DETAK Jantung seorang Pemuda itu terdengar sangat bergemuruh di dalam dada nya yang tanpa baju.
Ia bermandikan peluh di tempat tidur nya. pemuda itu hanya seorang diri di kamar yang gelap tanpa ada cahaya lampu atau cahaya sekecil kunang-kunang pun tidak ada sama sekali.
Pemuda itu mencoba bergegas bangun dan tangan nya mencoba meraba-raba sesuatu dengan penuh rasa was-was. ruangan yang sangat gelap itu seakan membutakan mata nya yang normal. sekalipun orang itu buta, pasti tak akan mampu melihat sesuatu yang ada di dalam ruangan kamar tersebut.
Hati pemuda itu semakin menjadi gelisah ketika apa yang dia raba adalah sesuatu yang sangat mengejutkan baginya. ia merasakan sesuatu yang amat membuat bulu kuduk nya merinding.
Sesuatu yang ada di pikiran nya itu adalah sepotong rambut yang panjang dan berantakan seperti rambut seorang perempuan. atau bisa jadi rambut lelaki yang berambut panjang. tekstur rambut itu berkesan kasar atau awut-awutan seperti tak terawat sama sekali. rambut kasar yang dipegang nya itu membuat batin pemuda itu semakin dikecam perasaan yang amat menakutkan.
Sekalipun ia menerka itu hanyalah rambut seorang perempuan atau lelaki yang berambut panjang, terkaan itu tak akan menutupi kemungkinan benar atau salah. sebab keadaan yang sedang terjadi sangatlah gelap gulita, jadi tak heran bahwa tebakan pemuda itu hanya menerka-nerka saja karena tidak jelas apa rupa pemilik rambut kasar yang sedang ia pertanyakan dalam hati nya itu.
Ketika pemuda itu meraba-raba dan mencoba mendekati sosok yang belum jelas rupanya itu tiba-tiba ruangan yang tadinya gelap gulita menjadi terang benderang.
Cahaya yang datang secara tiba-tiba itu memenuhi ruangan tersebut. pemuda itu hanya terbengong sekaligus kagum melihat cahaya yang berpendar-pendar terang sedikit demi sedikit mulai menyebar. lalu terlihat sesosok bayangan manusia yang samar-samar.
Didalam keheranan nya, pemuda itu hanya terbengong menyaksikan keajaiban yang baru saja ia saksikan di depan matanya secara nyata. perasaan takut yang sejak tadi ia rasakan sekarang berganti menjadi perasaan takjub dan tenang tanpa ada rasa merinding ataupun jantung yang berdetak kencang seperti tadi.
Ruangan yang tadinya sangat gelap tanpa cahaya pun seketika berganti menjadi kamar yang penuh kemewahan, berbau wewangian bunga-bungaan dan perabot serta barang-barang yang ada di ruangan tersebut terlihat terbuat dari emas murni dan batuan permata.
kecuali ranjang yang berlapis permadani itu hanya berseprai kain sutra berwarna merah dan berhias benang emas di pinggiran permadani tersebut.
Seperti layaknya kamar seorang putri raja, lengkap dengan alat-alat kecantikan beserta pakaian yang sangat indah bergantung didalam almari yang terbuka. seorang perempuan sedang membuka almari tersebut seakan sedang memilih dan memilah baju yang akan ia kenakan.
Pemuda yang tadi hanya terbengong dengan kejadian yang sangat aneh baginya itu mulai tersadar ketika suara seorang perempuan yang sangat indah menyejukan hati itu menggugah lamunan nya.
"kau sudah sadar mas..??" ucap perempuan yang sedang memunggungi pemuda itu.
Pemuda itu menjawab dengan gugup.
"Iy..iya.non..eh..yyon..nya..eh..bibi...."
ucap pemuda itu terbata-bata karena tersentak kaget dengan pertanyaan yang menggugah lamunan nya itu.
"biasa nya dirimu memanggil namaku putri, mas..?"
ucap suara perempuan yang enak didengar dan indah.
"iy..iya non putri.."
"putri saja mas tidak perlu pakai non.!" tegas perempuan itu.
"Iya maaaf putri.." ucap pemuda itu mengurangi ketegangan nya. lanjutnya lagi,
"apa boleh saya tahu, ini dimana ya putri..??"
ucap pemuda itu bertanya kepada perempuan itu.
Perempuan yang ditanya oleh pemuda itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan pemuda tadi. sekitar lima helaan napas perempuan itu berbalik menghadap pemuda yang sedang duduk menghadapnya di ranjang yang sangat mewah berhias permadani itu.
Lalu perempuan itu berucap kata dengan nada yang amat memilukan bagi yang mendengarnya. pemuda yang tadi memperhatikan seraut wajah yang sangat cantik mengagumkan hati nya itu, tiba-tiba berkerut dahi melihat perubahan muka perempuan cantik itu.
"apa kau sudah lupa..?! aku ini Istrimu mas..!!"
ucap tegas perempuan itu lalu terisak menahan tangis.
Pemuda yang tadi terheran-heran dengan ucapan tersebut kini bergumam setelah melihat dan mendengar perempuan itu mengisak tangis memilukan.
"hmm..sejak kapan aku menikah..?! kawin saja belum apalagi mempunyai istri..??" ucap pemuda itu merasa heran dengan dirinya dinyatakan sudah beristri. padahal seingat dirinya, ia belum pernah menikah dengan seorang perempuan manapun.
Lalu ia bertanya kembali,
"sejak kapan kita menikah.?! seingatku tadi aku sedang tertidur. lalu tiba-tiba terbangun karena Mimpi Buruk yang sangat menakutkan.."
"tidaaak..!! kamu berbohong padaku mas.!! kamu tega.!! setelah aku mengandung benihmu lalu kamu tega bicara begitu padaku mas.!! kenapa dirimu berubah begitu mas..?! padahal sebelum nya kamu sangat sayang padaku dan calon anak kita ini. Lalu, mengapa semuanya begitu berubah secara tiba-tiba..?! apa ada wanita lain yang membuat dirimu tega begitu padaku mas..?! jawab mas..?!"
ucap perempuan itu dengan suara keras dan memaksa pertanggung jawaban serta kejujuran apa yang telah dilakukan pemuda itu kepadanya.
Yang tadi ditanya hanya terbengong sambil garuk-garuk kepala nya yang tak gatal. lalu dalam hati ia berkata.
"repot juga kalau begini. nikah saja belum apalagi menghamili perempuan..?? ibarat orang lain memakan buah nangka, aku yang terkena getahnya. orang lain yang berbuat enak malah aku yang disuruh bertanggung jawab. ya tuhan..?! jika sudah begini aku harus bagaimana..??."
batin pemuda itu bergemuruh dalam hati nya.
Perempuan itu hanya menangis tersedu-sedu memunggungi pemuda yang serba bingung dan membatin sejak tadi. tak enak hati juga pemuda itu ketika melihat seorang wanita menangis sangat memilukan didepan nya.
Bisikan hatinya seakan menuntun dirinya untuk mendekati dan memeluk wanita itu agar meredakan tangisnya dalam pelukan. didalam hatinya ia membatin seakan bertanya kepada isi pikirannya bahwa dirinya sedang mimpi indah atau mimpi buruk.
Setelah berpikir masak-masak pemuda itu nekat mendekati dan ketika ia akan memeluk wanita itu dari belakang, tiba-tiba kamar yang tadinya terang serta perabot yang mewah dan harum wewangian bunga itu, tiba-tiba berganti menjadi ruangan yang amat kotor dan menjijikan. berbau kotoran bercampur bangkai menjadi satu. membuat siapa saja yang berada di situ menjadi mual dan akan muntah-muntah karena bau ruangan yang sangat busuk. lantai dan tembok itu terlihat sangat kotor dan menjijikan sekali.
Jika dipandang oleh kedua mata pemuda yang tersentak kaget itu, perempuan yang ada didepan nya yang sangat cantik jelita dan mengaku bernama putri itu, kini berubah wujud menjadi sesosok perempuan berambut acak-acakan sepanjang lutut memakai kain berwarna putih kotor bercampur lumut dan tanah yang melekat di setiap pakaian yang panjang dari leher sampai menutupi kaki nya.
Perubahan yang sangat mengejutkan itu membuat pemuda yang tadi terdiam kaku karena terkejut dengan kejadian tersebut, tiba-tiba pingsan ketika sosok itu berbalik dan menyeringai dengan wajah yang rusak bercampur nanah serta darah kotor yang berbau busuk sekali.
Terdengar suara perempuan itu mengikik dengan tiba-tiba.
"hii..hii.hii.hii.hii.."
perempuan itu mengikik lengking seperti suara sosok yang menyeramkan yaitu kuntilanak. sosok itu seakan puas karena telah berhasil menakuti pemuda yang tadi memandangnya dengan kagum, kini telah jatuh pingsan didepan nya.
PEMUDA Yang tadi nya sedang bermimpi buruk, kini sudah Terbangun dari tidurnya. butiran keringat dari kulit pemuda itu telah membasahi tubuh nya yang tanpa baju dan seprai ranjang nya. Ia yakin dirinya sedang bermimpi buruk kala itu. setelah ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang dia alami barusan, ia segera mengambil selimut dan langsung menutupi tubuhnya. terdengar suara lirih membaca doa dari mulut pemuda yang sedang ketakutan itu.
Diruangan kamar itu, hanya terdengar suara denting jarum jam yang menempel di dinding kamar yang berantakan itu.
pemuda yang telah bangun itu, badan nya terlihat menggigil serta di penuhi rasa was-was diselimuti perasaan takut yang amat mencekam. sesekali kepala nya menengok ke kanan-kiri dan menatapi berbagai tempat di seluruh ruangan kamar nya. ia memandangi tempat-tempat yang tersembunyi seakan sedang ada yang mengawasi nya di setiap sudut tempat didalam kamar tersebut. Pemuda yang biasanya tampil cuek dan masa bodo dengan hal yang berbau mistis itu, kini telah di pecundangi oleh rasa takut nya sendiri.
Sebenarnya ia adalah seorang lelaki yang dibilang berani terhadap hal yang berbau mistis atau gaib. pemuda itu diperkirakan berumur dua puluh lima tahun dan sudah menjadi anak yatim dan piatu semenjak berumur sepuluh tahun. pemuda itu hidup tanpa kedua orang tua nya terkecuali hanya bersama neneknya saja. ia terlahir sebagai anak tunggal dan telah diberi nama oleh kakeknya yang sudah meninggal dengan nama panggilan Riko.
Kedua orang tua pemuda itu telah lama meninggal karena sakit yang diderita orang tua nya sudah bertahun-tahun lama nya. ketika pemuda itu masih berumur sepuluh tahun, sedikit teringat kenangan yang selalu hadir dalam benaknya ketika kedua orang tua nya masih hidup.
Ia mengingat ayah dan ibu nya kala itu sedang terbaring lemah diatas dipan beralaskan kain tebal. sesekali terdengar jeritan dari kedua orang tua pemuda itu karena tak kuat menahan rasa sakit yang diderita mereka selama bertahun-tahun.
Segala macam pengobatan telah dilakukan dari yang medis sampai non medis. dari dokter, tabib sampai dukun pun tidak ada yang sanggup mengobati penyakit yang kian hari kian mengikis membusukan kulit dan daging kedua orang tua pemuda itu.
Segala keterangan dari orang yang menyembuhkan penyakit itu tidak ada yang pasti dan jelas. mereka menceritakan sebab penyakit itu dengan berbeda pendapat dan penuh kesangsian.
segala upaya dikerahkan dan biaya pun hampir habis terpakai hanya untuk mengobati penyakit yang diderita kedua orang tua riko. hanya sebidang tanah kebun milik kakeknya saja yang kini sedang ditempati oleh mereka untuk mengungsikan ayah dan ibu riko dari penduduk setempat yang merasa terganggu dengan bau busuk dari penyakit orang tua nya itu.
Karena bau yang amat menyengat itu menyebar ke seluruh pelosok desa terdekat, masyarakat berbondong-bondong mengusir keluarga itu secara halus dengan alasan takut tertular penyakit itu dan kemudian menambah korban baru. dengan sangat terpaksa, keluarga riko dipindahkan ke sebuah gubuk yang tidak terlalu besar didalam kebun milik mendiang kakeknya yang agak jauh dari perkampungan tersebut.
Beberapa penduduk membantu secara suka rela menggotong kedua orang tua pemuda itu sampai ke tempat yang dituju. setelah sampai, mereka yang membantu segera pamit karena tidak tahan berlama-lama berada ditempat itu karena bau busuk yang menyengat. hanya riko dan neneknya saja yang sudah terbiasa mencium bau busuk nan menyengat hidung itu.
Hari demi hari silih berganti, Riko dan Neneknya datang secara bergantian menjaga dan mengurus keperluan ayah dan Ibunya yang sakit-sakitan itu.
entah kenapa setiap orang yang akan datang dan mencoba ingin menyembuhkan penyakit sepasang suami istri itu, selalu saja ada gangguan yang tidak disangka-sangka datang nya dari mana.
Kala itu ada seorang tabib panggilan dari kota datang ke desa itu dengan diantar oleh pamannya riko yang bernama kang edi. kang edi adalah kakak dari ayah nya riko dan ia sudah berkeluarga dan tinggal dikota bersama istri dan kedua anaknya.
Mendengar kabar adiknya sedang sakit, paman edi segera menjenguk sambil membawa tabib dari kota agar bisa mengobati penyakit yang diderita oleh adik kandung dan istri adiknya itu.
akan tetapi, setiba dijalan masuk menuju kampung tersebut. mereka dikejutkan oleh segerombolan anjing berwarna hitam bermata merah menggonggong menunjukan gigi taring nya yang runcing-runcing ke arah mobil yang sedang memasuki perbatasan desa tersebut.
Karena tabib itu seorang yang sangat paham dengan hal mistis, maka dilawan lah segerombolan anjing jadi-jadian yang menghadang laju mobil yang sedang mereka tumpangi itu dengan mantra gaib oleh tabib yang ada didalam mobil itu.
paman edi kala itu hanya tertegun tegang melihat kejadian diluar mobil yang langit nya sudah senja dan sebentar lagi merayap berganti gelap nya malam.
Mobil yang dikemudikan kang edi sudah berhenti. karena sang tabib menyuruh menghentikan laju mobil kang edi. tak seberapa lama, terlihat samar-samar anjing-anjing itu terkapar memekik kesakitan dikala tabib itu membacakan mantra dengan komat-kamit sambil memegang tasbih ditangan nya. hal yang membuat aneh dan mengejutkan paman edi adalah, anjing-anjing yang tadi nya menggelepar-gelepar sangat banyak dan meraung-raung kesakitan, kini telah lenyap bersama datang nya hembusan angin kencang dari arah depan mobil yang mereka tumpangi.
Wuuusss...!
Brakk..Brakk..Werrrr...!
terlihat dahan pohon seukuran paha orang dewasa tumbang menghalangi jalan yang dilalui mobil tersebut.
Sayup-sayup angin masih terdengar samar-samar memekakkan telinga mereka. hembusan angin itu seakan mengadakan perlawanan bagai melawan kerasnya tonggak gunung yang kokoh. suara komat-kamit tabib itu semakin terdengar jelas dan sesekali badan nya bergetar menahan gejolak batinnya yang terasa berat dan sesak karena menahan gelombang tekanan gaib yang kuat.
Paman nya riko yang nama akrab nya adalah kang edi, hanya bisa memandangi kaca mobil dengan ketakutan. sesekali ia melihat tabib yang tubuhnya kian bergetar hebat. ternyata bukan tubuh sang tabib saja yang bergetar, mobil yang mereka tumpangi pun ikut bergetar juga. seakan ikut menahan hembusan badai angin yang sangat kencang. lalu tak berapa lama, hembusan angin itu perlahan-lahan kian lama kian pelan sampai tidak terdengar lagi suara angin sekencang tadi.
Setelah keadaan menjadi normal, petang yang sudah menjadi malam dan gelap gulita tadi, kini kembali sunyi. suara jangkrik pun tidak terdengar sama sekali. mereka seperti berada didalam ruangan hampa tanpa ada angin dan cahaya sedikit apapun.
Ketika Paman Edi menyalakan Mobilnya, seketika sorot lampu malam mobilnya menyorot ke arah depan jalan.
banyak dahan pohon yang tumbang dan daun-daun berguguran. seakan ditempat itu telah terjadi badai yang memporak-porandakan keadaan sekitar jalan itu saja. setelah sang tabib selesai membaca mantra nya, lalu ia berkata kepada kang edu.
"alhamdulilah kang sudah aman. ayo kita turun dahulu dan kita buang dulu dahan pohon yang patah dan berserakan itu supaya kendaraan lain juga bisa jalan dengan aman." ujar sang tabib kepada paman edi.
Kang edi hanya mengangguk mengiyakan saran tersebut. ia masih belum sanggup untuk berbicara karena lidah dan bibirnya bagai kelu seakan ikut terkunci dengan sendirinya akibat melihat kejadian yang baru saja ia alami di sepanjang hidupnya.
Tanpa menunggu jawaban dari kang edi, sang tabib sudah turun duluan. kemudian disusul oleh kang edi keluar dari mobil nya. mereka berdua menyingkirkan dahan yang patah dan ranting-ranting pohon ke pinggir jalan. daun-daun yang berserakan dan acak-acakan di jalan beraspal itu mereka biarkan saja karena mereka tidak membawa sapu lidi. lagi pula, daun-daun tersebut tidak akan mengganggu kendaraan lain yang lewat di jalan itu.
Setelah mereka berdua selesai membersihkan jalanan beraspal yang tadi nya dipenuhi dahan dan ranting kayu yang patah, kini mereka segera masuk kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat yang sedang mereka tuju.
...*...
...* *...
DESA Yang sedang mereka tuju kini mulai terlihat ketika mobil bermerek sedan coklat itu berbelok ke arah kanan di persimpangan jalan.
kang edi yang mengemudikan laju mobil itu segera membuka percakapan karena perasaan nya sudah tenang dan tidak gugup seperti sebelumnya.
"kenapa ditempat ini tidak terkena imbas badai angin tadi ya mbah rajak.??"
tanya kang edi kepada tabib yang bernama mbah rajak atau berjuluk tabib jalak putih yang sudah kesohor ilmu pengobatan nya dan ilmu mistik nya.
"memang kang, tadi itu angin kiriman dari seseorang untuk menggagalkan tujuan kita." ucap mbah rajak dengan tenang dan berwibawa.
"oh begitu, jadi itu ada hubungan nya dengan penyakit yang diderita oleh adik saya dan istrinya itu mbah..??"
"yah bisa jadi begitu kang ed. sebab saya melihat sesuatu yang sangat kuat energi nya dari sebelah kiri kita yang lumayan jauh berada di kedalaman hutan. lalu bergerak membelok ke arah tempat yang akan kita tuju."
"jadi..?! ada orang yang akan mencelakai keluarga adik saya mbah..??" ucap kang Edi tersentak kaget.
"tenang saja kang, mbah sudah pasang perisai ditempat itu untuk menghalau bala dari serangan gaib manapun."
"alhamdulilah, terimakasih mbah atas bantuan nya." ucap kang Edi bersyukur lalu mengusap dadanya.
"sudah seharusnya mbah menolong yang sakit dan kesusahan kang edi. sembuh atau tidak nya itu tergantung kehendak yang maha kuasa. sebagai manusia biasa, mbah hanya sebagai perantara untuk mengobati penyakit yang diderita. karena sudah tugas seorang tabib melakukan hal yang seperti ini."
ucap sang tabib penuh wibawa dan berkesan merendah.
"iya mbah saya paham." ucap kang edi sambil tersenyum tertunduk penuh hormat.
Ketika percakapan mereka terhenti, mereka sudah memasuki kedalaman desa. malam sudah sangat larut. kang edi melihat jam tangan nya. jam menunjukan pukul satu malam. setelah mereka berhenti didepan sebuah rumah yang gelap, mereka segera bergegas keluar mobil dan menuju rumah tempat keluarga riko tinggal.
Kedua orang itu berjalan ke depan rumah yang gelap tadi.
"rumah ini sepi sekali, seperti tidak berpenghuni." ucap kang edi lirih seakan ditujukan kepada dirinya.
"mereka sudah pindah kang. bukan disini lagi tempat tinggalnya."
sahut mbah Rajak sesekali melirik kesana kemari menatap desa yang sepi lengang.
"bagaimana mbah bisa tahu.??"
ucap kang edi penuh sanksi.
"sebelum nya sudah mbah ceritakan waktu diperjalanan tadi kang."
"oh iya, maaf mbah saya baru ingat." ucap kang edi tersenyum malu.
"mari ikut mbah." ucap mbah Rajak kepada kang edi.
lalu kang edi mengikuti langkah tabib itu dari arah belakang.
Mbah Rajak berjalan ke arah belakang rumah itu diikuti oleh kang edi menuju jalan setapak yang mulai menjauhi perkampungan. jalanan mulai gelap karena tidak ada cahaya lampu atau rembulan. mereka mulai menyalakan senter yang sedari tadi sudah dijinjing ditangan masing-masing.
Semakin jauh langkah mereka memasuki perkebunan semakin jauh juga mereka meninggalkan perkampungan. tiba disatu titik terlihat cahaya kuning seperti lampu minyak menaungi didepan gubuk yang lumayan gelap dikejauhan.
Setelah mereka berjalan mendekat, barulah jelas apa yang dilihat dari kejauhan itu memang sebuah lampu minyak yang dipasang di dinding bilik kayu luar gubuk tersebut.
Tok.Tok.Tok.."Assalamualaikum.."
setelah mengetuk pintu dan mengucap salam, kang edi berbalik menghadap mbah rajak. karena tidak ada jawaban dari dalam. mbah rajak tetap tenang dan berbicara pelan sekali menatap kepada kang edi.
"sudah saya buka perisai gaib nya, silahkan ulangi lagi kang edi."
karena baru paham yang dikatakan mbah Rajak itu, barulah ia mengulangi lagi mengetuk pintu dan mengucap salam kembali.
"wa'alaikum salam.."
klik..klik...krieett..!!
terdengar suara perempuan tua lalu terdengar suara kunci pintu terbuka.
Setelah pintu terbuka, kang edi tersentak kaget akan apa yang ia lihat didepan nya.
"hah..!! Ibu..?!"
kang edi segera memeluk sang nenek yang tak lain adalah ibunya yang sudah tua renta. sang nenek yang terbengong tadi segera ingat bahwa ia masih punya anak yang sudah lama tidak pernah menjenguknya.
Ketika ia teringat wajah anak pertamanya itu, seketika itu juga pecah lah tangis sang ibu dan anak yang sudah lama tidak bertemu. tabib rajak hanya memandangi pertemuan anak dan ibu tersebut, ada rasa haru juga di dalam hatinya. tapi tidak ia tunjukan dalam sikapnya. bahkan sikapnya cenderung tenang dan sangat berwibawa, sesekali hidungnya mengendus bau tak sedap yang sedari tadi sudah tercium nya dari kejauhan.
Ketika kang edi dan ibu nya selesai melepas rindu, sang tabib segera bertanya kepada nenek sekaligus ibu kang edi.
"maaf nek, didalam ada apa ya..??? kok baunya seperti ini." ucap sang tabib bertanya dengan tenang kepada nenek itu. padahal dirinya sudah tahu apa yang terjadi didalam. tanpa pikir lama sang nenek berbicara kepada mereka berdua.
"masuklah nanti saya ceritakan apa yang sedang terjadi di dalam."
tabib Rajak dan kang edi pun memasuki gubuk tersebut. lalu sang nenek menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
klik..!! klik..!!
mereka masuk ke dalam gubuk yang ruangan nya remang-remang. karena hanya diterangi lampu minyak disetiap sudut ruangan. ruangan gubuk reot itu tidak terlalu gelap dan tidak terlalu sempit karena ada beberapa kamar didalam nya.
Sesosok anak kecil berumur sepuluh tahun sedang tertidur lelapnya diatas dipan tertutupi selimut. selimut kain tebal itu menutupi bagian dada sampai kaki anak itu. bocah itu seperti nya tak mempedulikan bau menyengat yang ada di dalam gubuk itu. ia cenderung menghiraukan bau tak sedap yang menyengat didalam ruangan tersebut.
Kang edi yang dari tadi tidak mencium apa-apa, kini mulai menutup hidungnya dan sedikit mual. lalu sang nenek memberikan minyak kayu putih kepada kang edi untuk dioleskan disekitar hidung dengan bertujuan agar meringankan bau tak sedap diruangan gubuk itu.
Tabib itu ditawari minyak kayu putih juga oleh sang nenek. tetapi ia menolak ketika ditawari memakai minyak tersebut.
lalu kang edi mulai berbicara kepada sang ibu yang bernama nenek Iroh.
"ibu. maaf sebelumnya, edi baru sekarang menjenguk ibu. karena edi terlalu sibuk dengan pekerjaan edi dikota."
"tidak apa-apa nak, ibu sudah memaklumi hal tersebut." ucap sang nenek memaklumi anaknya yang sudah berkeluarga dan bekerja di kota.
"kalau saya boleh tahu nek." ucap mbah rajak bertanya kepada nenek iroh. lanjutnya lagi,
"lalu, ini anak siapa yang tertidur pulas..??"
"namanya riko. anak adik saya mbah, dia anak tunggal."
jawab kang edi yang segera sadar dan mengenali bocah yang tertidur pulas tanpa terganggu kehadiran mereka disitu. mbah Rajak hanya manggut-manggut memahami ucapan kang edi.
Lalu terdengar suara nenek iroh berkata kepada anak nya.
"ini siapa nak, kamu membawa seorang tabib untuk mengobati sakit adikmu kan ??" tanya sang nenek.
"iya ibu. saya datang kemari karena mendengar kabar dari sugeng anak ibu romlah yang sekarang bekerja bersama saya itu, katanya rendi dan istrinya sakit parah. saya hanya mendengar dari sugeng katanya dokter, dukun dan tabib pun tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakit yang diderita rendi dan istrinya. apakah itu benar ibu..??" tanya kang edi penasaran.
"Iya nak, memang itu semua sudah dilakukan namun tidak ada yang bisa berhasil mengobati. padahal biaya sudah keluar banyak. mobil, tanah kebun, sawah, serta perhiasan sudah habis dijual demi biaya pengobatan. namun semua itu tidak membuahkan hasil nak. justru penduduk malah mengecam dan mengusir kami agar menjauh dari rumah penduduk di desa itu. alasan mereka seperti itu karena mereka tidak tahan mencium bau busuk ini." ucap sang nenek sembari menitikan air mata mengingat kejadian yang sudah terjadi.
Terdengar suara berwibawa dari mbah rajak.
"Ini sebenarnya Penyakit Kiriman nek.."
celetuk tabib jalak putih. lalu lanjutnya lagi.
"tidak sembarangan orang bisa mengobati penyakit seperti ini." ucap sang tabib kepada nenek Iroh dan kang edi. lanjutnya lagi,
"saya melihat energi negatif dan aura gaib yang sangat kuat memancar dari belakang gubuk ini ke suatu tempat yang lumayan jauh. sepertinya ada orang yang tidak suka atau iri kepada keluarga nenek." ucap sang tabib tegas tanpa menghiraukan kedua orang yang memandanginya dengan heran sedari tadi.
Pikiran dan pandangan mbah Rajak seakan meneropong jauh memakai mata batin nya. mata sang tabib hanya memandang lurus tajam tanpa berkedip seakan sedang menembus dinding bilik gubuk yang sudah rapuh karena sudah termakan usia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!