NovelToon NovelToon

Persahabatan Telah Mengubah Takdir

Bab 1. Teman baru

Bel sekolah berbunyi tanda proses belajar mengajar segera dimulai, para murid telah masuk ke kelasnya masing masing, kini Zia sudah duduk dibangkunya.

Rata-rata murid yg bersekolah disana berasal dari keluarga kaya, tidak termasuk dengan Zia. Ayah Zia hanya seorang tukang becak dan ibunya hanya seorang buruh cuci.

Sejak ibunya sakit-sakitan ayahnya melarang ibunya utk bekerja, tentunya situasi ini membuat keluarga Zia hidup serba kekurangan belum lagi mereka harus memikirkan biaya kontrakan rumah dan biaya pengobatan Ibunya.

Sebagai anak tertua dikeluarganya, Zia merasa harus ikut bertanggung jawab memikirkan bagaimana cara membantu perekonomian keluarga.

Zia seorang murid yg pintar, walau sebagian waktunya habis utk kerja paruh waktu di loundry, belum lagi dimalam hari ia harus mengajar les anak-anak tetangganya, semuanya itu tidak membuat prestasinya menurun.

Predikat penerima bea siswa tetap disandangnya sampai dia kini naik di kelas 3 SMU. Itu yg membuat dia dijuluki oleh teman-temannya sebagai murid kesayangan disekolahnya.

Hari ini sekolah dihebohkan oleh kedatangan murid baru pindahan dari kota Bogor, mereka penasaran kabarnya murid baru itu seorang cewek yang cantik, pintar dan keturunan campuran Indonesia Jerman. Apalagi para murid laki-laki, mereka lebih heboh lagi ingin cepat melihat teman baru mereka.

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki menuju kelas, mereka yg tadinya berisik seketika terdiam tatkala melihat Pak Amri guru matematika muncul diambang pintu diikuti oleh seorang gadis di belakangnya.

"Assalamu'alaikum ", sapa Pak Amri kepada murid-muridnya.

Murid-murid pun serempak menjawab " Wa'alaikum salam."

Kemudian pak Amri mengajak murid baru tersebut masuk ke dalam kelas, lalu Pak Amri berkata, " ayo nak, silahkan perkenalkan diri kamu kepada teman- teman kamu."

"Baik pak, saya akan segera memperkenalkan diri saya kepada teman-teman."

Murid-murid pun mulai kasak-kusuk tanda tak sabar ingin cepat berkenalan.

"Assalamu'alaikum teman-teman, perkenalkan nama saya Rania, Saya berasal dari Bogor tepatnya pindahan dari sekolah Kartika.

Saya anak tunggal dikeluarga pratama, Ibu saya berasal dari kota ini dan Papa saya kelahiran Jerman.

Kakek saya orang Jerman dan nenek asli dari jogja. Sejak papa saya berusia 2 tahun kakek nenek saya memutuskan untuk menetap di Jogja dan kakek telah mengubah kewarga negaraannya menjadi warga negara Indonesia atau WNI.

Mama saya meninggal ketika saya berusia 8 tahun dan dikebumikan disini di kota kelahirannya, maka dari itu setelah saya dewasa, saya dan papa memutuskan utk menetap disini agar saya bisa lebih mengenal kota kelahiran mama saya dan bisa lebih sering mengunjungi makamnya.

Belum selesai Rania berbicara tiba-tiba terdengar suara Bima menghentikan ucapannya," Sudah punya pacar atau belum, jika belum saya boleh daftar dong jadi pacar kamu?"

"Huuuuuu, dasar kamu Bima nggak boleh lihat cewek cantik sedikit langsung dech!", serempak yang lain menjawab.

Rania pun hanya tersenyum malu, Bima memang terkenal sebagai siswa yang usil khususnya terhadap cewek-cewek, kocak dan suka mengkritik teman-temannya. Tapi dia sebenarnya anak yang baik dan sering dimanfaatkn oleh teman-temannya dikelas karena fostur tubuhnya yg tinggi besar gempal sesuai dengan namanya.

Suasana yang tadinya riuh akibat ulah Bima pun kembali tenang setelah Pak Amri mempersilahkan Rania untuk duduk.

"Rania, kamu silahkan duduk disebelah Zia ya karena bangku yg kosong hanya ada disebelah bangku Zia", ucap Pak Amri.

Rania pun mengangguk sambil berjalan menuju bangku yang telah ditentukan. Sebelum duduk dibangkunya Rania mengulurkan tangannya ke Zia sebagai salam perkenalan.

"Hai, senang bisa berkenalan dan sebangku dengan kamu", sapa Rania sambil tersenyum manis.

Zia pun menyambut uluran tangan Rania dengan senyum.

Setelah acara perkenalan selesai, Pak Amri segera melanjutkan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Murid-murid belajar dengan tenang hingga jam pelajaran matematika pun selesai.

Baru satu hari saja bertemu, Zia dan Rania sudah terlihat akrab, mereka saling bertukar cerita, membahas pelajaran bersama dan Rania juga tidak segan membagi makanan yg dibawanya kepada Zia.

Bik Asih pembantu di keluarga Rania sekaligus yang telah menjadi pengasuhnya sejak mamanya meninggal sengaja membawakan bekal makanan karena takut sang nona muda belum terbiasa makan dikantin pada sekolah yang baru.

Disudut kelas ada yang melihat kedekatan Zia dan Rania dengan tatapan sinis, mereka merasa tidak senang jika Zia mendapatkan teman yang setara dengan mereka. Siapa lagi klu bukan Bella dan Lusy yg selama ini selalu iri dengan keberadaan Zia di sekolah mereka.

Bella dan Lusy berasal dari salah satu keluarga terpandang di kota ini, yang terkenal sombong sejak mendaftar menjadi siswi di sekolah mereka. Mereka menganggap Zia tidak pantas bersekolah disana karena Zia tidak se kasta dengan mereka.

Mereka sering mengolok-olok Zia, merasa jijik berdekatan dengan Zia dan menghasut teman-teman lain yg berusaha dekat dengan Zia. Apalagi bila teman-teman pria yang tampan berusaha mencari perhatian Zia.

" Huh, bodoh sekali tuh Rania mau berteman dengan si miskin yang sok kepedean tuh", umpat Bella.

"Nanti ketularan miskin baru tau rasa dia", lanjutnya.

"Ya, karena belum tau aja tuh Rania makanya mau berteman dengan dia", sahut Lusy.

"Jika dia tau, pasti jijik duduk dan makan bersamanya".

"Dasar gadis gembel, miskin nggak tau malu bisa-bisanya dia meminta makanan Rania, pasti dirumahnya dia nggak pernah makan-makanan enak seperti itu", kembali Bella berkata.

"Nanti saat pulang sekolah kita beritahu aja dia ya agar jangan berteman dengan si gembel Zia itu, biar gabung aja dia dengan kita. Kan seru kalau dia gabung, kita bisa bentuk trio Cansekkay".

"Apaan tuh?", tanya Bella.

"Ah, lu nggak gaul, singkatan gitu aja lu kagak ngerti dasar lemot lu !", jawab Lusy.

"Enak saja lu bilang gue lemot, begini begini lu kan sering mencontek sama aku saat ujian", balas Bella.

"He he he, iya dech, lu pinter", jawab Lusy sambil menggaruk kepalanya yg tidak gatal.

"Masih mau tau nggak, apa itu Cansekkay?", lanjut Lusy.

"Iya dong, cepatlah beritahu aku".

"Itu lho, trio cantik seksi kaya."

"Haaahaahaaa, bisa aja kamu Lusy."

"Benarkan, kita bertiga kan cantik, seksi dan juga kaya, pasti nanti cowok-cowok ganteng nempel semua dengan kita."

"Setuju", lalu keduanya bertoss tanda setuju dengan ide Lusy.

Sementara Zia dan Rania tetap asyiik dengan obrolan mereka. Mereka seperti sahabat lama yg bertemu kembali kadang tertawa, bercanda dan asyik berbagi ilmu hingga tak terasa jam sekolah pun usai yang mengharuskan mereka berpisah untuk pulang kembali kerumah masing-masing.

Bab 2. Kembali mendapat ancaman

Siang ini cuaca sangat terik, sang surya dengan sinarnya yg menyilaukan mata membuat murid-murid enggan berlama-lama berada di tempat terbuka, mereka bergegas menuju area parkir untuk mengambil kenderaannya masing-masing.

Ada yang mengendarai mobil dan sepeda motor sendiri dan ada pula yang menunggu jemputan mereka datang. Hanya beberapa orang murid saja yg naik angkutan umum salah satunya adalah Zia.

Dengan terburu buru zia berjalan keluar gerbang sekolah karena angkutan umum yg biasa ia tumpangi sudah menunggu disana. Rania berlari mengikuti Zia, sesegera mungkin ia mensejajarkan langkahnya dengan langkah sahabatnya itu.

"Zia tunggu", panggil Rania.

Zia pun menoleh kearah datangnya suara yg memanggilnya.

"Ya, ada apa Rania?"

"Kamu pulang bareng aku saja ya, kita ngobrol dulu yuk disana sambil menunggu supir keluargaku datang menjemput kita", Rania menunjuk ke sebuah bangku yg ada di bawah pohon mangga disudut dekat gerbang sekolah.

"Kita kan berlawanan arah Rania dan lagian aku akan singgah ke apotik dulu untuk membeli obat buat Ibu ku", elak Zia.

Zia tidak ingin jika nanti ada yg melihat dirinya diantar pulang dengan mobil Rania, mereka akan menganggap dirinya benar-benar memanfaatkan nilai persahabatan hanya demi kepentingannya biar bisa dianggap sebagai anak orang kaya seperti yg sering dituduhkan Bella dan Lusy.

"Memang nya ibu kamu sakit apa Zia?"

Seketika wajah Zia berubah murung, Zia menjawab sambil menundukkan kepala takut air mata yg sudah membayang dipelupuk matanya jatuh dan terlihat oleh Rania.

"Ibu aku sakit pembengkakan di area jantung."

"Oh maaf ya Zia, kasihan sekali ibu, aku jadi teringat almarhumah mamaku yang meninggal setelah bertahun-tahun dirawat di RS dan harus cuci darah dua kali dalam satu minggu."

Sambil menghela napas panjang dan ada bulir air mata yg hampir jatuh disudut matanya Rania pun melanjutkan ucapannya," Penyakit gagal ginjal telah merenggut nyawa mamaku, waktu itu aku masih berusia 8 tahun ketika mamaku menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan Papa karena mama tidak mau di rawat di RS lagi, mama ingin disaat-saat terakhirnya selalu berada disisi orang-orang yg paling disayanginya."

Akhirnya menetes juga air mata Rania yg sudah dengan susah payah ia menahannya.

"Hiks...hiks...hiks", dengan suara tangisannya yang terdengar sangat sedih.

Zia mengambil sapu tangan dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Rania kemudian ia memeluk Rania dan berkata," Menangislah kalau itu bisa mengurangi kesedihanmu."

"Terima kasih Zia, maafkan aku ya, telah membuat bajumu basah dengan air mataku."

"Tidak apa-apa Rania, aku tahu kehilangan seorang ibu pasti sangat menyakitkan, melihat ibuku yang sakit-sakitan aja rasanya aku tidak tega, aku ingin Allah memindahkan rasa sakit itu kepadaku saja."

Keduanya akhirnya sama-sama menangis.

"Mudah-mudahan Allah memberikan kesembuhan kepada ibu ya Zia", lanjut Rania.

"Aamiin", jawab Zia.

"Dan mudah-mudahan almarhumah ibu kamu juga diberikan tempat yg terbaik di surga-Nya Allah, Aamiin."

Yang ditunggupun akhirnya datang, Mang Asep segera membukakan pintu mobil buat Rania, lalu beliau berkata," Ayo non, kita harus cepat pulang karena tadi Papa non telephone agar saya cepat kembali ke kantor setelah mengantar non pulang."

"Memangnya Papa mau kemana Mang?"

"Kata Tuan sih mau bertemu klien penting yang baru datang dari luar kota non", jawab mang Asep.

"Baiklah mang, ayo kita segera pulang."

"Oh ya Zia, terima kasih untuk hari ini walaupun kamu tidak bisa pulang bareng aku tapi kuharap besok kita bisa pulang bareng ya."

Zia hanya mengangguk agar sahabatnya tidak kecewa.

"Aku sangat senang lho, bisa kenal dan bersahabat dengan kamu Zia, sampai ketemu besok ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam", jawab Zia.

Setelah mobil Rania pergi, Zia pun segera bergegas menuju angkutan umum yg sudah sedari tadi menunggu.

"Ayo non naik", sapa Pak kondektur dengan ramah.

"Iya pak", jawab Zia.

Ketika Zia hendak naik tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang," Tunggu Pak, teman saya tidak jadi naik, dia akan pulang bareng saya", ucap Bella sembari menarik tangan Zia untuk menjauh dan terus menarik Zia kearah mobilnya.

Pak kondektur hanya bisa geleng kepala saja melihat penumpangnya sudah dibawa pergi.

Zia terus ditarik mendekat ke pintu mobil oleh Bella dan ternyata disana juga sudah ada Lusy duduk di dalam mobil. Lusy segera menarik tangan Zia agar masuk ke dalam mobil.

"Lepaskan saya, apa maksud kalian dan akan kalian bawa kemana saya. Tolong lah Bella, Lusy, biarkan saya keluar, saya masih ada pekerjaan yg harus saya kerjakan siang ini."

"Diam !" kata Lusy, " kamu harus ikut kami biar kamu jera, jangan coba-coba menentang kami lagi."

Bella pun kemudian melajukan mobilnya kearah luar kota. Setelah tiba ditempat sepi dan jauh dari lalu-lalang kenderaan Bella tiba-tiba menghentikan mobilnya dan berkata,"Turun kamu Zia!", bentak Lusy.

"Mau apa kalian menurunkan saya disini, dimana ini kok sepi, tak ada satupun kenderaan yang lewat."

"Kamu mau tau dimana ini, kita sedang berada di jalan menuju ke luar kota yg hanya akan dilewati orang saat akhir pekan. Jika kami tinggalkan kamu disini tidak ada yang akan menolong kamu,

kalaulah kamu beruntung masih bisa bertahan hidup sampai akhir pekan barulah ada yang menolongmu itupun jika ada yang melewati jalan ini", jawab Lusy.

"Berikan tas kamu!", Bella dengan kasar menarik tas yang tersandang di tangan Zia hingga talinya putus.

Bella segera memeriksa isi tas Zia dan dia menemukan ponsel, lalu mengambilnya, kemudian melemparkan tas yang telah putus talinya itu kearah Zia.

"Tolong Bella, Lusy, jangan ambil handphone ku, tolong kembalikan handphone ku Bell, aku ingin menelphone ibuku, kasihan ibuku beliau pasti khawatir jika aku tidak pulang."

"Handphone jadul saja, untuk melempar anjing pasti mati anjingnya", lanjut Bella.

Bella dan Lusy saling melemparkan handphone itu. Zia berusaha merebut handphonenya dari tangan mereka tapi akhirnya dia malah terjatuh karena didorong oleh Lusy.

"Aduuuuh, sakit sekali tanganku", keluh Zia.

Telapak tangan Zia pun terluka akibat tergores aspal dan mengeluarkan darah.

"Itulah akibatnya karena kamu selalu menentang kami", ucap Bella.

"Sejak kita dikelas satu kami selalu bilang jangan coba dekati teman-teman yang tidak selevel dengan kamu baik itu cowok maupun cewek disekolah kita", lanjut Bella.

"Jangan kepedean kamu ya, mentang-mentang kamu pintar, kamu fikir bisa mengambil perhatian mereka dari kami", umpat Lusy.

"Maaf Bella, Lusy, aku tidak bermaksud mendekati mereka tapi merekalah yang mendekatiku. Jadi tolonglah ayo kita kembali, aku janji akan menjauh dari mereka", ucap Zia.

"Dulu kamu juga pernah bilang seperti itu, akan tetapi tetap kamu langgar kan", bentak Lusy.

Bella membuka handphone Zia lalu mengeluarkan kartu yang ada di dalamnya, kemudian dia melemparkan handphone itu ke arah Zia.

Zia pun menangkap handphone yg melayang diudara itu agar tidak jatuh dan pecah. Disaat Zia sedang berusaha menangkap handphonenya, keduanya bergegas menuju mobil dan suara mobil menderu berlalu meninggalkan Zia sendirian disana.

Bab 3. Yakin akan pertolongan Allah

Setelah kepergian Bella dan Lusy, Zia hanya terduduk lemas dipinggir jalan yg sepi itu sambil memegangi kedua lututnya dan menumpukan wajah diatas lututnya sambil menangis.

Keberanian dan ketegaran Zia pun runtuh seketika melihat sekelilingnya yang hanya terlihat pepohonan besar, semak belukar dikanan kiri jalan, gemerisik dedaunan yang tertiup angin dan suara kicau burung dan binatang-binatang kecil lainnya.

Sambil terus menangis dia membayangkan bagaimana seandainya jika tidak ada satu orangpun yang lewat disana. Bagaimana dia akan bertahan hidup jika tidak ada air dan makanan sampai menunggu adanya orang yg melintas disana sesuai dengan perkataan Bella dan Lusy.

Bagaimana saat malam tiba yang ada pasti hanya kegelapan dan udara dingin, belum lagi jika ada binatang buas dan muncul orang yg bermaksud jahat misal memperkosa dirinya.

Bayangan kekhawatiran keluarganya, khususnya ibunya terus bermunculan menambah keresahan hatinya.

Satu persatu bayangan tersebut terus berputar putar dikepalanya. Tapi akhirnya ia kembali pasrah, ia tanamkan kembali keyakinan dalam hatinya bahwa Allah tidak tidur. Allah pasti akan membantu dirinya agar bisa kembali pulang ke rumah.

Dengan yakin Zia berdiri memantapkan hati dan mengusap sisa air matanya sambil melangkahkan kakinya mencoba untuk kembali. Bayangan ibu, ayah dan adiknya yang sedang tersenyum menunggu dirinya mengembalikan keberanian dan semangat dalam dirinya.

"Bismillah", ucap Zia.

"Aku harus berani, aku harus kuat, aku harus semangat, aku harus bisa kembali kerumah bagaimanapun caranya demi ibu, demi ayah dan adikku", Zia terus mengucapkan itu sambil melangkah pergi.

Setengah jam kemudian, ia dikejutkan oleh suara mobil yang datang, mobil itu menuju kearah Zia. Zia segera melambaikan tangannya untuk meminta pertolongan agar bisa kembali kerumahnya.

Setelah mobil mendekat," Itukan mobil Bella, mengapa mereka kembali ya", tanya Zia dalam hati.

Apakah mereka akan menolong Zia atau akan menyakiti Zia lagi?, Zia pun tidak perduli. Dia terus melangkah tanpa memperdulikan keberadaan Bella dan Lusy yang sudah memberhentikan mobil didekatnya.

"Ayo cepat naik!", seru mereka.

"Ayo cepat!, atau kamu mau tetap disini, biar dimakan binatang buas. Makanya sudah tau gembel jangan bermimpi untuk bisa sejajar dengan level kami, gembel ya tetap saja gembel dan jangan coba-coba melawan kami lagi", bentak Lusy lagi.

"Ayo cepat !, dasar cengeng, kamu tadi pasti menangis kan, tuh lihat mata kamu sudah seperti mata ikan asin", Bella pun ikut menimpali.

Tanpa memperdulikan omongan Bella lagi Zia segera naik, daripada dia harus bermalam ditempat itu. Di dalam hati dia berkata," Terima kasih ya Allah, inilah bukti pertolongan-Mu. Engkau telah membukakan pintu hati kedua sahabatku ini, walau mereka sempat jahat kepadaku tapi Engkau masih menunjukkan sisi kebaikan di hati nurani mereka. Aku yakin dengan pertolongan-Mu ya Allah."

"Ini kartu handphone kamu!", Lusy mengembalikan kartu hp Zia yg tadi sempat mereka ambil secara paksa.

"Kali ini kami berbaik hati memberi kamu kesempatan, lain kali kami akan benar-benar membuang kamu ketempat tadi biar nggak ada seorangpun yang akan menolongmu", lanjut Lusy.

Mobil melaju kencang meninggalkan tempat itu dan sampailah mereka di terminal angkutan umum yg menuju rumah kontrakan Zia.

"Turun! teriak Lusy, kamu bisa pulang sendiri kan? jangan-jangan Bell dia juga nggak punya uang untuk sekedar ongkos."

" Hemmm", Bella hanya berdehem mendengar cemo'ohan Lusy.

Sambil tersenyum mengejek, Lusy pun mengeluarkan satu lembar uang pecahan senilai Rp.100.000,-dan memasukkan secara paksa ke dalam tas Zia.

"Nih buat ongkos kamu dan buat ngebenerin tali tas kamu tuh", lanjutnya.

Zia pun segera turun, pintu mobil pun ditutup dengan kuat oleh Lusy kemudian Bella melajukan mobilnya dengan kencang meninggalkan Zia di terminal itu sendirian.

Zia berjalan dengan cepat mendekati angkutan umum yg akan menuju ke daerah rumahnya. Dia berharap bisa secepatnya sampai dirumah, pasti ibunya sangat khawatir karena hari sudah mulai sore sementara Zia belum kembali juga ke rumah.

Biasanya sepulang sekolah Zia akan pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengganti seragamnya, makan dan menunaikan sholat baru berangkat ke loundry tempat ia bekerja. Siang tadi Zia terpaksa tidak masuk kerja akibat ulah Bella dan Lusy.

Akhirnya sampai juga Zia ke rumahnya, Zia langsung membuka pintu dengan mengucap salam, lalu berjalan ke arah kamar Ibunya. Dia ingin melihat ibunya terlebih dahulu sebelum membersihkan diri untuk menunaikan kewajiban sholat yang waktunya sudah tertunda.

Dilihat ibunya masih tertidur membuat rasa cemasnya hilang, kemudian ia menutup kembali pintu kamar ibunya dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan menjalankan ibadah.

Memang tadi ibunya sempat khawatir kenapa Zia belum pulang tetapi kemudian ibunya berpikir mungkin Zia langsung ke loundry untuk bekerja.

Karena kondisi ibu Zia yg tidak sehat membuat tubuhnya semakin lemah dan akhirnya ia ketiduran.

Di kediaman Rania terlihat lengang, hanya ada beberapa pelayan berlalu lalang disana melakukan tugasnya masing-masing.

Sementara Rania berdiri di balkon rumahnya menyaksikan datangnya senja dengan rasa sepi dihatinya. Ia melamun mengenang saat mamanya masih ada, ia merindukan belaian dan kasih sayang sang mama. Ayahnya terlalu sibuk mengurusi bisnisnya yang cabangnya hampir ada di setiap daerah.

Walau setiap hari ayahnya menelphone untuk menanyakan kabar, sudah makan atau belum dan bagaimana dengan sekolah Rania yg baru serta masih banyak lagi tetap tidak sama rasanya bila papanya ada didekatnya.

"Haahhh", dengan menghela napas panjang Rania berlalu dari tempat itu menuju kamarnya untuk beristirahat sambil menunggu datangnya maghrib.

Rumah besar, kenderaan banyak tinggal pilih mau pakai yg mana, mau makan enak juga tinggal makan sudah ada yang melayani, mau fasilitas apa aja ada dirumahnya, semua yang dimintanya selalu diberikan papanya tapi kesepian dan kehampaan dihati Rania tidak bisa terobati hanya dengan materi.

Berbeda pula yang dihadapi oleh Zia, kasih sayang dari Ayah dan ibu serta adiknya cukup banyak ia dapatkan tapi dari segi materi keluarganya sangat kekurangan hingga Zia harus ikutan bekerja untuk membantu keuangan keluarganya.

Selepas sholat maghrib, anak-anak tetangganya sudah mulai berkumpul dirumahnya untuk mendapatkan pengajaran dari Zia mulai dari yang belum pandai membaca, tingkat SD, SLTP bahkan ada beberapa orang muridnya yang setingkat dan seusia dengannya.

Dengan sangat sabar Zia mengajar satu persatu muridnya dalam waktu bergantian yang telah dijadwalkan sesuai dengan tingkatan pendidikan masing-masing muridnya.

Kegiatan ini selesai pada jam sepuluh malam. Murid murid les Zia sudah kembali pulang kerumah masing-masing. Selesai menjalankan tugasnya barulah Zia mengerjakan tugas-tugas pribadinya yang diberikan oleh guru sekolahnya.

Setelah semua tugas selesai ia baru bergegas ke kamarnya untuk beristirahat dan segera tertidur. Walau sesibuk dan selelah apapun Zia tidak pernah meninggalkan sholat.

Sesuai dengan Firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 103 yang artinya :

..." Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang orang yang beriman"....

Disitu dinyatakan dengan jelas bahwa sholat 5 waktu wajib dikerjakan.

Di setiap sepertiga malam Zia juga selalu bangun untuk melaksanakan sholat Tahajud.

Firman Allah dalam QS Al-Isra' 79 menyebutkan bahwa :

..."Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah karena sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan mu mengangkat kamu ketempat yang terpuji"....

Sepertiga malam adalah waktu terbaik bagi seorang hamba untuk berbicara kepada Rob nya, mengadu, menangis dan meminta. Dimana sebagian besar manusia lain sedang tertidur dengan lelapnya disitulah kesempatan semakin besar akan dikabulkannya permohonan seorang hamba. Yakinlah janji Allah itu pasti.

Keyakinan ini yang membuat Zia menjadi pribadi yang kuat dan santun. Zia hanya meminta disetiap sholatnya Allah memberikan dia dan keluarganya kekuatan untuk menghadapi semua cobaan yang datang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!