NovelToon NovelToon

Para Penakluk Bima Sakti

Misi Pertama

" Memangnya dengan cara apa kalian mencoba mengambil hati keponakan-keponakan om?" Om Guruh menembakkan senjatanya beberapa kali, dia sedang mencoba prototipe senjata baru yang sedang diproduksi oleh perusahaan keluarga kami.

" Ya seperti mendekati gadis kebanyakan lah om, mereka kan pasti suka tuh kalo dikasih bunga, coklat dibawa jalan-jalan ke mall... Gitu-gitu lah " Uncle G kuadrat tertawa mendengar penjelasan si kunyuk Nakula, dia ini memang sok tahu anaknya. kami berdua menggaruk kening kami, mencoba menyembunyikan perasaan malu kami yang sudah sampai di ubun-ubun.

" Pantas saja kalian dicuekin sama mereka, memangnya mereka tipe cewek kebanyakan?? Target kalian itu calon tentara loh " Bagaikan lampu yang tiba-tiba menyala diatas kepala kami, seketika kami bertaubat atas dosa-dosa yang pernah kami lakukan selama ini. Selama kami berjuang dengan semangat juang 45 untuk menaklukkan gadis pujaan hati kami.

Kedatangan uncle G kuadrat adalah sebagai langkah terakhir bagi kami untuk menaklukkan hati gadis kembar pujaan hati kami, entah sudah berapa ratus cara yang kami tempuh untuk sekedar mendapatkan perhatian mereka. Ditambah dengan kehadiran si Langit sang kakak yang selalu awas terhadap dua adik kembarnya nya itu menambahkan level kesulitan perjuangan kami.

Untung nya uncle G kuadrat tengah berbaik hati terhadap kami yang sudah sangat berputus asa ini, mereka memberikan jurus-jurus jitu bagaimana menaklukkan hati mereka yang dirangkum dalam sebuah rancangan misi. Misi menaklukkan sang pujaan hati, setelah kami membeberkan semua yang pernah kami lakukan untuk itu.

Misi pertama nya adalah menjadikan mereka layaknya sebagai adik, sebagaimana seorang adik yang selalu mendapat kan perlindungan dan kasih sayang dari kakaknya. Usia mereka lebih muda 4 tahun dari kami, Nakula dan aku seumuran dengan Langit.

" Emangnya lu ngerti gimana caranya?? kita gak pernah punya adik selama ini " Nakula memang tidak pernah memperlakukan aku sebagai adik toh kami anak kembar, perbedaan usia kami paling hanya beberapa menit.

" Udah...kita coba aja lah mumpung si Langit lagi di Papua, setahun kan harimau penjaga itu disana "

" Ya udah lu hubungi mereka deh, kita ajak hiking Minggu besok "

" Belanja dulu nyuk, emang lu punya peralatan hiking? spokat kita aja sniker semua kagak bisa dipake hiking cuy "

Yes....Disaat rata-rata gadis menyukai mall sebagai tempat untuk menghabiskan waktu, dua gadis incaran kami lebih menyukai alam dan segala macam yang ada didalamnya untuk mereka habiskan waktu bersama. Unik kan??

Sabar Sadewa....Demi Laluna tercinta...

Hari yang dinantikan pun tiba, meski awalnya mereka menolak karena mengira kami akan mengajaknya kembali berkeliling di mall seperti terakhir kalinya kami mengajak mereka, lucunya mereka langsung menerima ajakan kami dengan antusias setelah kami beritahukan kemana tujuan kami mengajak mereka. Hiking ke Puncak Bogor berjalan diantara hamparan kebun teh.

Ini mah penghematan namanya, yang boros cuma belanjaan persiapan peralatan buat nanti.

" Kak Kula tumben ngajakin kita hiking, memangnya kakak kuat mendaki tanjakan?" Aurora target misi si kunyuk Nakula yang bertanya saat kami menjemputnya dirumahnya.

Ada kejadian yang tak kalah lucunya ketika kami sedang meminta ijin kepada om Axy dan Tante Axel orangtua kedua gadis itu, selain wejangan- wejangan wajib yang diberikan oleh bapak beserta ibu Jenderal untuk menjaga keselamatan kami selama disana, mereka menitipkan kami kepada kedua anak kembarnya.

" Ra...Na, jagain kak Nakula sama Sadewa nanti selama disana " Begitu wejangan terakhir pak Jenderal yang terhormat kepada anak gadis kembarnya.

WHAT???? Yang jadi cowok siapa disini?? Kita om cowoknya, anak-anak om itu cewek semua...hellow...

" Iya nih Ra...Kita lagi pengen menikmati suasana baru, sumpek dikota terus " Kembali ke percakapan kami dihalaman rumah mereka saat kami sedang memasukan barang-barang kedalam kabin belakang, lalu Nakula memasang penutup nya sebelum kami memulai petualangan kami.

" Kak Dewa seneng juga naik gunung??" Laluna terkasih akhirnya bertanya padaku dengan nada yang terdengar lembut ditelinga ku ini, selama ini mereka berdua memanjakan pendengaran kami dengan nada suara sopran dan mezzo sopran nya.

" Iya Na... Sejuk dan indah pemandangan nya, bikin adem mata dan hati " ku perlihatkan deretan gigi putihku dengan sedikit sentuhan taring dikedua sisinya yang sempurna ini, berharap dia akan terpesona dengan nya.

Sepanjang perjalanan mereka banyak bercerita tentang pengalaman mereka menghabiskan waktu berkemah diatas gunung bersama sang ayah dan kakak tercinta nya, jujur kami kurang memahami apa yang mereka coba ceritakan, yang kami pahami adalah bagaimana cara merakit sebuah senjata, membuat rangka mobil tank dan lainnya. Tapi demi para gadis kesayangan kami, kami rela menjadi pendengar mereka yang paling setia. Ini juga termasuk dalam SOP misi yang diberikan oleh paman kembar mereka di urutan nomor wahid. Be a good listener.

Tak lama kami sampai di lokasi, kami memarkirkan mobil di villa milik keluarga legendaris Bima Sakti, dan kami akan melanjutkan perjalanan kami setelah kami menikmati santap siang yang sudah disediakan oleh istri pak Ujang. Para penjaga setia villa keluarga.

Kami baru menyadari ternyata udara pegunungan itu memang menyejukkan, apalagi jika kekasih hati kami berada dekat dengan kami. Dan konon katanya di villa ini pula om Axy dan tante Axel memadu kasih...Eehhh tapi kabarnya disini pernah terjadi sebuah peristiwa menegangkan antara mereka.

" Mau tidur siang dulu apa langsung jalan nih? lokasinya gak jauh kok dari sini, cuma tiga jam jalan kaki ?" Aurora bertanya, dia mengecek isi ranselnya.

What???? Tiga jam jalan kaki???? Oh nooooo!!!! Sabar Dewa...sabar.....

Sepertinya suara hati Nakula juga sama jika melihat perubahan diwajahnya.

" Oke lah kita kemon..." Kan si kunyuk itu asal bunyi aja mulutnya. Awas aja nanti minta tolong pas tanjakan.

Awal perjalanan masih kuat dong kita, tanjakannya tidak terlalu tinggi dan pemirsa disini benar-benar indah. Kenapa tidak dari dulu yah kita kesini??? Hidung kami dimanjakan dengan wangi dedaunan disepanjang perjalanan, mata kami dimanjakan dengan pemandangan hijau yang terhampar luas sejauh mata memandang.

Tuhaaann.... Sungguh indah ciptaan mu ini...

Satu jam sudah kita berjalan menelusuri perkebunan teh hingga ujung garis batas antara perkebunan dan hutan lindung, kami mulai menelusuri kawasan hutan pinus, udara semakin terasa dingin disini.

" Kakak mau istirahat disini dulu atau mau lanjut?? Mending pake jaketnya dulu kak " Laluna menghentikan langkahnya, dia seperti mengkhawatirkan keadaan kami.

" Mending lanjut kali yah, biar kita cepet sampe puncaknya " Nafasku dan Nakula sudah separuh nyawa pemirsa, tapi melihat kedua gadis dihadapan kami yang masih santai seperti itu ego kelaki-lakian kami memberontak seketika.

" Nih ka, minum dulu "

Owh my dear God, Laluna ngasih botol minumnya sama aku.... terimakasih Tuhan atas berkah mu...

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak ini adalah cerita tentang Aurora dan Laluna dan dua cowok kembar yang tak mengenal kata menyerah untuk mendapatkan hati mereka.

Untuk memahami jalan cerita ini, sebaiknya kakak-kakak membaca novel Gadis Tomboy Kesayangan Sang Baret Merah terlebih dahulu.

Terimakasih 😉😉

Happy Reading 🤗

Misi Pertama 2

" Kak Dewa sama kak Kula yakin gak mau istirahat dulu?? Masih satu jam lagi loh perjalanan kita " Aurora melihat wajah kami yang mulai terlihat pucat. Kami memang sudah sangat lelah saat ini, ini adalah perjalanan hiking pertama kami.

" Udah Ra, mending istirahat dulu aja sekalian kita juga istirahat dulu deh " Luna menurunkan ranselnya. Dia mengeluarkan kursi lipat kecil dari dalam ranselnya dan menduduki nya.

Whatt??!! Kursi lipat kecil?? Emang itu tas beratnya segimana si?? Kok si kunyuk Nakula gak ngasih tau musti bawa begituan...

" Huh...hah...." Nakula dan aku membuang nafas kami dengan kasar keudara, berharap jantung kami yang masih dah dag dig dug der ini segera mereda. Kami merebahkan tubuh kami di rerumputan dibawah pohon pinus.

" Masih jauh yah Ra?" Nakula melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Untuk kali ini aku setuju dengan tindakan nya, aku juga ingin segera mencapai puncak dari perjalanan kami. Rasanya badan ini sudah remuk!

" Bentar lagi kita sampai kok ka, percaya deh...Kak Kula sama kak Dewa gak bakalan nyesel " Antusias yang ditunjukkan oleh Aurora meyakinkan kami untuk tetap melanjutkan perjalanan ini.

" Oke...Bentar lagi kita jalan lagi aja yah...Kak Kula penasaran nih sama tempatnya..."

Lima menit kami meredakan irama jantung kami yang sempat berdegup kencang akibat jalanan menanjak yang kami tempuh, dan benar saja setelah lima belas menit kami pun mencapai puncak. Sayang disana telah diselimuti oleh kabut tebal hingga kami tidak bisa melihat pemandangan yang Aurora dan Laluna katakan secara langsung.

" Mending kita buat tenda dulu deh, takutnya ujan " Laluna dan Aurora menurunkan tas carier nya dan mengeluarkan peralatan tenda nya, kami pun sama.

Aku dan Nakula berbagi tugas dalam mendirikan tenda kami, sialnya kami lupa pipa penyangga mana yang harus dipasang disebelah mana walhasil meski sudah bersusah payah dan dengan penuh perdebatan sengit, tenda kami ambruk untuk kesekian kalinya. Dan yang lebih memalukan nya lagi adalah ketika tanpa kami sadari sepasang netra tengah memperhatikan kami selama itu.

" Sini kak kita pasangin " Laluna mengambil alih pekerjaan kami dibantu oleh Aurora

Dan pemirsa, dengan cekatan mereka memasang tenda kami hanya dalam waktu kurang dari 10 menit!

Muka gue mau ditaro dimana ini!!!

" Waaahhh ...Keren kalian!" Si kunyuk Nakula tanpa punya malu apa memang dia lagi menyembunyikan rasa malunya yah itu bilang kayak gitu...Mana sambil tepuk tangan lagi terus diakhiri dengan acungan dua jempol nya yang kriting itu.

Gue tampol juga nih mahluk! Kagak ada malu-malu nya dia...Yang ada malu-maluin!!

" Kak Kula sama Aurora nyari kayu bakar yah, aku sama kak Dewa siapin bahan makanan buat nanti "

" Oke na..Beres...!" Tersungging senyuman nan indah diwajah si kunyuk itu.

I**ni namanya pucuk dicinta ulam pun tiba..ahiww! Kapan lagi kan bisa berduaan sama bebeb aku.

Tiga puluh menit berlalu tapi Nakula dan Aurora belum juga balik, rasa khawatir mulai tumbuh pada diri kami yang sudah dari tadi selesai menyiapkan semua bahan makanan untuk kami santap sore menjelang malam ini.

" Kak...Kita susulin aja apa yah, kok perasaan aku gak enak yah " Aku langsung mengiyakan ajakan Laluna karena memang dari sepuluh menit yang lalu rasa khawatir ini sudah menyeruak.

Kami berjalan mengikuti arah kemana mereka pergi sebelum nya tetapi sampai sepuluh menit kami mencari, keberadaan mereka belum juga menemukan titik terang.

" Nakula....!!! Aurora....!!! "

" Raaa... Aurora!!! Kak Kula....!!! Kalian dimana???"

Sambil berjalan kami terus memanggil mereka, tiba-tiba samar-samar kami mendengar suara Aurora berteriak.

" Na...!! Laluna!! Sebelah sini!! Kak Kula jatoh!! " Aku dan Laluna berlari menghampiri arah sumber suara, sesampainya disana kami melihat Nakula sedang meringis sambil duduk dengan kaki di selonjorkan dan Aurora sedang membalut kakinya dengan kain bandana yang dia kenakan.

" Bantu angkat kak, kita bawa ke kemah biar aku sama Laluna yang membawa ranting kayunya " Pinta Aurora, dia dan saudara kembarnya lalu mengambil ranting pohon yang sudah berhasil mereka kumpulkan sebelumnya.

Sesampainya di kemah, Nakula aku dudukkan di depan tenda dan melepaskan sepatunya. Tak lama Laluna menghampiri kami dengan satu botol sejenis minyak ditangannya. Dia memintaku untuk memegang tubuh Nakula.

" Pegangin ka..." Pelan dia mengoleskan minyak itu di kaki si kunyuk yang dari tadi tidak henti-hentinya meringis.

" Eeehhh....Mau diapain itu Na?!"

" Tarik nafas ka...Lemesin yah kakinya " Sambil dia mengajak Kula berbicara dengan lihai dia membenarkan posisi tumit Nakula yang terkilir.

" Aaaaaaahhh...!! " Pekikan yang dia lontarkan dari mulutnya memang cuma segitu, tapi dia memaki tanpa suara setelah nya

Anj**k...Sakit gilaaaaaa....!!!!

" Coba berdiri ka " Pinta Laluna, lalu aku membantu Nakula berdiri dan ajaibnya setelah dia menapakkan kakinya di tanah dia bisa langsung berjalan kembali.

" Eh....Udah ilang sakit nya Na, makasih ya "

Si kunyuk dasar...Tadi aja haduh halah haduh halah... sekarang bisa-bisanya dia cengar-cengir gitu, sama bebep gue lagi!

" Heh..! Kontrol tuh mata sama bibir!" Aku menarik si kunyuk yang sok ganteng ini kedalam tenda

" Apaan sih lo..! Aku membekap mulutnya

" Lo gimana sih?? Ingat misi kita malam ini nyuk, seharusnya kita yang melindungi mereka bukan malah sebaliknya! gimana sih lo!" Setengah berbisik aku mengingatkan saudara kembar ku ini. Dia menepuk keningnya.

" Kak Kula, kak Dewa....ini makanannya udah siap!" Laluna ku memanggil setelah lama kami asik berdebat didalam tenda, Giliran aku yang menepuk keningku.

" Haassshhh....Kita lupa bantuin mereka lagi!"

" Iya Na, bentar kita kesana !" Nakula menyahutinya lalu dia mengusap wajahnya kasar.

" Maafkan kami yah, tadi gak sempet bantuin kalian bikin makanan " Aku menggaruk kepalaku meski tak gatal sama sekali.

" Gak apa ka..Kak Kula sama kak Dewa kan harus istirahat dulu....Nih ka makanannya, diambil sendiri aja yah.." Aurora menyodorkan beberapa jenis makanan yang sudah dimasaknya dengan Laluna

" Kita gak tau kakak suka apa gak sama makanannya " Laluna menimpali.

Malam semakin larut ketika kami menikmati hangatnya api unggun setelah bersantap malam bersama malam itu, Nakula memperlihatkan kebolehannya memainkan ukulele dan kami bernyanyi bersama.

" Yah...ujan, kita masuk aja yuk..." Laluna segera memindahkan kursi lipat nya sementara Aurora memindahkan peralatan minum kami.

" Oke...Sampai jumpa besok pagi yah, selamat malam Aurora, Laluna " Kami melangkah memasuki tenda kami yang posisinya bersebelahan dengan tenda yang mereka tempati. Sesuai dengan perintah om Jendral mereka harus menjaga kami selama disini.

Kami buktikan om...Kami yang akan menjaga anak-anak om...!

" Tarik nafas La...Tarik nafas...Gue juga takut...ayo atur nafas bareng-bareng..." Kami berdua berpegangan tangan, dari kecil kami sangat takut akan gelap!

Sreeettt!!!

" Huaaaaaaa....!!!!!!"

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak...Maafkan lama baru nulis lagi novelnya.

Tipis-tipis dulu ya...

Happy reading 🤗

Misi Pertama Gagal!

"Huaaaaaa...!!!" Nakula dan Sadewa terperanjat mendengar suara resleting tenda yang tiba-tiba terbuka, mereka berteriak dan saling merangkul satu sama lainnya.

" Kak Kula sama Kak Dewa takut gelap yah?" Laluna memasuki tenda yang ditempati keduanya, dia meletakkan lampu lentera di pengait yang ada ditengah ujung atas tenda tersebut.

" I...iya Na " Sadewa tidak bisa menyembunyikan ketakutan nya, keringat dingin mengucur dari keningnya. Mukanya pias!

" Nih minum dulu ka, ini air jahe " Aurora memberikan termos kecil kepada Sadewa, Nakula masih memejamkan matanya.

" Kak...woi! udah terang ini..." Aurora menggoyangkan bahu Nakula. Pria itu pelan-pelan membuka matanya dan menarik nafas lega.

" Kenapa gak bilang takut sama gelap? tau gitu kan kita gak ngajak kemping, mending nginep aja di villa tadi " Aurora memandangi keduanya, Nakula dan Sadewa akhirnya berbagi cerita dengan kedua gadis incaran mereka.

" Sorry...." Nakula dan Sadewa mengusap kepalanya, mereka mengakui kesalahan yang sudah mereka lakukan. Toh ini adalah usaha mereka untuk mendapatkan cinta dari para gadis yang mereka cintai, jadi menurut mereka berkorban untuk itu adalah hal yang wajar.

" Gimana kalo besok pagi-pagi banget kita pulang, terus kita terusin acara hangout bareng kita dengan cara lain " Nakula mengedipkan matanya kepada Sadewa.

" Kalian pasti suka " Sadewa menimpali, dia paham maksud kedipan mata saudara kembarnya itu.

Keesokan harinya sesuai dengan janji Nakula dan Sadewa mereka turun gunung pagi-pagi sekali, agar bisa sampai di ibu kota lebih cepat. Ternyata waktu yang ditempuh tidak selama ketika mereka datang ketempat itu, lebih cepat satu jam malah.

Sesampainya di villa, mereka menolak ajakan sarapan dari mang ujang. Untung saja sang istri belum sempat menyediakan sarapan untuk mereka jika sudah maka sudah bisa dipastikan mereka akan terlambat sampai di ibukota.

Sampai di Jakarta, Nakula mengarahkan laju mobil ke kediamannya.

" Ayok sini..." Nakula tidak membawa Aurora dan Laluna masuk melewati pintu depan rumahnya, tetapi mereka mengajaknya berkeliling lewat samping rumah.

Sadewa memencet tombol-tombol ketika mereka sampai dipintu bangunan yang lebih mirip dengan hangar pesawat itu, hanya ukurannya yang lebih kecil.

" Oke...Kita sudah sam....Lah, kemana mereka?" Nakula mencari keberadaan dua gadis kembar yang tadi berada dibelakang mereka.

" Kak Kula ini pistol jenis apa??" Aurora mengacungkan senjata api yang dipegangnya

" Eeeettt dah bocah " Nakula menyapu wajahnya, Sadewa menggelengkan kepalanya

" Lo nyadar gak si La, mereka kayak nemuin berlian sekarung pas dibawa kesini.." Sadewa tergelak, akhirnya mereka menemukan kesamaan!

" Lo ada ide gak buat Minggu depan Wa? " Nakula memainkan alisnya

" Bokap ngeluarin bazoka loh " Keduanya tertawa.

Bodo amat urusan yang laennya yang penting kita udah nemu titik terang buat dapetin hati mereka...Sorry yah Langit...

Nakula dan Sadewa mulai mengajari mereka bagaimana merakit dan memakai senjata api, tentu nya mereka mengajarkan nya dari tahap yang paling dasar yakni menggunakan senjata api yang kecil.

Kedua pria itu suka dengan antusiasme yang diperlihatkan oleh wanita nya masing-masing, apalagi disaat mereka begitu serius nya memerhatikan bagaimana merakit sebuah senjata. Wajah mereka terlihat sangat lucu.

Keributan terjadi ketika keduanya diminta untuk menembakkan senjata ke arah target, bukan teriakan ketika bunyi suara terdengar seperti layaknya gadis pada umumnya, tetapi ketika target berhasil mereka tembak tepat pada sasarannya.

" Yeeee....Gue berhasil nembak ditengah!! " Aurora girang sampai loncat-loncat dan tanpa dia sadari dia memeluk Nakula saking gemasnya.

Jantung...Sabar yah, jangan copot please...Gue hepi banget dipelukin cewek gue....

" Eh...Maaf kak " Aurora bersemu, dia menghampiri Laluna yang juga melakukan hal yang sama saking bahagianya. Ketika mereka mendekat keluar lah teriakan bahagia mereka, suaranya sampai memenuhi ruangan! Untung saja ruangan itu kedap suara.

Sementara dua pria kembar itu sedang sibuk memegangi dadanya yang masih berdegup kencang.

" Kak...Kita pulang yah, udah sore ini... Takutnya mami sama papi khawatir " Pinta Laluna kepada Sadewa. Setelah puas seharian memainkan senjata mereka akhirnya lelah juga.

" Oke ..tapi kita mampir dulu beli makanan yah, tadi gak sempet beli oleh-oleh buat mami sama papi kalian soalnya " Sadewa meraih kunci mobilnya, mereka semua mengikuti nya untuk keluar dari ruangan besar itu.

" Oia...baiknya jangan dulu bilang sama papi dan mami kalian yah, apalagi Abang kalian..." Nakula menghentikan langkahnya

" Kenapa kak?" Tanya Aurora

" Takutnya mereka belum siap dengan kabar nya, itu aja...Nanti malah jadi khawatir " Sadewa menyetujui

" Anggap saja ini rahasia kecil kita...Oke?" Nakula mengedipkan matanya. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh abangnya ketika tahu kedua adik kembarnya senang memainkan senjata milik mereka.

( Reaksi Langit ada di Novel Gadis Tomboy Kesayangan Sang Baret Merah sesi 2 yah 😘 )

.

.

.

" Makasih banyak nak Nakula, nak Sadewa.... Oleh-olehnya banyak banget ini..." Mami Axel senang sekali menerima oleh-oleh dari calon menantu-menantunya. Gak tanggung-tanggung Nakula dan Sadewa membawa sepuluh keresek berisikan berbagai camilan dari yang ringan hingga yang berat.

Nyenengin calon mertua kan?? kapan lagi coba...

" Maaf tante, kita kesorean pulangnya " Nakula terlihat sungkan, takut juga dia kalau mami Axel tidak mengijinkan mereka untuk mengajak anak-anaknya lagi kan?

" Gak apa-apa, yang penting kalian sampe dengan selamat... Makasih yah udah jagain anak-anak Tante..." Axel menciumi pipi kanan dan kiri keduanya

" Maaf lho kalo mereka merepotkan kalian "

" Engga kok tan " Sadewa nyengir, dia mengelus belakang rambutnya.

" Oia tan, sebelum kami pulang... Minggu depan boleh yah ngajak Aurora sama Laluna lagi? Kami ada acara launching produk...Deket kok tan lokasi nya..." Nakula terlihat lebih serius. Kalau sudah seperti ini terlihat aura kedewasaan darinya.

" Iya...Nanti tante bilangin sama papinya "

Mami matre ih...baru dikasih begituan aja langsung kerayu gitu...

" Ra... menurut Lo gimana ka Nakula?" Aurora dan Laluna sekarang sudah berada dikamarnya, mereka tengah membereskan barang-barang yang kemarin mereka bawa untuk pergi ke Puncak.

" Menurut Lo kak Sadewa gimana? Laluna menjawab pertanyaan saudarinya dengan sebuah pertanyaan yang sama.

Mereka menjatuhkan diri mereka diatas tempat tidur.

" Kak Kula cakep sih, kak Dewa juga...mereka mirip "

" Ya iya lah Ra mereka mirip, sama-sama kembar sama kita gimana sih?"

" Tapi mereka gak nyerah yah sama usaha mereka, padahal kita udah mati-matian nolak dari dulu " Aurora masih ingat ketika keduanya bersikap super jutek kepada kedua pria yang dikiranya cowok playboy itu saking gantengnya.

" Iya...mana dulu ngajakin mulu ke mall, ya kali kita disamain sama cewek-ceweknya dulu yang doyan kesana...idih" Laluna bergidik. Mereka bukannya anti ke mall atau ke salon, tapi kalau setiap saat pergi kesana itu buat apa kalau hanya akan membuang waktu mereka dengan percuma kan??

.

.

.

To be continued 😉

Hai kakak-kakak terimakasih udah meninggalkan jejak kalian disini yah 😘

Happy reading 🤗

Happy weekend 🤗😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!