu, saat Kia dan Cyntia masuk ke kampus semua memandang sinis ke mereka. Bahkan beberapa mengatai merela berdua pe*acur, perempuan bayaran dan sebagainya.
Dan untuk yang kedua kalinya, Kia dipanggil ke ruang Dekan, tapi kali ini bersama Cyntia dan mengundang keluarga masing-masing. Orang tua Cyntia yang sedang di luar negeri tidak datang. Keluarga Kia yang datang iparnya.
"Jawab pertanyaan Mba, Ki! Benar kamu ikut prostitusi online? Hah?" tanya Ipar Kia di hadapan Dosen dan Cyntia. Kia dan Cyntia menunduk tidak menjawab.
"Benar kamu hamil?" tanya Kpar Kia lagi.
Kemudian Dosen memberikan rekaman percakapan Kia dan Cyntia. Dan sontak Ipar Kia memutuskan, meminta pihak kampus mengeluarkan Kia. Ipar Kia pun menyeret Kia untuk pulang.
"Liat Mas adek kamu! Memalukan, dasar, manusia nggak berguna, sudah jadi benalu, mengotori keluarga" umpat Ipar Kia di depan kakaknya.
"Benar Kia? Kamu hamil dari hasil kamu menjual diri?" tanya Kakak Kia serius.
Kia hanya menangis, Kia tidak berani menjawab.
"Maafin Kia Kak" tutur Kia sambil terisak.
"Siapa bapaknya?"
"Kia nggak tahu Kak" jawab Kia jujur
"Hoooh" Ipar Kia tercengang dan mencibir Kia.
"Dengar kan Mas! Saking banyaknya yang menidurinya, sampai nggak tahu siapa bapaknya. Bilangnya aja jualan online, ternyata ini sumber kamu dapat uang? Menjijikan!"
"Nggak Kak! Kia cuma sekali" jawab Kia menyanggah tuduhan iparnya.
"Terus siapa bapaknya?"
"Kia nggak tau"
"Gugurkan kandunganmu, atau pergi dari sini!" ucap Ipar Kia spontan.
"Sayang, dia adikku"
"Mas, bentar lagi aku lahiran, kita akan punya anak. Kalau Kia juga hamil dan nggak punya ayah, siapa yang akan biayain? Siapa yang akan urusin. Aku juga nggak mau semua tetangga menggunjing kita. Mas nggak kasian sama anak kita kalau nanti dikatain punya tante pe**cur?"
"Kia, dengarkan kakakmu, gugurkan kandunganmu!"
"Nggak Kak, Kia nggak mau lakuin kesalahan yang kedua kali"
"Dasar bodoh, bener-bener nggak punya otak. Terus apa solusi kamu! Aku nggak mau hidup satu rumah dengan ja*ang sepertimu"
"Kia, dengarkan mbakmu, itu solusi terbaik"
"Tapi Kak, itu dosa" jawab Kia.
"Hah dosa? Kamu bilang dosa? Terus yang kamu lakukan itu apa? Telat kamu bahas dosa! Mas, sekarang pilih, biarkan aku pergi atau adikkmu ini yang pergi?" tutur Ipar Kia.
Kia menyadari kesalahanya sudah melakukan dosa besar. Kia tidak mau melakukan dosa lagi dengan membunuh bayinya.
Meski entah bagaimana membesarkanya, Kia bertekad membesarkan bayinya. Kia memilih pergi dari rumah kakaknya.
Dari bisnis online, Kia mempunyai sahabat yang sering memberi kajian di grup. Kia kemudian memutuskan untuk menemui sahabatnya itu dan mencurahkan permasalahanya.
Dan benar saja, ternyata sahabatnya itu seorang aktivis perempuan. Lalu Kia diberi alamat suatu desa provinsi Y.
Kia kemudian mendatangi tempat itu, Yayasan Srikandi. Di situ mirip seperti pesantren. Tapi menjadi home industri.
Di tempat itu banyak kegiatan pelatihan ketrampilan, hasilnya dijual. Di situ juga ada kegiatan keagamaan.
Kia kemudian mendatangi ketua yayasan dan menceritakan masalahnya. Dengan tangan terbuka pemilik yayasan menerima Kia.
Kia hidup di yayasan itu. Belajar menjadi perempuan yang produktif, mempelajari agama, bertaubat dan membesarkan anaknya. Teman-temanya juga selalu memperlakukanya dengan baik.
7 bulan berlalu. Kini Kia sudah mendekati waktu lahiranya. Beruntung, Kia berada di tengah-tengah orang-orang baik.
Teman-teman Kia sangat antusias menanti buah hati Kia. Semua siap siaga menemani Kia menjalani proses kelahiranya.
Dan berkat ijin Tuhan, dibarengi dengan usaha Kia. Kia berhasil melahirkan secara normal dan cepat. Kia melahirkan seorang putra dengan yang tampan dan sehat.
Kemudian teman-teman yayasan memberinya nama Pangeran.
7 tahun berlalu.
"Ibuuk" panggil Ipang girang.
Anak usia 6 tahun yang tampak sangat tampan, berkulit bersih dan berhidung mancung. Dia berlari mendekat ke ibu muda berjilbab yang tampak sibuk dengan laptopnya.
Setelah tinggal di yayasan, mengikuti kajian rutin, Kia memutuskan untuk mengubah penampilanya berjilbab. Berusaha menjadi hamba yang taat, dan belajar memperbaiki diri. Mengingat masalalunya, meski terpaksa dan hanya sekali, tetap membuat Kia merasa sangat berdosa.
"Eh sayangnya ibuk sudah pulang, bilang apa kalau baru pulang?" jawab Kia menoleh ke Pangeran putranya, yang dipanggil Ipang.
"Assalamu'alaikum Ibuuk" jawab Ipang mencium tangan ibunya.
"Waalaikum salam sayangnya ibuk" jawab Kia penuh kasih sayang, menciumi kepala Ipang. Kemudian menutup laptopnya.
Setelah tidak kuliah, Kia mempunyai hobby baru yaitu menulis. Di samping berjualan online, Kia iseng- iseng mengikuti lomba nulis yang diadakan penerbit di Ibukota. Kalau menang tulisan Kia bisa akan dijadikan serial drama di stasiun TV.
Kia sekarang juga sudah menjadi ibu yang mandiri. Bahkan Kia tidak tinggal di yayasan lagi. Kia sekarang membeli rumah kecil di desa itu.
Kedatangan Kia ke Yayasan juga memberi keuntungan. Kia berhasil membantu memasarkan hasil karya dari yayasan Srikandi lewat online.
Barang-barang dari yayasan berupa tas rajut, aksesoris dari pelepah pisang. Beberapa makanan daerah dari tumbuhan. Kripik pisang aneka rasa, kue dan lain sebagainya.
"Ipang lolos audisi, bahkan kata juri Ipang terbaik, Kia" tutur Fatimah ke Kia.
Fatimah teman Kia yang membantu mengasuh Ipang. Ipang baru saja mengikuti audisi pencarian bakat babak pertama.
"Oh iya?" tanya Kia lembut.
"Iya! Kalian besok berangkat ke Ibukota. Bersiap-siaplah!"
"Benarkah?"
"Iya Buk, ayo kita ke kota" sambung Ipang bersemangat, Ipang ingin segera keluar dari desa.
"Oh iya Ki, video Ipang yang perform di nikahan Lili, aku upload. Ternyata viral dan banyak yang suka. Baru satu jam udah 10 juta yang lihat" jelas Fatimah lagi menunjukan video Ipang di youtube.
"Oh iya? Masya Alloh, Alhamdulillah hebat kamu Nak" ucap Kia mengelus rambut Ipang, menciumnya kemudian menyuruhnya duduk di pangkuanya.
Entah turunan dari ayahnya atau memang hadiah dari Tuhan. Ipang tumbuh menjadi anak yang lain dari pada yang lain. Ipang mudah sekali menghafal sesuatu. Baik do'a, lagu-lagu ataupun kisah-kisah.
Ipang sangat suka membaca dan menyanyi. Tidak berhenti di situ, Ipang juga pandai bercerita dan menirukan suara-suara binatang ataupun suara orang-orang penting.
Dari kelebihan Ipang, orang-orang disekitarnya sangat menyukainya. Bahkan Ipang sering dimintai tolong untuk menghibur warga di acara nikahan. Menjadi pendongeng di selingi sajian lagu-lagu.
Jika yang mengundang Ipang orang nikahan, Ipang bisa menyajikan kisah-kisah tentang pernikahan. Jika di sekolah, Ipang bisa menceritakan legenda-legenda.
Entah darimana dan bagaimana Ipang menghafal. Tapi Ipang begitu lincah seperti pendongeng profesional.
Teman-teman Kia dari yayasan berinisiatif merekam penampilan Ipang. Kemudian mengupload di youtube. Penjelajah dunia maya kemudian mengagumi penampilan Ipang. Mereka terhibur, terkagum dan dibuat tertawa saat menonton Ipang.
Bahkan Ipang menjadi viral dan trending topik. Terutama lagu-lagu yang Ipang nyanyikan. Suara khas anak kecil itu membuat lagu Ipang semakin digemari.
Tidak terkecuali buat laki-laki pemilik stasiun TV di ibukota. Saat Ipang menyanyikan lagu ayah trending di youtube.
Aslan Nareswara, seorang pengusaha hebat langsung tertarik bahkan memutarnya berkali-berkali.
Dulunya dia seorang artis dari keluarga kaya. Karena ayahnya pensiun, sekarang Aslan fokus melanjutkan usaha ayahnya.
Dialah laki-laki yang tidur dengan Kia malam itu. Seorang pengusaha sukses dan ternama. Bahkan dia menjadi konglongmerat nomer satu di negaranya.
Aslan Nareswara mempunyai stasiun televisi, dapur rekaman, stasiun radio, perusahaan penerbitan. Dia juga mempunyai hotel, resort dan tempat wisata di pulau terpencil.
Untuk aset-aset pribadi dia juga mempunyai beberapa villa, pesawat pribadi dan kendaraan mewah lainya.
Di sudut ruang di lantai teratas sebuah kantor, laki-laki berumur 32 tahun itu meneteskan air mata. Tidak ada yang tahu ataupun melihatnya.
Laki-laki itu mendengarkan setiap detail perkataan Ipang. Padahal Fatimah baru mengupload dua video Ipang, tapi Aslan langsung tertarik.
"Berungtungnya orang tua anak ini" guman Aslan.
Video yang diupload Fatimah adalah video Ipang saat mendongeng di acara nikahan. Memberi pesan ke pengantenya menjadi pasangan yang sakinah mawadah warohmah. Ipang juga memberitahu anak yang sholeh kelak akan menolong orang tuanya di akhirat.
Di akhir cerita Ipang juga menyanyikan lagu tentang ayah. Itu yang membuat daya tarik tersendiri. Suara Ipang begitu menyentuh dan menyampaikan pesan dengan baik.
****
Di sebuah ruang rumah sederhana di desa, anak dan ibu muda itu tampak sedang menikmati sarapan. Rupanya anak dan ibu itu sudah bersiap hendak mencari sekolah untuk anaknya.
"Ibuk"
"Iya sayang, kenapa?"
"Ipang nggak mau sekolah SD di sini"
"Kenapa?"
"Nanti Ipang di suruh cerita terus" ucap Ipang polos.
Pernyataan Ipang memang benar adanya, warga di sekitar rumah Ipang sudah tahu siapa Ipang, mereka akan bersikap berlebihan ke Ipang.
"Baiklah, nanti kita cari sekolah swasta di kota kabupaten ya. Sekarang makan sarapanya" tutur Kia dengan penuh keibuan.
"Bukan di kabupaten"
"Terus dimana?"
"Di ibukota"
"Ibu kota?" tanya Kia kaget dan tersedak mendengan ucapan putranya.
"Iya Buk. Kita kan mau ikut audisi di Ibukota, Ipang juga mau sekolah di sana"
"Ehm.. Ehm" Kia berdehem kemudian berfikir dalam mendengar permintaan putranya.
Asal muasal Kia memang dari ibukota. Sejujurnya ada rasa rindu Kia terhadap kehidupan di sana. Makam orang tuanya, saudaranya, teman-temanya. Tapi Kia masih merasakan kepedihan kejadian 7 tahun lalu itu.
"Buk, ibuk juga lagi ikut lomba ajuin tulisan ibuk kan?" tanya Ipang lagi.
"Iya Nak"
"Ya udah kita tinggal di ibukota aja"
"Tapi kan rumah kita di sini sayang, kita ke ibukota buat audisi aja"
"Ipang akan menang Bu, Ipang akan bantu ibu. Kita beli di rumah di ibukota" jawab Ipang semangat, entah kenapa anak Kia itu sangat ingin tinggal di Ibukota.
Kia tersenyum mengangguk. Apa memang sekarang waktunya Kia kembali ke tempat asalnya.
"Baiklah. Tapi kalau nggak menang kita balik kesini ya"
"Pasti menang Buk" jawab Ipang.
Siang itu Kia dan Ipang berpamitan ke Fatimah, pemilik yayasan beserta tetangga terdekatnya. Naskah yang Kia tulis ternyata mendapat respon dari penerbit. Kia diundang mengikuti seleksi selanjutnya. Ipang juga akan mengikuti ajang pencarian bakat.
"Hati-hati di jalan ya" ucap Fatimah sahabat Kia.
"Makasih ya Fat" ucap Kia.
****
Sekitar pukul 19.00, Kia dan Ipang sampai di sebuah hotel bintang lima. Ipang begitu bersemangat menyambut udara hangat dengan lampu-lampu berkilauan. Berbeda dengan rumahnya di desa, udaranya dingin dan banyak pohon.
Sementara Kia, jantungnya berdebar kencang. Ada kegetiran mengingat masalalunya. 20 tahun Kia hidup di tengah hiruk pikuk kota itu. Dan 7 tahun Kia meninggalkanya, sekarang Kia kembali.
Apa Kia akan bertemu dengan orang-orang di masalalunya. Apakabar Cyntia? Apa dia masih terjerumus dalam dosa akibat pelarian kesepianya? Apa kabar kakak, ipar dan keponakanya? Anaknya lebih tua beberapa bulan dari Ipang. Apa kabar Jeje dan Melly? Akankah hidupnya lebih baik?
"Huuuft" Kia menghela nafasnya lembut.
"Ibuk, Ipang suka buku ini, sudah selesai Ipang baca" ucap Ipang selesai membaca buku. Entah dimanapun berada Ipang sangat suka membaca.
"Oh iya. Nanti ibuk belikan lagi ya, sekarang tidur dulu ya" ucap Kia.
"Ibu berapa lama kita menginap di hotel?" tanya Ipang.
"Selesai urusan ibu dan kamu, besok ibu akan ke kantor itu dulu"
"Kenapa nggak cari rumah aja Bu? Ipang mau sekolah di sini" Ipang kembali mengungkapkan keinginanya ingin tinggal di kota.
"Besok ibu fikirkan ya" jawab Kia.
"Bukan fikirkan Bu, tapi segera cari"
"Kenapa Ipang ingin tinggal di sini?"
"Karena di sini semuanya mudah di dapat. Pokoknya Ipang mau sekolah di sini"
"Baiklah besok kita cari rumah ya, doain naskah ibu terpilih"
"Iya Buk"
****
Pagi itu Ipang dan Kia sudah siap pergi ke kantor penerbit. Karena mereka hanya berdua, Kia mengajak Ipang.
"Sayang, nanti nggak boleh nakal ya, di sini banyak orang jahat. Kamu harus selalu di dekat ibu" tutur Kia menasehati Ipang saat berada di taxi online.
"Iya Buk. Ibu gedungnya tinggi- tinggi sekali, seperti di buku" celetuk Ipang mengagumi suasana kota.
"Kamu suka?"
"Sangat suka, Ipang nanti juga mau punya gedung tinggi Bu" ucap Ipang mengeluarkan mimpinya.
Kia hanya tersenyum mengangguk, mengelus rambut ipang.
"Itu semua mustahil Nak" gumam Kia dalam hati. Buat Kia perkataan Ipang hanya perkataan anak kecil yang sedang berada di masa bermimpi.
Tidak lama Kia sampai di depan perkantoran dengan halaman yang indah. Gedung itu terlihat tinggi sekali, Kia mencocokan nama kantor itu dengan email yang diterima. "Nareswara Group"
"Benar ini gedungnya, bismillah" gumam Kia menggenggam Ipang.
"Sayang jadi anak baik ya. Oke" bisik Kia memberitahu Ipang.
"Iya Bu" jawab Ipang.
Kia dan Ipang kemudian melangkah memasuki kantor itu.
Saat Kia masuk, semua orang di kantor memandang sinis ke Kia. Karena Kia membawa anak kecil. Lalu Kia di hadang security.
"Ibu berhenti!" ucap security
"Iya Pak"
"Di sini di kantor, bukan taman bermain, dilarang membawa anak kecil memasuki kantor"
"Mohon maaf Pak, anak saya sendirian, saya tidak mungkin meninggalkanya. Dia anak yang pintar dan tidak akan mengganggu" jawab Kia menjelaskan.
"Tetap tidak bisa!"
"Pak saya hanya sebentar" ucap Kia.
"Tidak Bu, biarkan anak ibu di sini atau tidak usah masuk"
"Ipang mau ikut Ibuk, Ipang nggak mau disini" celetuk Ipang tidak mau ditinggal.
"Iya Nak. Ibu nggak ninggalin kamu kok"
"Kalau Ibu tidak mau mengikuti aturan, silahkan keluar"
"Pak, saya jauh- jauh dari kota Y Pak, ijinkan saya bertemu dengan editor, saya hanya ingin menyampaikan naskah saya dan membicarakan kontrak kami. Ini undangan untuk saya" tutur Kia menjelaskan
"Tapi dilarang membawa anak ke kantor Bu, silahkan keluar" ucap Satpam tegas.
"Ibuk Ipang ikut" celetuk Ipang sambil menangis takut mendengar satpam membentak.
"Pak tolong pelankan nada anda, anak saya takut" jawab Kia lembut sambil mengelus rambut Ipang.
"Ada apa ini? Mengganggu sekali" tanya seseorang dari arah pintu hendak melewati Kia dan Security.
Satpam dan beberapa pegawai saling menundukan kepala memberi hormat ke laki-laki itu. Dia bertubuh tinggi kekar, kulitnya sangat bersih dan bermata biru. Meski tidak begitu dekat pria itu beraroma sangat wangi.
Pria berdasi itu diikuti dua pegawai. Kemudian dia melepas kacamata hitamnya menatap tajam ke Kia dan Ipang. Kia menunduk merasa tidak nyaman membuat keributan di pintu masuk, apalagi sekarang ditatap tajam seperti itu.
Sambil menangis Ipang justru menatap ke laki-laki bertubuh tinggi di depanya. Mereka saling tatap, tapi Aslan tidak begitu memperhatikan Ipang, Aslan lebih fokus ke perempuan cantik yang menundukan kepala itu. Rasanya seperti tidak asing.
Sementara Rendra pengawal Ipang kaget melihat mata anak itu. Matanya sama seperti mata Aslan. Hidung dan kulitnya juga sama, hanya saja alis dan bentuk wajahnya lebih mirip ke perempuan berjilbab di depanya.
"Selamat Pagi Tuan" sapa security.
"Siapa dia? Kenapa pagi-pagi ada anak kecil menangis di sini, berisik sekali" tanya Aslan.
"Dia mengatakan akan menemui Bu Rosa, saya larang dia karena membawa anak kecil Tuan" jawab Security menjelaskan.
"Bagus, jangan biarkan anak kecil kelayapan di sini" ucap Aslan tegas membuat Kia mengangkat wajahnya dengan mata terbelalak.
"Pak, saya jauh-jauh kesini memenuhi undangan kalian. Saya harus bertemu Bu Rosa" ucap Kia berani dan menatap Aslan.
"Berani sekali kamu!" ucap Aslan tidak terima ditatap.
"Kenapa tidak? Kalian semua tidak punya perasaan, apa salah saya membawa anak, anak saya baik dan tidak menganggu, saya hanya akan menyampaikan ini"
Kia menunjukan kertas ditanganya dan memarahi Aslan. Para pegawai Aslan kemudian menjadi salah fokus dan ikut memperhatikan.
Rendra kemudian maju menghalangi Kia dan Aslan.
"Silahkan tinggalkan kantor kami Nyonya. Tolong jangan buat keributan di sini" ucap Rendra.
"Minggir kamu, dasar manusia tidak berperasaan, gue sumpahin kalian semua nggak punya anak! Saya nggak akan datang kesini kalau tidak diundang! Cih" umpat Kia kesal. Menatap 4 laki-laki didepanya dengan berani.
"Jaga ucapan anda Nyonya"
"Saya kesini diundang mengantar ini. Nih! Nyesel saya kesini!" jawab Kia kesal menghamburkan naskahnya di depan ketiga pria itu.
"Kurang ajar" gumam Aslan merasa sakit hati disumpahi tentang anak.
Aslan mengepalkan tanganya ingin maju. Tapi Kia sudah berbalik arah dan menggendong Ipang pergi.
"Maafkan kami Tuan" ucap Security lalu memunguti kertas yang berhamburan di lantai.
Aslan menatap Kia dan Ipang pergi. Digendongan Kia, Ipang masih terus menatap orang-orang yang menurutnya aneh. Aslan dan Ipang saling tatap meski saling menjauh.
"Gue nggak asing dengan anak dan ibu itu? Bukankah dia yang ada di youtube atau hanya mirip" gumam Aslan. Lalu melirik kertas yang dibawa Security hendak dibuang ke tempat sampah.
"Pak berikan padaku" ucap Aslan penasaran
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!