NovelToon NovelToon

Menjadi Penyihir Di Dunia Lain

Chapter 01 : Bagian Awal

Di malam hari dimana sebuah kilau cahaya bulan bersinar terang, sosok kegelapan menembus di antaranya, sosok itu adalah sebuah ketakutan intens yang memberi segala sesuatu yang dibenci oleh manusia. Tubuhnya besar dengan sisik hitam seperti sebuah baja yang menggambarkan kekuatan, ekor yang menjulang tinggi serta mulut yang mengeluarkan nafas api.

Kepalanya mirip seperti reptil akan tetapi memiliki dua tanduk di kepalanya, sebuah sosok yang disebut seekor naga, tentu bukan hanya naga biasa melainkan semua orang menyebutnya sebagai naga kehancuran.

Konon di dunia ini memiliki berbagai bahaya bagi umat manusia dan salah satunya andalah naga kehancuran.

Mengepakkan sayap yang membentang lebar sang naga menjatuhkan dirinya ke bawah dimana sebuah kota menyambutnya dengan teriakan serta kekacauan yang luar biasa.

Kota ini bernama kota Antares salah satu dari kota di kerajaan Elysium, yang mana menjadi lokasi petualang pemula berada, petualang adalah seorang yang berkerja di guild untuk mencari uang demi memenuhi hidupnya walau banyak pekerjaan yang bisa diambil tapi kebanyakan orang bekerja sebagai pemburu monster. Kota ini tidak besar maupun kecil dan sekelilingnya dihiasi tembok-tembok tinggi untuk mencegah monster masuk meski begitu, itu tidak cukup untuk menahan seekor naga mengamuk di sana.

Naga meraung kemudian menghancurkan apapun yang menghalanginya entah itu rumah-rumah penduduk ataupun para petualang yang berbondong-bondong mengirimkan serangan padanya.

"Bagaimana seekor naga bisa berada di kota awal.. kau pasti bercanda," kata petualang satu kemudian petualang lain mulai membalasnya.

"Aku tidak tahu, akan tetapi kita pasti akan mati. Bagaimanapun kota ini hanya rumah bagi petualang lemah, melawan seekor naga sama seperti mencari pacar, sama-sama susah."

"Jangan melibatkan kehidupan pribadimu dalam situasi gawat seperti ini," yang berteriak itu adalah petualang veteran bernama Kazel.

Kazel memiliki kepala plontos serta bertubuh besar tapi tidak gemuk, itu murni sebuah otot yang terlatih setiap harinya. ia mengenakan armor sederhana terbuat dari kulit serta pedang besar yang cukup untuk memotong bagian monster menjadi dua bagian.

Para penyihir mulai menembakan sihir yang mereka kuasai, sementara para pendeta mulai melantunkan doa-doa mereka untuk memberikan sihir penyembuh. Bersamaan itu Kazel berlari melompat setinggi yang bisa dia buat sembari mengayunkan pedangnya, bunyi keras terdengar saat pedang berbenturan dengan sisik sekeras baja tersebut, tanpa memberitahu apa yang terjadi semua orang sudah tahu.

Pedang milik Kazel patah.

"Tidak... Padahal cicilannya belum lunas."

"Siapa orang yang mengatakan jangan melibatkan hidup pribadi."

Sebagai balasan tindakan Kazel, sebuah kaki melayang menghantamnya hingga ia terlempar ke belakang sejauh 20 meter, sebelum akhirnya terbaring menatap langit berbintang.

Para pendeta mulai mengirimkan sihir penyembuhan padanya.

"Heal."

Setelah kekalahan Kazel korban hanya semakin bertambah, beberapa dari mereka malah harus meregang nyawa.

"Aku tak apa, cepat pergi selamatkan yang lainnya."

"Baik."

Kazel berdiri selagi memegang pedangnya yang patah, sebagian tubuhnya masih mengeluarkan darah segar meski begitu tidak ada waktu untuk merasakannya, darah mendidih dari setiap tubuhnya hingga masuk ke dalam kepalanya, ketika dia hendak berlari seseorang dari belakang menghentikannya.

Ekpresi terkejut memenuhi wajah Kazel saat tahu siapa yang berada di belakangnya.

Dia adalah Vivia Legal seorang petualang peringkat S dari ibukota, yang semua orang kenal sebagai pembunuh naga nomor satu di kerajaan Elysium, ia mengenakan baju zirah berwarna perak yang mana menutup wajahnya oleh sebuah helm yang tertutup, di tangan kirinya terdapat sebuah pedang dengan bilah di kedua sisinya yang tampak bersinar terang.

"Biar aku saja, suruh semuanya untuk mundur."

Kazel yang menerima intruksi itu mulai berteriak dan menyuruh semua orang mundur, para petualang yang mengetahui sosok Vivia mulai memandangnya seperti sebuah cahaya dalam kegelapan atau lebih tepatnya sebuah harapan.

Mereka semua menarik diri saat Vivia berjalan santai ke depan, setiap langkahnya menggema karena zirahnya cukup berat, semua orang selalu dibuat takjub olehnya terlebih orang di baliknya adalah seorang gadis.

Melihat pergerakan Vivia, sang naga kembali melempar bola api dari mulutnya, tidak seperti semua orang, Vivia membiarkan dirinya terhantam olehnya kendati demikian, api itu segera musnah dengan hanya kibasan pedangnya.

Tidak berlebih bahwa dirinya disebut sebagai pembunuh naga.

Dengan langkah cepat Vivia melangkah maju, dia mengirim tebasan menyilang membuat sebuah sayatan di tubuh naga.

Darah menyembur dari tebasannya memberi luka fatal tak tertahankan, naga yang mulai mengamuk akan rasa sakit tersebut mengirim ujung mulutnya ke arah Vivia berusaha menerkamnya.

Alih-alih menghindarinya Vivia menahannya dengan satu tangan seolah itu tak berarti banyak baginya. Saat ia mendorong kepalanya kembali ke belakang sebuah ayunan melayang tanpa peringatan.

SRAK.

Sebuah kepala naga jatuh ke tanah tanpa daya, darah meluncur ke udara bagaikan sebuah air mancur.

"Apa kita menang?" tanya salah satu petualang namun saat mereka sadari tubuh naga itu mulai bangkit kemudian mengambil kepalanya lalu memasang kembali di tempat seharusnya.

"Karena inilah aku membenci naga kehancuran," kata Vivia selagi mengayunkan pedangnya akan tetapi sayangnya naga itu telah terbang menjauh.

"Untuk sementara waktu, dia tidak akan datang kembali kemari."

Chapter 02 : Gadis Ini Bernama Vivia Legal

Beberapa bulan selanjutnya di salah satu kota di kerajaan Elysium, seorang pemuda berdiri di depan sebuah bangunan besar bertuliskan 'Guild Petualang' ia menarik nafas dalam-dalam sebelum melangkah masuk, baginya yang selama ini berada di kawasan pinggiran kerajaan bisa berada di sini sesuatu yang selalu diinginkannya.

Meja-meja disusun semestinya dimana para petualang duduk bersama selagi menikmati obrolan ringan dengan segelas minuman di tangan mereka, tak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan pekerjaan, tempat ini juga menyatu dengan sebuah bar yang dikhususkan sebagai tempat para petualang berisitirahat.

Para pelayan wanita yang terlihat cantik dengan sigap menyambut mereka dengan senyuman ramah, bahkan untuk pemuda itu dia bisa memandangi mereka berjam-jam bahkan mungkin berhari-hari tanpa bosan. Namun, dia segera membuang pikiran itu untuk segera memfokuskan diri demi tujuan sesungguhnya.

Menjadi seorang petualang.

Di depannya terdapat empat loket yang masing-masing dijaga oleh orang yang disebut staf guild, tak hanya sebagai penasehat mereka juga bertugas untuk mendukung serta memberikan semangat bagi para petualang yang bekerja di guild ini.

Setiap penghasilan petualang akan dipotong sekitar 10 persen untuk keuntungan guild sebuah skema yang biasa terjadi dalam sebuah bisnis, pemuda itu mulai mencoba memilih loket yang bisa membantunya berkerja di tempat ini tentu saja keempat loket itu berisikan wanita cantik yang menawan.

Ketika dia menawari dirinya ke loket ke satu, staf guild itu segera menolak. Baginya pemuda itu sangat tidak menjanjikan bagaimanapun statistik yang dimilikinya berada di bawah rata-rata.

Pemuda itu hanya menggigit bibirnya kemudian mencoba ke loket lainnya tapi seperti yang diduganya dia malah di tolak kembali. Dengan perasaan marah si pemuda itu duduk di luar guild selagi merenungkan nasibnya.

Kalau saja dirinya kuat, dia tidak perlu merasakan hal seperti ini.

Ketika pikirannya dipenuhi hal seperti itu tiba-tiba saja seorang gadis berdiri di depannya, ia mengenakan pakaian mirip seperti kesatria dengan perpaduan warna putih dan biru, rambut pirangnya yang panjang dibiarkan begitu saja dengan jepit rambut di kedua sisinya.

Di pinggangnya terdapat sebuah pedang panjang yang terukir dengan indah.

"Kau baik-baik saja?"

"Ah ya."

Pemuda itu hanya bisa berkata dengan canggung. Dilihat sekilas gadis itu lebih muda setahun dari si pemuda yang berusia 15 tahun namun, di usianya dia telah menjadi seorang kesatria.

Entah itu karena terlahir dari keluarga kerajaan atau mungkin kemampuan yang luar biasa itu tetap saja terlihat luar biasa.

"Namaku Vivia Legal, jika kau punya masalah aku bisa membantumu," gadis itu membusungkan dadanya yang besar selagi menepuk dengan tangannya.

Si pemuda hanya memperhatikannya dengan seksama hingga sempat mengalihkan pandangannya saat Vivia balik meliriknya.

Vivia hanya tersenyum sebagai balasan.

"Kau belum menyebutkan namamu?"

"Maafkan aku, namaku Aksa senang bertemu denganmu.. aku baru saja diusir oleh guild."

"Kau diusir? Sungguh... aku akan memberikan mereka pelajaran."

"Tunggu, kenapa kau marah?"

"Tentu saja marah, kau pasti datang kemari untuk mencari nafkah tapi mereka malah mengusirmu, bagaimana jika kau tidak bisa mendapatkan pekerjaan di luar sana dan mati di jalan karena kelaparan."

"Kau terlalu blak-blakan... lagipula aku yang lemah, mereka tidak salah."

Si gadis itu berhenti saat sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Bagaimana kalau kau ikut denganku ke kota awal Antares, aku baru saja dipindahkan ke sana sebagai penjaga yang baru. Kalau tidak salah ada guild yang cukup ramah yang tidak pernah mempermasalahkan soal statistik lemah, kau bisa mencari nafkah di sana Aksa."

"Apa benar begitu nona Vivia?"

"Tentu saja, tapi mulai sekarang tolong panggil aku Vivia saja."

Aksa hanya mengangguk sebagai persetujuan.

Chapter 03 : Memulai Petualangan Ini

Dari dulu aku tidak pernah berpikir ada pertemuan yang telah ditakdirkan namun, sekarang aku akan mempercayainya.

Kami telah meninggalkan kota sebelumnya dan sekarang kereta kami baru melewati padang rumput yang landai, kelopak bunga indah tampak berterbangan saat kami menyapunya dengan hembusan udara dari perjalanan ini.

Namaku Aksa umur 15 tahun berasal dari Bandung sebuah daerah di Indonesia yang terkenal dengan budaya sundanya, paling tidak itulah indentitasku sebelumya. Aku bukan seorang yang spesial ataupun memiliki banyak teman aku hanya pria biasa dari kebanyakan orang yang mudah ditemui dimana saja.

Berbicara soal nama Aksa itu memiliki dua arti yang berbeda, pertama adalah seorang yang suka berpetualang dan satu lagi adalah seorang yang berusaha melindungi orang lain, sesuai nama yang diberikan orang tuaku padaku itu mungkin sifat yang kumiliki.

Saat di sekolah menengah pertama demi melindungi teman-temanku yang ditindas, aku pernah mengikuti olah raga bernama Kendo hingga menjadi juara pertama, sampai semua orang mulai menjulukiku sebagai pendekar pedang. Meski begitu aku berakhir tanpa memiliki teman, karena itulah di kehidupan ke dua ini aku harap bisa menemukannya.

Aku bukanlah orang yang bereinkarnasi seperti kebanyakan yang terjadi di Lite Novel melainkan seseorang yang dipindahkan kemari, aku telah bertemu Dewi dan ia dengan senang hati mengirimku kemari.

Ia menawariku sebuah permintaan dan yang kuminta darinya adalah...

Ketika aku memikirkan hal itu, suara Vivia yang duduk di sampingku segera menyandarkanku.

"Kau baik-baik saja Aksa?"

"Ah, bukan apa-apa Vivia."

"Begitu... aku sangat berdebar-debar karena senang sekarang, ini pertama kalinya aku pergi bersama pria tampan."

Aku hanya tersenyum masam padanya.

"Maaf, aku tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaan, jika misal aku ingin bercinta denganmu aku pasti akan mengatakannya langsung."

Paling tidak dia orang yang baik.

"Setelah melewati gunung di sana, kita akan bisa melihat kota Antares dari kejauhan.. tapi ngomong-ngomong Aksa, boleh aku tahu kenapa kau ingin menjadi petualang, kupikir kau bisa menjadi seorang kesatria sepertiku juga."

"Aku ini cuma pria lemah, mana mungkin bisa menjadi kesatria... lagipula aku lebih suka hidup bebas berpetualang."

"Begitukah. Yah.. dulu juga aku seorang petualang, karena alasan tertentu aku malah jadi kesatria."

"Eh, benarkah?"

"Um... kehidupan petualang itu sangat bebas, kuharap kau tidak berakhir meniduri seseorang sampai hamil."

"Aku bukan seorang seperti itu juga."

Vivia tertawa lepas.

"Jika ada sesuatu masalah jangan sungkan untuk meminta bantuanku, aku akan senang jika kau mau melakukannya."

"Kenapa Vivia sampai pergi sejauh ini untukku?"

"Hmm, entahlah tapi kurasa aku pernah bertemu denganmu tapi dimana... mungkinkah dulu kau berkerja sebagai pemulung dan memunguti sampah di depan rumahku"

"Oi."

"Cuma bercanda, aku hanya ingin saja."

Kami akhirnya melewati gunung yang dikatakan Vivia sebelumnya, dari sini tampak sebuah kota dengan tembok tinggi di sekelilingnya menarik perhatianku.

"Jadi itu kota Antares."

"Benar sekali, di sana adalah surga bagi petualang pemula bahkan beberapa peringkat atas pun memilih tinggal di sana."

"Bukannya lebih baik mereka pergi ke kota yang jauh lebih besar?" kataku demikian.

"Walau mereka kuat tetap saja mereka itu penakut Aksa, kau tahu di luar sana itu ada banyak sekali ancaman termasuk ancaman dari raja iblis berserta pasukannya, bisa hidup santai di tempat seperti ini bukan pilihan buruk."

Aku bisa mengerti hal itu, kami tiba di gerbang kota yang mana menjadi tempat perpisahan kami.

"Terima kasih atas semuanya."

Sesudah aku turun dari kereta, Vivia menyerahkanku secarik kertas.

"Apa ini?"

"Itu alamat rumahku di sini, aku hanya tinggal sendirian akan lebih menyenangkan jika kita bisa tinggal bersama."

Aku hendak akan menolaknya akan tetapi dia malah langsung pergi. Aku hanya mendesah pelan selagi menatapnya dari kejauhan, apa ini takdir yang harus kuterima? Aku akan menceritakan hal ini pada Dewi nanti walaupun sebenarnya dia mungkin sudah tahu.

Benar juga, aku belum mengatakannya.

Ketika waktu pukul 06:00 aku bisa pergi ke alam Dewi untuk menemui Dewi yang telah mengirimku kemari, entah itu pagi ataupun malam.

Ini adalah hal yang kuminta darinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!