NovelToon NovelToon

Bismilah Jodoh

Seblak Bakso Aci

"Iss sumpah gue masih kesel sama entu dosen,!" ujar-nya Ajeng kesal sambil memasukan sesendok bakso aci.

"Hahaha, siapa suruh telat? jadi kena hukum kan," ucap Adeva tertawa puas.

"Lo mah, kan tadi gue udah bilang kalau gue kejebak macet!," ujar Ajeng membela diri.

"Jangan di ulangin lagi, kalau lo gk mau kena hukum tuh dosen," ucap Reina bijak.

"Ya tapi kan... iss lo mah bukan-nya dukung gue malah makin mojokin gue, " ucap Ajeng ternistakan.

"Nah bener tuh, gue setuju sama Reina, dari pada lo ngegerutu terus mending abisin tuh seblak bakso aci lo, sebelum dingin," ujar Adeva menengahi.

...Seblak Bakso Aci...

Reina hanya menganggukan kepala dan melanjutkan makan-nya, Ajeng menghela nafas kasar dan melanjutkan makan-nya

"Mana banyak banget lagi tugas tambahan-nya!," ujar Ajeng setelah memasukan sesendok bakso aci kedalam mulut-nya.

"Eh, pak Anggara udah punya calon belum sih?... tapi gk mungkin juga sih kalau dia jomblo, secarakan dia udah mapan terus tampan lagi mana bijak banget lagi entu dosen," ujar Adeva tidak memperdulikan ucapan Ajeng.

"Uhuk uhuk, tadi lo bilang apa? pak Gara tampan? mftttt hahaha njirr tampan dari mana njirr biasa aja juga," ujar Ajeng menjawab ucapan Adeva.

"Yeuh... mata lu butik kali ya? pak Anggara cakep-nya kg ketulungan gitu juga," ucap Adeva sambil mentoyor kepala Ajeng.

"Ho'oh, dia kan dosen idola masa iya lo bilang kg cakep, eh bentar-bentar tadi kan lo bilang pak Gara?" ujar Reina membenarkan ucapan Adeva dan bertanya kepada Ajeng.

"iya kenapa?" Ajeng balik bertanya.

"Ciee panggilan sepesial!! bilang aja lo demen ama dia, ya gk Re?," ujar Adeva yang sedari tadi hanya menyimak.

"Yoi, bener lama-lama jodoh aja mampus lo," ucap Reina yang semakin memojokan Ajeng.

"Apaan sih, g-gue manggil gitu karna biar lebih simpel aja, Anggara itu kepanjangan maka-nya gue manggil dia pak Gara!," ujar Ajeng menjelaskan.

"Ciee ciee hahaha, udah ah Re kasian gue ngeliat anak orang salting," ujar Adeva tertawa terbahak-bahak.

"BISMILAH JODOH," ucap mereka berdua kompak yang di akhiri dengan tawa jahat.

"Jangan berisik njirr, malu gue di liatin orang," ucap Ajeng mengalihkan pembicaraan.

"Haha, nanti kita bantuin deh nungas-nya, jangan ngambek lagi dong," ujar Reina membujuk Ajeng.

"Bener ya, awas lo berdua kalau bohong!!," ucap Ajeng mengancam sambil mengangkat garpu yang sedang ia pegang.

"Iya sayangku, turunin dong garpu-nya," ujar Adeva memutar bola mata-nya.

"Eh balik yuk, udah mau magrib nih," ujar Reina setelah melihat jam yang melingkar di tangan-nya

"Eh iya udah sore ternyata, ya udah balik yuk, habisin dulu seblak-nya baru pulang," ucap Adeva membalas Reina.

Ajeng menyelesaikan makan-nya duluan, ia membereskan barang barang-nya dan berpamitan kepada sahabat-nya untuk pulang duluan.

"Ya udah gue balik ya, Assalamualaikum," ujar Ajeng dan meninggalkan kedai seblak yang berada di pinggir jalan itu dan melajukan motor-nya menuju rumah-nya.

"Waalaikumsalam" ucap Adeva dan Reina bebarengan.

Adeva dan Reina menyelesaikan makan-nya dan membereskan barang mereka untuk menyusul Ajeng yang sudah keluar dari kedai seblak.

Reina hanya menganggukan kepala dan melanjutkan makan-nya, Ajeng menghela nafas kasar dan melanjutkan makan-nya

"Mana banyak banget lagi tugas tambahan-nya!," ujar Ajeng setelah memasukan sesendok bakso aci kedalam mulut-nya.

"Eh, pak Anggara udah punya calon belum sih?... tapi gk mungkin juga sih kalau dia jomblo, secarakan dia udah mapan terus tampan lagi mana bijak banget lagi entu dosen," ujar Adeva tidak memperdulikan ucapan Ajeng.

"Uhuk uhuk, tadi lo bilang apa? pak Gara tampan? mftttt hahaha njirr tampan dari mana njirr biasa aja juga," ujar Ajeng menjawab ucapan Adeva.

"Yeuh... mata lu butik kali ya? pak Anggara cakep-nya kg ketulungan gitu juga," ucap Adeva sambil mentoyor kepala Ajeng.

"Ho'oh, dia kan dosen idola masa iya lo bilang kg cakep, eh bentar-bentar tadi kan lo bilang pak Gara?" ujar Reina membenarkan ucapan Adeva dan bertanya kepada Ajeng.

"iya kenapa?" Ajeng balik bertanya.

"Ciee panggilan sepesial!! bilang aja lo demen ama dia, ya gk Re?," ujar Adeva yang sedari tadi hanya menyimak.

"Yoi, bener lama-lama jodoh aja mampus lo," ucap Reina yang semakin memojokan Ajeng.

"Apaan sih, g-gue manggil gitu karna biar lebih simpel aja, Anggara itu kepanjangan maka-nya gue manggil dia pak Gara!," ujar Ajeng menjelaskan.

"Ciee ciee hahaha, udah ah Re kasian gue ngeliat anak orang salting," ujar Adeva tertawa terbahak-bahak.

"BISMILAH JODOH," ucap mereka berdua kompak yang di akhiri dengan tawa jahat.

"Jangan berisik njirr, malu gue di liatin orang," ucap Ajeng mengalihkan pembicaraan.

"Haha, nanti kita bantuin deh nungas-nya, jangan ngambek lagi dong," ujar Reina membujuk Ajeng.

"Bener ya, awas lo berdua kalau bohong!!," ucap Ajeng mengancam sambil mengangkat garpu yang sedang ia pegang.

"Iya sayangku, turunin dong garpu-nya," ujar Adeva memutar bola mata-nya.

"Eh balik yuk, udah mau magrib nih," ujar Reina setelah melihat jam yang melingkar di tangan-nya

"Eh iya udah sore ternyata, ya udah balik yuk, habisin dulu seblak-nya baru pulang," ucap Adeva membalas Reina.

Ajeng menyelesaikan makan-nya duluan, ia membereskan barang barang-nya dan berpamitan kepada sahabat-nya untuk pulang duluan.

"Ya udah gue balik ya, Assalamualaikum," ujar Ajeng dan meninggalkan kedai seblak yang berada di pinggir jalan itu dan melajukan motor-nya menuju rumah-nya.

"Waalaikumsalam" ucap Adeva dan Reina bebarengan.

Adeva dan Reina menyelesaikan makan-nya dan membereskan barang mereka untuk menyusul Ajeng yang sudah keluar dari kedai seblak.

...****************...

"Huftt... baru 5 lembar lagi," ucap gadis itu.

"Apaan kata-nya tuh bocah dua bakalan bantuin, ternyata zonk di hubungin pada sok sibuk semua," dumel gadis itu melirik handphone-nya yang tidak ada notifikasi balasan dari kedua sahabat-nya.

sudah pukul 21.30 WIB Ajeng masih berkutat dengan leptop-nya, karena banyak-nya tugas tambahan yang di berikan dosen-nya alhasil ia harus begadang seperti ini.

Ajeng kembali fokus mengerjakan tugas-nya yang sesekali membuka buku besar dan tebal itu, ia menguap karena hari yang sudah larut juga membuat-nya mengantuk tetapi ia tetap memaksakan mengerjakan tugas-nya.

"Jam segini masih ada es doger gk ya?" ujar Ajeng bertanya pada diri-nya sendiri.

"Ah... mending liat di goofood deh, siapa tau masih ada," ucap-nya sambil meraih handphone-nya yang ia letakan tidak jauh dari leptop-nya.

"Tapi jam segini masih ada gk yah?" tanya-nya pada diri-nya sendiri, setelah melihat jam yang sudah menunjukan pukul 21.45 WIB.

tapi ia tetap menyalakan hanphone-nya dan menggambar pola yang ia kunci agar tidak ada yang sembarang membuka handphone-nya.

Ajeng membuka aplikasi berwarna hijau itu, dan mencari apa yang ia inginkan di kolom pencarian.

setelah ketemu apa yang ia cari ia langsung memesan-nya jarna sudah tidam sabar memakan es doger, untung saja masih ada walaupun itu ada di restoran yang cukup mahal tapi harga-nya masih pasaran.

"Eh, kayak-nya enak nih kalau minum es doger di dampingin sama seblak bakso aci," ujar-nya tersenyum puas, saat yang ia cari masih ada.

Setelah memesan makan Ajeng melanjutkan tugas-nya sambil menunggu makan-nya tiba. 15 menit kemudian.

Tok...Tok...Tok.

ada yang mengetuk pintu rumah-nya dan bergegas keluar kamar dan turun untuk mengambil pesanan-nya.

"Huaa... udah sepi banget," ujar-nya agak merinding saat sudah sampai di ruang tamu.

Ajeng membuka pintu depan dan terpampang lah tukang ojol yang mengantarkan makan pesanan-nya.

"Neng Ajeng?" tanya tukang ojol itu sambil melihat ke handphone-nya dan bergantian menatap Ajeng.

"Iya mas, jadi berapa ya mas?" ucap-nya dengan sangat sopan.

"Jadi 40 ribu neng," ujar abang ojol itu sambil memberikan plastik yang berisi makanan itu.

"Nih bang uang-nya," setelah memberikan uang Ajeng ingin kembali masuk tetapi di tahan sama mas ojol-nya.

"Eh... neng kembali-nya belum," ujar Mas ojol-nya.

"buat mas-nya aja kembali-nya," ujar Ajeng sembari tersenyum.

"Makasih ya neng,"

"iya sama sama mas," setelah mengucapkan itu, ajeng kembali masuk dan langsung menuju ke kamar-nya tidak lupa ia tadi mengunci pintu depan.

setelah sampai di kamar, Ajeng membuka kantung plastik dan mengeluarkan isi-nya, es doger dan seblak bakso aci yang masih panas dan dingin.

"Yuhu...Selamat makan," ucap ajeng setelah membaca doa makan.

dret...dret...dret

dering pertama dari ponsel-nya ia abaikan, karna ia sedang menikmati pedas-nya kuah seblak dan dingin-nya es doger.

dret...dret...dret

panggilan kedua pun masih ia abaikan fikr-nya sahabat-nya yang menelefon-nya malam-malam seperti ini, ia akan membalas dendam karena kata-nya mereka akan membantu mengerjakan tugas-nya nyata-nya mereka tidak membalas atau mengangkat telefon-nya.

saat setelah seblak bakso aci-nya sudah habis ponsel-nya kembali berdering, ia meminum es doger-nya dan mengambil Hanphone-nya yang berada di atas nakas.

"Uhuk...uhuk...uhuk," Ajeng tersedak dan mata-nya membola saat membaca nama penelefon yang sedari tadi menelefon-nya.

Deg

Dia lagi Dia Lagi

Deg

"What apa apan ini, kenapa ni orang nelfon gue mulu sih," ujar-nya sangat kesal.

Ajeng mematikan telefon dan mematikan daya handphone-nya agar orang itu tidak menelefon-nya lagi

"Mending tidur aja deh, udah malem juga," ucap-nya sambil membereskan meja belajar-nya.

ia beranjak dari tempat duduk-nya ke kasur springbad-nya dan merebahkan tubuh-nya di sana, sebelum menutup mata Ajeng membaca doa tidur terlebih dahulu.

tidak lama terdengar dengkuran halus dan tarikan nafas yang teratur dari gadis yang sedang tertidur itu menandakan ia sudah memasuki alam bawah sadar-nya.

cklek

ada seorang wanita paru baya yang membuka kamar seorang gadis yang tengah tertidur pulas itu.

"Udah tidur ternyata," ucap mama Lucy.

Lucy menghampiri ranjang putri bungsu-nya dan duduk di pingir ranjang, tangan putih-nya bergerak untuk mengelus pucuk kepala sang putri dengan kasih sayang.

Lucy bangkit dan keluar dari kamar Ajeng tidak lupa menutup pintu kamar Ajeng lagi, Lucy turun ke lantai satu dan menuju pintu luar yang sudah di tunggu seseorang.

"Nak, Ajeng-nya sudah tidur... sebaik-nya kamu ke sini besok siang aja ya," ujar Lucy lembut kepada pemuda itu.

"Oh iya tante gk papa, kalau begitu saya pulang ya tante," ucap pemuda itu sambil tersenyum hangat kepada Lucy.

Lucy membalas senyum hangat pemuda itu yang sudah mulai menjauh dari hadapan-nya menuju mobil-nya yang terparkir di depan gerbang kediaman Wijaya.

Lucy mengegelng-geleng melihat pemuda itu dan masuk kedalam tidak lupa mengunci pintu takut-takut ada maling yang masuk karna ia lupa mengunci pintu.

"Besok siang gue ke sini lagi, semoga lo udah maafin gue Ajeng," ucap pemuda itu dan meninggalkan pekarangan rumah Wijaya.

"What apa apan ini, kenapa ni orang nelfon gue mulu sih," ujar-nya sangat kesal.

Ajeng mematikan telefon dan mematikan daya handphone-nya agar orang itu tidak menelefon-nya lagi

"Mending tidur aja deh, udah malem juga," ucap-nya sambil membereskan meja belajar-nya.

ia beranjak dari tempat duduk-nya ke kasur springbad-nya dan merebahkan tubuh-nya di sana, sebelum menutup mata Ajeng membaca doa tidur terlebih dahulu.

tidak lama terdengar dengkuran halus dan tarikan nafas yang teratur dari gadis yang sedang tertidur itu menandakan ia sudah memasuki alam bawah sadar-nya.

cklek

ada seorang wanita paru baya yang membuka kamar seorang gadis yang tengah tertidur pulas itu.

"Udah tidur ternyata," ucap mama Lucy.

Lucy menghampiri ranjang putri bungsu-nya dan duduk di pingir ranjang, tangan putih-nya bergerak untuk mengelus pucuk kepala sang putri dengan kasih sayang.

Lucy bangkit dan keluar dari kamar Ajeng tidak lupa menutup pintu kamar Ajeng lagi, Lucy turun ke lantai satu dan menuju pintu luar yang sudah di tunggu seseorang.

"Nak, Ajeng-nya sudah tidur... sebaik-nya kamu ke sini besok siang aja ya," ujar Lucy lembut kepada pemuda itu.

"Oh iya tante gk papa, kalau begitu saya pulang ya tante," ucap pemuda itu sambil tersenyum hangat kepada Lucy.

Lucy membalas senyum hangat pemuda itu yang sudah mulai menjauh dari hadapan-nya menuju mobil-nya yang terparkir di depan gerbang kediaman Wijaya.

Lucy mengegelng-geleng melihat pemuda itu dan masuk kedalam tidak lupa mengunci pintu takut-takut ada maling yang masuk karna ia lupa mengunci pintu.

"Besok siang gue ke sini lagi, semoga lo udah maafin gue Ajeng," ucap pemuda itu dan meninggalkan pekarangan rumah Wijaya.

...****************...

Bulan sudah mulai menghilang dan matahari sudah mulai menampakan diri-nya. di dalam satu kamar ada seorang gadis tengah bersiap-siap untuk ke kampus-nya.

Gadis itu sedang mempersiapkan peralatan kuliah-nya, jangan sampai ada yang tertinggal kalau itu terjadi ia bisa terkena hukum lagi pikir gadis itu.

Ajeng gadis itu bernama Ajeng, setelah selesai mempersiapkan barang-barang-nya Ajeng keluar kamar dan menuruni satu persatu anak tangga untuk menuju ruang makan yang letak-nya berada di lantai satu dekat dapur.

Ajeng bukanlah orang miskin tapi bukan juga orang kaya lebih tepat-nya memang Ajeng tidak ingin di sebut orang kaya, bisa di bilang ia orang yang berkecukupan.

"Morning all," teriak-nya menyapa seluruh anggota keluarga-nya yang berada di meja makan.

"Morning juga sayang," ucap Lucy dan Adrian bersamaan.

"Tumben bangun-nya gk telat," cibir Naya kaka pertama Ajeng.

"Yeuh lo mah ka, bukan-nya seneng adik-nya bangun gk telat," ujar Ajeng kepada kaka-nya

"Udah-udah jangan pada berantem, mending sekarang kita sarapan oke," ujar Adrian menengahi.

mereka mulai memakan sarapan mereka masing-masing, meja makan menjadi hening hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang berbenturan.

"Ajeng udah selesai, Ajeng berangkat ya, Assalamualaikum," ujar Ajeng setelah menyelesaikan sarapan-nya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Ajeng bangkit dari tempat duduk-nya ia menyalimi kedua orang tua-nya tidak lupa mencium pipi kedua orang tua-nya, tidak lupa salim kepada sang kaka.

ketika Ajeng membuka pintu depan, terpanpang seorang laki-laki yang hendak mengetuk pintu utama. Ajeng tidak menyukai laki-laki itu, bukti-nya ia langsung pergi dari hadapan laki-laki itu.

Saat Ajeng sudah akan menyalakan motor-nya laki-laki itu berujar.

"Gue mau bicara sama lo," ujar Laki-laki itu.

"Gue gk ada waktu!," ucap Ajeng pedas.

"Please sebentar aja Dinda," ujar laki-laki itu memohon.

Ajeng tidak mengubris ucapan laki-laki itu, ia menyalakan motor-nya dan mulai meninggalkan halaman rumah-nya, laki-laki itu menghela nafas kasar ia mengacak rambut hitam legam-nya frustasi.

Naya yang melihat interaksi kedua-nya dari jauh, hanya bisa berdoa agar sang adik bisa move on dari sang mantan. Laki-laki yang sangat di hindari Ajeng dan sudah setahun pula ia tidak menampakan diri-nya.

setelah bersama selingkuhan-nya dan sekarang ia muncul kembali di saat Ajeng sudah mulai melupakan-nya. Naya berjalan ke arah Laki-laki itu dan menepuk pundak-nya.

"Jangan temuin dia lagi Kev, jangan buat dia mengingat apa yang udah lo lakuin sama dia," ujar Naya bijak dan berjalan meninggalkan pemuda itu karna sang ke kasih sudah menjemput-nya.

Kevin hanya diam tak mebalas apapun, ia berlari menuju mobil yang ia parkirkan agak sedikit jauh dari rumah Ajeng, ia akan kembali ia akan mecoba bertemu dengan Ajeng dan berbicara kepada-nya.

...****************...

5 menit yang lalu, Ajeng sampai di kampus Tunas Bangsa sekarang ia sedang berada di kantin kampus, masih ada 15 menit lagi untuk menungu bel masuk.

Ajeng duduk seorang diri sahabat-nya berada di kelas, Ajeng belum sempat ke kelas karna, setelah ia sampai kampus ia lngsung menuju ke kantin.

Ajeng masih memikirkan tentang tadi saat di rumah. Kenapa? kenapa orang itu datang lagi? orang yang paling ia hindari, orang yang membuat-nya trauma akan percintaan-nya. Kenapa dia harus menemui-nya? dan kenapa ia harus memohon seperti itu? pikir Ajeng.

Ajeng sudah mulai melupakan laki-laki itu, Kevin Atmajaya mantan kekasih-nya yang berselingkuh dengan teman masa kecil-nya, tapi kenapa dia kembali? Ajeng sudah melupakan-nya hanya saja belum benar-benar 100°/• ia melupakan laki-laki itu.

banyak kenangan indah saat mereka masih bersama, sesak sekali ketika mengingat kenangan pahit itu, batin Ajeng.

tak sadar air mata mulai mengalir dari mata canti itu, ia mengingat kembali masa lalu-nya, Ajeng menegakan tubuh-nya dan menghapus air mata-nya ia berjanji akan benar benar melupakan laki-laki berengsek itu yakin-nya.

karna terlarut dengan jesedihan mengingat mas ex, ia sampai tidak sadar jika sudaha da yang duduk di sebelah-nya, memperhatikan gadis cantik itu menangis dalam lamunan-nya.

orang itu mengelap air mata Ajeng menggunakan sapu tangan-nya, Ajeng terkejut karna ada yang mengelap air mata-nya, ia lebih terkejut lagi mengetahui siapa yang mengelap air mata-nya.

"Astagfirullah pak kedeketan," ucap Ajeng agak mendorang sedikit laki-laki itu.

"M-Maaf, kenapa kamu malah menangis disini, bukan-nya masuk kelas," ujar dosen itu gugup.

"Emang udah bel pak?" tanya Ajeng kepada-nya.

"Udah dari sekitar 5 menit lalu," ujar dosen itu santai.

"What? kenapa bapak gk bilang sam saya sih pak," ujar Ajeng mulai panik dan membereskan barang-nya.

"Kamu sedang nangis jadi saya gk enak buat ngasih tau," ujar dosen itu.

"Au ah bapak mah, udah saya kekelas dulu, assalamualaikum," ujar Ajeng dan langsung lari meninggalkan dosen itu.

"Waalaikumsalam," ucap Dosen melihat kepergian Ajeng, ia menggelengkan kepala melihat tingkah mahasiswi-nya itu. ia tersenyum tipis sangat tipis bahkan tidak terlihat jika ia sedang tersenyum ia bangkit dan meningalkan kantin menuju ruangan-nya berada

...ADINDA AJENG KUSUMANINGRUM...

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Maaf kemarin lupa kasih visual Ajeng hehe itu ya visual-nya, makasih ya sudah mampir di cerita ku love you yang baca♡

Penyelamat di saat waktu yang pas

"Gue ketemu lo Mau minta maaf," ujar Kevin kepada Ajeng yang tengah memanglingkan wajah-nya.

terlihat sangat jelas raut menyesal dari wajah Kevin, namun Ajeng tetap bersikukuh untuk tidak berbicara kepada laki-laki itu.

saat ajeng berjalan menuju tempat parkiran di sana, Kevin mantan pacar Ajeng menghampiri-nya.

"Din, gue nyesel udah milih dia dari pada lo," ujar kevin dengan suara lesu dan membuang muka ke arah kanan.

"Mungkin ini karma buat gue, karna udah ngehianatin lo," lanjut-nya.

"Maybe," ujar Ajeng acuh.

"Huftt, gue udah minta maaf, jadi sekarang lo balikan sama gue," ujar Kevin percaya diri.

"Lo bilang apa? gue jadi cewe lo lagi? heh, gk sudi!" ujar Ajeng memutar bola mata-nya jengah.

"Gue gk perduli, gue mau kita kaya dulu lagi dan sekarang lo jadi pacar gue," ujar-nya tidak memperdulikan delikan dari Ajeng.

"Lo kenapa sih? sakit ha? kalau sakit kerumah sakit gih, jangan ke sini" ucap-nya.

keadaan semakin panas karena Ajeng yang selalu menolak Kevin dan Kevin yang keras kepala itu terus memaksa Ajeng untuk menjadi pacar-nya lagi.

"UDAH GUE BILANG KAN, KALAU GUE GK NERIMA PENOLAKAN!" bentak-nya kepada Ajeng.

Ajeng tertawa sumbang, ia sangat tidak percaya bahwa orang yang berada di hadapan-nya membentak-nya dan apa tadi dia bilang? dia tidak menerima penolakan? cuih ia sudah tidak sudi bersama-nya, penghianat akan tetap penghianat pikir Ajeng.

tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan pertengkaran mereka, kampus memang sudah sepi karna mahasiswa dan mahasiswi-nya sudah pada pulang hanya yang kuliah sore saja yang masih ada, mereka pula berada dalam kelas.

"Gue bilang enggak ya enggak, gue gk mau masuk ke lubang yang sama," ucap Ajeng menjeda ucapan-nya.

"PENGHIANAT akan tetap PENGHIANAT" ucap Ajeng tepat di wajah Kevin sambil menatap manik hitam itu. Ajeng mundur dua langkah agar tidak terlalu dekat dengan laki-laki itu.

"Lo itu Brengsek dan akan tetap Brengsek, orang kaya lo itu gk pantes di maafin," ujar Ajeng sambil menunjuk wajah Kevin.

Kevin menggeram marah, ia tidak terima jika diri-nya di katai brengsek, ia mengepalkan tangan dengan kuat sampai kuku-kuku jari-nya memutih, rahang-nya mulai mengeras ia sangat emosi.

"Gue sayang sama lo dan gue gk mau kehilangan lo," ujar Kevin menahan emosi.

"Kalau lo emang sayang sama gue, lo gk mungkin selingkuh dari gue," ujar Ajeng yang di akhiri tawa sumbang.

Kevin sudah kepalang emosi, ia melayangkan tangan-nya, Ajeng yang tau ia hanya menutup mata dan menerima apa yang akan terjadi.

"Ya allah... tolong hamba, jauhkan hambar dari mara bahaya" doa Ajeng dalam hati.

*1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik*

Ajeng tidak merasakan apapun, ia menarik nafas sedalam dalam-nya dan membuka mata-nya perlahan. tangan kevin melayang di udara, yang di cengkram kuat oleh orang itu.

terlihat kilat amarah dari orang itu. Kevin yang tangan-nya di cengkram kuat menggeram marah, ia mengepalkan tangan-nya dan menghempaskan tangan yang memegang tangan-nya.

"Anda laki-laki atau bukan? berani-nya kok sama perempuan," ucap orang tersebut santai tapi menusuk.

"Ini bukan urusan anda, jadi jangan ikut campur!" setelah mengatakan itu Kevin kembali menatap Ajeng yang sudah mulai ketakutan.

Kevin ingin meraih lengan Ajeng namun tidak berhasil karna sudah di dorong mundur oleh orang itu.

"Sudah saya bilang bukan, anda tidak usah ikut campur sama urusan saya, anda hanya dosen di sini," ujar Kevin berusaha menahan emosi-nya agar tidak menonjok wajah sang dosen.

"Saya memang dosen, tapi apakah perilaku anda mencerminkan sopan santun? tidak bukan, bahkan anda hampir melukai perempuan," ujar-nya dingin.

Ajeng yang sedari tadi diam, ia mengumpulkan keberanian dan mencoba melerai mereka berdua, agar tidak terjadi baku hantam apa lagi di sini masih wilayah kampus.

"Pak udah, gk usah di ladenin," ucap Ajeng berani bersuara dan memegang lengan sang dosen.

"Dengar Ajeng, laki-laki kurang ajar seperti dia, haru di beri pelajaran," ucap Anggara dingin.

"Iya saya tau pak tapi... mending kita pergi dari pada nanti bertambah masalah," ujar Ajeng sambil menarik Anggara menjauh dari kevin.

Kevin yang melihat ke akraban mereka berdua tidak terima, ia meneriaki Ajeng, namun tidak di gubris oleh-nya Ajeng tetap berjalan meninggalkan-nya dengan sang dosen.

"Awas lo Anggara, gue bakal bales lo," gumam Kevin dengan penuh amarah.

...****************...

Anggara sedang berjalan menuju parkiran, ia sudah selesai mengajar dan tidak ada kerjaan lagi. ia melewati parkiran mahasiswa dan mahasiwi di kampus ini.

saat sedang sudah sampai parkiran anak kampus ia mendengar keributan, ia mencari sumber suara itu suara perempuan-nya tidak asing. Setelah mencari sumber suara itu dati mana ternyata dari parkiran paling pojok bagian motor.

ia memperhatikan saja, laki-laki yang sedang bertengkar bersama mahasiswi-nya. seperti-nya ia mengenal laki-laki itu, setelah memperhatikan dengan jelas saat laki-laki itu melihat ke arah kana di mana letak-nya berada.

"Kevin?" gumam-nya sambil terus memperhatikan pertengkaran itu.

ia melihat Kevin hendak menampar Ajeng, ia berjalan dengan cepat dan menahan lengan laki-laki itu. Kevin sedikit terkejut namun ia berusaha tidak menampakan pada wajah-nya.

Anggara menatap lawan-nya dengan tatapan dingin dan tajam, tetapi yang di tatap membalas tatapan-nya dengan tajam juga, tidak yang bersuara di antara mereka berdua sampai Kevin menepis tangan-nya yang sedang memegang pergelangan tangan dia.

"Anda laki-laki atau bukan? berani-nya kok sama perempuan," ucap Anggara dingin menusuk.

"Ini bukan urusan anda, jadi jangan ikut campur!" setelah mengatakan itu Kevin kembali menatap Ajeng yang sudah mulai ketakutan, Anggara tersenyum miring dan mendorong bahu Kevin.

"Sudah saya bilang bukan, anda tidak usah ikut campur sama urusan saya, anda hanya dosen di sini," ujar Kevin kepada Anggara, sedangkan Anggara hanya diam menatap laki-laki itu dingin.

Anggara baru saja akan mengeluarkan kata-kata-nya namun tersela oleh Ajeng yang memegang lengan-nya dan berucap.

"Pak udah, gk usah di ladenin," ucap Ajeng berani bersuara dan memegang lengan sang dosen.

"Dengar Ajeng, laki-laki kurang ajar seperti dia, haru di beri pelajaran," ucap Anggara dingin.

"Iya saya tau pak tapi... mending kita pergi dari pada nanti bertambah masalah," ujar Ajeng sambil menarik Anggara menjauh dari kevin.

Anggara dan Ajeng menjauhi Kevin, Ajeng menarik lengan Anggara agar menuju ke parkiran para dosen. ia sampai di depan mobil Anggara ia agak gugup, Anggara yang melihat itu menjadi gemas tapi ia tetap mempertahankan wajah dingin-nya.

"Pak saya...

💕💕💕💕💕💕💕

Aciee di gantungg sampe sini dulu ya, insya allah secepat-nya bakal update lagi, makasih yang sudah mau mampir kecerita ku ini hehe, maaf kalau masih banyak salah-nya maklum pemula hehe. yang mau liat visualnya yok di bawah.

...ANGGARA PRIA PAMBUDI...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!