NovelToon NovelToon

Pernikahan Tanpa Cinta

Perjodohan

Di kediaman keluarga Wijaya saat ini tengah ada pembicaraan serius antara Tari Wijaya suami dari Aditya Wijaya, mereka tengah membicarakan tentang anaknya yang bernama Alvaro Wijaya.

Anaknya yang sudah tidak bisa mereka urus, anaknya yang selalu menghamburkan uang, anaknya yang suka foya-foya, mereka berdua berniat untuk menjodohkan anaknya dengan anak pembantu rumah tangganya yang sudah ia anggap sebagai keluarga nya sendiri.

"Pa, mama udah pusing dengan kelakuan si Alvaro, " keluh Tari sambil memegang kepalanya.

"Papa juga sama Ma, bagaimana kita jodoh kan saja Alvaro dengan anak nya si bibi Mirna?" usul Aditya.

Mereka berada di kamarnya, "Ah ide bagus, lagian anaknya bi Mirna tuh baik, cantik lagi," setuju Tari, kini merekapun memutuskan untuk menjodohkan anaknya dengan anak dari pembantu nya, mereka harap itu bisa membuat Alvaro sadar, dan berubah.

"Bibi, " panggil Tari.

Tak lama kemudian Mirna masuk ke kamar majikannya, "Iya Nyonya ada apa?" tanya Mirna sambil menunduk memberi hormat.

"Bi sini duduk! Ada yang mau kami bicarakan," Tari mengajak pembantu nya itu duduk di samping nya, namun Mirna malah duduk di lantai.

"Di atas aja gak papa kok," ujar Aditya.

"Ah tidak papah tuan, saya di bawah aja," balas Mirna sambil tersenyum.

"Bi anak bibi udah punya pacar apa enggak?" tanya Tari langsung saja, ia tidak mau berbelit-belit lagi.

"Ah anak saya mah mana ada yang mau Nyonya, jadi dia mah belum punya pacar," balas Mirna.

"Ah bagus kalau gitu, gimana kalau kita jodohkan saja dengan Alvaro?" timpa Aditya sambil tersenyum dan menatap ke arah istri nya.

"Apa tuan? Mau di jodohkan sama tuan muda? Ah itu tidak mungkin, tuan muda tidak mungkin mau dengan anak saya," Mirna merasa majikannya sedang bercanda.

"Kalau Alvaro menolak maka kami akan memaksanya," ucap Tari sambil menepuk pundak Mirna.

"Tapi itu memalukan buat kalian, masa ia seorang pengusahaan hebat seperti kalian mau menjodohkan anak nya dengan pembantu nya," Mirna merasa itu tidak mungkin, Mirna memang ingin anaknya memiliki suami yang tampan dan juga mapan, tapi kalau harus dengan anak majikannya ia sadar diri.

"Memangnya kenapa? kita kan sama manusia, di mata Tuhan kita tetap sama," balas Tari berusaha meyakinkan kalau mereka memang serius dengan pembicaraan ini.

"Kau mau kan?" tanya Aditya serius.

"Kalau saya sih sangat senang, tapi saya harus bicara dengan anak saya dulu, karena diakan yang mau menikah bukan saya," balas Mirna.

"Ya sudah," ucap Tari.

"Ya sudah saya kembali ke dapur dulu yah, sekalian mau masak," Mirna meninggalkan kamar itu ia kembali ke dapur, untuk memasak dan menyiapkan masakan untuk makan malam.

"Ah kita tinggal bicara pada Alvaro," ucap Tari pada Aditya.

"Dia ada di rumah?" tanya Aditya.

"Seperti nya ada, kita ke kamarnya aja," mereka berdua pun pergi ke kamar Alvaro, untuk membicarakan hal ini padanya.

Setelah berada di depan kamarnya Alvaro benar saja di sana ada Alvaro yang sedang main video game, Tari dan Aditya langsung saja masuk ke kamar Alvaro dan duduk di samping Alvaro.

"Sayang," sapa Tari sambil mengelus rambut Alvaro.

"Eh mama," saut Alvaro sambil menatap sekilas mama nya, ia kembali fokus pada video gamenya.

"Sayang, Mama sama papa mau bicara dulu sama kamu, bisa tolong dengarkan!" ucap Aditya.

Alvaro mematikan video gamenya lalu berbalik ke arah mereka, "Kalian mau bicara apa?" tanya Alvaro.

"Papa sama mama, akan jodohkan kamu dengan anaknya bi Mirna, " ucap Aditya.

Alvaro tertawa, "Yang benar saja?" Alvaro tak percaya dengan ucapan kedua orang tuanya.

"Papa sama mama tidak sedang bercanda, jadi kau bisa jangan tertawa?" tegas Aditya.

"Pa yang benar saja? Masa mau di jodohkan dengan anaknya pembantu sih? Gak bisa yang lebih tinggi lagi apa drajatnya?" Tanya Alvaro tak percaya.

"Memangnya ada yang salah? Mereka juga manusia," balas Tari.

"Aku tidak mau," tolak Alvaro mau di taruh di mana muka nya, jika ia menikah dengan anak dari pembantu rumah nya.

"Ya sudah kalau kau tidak mau menikah, maka kamu tidak akan mendapatkan semua harta warisan Papa, bahkan kau tidak akan mendapatkan pasilitas apapun di rumah ini," Ancam Aditya sambil menatap ke arah Alvaro.

"Ah yang benar saja?" Alvaro benar-benar tidak punya pilihan lain.

"Papa akan menikahkan mu dengan anaknya bi Mirna, kalau pernikahan kalian mencapai 5 tahun barulah Papa akan memberikan semua harta papa padamu," ucap Aditya.

"Mama setuju," Tari juga setuju dengan suami nya itu.

"Baiklah aku akan menikah dengan nya," akhirnya Alvaro menyetujui perjodohan itu, ia pikir setelah 5 tahun ia akan menceraikan dia.

"Anak yang pintar," Tari mengelus rambutnya Alvaro, lalu setelah itu Tari dan Aditya ke luar dari kamarnya, kini tugas mereka hanya tinggal mempersiapkan acara pernikahan mereka, tidak ada tunangan mereka ingin Alvaro langsung menikah saja.

Sementara Alvaro sangat kesal yang benar saja ia harus bersama orang yang tidak ia cintai selama 5 tahun, itukan bukan waktu yang sebentar.

"Ah kenapa harus sih?" kesal Alvaro sambil melemparkan bantalnya ke sembarang arah.

sementara itu di desa seorang gadis tengah membereskan rumah nya, rumah yang sangat sederhana, ia tinggal bersama neneknya karena ibunya kerja mencari uang di jakarta, ayah nya pergi untuk selama-lamanya saat dirinya masih kecil.

"Nek hari ini mau makan apa? Aku akan masakin apapun yang nenek mau?" tanya gadis itu pada neneknya, neneknya adalah orang yang ia sayang setelah ibunya.

"Apapun terserah kamu, nenek suka makanan apapun yang di buat oleh mu, " Balas neneknya sambil tersenyum manis pada cucu satu-satunya itu.

"Baiklah aku tadi beli daging dari pasar, aku akan masakin nenek rendang bagaimana? sama sup deh, " ujar gadis itu sambil membalas senyuman neneknya.

Namun tiba-tiba suara ponsel nya berdering, ia pun langsung mengangkat telpon itu, setelah mengangkat telpon itu ia terdiam sejenak di samping neneknya.

"Kenapa sayang?" tanya neneknya.

"Ibuku bilang aku mau dijodohkan dengan anak majikannya," balas gadis itu.

"Yang benar saja? itu adalah kabar yang bagus," neneknya sangat senang saat mendengar kabar itu.

"Tapi apakah aku pantas untuk mereka? Lagian kan kita hanya manusia biasa," rupanya gadis itu masih tidak yakin akan menikah dengan anak dari majikan ibunya.

"Mereka orang yang baik, " neneknya memeluk gadis itu.

"Nenek yakin mereka akan menjagamu seperti halnya nenek menjagamu di sini, tidak semua orang kaya juga jahat seperti yang ada dalam sinetron. Masih banyak orang kaya yang juga baik hati," sambung neneknya gadis itu.

Di pertemukan Untuk pertama Kalinya

Desi gadis desa yang akan di jodohkan dengan anak orang yang cukup terpandang di Indonesia, entah mimpi apa Desi selama ini sampai ia bisa mendapatkan Alvaro, yang bahkan para gadis yang berada di kota berjejer menginginkan Alvaro.

Bagaikan di Sambar Petir di siang bolong, Di lubuk hati yang paling dalam Desi senang, namun ada sedikit ketakutan yang saat ini menghantui nya.

Desi sekarang sudah berada di rumah Alvaro, ia menitipkan neneknya pada saudara nya, yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah mereka tinggal, awalnya Desi sangat tidak mau meninggalkan neneknya, namun neneknya mengatakan dan meyakinkan Desi kalau ia tidak akan kenapa-napa.

"Bu, rumah majikan ibu besar sekali yah," Kagum Desi, ia terus saja memperhatikan setiap detail dari sudut rumah itu.

"Ah sudahlah jangan terlalu kampungan, memalukan saja, " balas Mirna yang melihat tingkah anaknya yang sangat memalukan ini.

"Yeh bu, apa salahnya aku mengagumi rumah majikan ibu?" Ujar Desi, ibunya membawa Desi ke kamarnya.

"Kau taruh barang-barang mu di sana! Sebentar lagi nyonya sama tuan besar akan datang, ingat bersikap sopan! Jangan memalukan ibu!" perintah Mirna.

Desi pun memberi hormat pada ibunya sambil berkata, "Siap ibu ku sayang, aku akan melakukan semua permintaan ibu," Balas Desi sambil tersenyum.

"Ah cepat kau bereskan barang-barang mu, dan jangan lupa kamu mandi yah!" ujar Mirna sambil pergi meninggalkan anaknya di kamar itu.

Setelah melihat ibunya pergi Desi langsung menutup pintu kamar itu dan mulai melihat-lihat seluruh sudut kamarnya, yang sangat luas bagi dirinya.

"Wah untuk kamar pembantu saja sebesar ini, apalagi kamar milik mereka yah, " Desi tak henti-hentinya terus mengagumi setiap sudut rumah ini, kini ia pergi ke kasurnya.

"Ya ampun di desa mana ada yang punya kasur seenak gini, mana lembut, empuk lagi, " Desi tidur di kasur itu, dan berguling-guling ke sana kemari.

"Kalau aku bawa ke kampung, mungkin mereka akan kagum pada ku, apalagi seperti nya ini mahal, " ucapnya, Desi kembali duduk dan mulai merapihkan barang-barang yang ia berantaki,

Setelah selesai membereskan ruangan itu baru saja ia akan tidur, Tiba-tiba ibunya datang ke kamar dan memanggil Desi.

"Desi, ikut ibu yuk, majikan ibu mau ketemu sama kamu, " Ajar Mirna, Desi pun sudah tidak sabar bertemu dengan calon suaminya.

Mereka pun pergi ke ruang tamu dan di sana juga sudah ada banyak orang yang menunggu mereka, saat sudah sampai di ruang tamu Desi masih menundukkan wajahnya, ia malu karena mungkin mereka akan tidak suka padanya, karena kan dia adalah orang kampung.

"Ini anak saya, " ucap Mirna sambil menunjukkan anaknya itu pada mereka.

Desi pun mulai mengangkat pandangannya lalu membungkuk untuk memberi hormat dan rasa sopan pada mereka, tak lupa ia pun tersenyum ramah.

"Ah cantik sekali anak mu, benar kan Pa?" Ucap Tari sambil menatap ke arah suaminya.

Tari dan Aditya kagum karena Desi yang terlihat sangat cantik, namun berbeda dengan Alvaro ia hanya menatap Desi sekilas lalu tersenyum kecut.

Alvaro duduk di kursi dengan angkuhnya, sambil bersedekap dada, "Sayang lihat anaknya bi Mirna tuh cantik tau, " Tari berusaha membujuk Alvaro.

"Iya cantik, diakan perempuan bukan laki, " sinis Alvaro.

Sementara itu Desi hanya tersenyum ke arah Alvaro, "Ya Tuhan ganteng sekali calon suami ku ini, aku tidak sabar kalau pulang kampung aku akan pamerkan pada teman-teman ku, pasti mereka kalah ganteng sama dia, " ucap Desi dalam hatinya.

Di kampung nya Desi memang memiliki banyak teman pria, Desi di kenal banyak orang karena orangnya asik dan juga baik, para tetangga nya saja sekarang merasa kehilangan karena tidak ada Desi lagi di kampungnya, mereka bilang mereka akan sangat rindu pada Desi yang selalu bercanda.

"Kalian duduk saja dulu, kita akan bahas acara pernikahan itu sekarang juga karena kita sudah tidak sabar ingin segera menggendong cucu, " Titah Tari sambil tersenyum kegirangan.

Mereka berdua pun duduk di sofa samping Tari, "Memangnya tidak terlalu cepat yah? " tanya Mirna yang merasa itu terlalu cepat, karena kan Desi saja baru bertemu dengan Alvaro.

"Lebih cepat itukan lebih bagus, " balas Aditya.

Alvaro sedari tadi hanya diam sambil memalingkan wajahnya, ia berharap ada sebuah mesin waktu agar segera ke 5 tahun yang akan datang, dimana ia akan menceraikan Desi dan mendapatkan warisan dari ayahnya.

Bahkan Alvaro sama sekali tidak tertarik pada gadis itu, menatapnya saja tidak mau, apalagi mencintai nya, ia berjanji pada hatinya kalau itu tidak akan pernah terjadi.

"Bagaimana kalau dua minggu lagi kita langsung mengadakan pernikahannya," usul Aditya.

"Apakah itu tidak terlalu cepat?" Mirna merasa dalam waktu 2 minggu lagi, itu adalah waktu yang sangat cepat, sedangkan Alvaro dan Desi belum mengenal lebih dekat.

"Tidak aku sudah yakin kalau itu adalah waktu yang pas, benar kan Alvaro?" Balas Aditya sambil menepuk pundak Alvaro.

"Hm, " balas Alvaro singkat, sambil memutar bola matanya malas.

"Ya kalau saya tergantung kalian saja, " Balas Mirna.

"Ya sudah besok kalian berdua pergi ke butik yah untuk mengukur baju, " ucap Tari pada Desi dan juga Alvaro.

"Apa? aku tidak mau, " balas Alvaro sambil menatap tajam ke arah ibunya.

"Tidak ada penolakan, " kekeh ibunya tidak mau tau, Alvaro pokoknya harus mengantar Desi ke butik teman nya.

"Yang benar saja aku tidak mau, " Alvaro tetap menolak permintaan ibunya itu.

"Kau mau menolaknya?" tanya Aditya dengan nada yang terdengar seperti ancaman.

Alvaro menarik nafasnya dalam-dalam, "Baiklah, aku mau," balas Alvaro rupanya ia takut dengan ayahnya.

"Baiklah besok kau pergi ke butik dengan Alvaro jam 10 pagi, saya sengaja menyuruh kalian berdua saja ke sananya, agar kalian bisa lebih dekat lagi," Ucap Tari sambil menatap ke arah Desi lalu tersenyum.

Desi pun tersenyum canggung pada Tari, "Ya sudah bu kalau tidak ada lagi yang mau di bicarakan, saya dan anak saya mau ke dapur dulu untuk menyiapkan makan siang, " ucap Mirna.

"Ya sudah, tapi kali ini kamu jangan makan di dapur yah, kamu ikut makan di meja makan, " ucap Tari.

"Tapi bu-, " ucapan Mirna terpotong.

"Tidak ada penolakan, jangan merasa tidak enak lagian bentar lagi kalian kan akan menjadi bagian dari keluarga kita, oh iya saya juga akan bawa pembantu baru, " Balas Tari.

"Baiklah, " kini Mirna dan Desi pergi ke dapur untuk memasak makanan.

Saat memotong sayuran untuk membuat sup Desi senyum-senyum sendiri, "Kau gak kesambet kan?" tanya Mirna yang aneh melihat anaknya ini.

"Yah aku kesambet Tuan Alvaro, ah ibu dia tampan sekali, aku jadi merasa tidak pantas untuknya, " Balas Desi, rupanya ia tengah membayangkan Alvaro.

Pengukuran Baju Pengantin

Ini sudah hari dimana Alvaro dan Desi akan pergi untuk mengukur baju di butik, dan sekarang Desi sedang menunggu Alvaro dengan tidak sabar di ruang tamu.

Alvaro datang dengan angkuh nya, lalu melirik sebentar ke arah Desi sebelum akhirnya berhenti di hadapan Desi dan menatap seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah.

"Kau yakin mau pakai baju itu?" tanya Alvaro sambil memincingkan tatapannya ke arah Desi.

Desi pun melihat ke bawahnya ke arah bajunya yang sedang ia pakai, ia rasa ini baju yang pas kok, lagian ini adalah baju yang paling bagus yang ia punya kali ini.

"Iya, memangnya ada yang salah yah? " tanya Desi, yang merasa tidak ada yang salah dengan bajunya.

Alvaro tersenyum kecut, "Sudahlah tidak penting, cepat naik ke mobil," titah Alvaro sambil berjalan mendahului Desi.

Desi tersenyum sambil membetulkan rambut nya lalu ia berjalan mengikuti Alvaro, kini mereka sudah berada di mobil Desi merasa canggung untuk berbicara dengan Alvaro walau pada dasarnya ia ingin sekali berbicara pada Alvaro.

Sementara Alvaro malas untuk bicara pada Desi ia pikir ia tidak pantas untuk gadis ini, ia juga rasa kalau teman-temannya akan menghina nya karena ia menikah dengan anak pembantu.

Setelah beberapa menit sampailah mereka di butik teman Tari ibunya Alvaro, mereka berdua turun dari mobil lalu berjalan masuk berdampingan ke butik itu.

"Ah tuan muda, " ucap pemilik butik itu, rupanya ia sudah menunggu kedatangan Alvaro karena Tari sudah berbicara padanya kalau anaknya akan datang untuk mengukur baju.

Alvaro hanya tersenyum tipis sementara Desi, ia tersenyum ramah saat pemilik butik itu menatap ke arah Desi.

"Ya sudah kau duduk saja dulu, biar aku mengajak calon istri mu berkeliling melihat bajunya, " Pemilik butik itu menyuruh Alvaro untuk duduk di sofa untuk menunggu Desi memilih baju.

Alvaro pun duduk lalu mengeluarkan ponselnya dan langsung bermain ponsel.

"Ikut saya yuk, " Pemilik butik itu langsung membawa Desi ke tempat gaun pengantin, Desi begitu terkejut saat melihat itu, ia kagum dan sangat suka dengan semua gaun yang berada di sana.

"Kau tinggal pilih mau yang mana?"

"Tapi ini semua pasti mahal yah? Aku tidak mau membebani Bu Tari," ucap Desi, ia rasa ia akan sangat membebani Tari kalau ia beli baju pernikahan sebagus dan semahal ini, lagian kan gaun pernikahan hanya akan ia pakai sekali.

Pemilik itu tertawa geli, ia merasa kalau gadis ini sangat lah lucu, "Kau tenang saja, mereka punya banyak uang," pemilik butik itu mencoba mengatakan kalau mereka itu kaya raya.

"Baiklah carikan gaun pernikahan yang paling murah saja deh, " balas Desi sambil tersenyum, namun matanya Desi tertuju pada sebuah gaun yang tidak terlalu rame, terlihat sederhana namun sangat elegan.

Pemilik butik itu merasa kalau ia tau apa yang gadis itu inginkan, ia langsung membawa gaun itu ke depan Desi, "Kau mau yang ini?" tanyanya.

"Ah tidak kok, aku maunya yang paling murah," balas Desi sambil menyilangkan tangannya.

"Ini juga murah kok, " Pemilik butik ini berbohong pada gadis itu, itu baju dengan harga yang lumayan mahal, namun Tari bilang padanya kalau ia harus pintar membujuk Desi karena mungkin Desi akan memperihalkan masalah harga.

"Ah yang benar," balas Desi dengan mata yang berbinar-binar.

"Iya, kau coba dulu di sana, " pemilik butik mengajak Desi untuk mencoba bajunya.

Setelah beberapa menit Desi pun keluar dengan menggunakan baju itu, ia keluar dari sana sambil berputar, ia senang sekali bisa mencoba gaun indah itu.

"Wah ini memang bagus sekali, aku suka pokoknya, bahannya juga enak, " Gumam Desi sambil mengelus baju itu.

"Wah kamu terlihat sangat cantik, " puji pemilik butik itu yang bernama Adel.

"Tuan lihat baju calon istrimu bagus kan? dia maunya yang ini, " Adel mencoba menunjukkan nya pada Alvaro yang masih sibuk dengan gamenya.

Alvaro menatapnya sekilas lalu kembali ke ponsel nya, "Ya sudah itu juga bagus, " balas Alvaro datar.

Entah kenapa ada rasa sedikit kecewa di hati Desi, ia memang terlalu berharap, kini ia kembali di sadarkan kalau dirinya siapa dan Alvaro siapa, ia tau kalau Alvaro ingin menikah dengannya karena suatu hal.

Adel mengusap pundak Desi lalu tersenyum padanya, "Aku tidak papah? " balas Desi sambil mencoba kembali menampilkan senyumnya.

Kini mereka sudah selesai mengukur bajunya, ada sedikit perbaikan di baju itu dan nanti akan di ambil setelah 2 hari menjelang pernikahan.

Alvaro dan Desi berada di perjalanan pulang namun Alvaro merasa lapar, dan memutuskan untuk makan dulu di restoran.

"Kau mau ikut turun atau tunggu di mobil?" tanya Alvaro tanpa melihat ke arah Desi.

"Aku ikut saja, " balas Desi.

mereka keluar dari mobil lalu masuk ke restoran itu dan duduk di salah satu meja, Alvaro memanggil pelayan restoran untuk memesan makanan.

"Kau mau makan?" tanya Alvaro pada Desi.

"Boleh," balas Desi.

"Kau pesan sendiri, tuh buku menunya, " Alvaro memberikan buku menunya pada Desi, saat Desi membuka buku menunya dan ia di Kaget kan dengan harga makanan.

"Ya ampun ni cuman nasi goreng aja harganya selangit kalau di kampung udah bisa ngasih makan satu kampung, ah aku tidak mau pesan makan sajalah aku akan makan di rumah, masakan ibuku akan sangat enak, " Gumamnya dalam hati.

"Aku mau air putih aja, " Balas Desi sambil menutup buku menunya.

Alvaro menatap nya heran, kalau hanya mau minum kenapa membuka bukunya lama, itulah yang sekarang ada di otak Alvaro, namun Alvaro sekarang mengerti.

"Mba saya pesan nasi goreng 2 , terus ayam bakarnya juga dua porsi, sama satu lagi kikil nya dua, dan minumannya saya mau jus alpukat sama itu juga dua," ucap Alvaro.

Pelayanan itupun langsung pergi untuk menyiapkan makanan nya, setelah beberapa menit menunggu makanannya pun datang.

Pelayan itu menyiapkan nya di atas meja, namun Desi sangat terkejut karena makanan nya banyak sekali, "Aku gak nyangka kalau di balik tubuh yang langsing Alvaro suka makan banyak, " ucapnya dalam hati.

"Hey makan lah, aku tidak memesan makanan hanya untuk di pandang saja, " ucap Alvaro datar pada Desi yang hanya menatap makanan itu, sedangkan Alvaro sudah memakannya.

"Ini untuk ku? " tanya Desi sambil menujuk dirinya sendiri.

"Jangan kau pikir ini hanya untuk ku, yang benar saja. Aku tidak serakus itu," balas Alvaro.

"Kalau gak di makan sayang juga sih, udah di beli tapi malah gak di makan, ya udah aku makan ajalah," ucap Desi.

Desi pun langsung mulai memakan-makanan itu dengan lahapnya, rupanya ia tidak bisa berbohong pada perutnya kalau saat ini ia sedang lapar sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!