NovelToon NovelToon

One Night Love Presdir 2 (CEO Is Not A Human)

Terdampar

"Arden tunggu."

"Kamu tidak boleh pergi meninggalkan istana."

Langkah kaki pria tertampan di bangsa jin Bukit Gurun Savana itu terhenti, saat mendengar suara teriakan keras dari sang raja yang merupakan ayah nya sendiri.

"Jika kamu terus seperti ini, kamu tidak akan bisa menggantikan posisi ayah sebagai raja. ingat Arden rakyat kita sedang butuh pemimpin yang bisa menjadi panutan mereka." ucap sang raja yang mulai menurunkan nada suara.

"Please pa, Arden hanya ingin bersenang-senang, sampai Arden resmi diangkat sebagai raja menggantikan posisi ayah nanti nya." bujuk Arden.

"Kenapa harus pergi ke alam manusia, ditempat kira semua sudah tersedia jauh lebih indah dan menyenangkan dibandingkan alam mereka." terang papa.

"Sudahlah Baginda raja, kita harus memaklumi sifat anak kita. mengingat nenek buyut Arden dulunya keturunan bangsa manusia. sehingga jiwa Manusia nya menurun pada Arden." ucap Siti Hayati ibu kandung Arden.

"Aku hanya tidak ingin Arden jatuh cinta dengan bangsa manusia, rakyat kita pasti akan memberontak dan protes jika raja mereka nantinya memiliki istri bangsa manusia." ucap raja dengan tubuh bergetar menahan kemarahan nya.

"Tapi Arden tidak begitu, dia hanya jalan-jalan bahkan kadang dia lebih suka menyendiri dan berburu pulau Putri sendirian, yang tidak ada manusia nya sama sekali." bujuk permaisuri.

"Baiklah untuk kali ini aku izinkan Arden pergi , tapi hanya ke pulau yang tidak ada manusia nya itu, dan kamu harus didampingi pengawal" ucap raja.

"Baiklah, aku akan ke pulau saja tapi aku tidak mau didampingi oleh pengawal, ayah tolong percaya padaku, aku tidak akan melanggar perintah dan perkataan ayah lagi." ucap Arden.

Raja akirnya menganggukan kepalanya pasrah, menatap punggung puta sulungnya berjalan meninggalkan kerajaan.

Sampai di pulau Putri, Arden mulai mengeluarkan busur panahnya, dan mengarahkan tepat pada seekor burung merak yang sangat indah. namun tembakan nya meleset burung itu terbang begitu mendengar teriakan seperti suara manusia.

"Buuussyyett sial." Umpat Arden.

Arden yang masih kesal karena buruannya terbang, langsung menoleh ke asal suara yang merupakan sepasang anak manusia yang tengah berlayar menuju tempatnya berburu.

"Manusia? untuk apa mereka mengunjungi pulau kosong ini." Gumam Arden semakin penasaran melihat wajah cantik yang ikut berdiri disamping laki-laki yang tengah berteriak panik.

"Tidaaaakkk....... tidaaaakkk......ini gila, tidak mungkin...aku pasti bermimpi." teriak Zein panik dan kebingungan. begitu sadar dan terbangun dia dihadapan nya terbentang luas lautan lepas.

Zein mencoba mengingat-ingat kejadian yang membawanya sampai seperti ini.

"Ya aku ingat semua nya, semua ini gara-gara gadis ingusan ini. sekarang aku dimana?" umpat nya panik mengingat dia dan Jeniffer berda disebuah perahu karet yang berukuran kecil.

"Pasti benda ini yang membuatku semalam tiba-tiba pingsan." menatap pengayuh sampan lalu mengambilnya, dan mengasuhnya pelan menuju sebuah pulau.

"Ada apa ini ribut-ribut membangunkan tidur ku saja.." bentak Jeniffer dengan mata yang masih terpejam gadis itu memperbaiki posisi tidur nya.

"Hey banguuuun kamu, ini semua gara-gara kamu gadis sial." umpat Zein sambil menguncang tubuh Jeni dengan kakinya, karena masih kesal.

Mersa tidur nya terganggu, Jeniffer membuka matanya. namun diluar dugaan Zein gadis itu berteriak penuh kekaguman.

"Aaaaawww indahnya, aku pasti bermimpi." teriaknya menatap takjub pemandangan indah disekitar nya,

"Hey banguuuun kamu dari mimpi sialmu itu," bentak Zein sambil menciprakan air ke wajah Jeniffer.

"Dingin tau."

"Makanya sadarrr... lihatlah dimana kita sekarang.?" teriak Zein kembali.

Jeniffer duduk terhenyak dan menangis sambil terisak-isak.

"Mami....Papi..tolong Jeni...hu....hu....." Ucap nya disela isak tangis.

Melihat hal itu membuat Zein bertambah kesal, dan melompat turun menuju pulau.

"Kamu pegang tali sampan ini, aku akan mencari sesuatu yang bisa menolong kita." Ucap Zein turun, Jeni yang mersa takut malah mengikuti langkah Zein dan membiarkan sampan kecil mereka terlepas dan menjauh dibawah arus ombak.

Sementara Arden langsung terpesona, matanya tidak pernah lepas begitu melihat sosok wajah cantik berambut pirang, Arden terus mengikuti dua anak manusia yang terlihat saling menyalahkan satu sama lain.

"Benar-benar cantik, pantas raja selalu melarang ku pergi ke alam manusia, dia pasti iri karena tidak bisa menikahi bangsa manusia yang sangat cantik-cantik beda sekali dengan bangsa kami." Gumam Arden.

"Aku harus membuat mereka untuk tinggal di pulau ini." Arden mengedipkan sebelah matanya, sehingga tali perahu yang dipegang gadis cantik itu terlepas.

"Dasar gadis bodxxx kamu Jeni, " teriak Zein marah begitu mengetahui sampan mereka yang sudah menjauh.

"Aku takut sendirian, jadi aku mengikuti Om." Ucap nya tanpa rasa bersalah.

Zein Akirnya melepas kemeja yang dikenakan nya, dan mengikatnya pada sebuah kayu panjang, berharap segera mendapatkan pertolongan. dari orang yang lewat.

"Hidupku benar-benar buruk dan selalu sial setelah bertemu dengan gadis seperti mu ini." umpat Zein.

"Aku menyesal menolong dan mengikuti mu." Zein kembali marah.

"Siapa suruh Om untuk mengikuti dan menolong ku hu...hu..." Jeni kembali menangis.

Zein Akirnya tidak tega terus memarahi gadis itu, dia Akirnya luluh dan berusaha sabar untuk menghadapi sikap kekanak-kanakan Jeniffer yang terbiasa manja semenjak kecilnya.

"Kita harus segera mencari pertolongan, sapa tahu pulau ini ada penduduk nya." Zein melangkah masuk hutan diikuti Jeniffer yang ketakutan sambil sesekali melirik kiri dan kanan dan memegangi tengkuk nya yang terdapat dingin.

"Bulu romaku terasa berdiri dan merinding." Gumam Jeniffer.

Arden tertawa senang melihat tingkah mereka berdua, terutama Jeniffer sehingga Arden terus meniup tengkuk gadis itu secara perlahan. dan mengendus-endus wangi tubuh Jeni dari jarak dekat. tiba-tiba Arden mengedipkan matanya kembali agar mereka mempunyai tempat untuk berteduh.

"Om, lihat itu ada pondok kecil." teriak Jeniffer antusias. Zein pun mengikuti arah pandang Jeniffer.

"Sebaiknya kita kesana, sapa tahu berpenghuni dan mereka mau membantu kita keluar dari sini." harapan Zein

"Ternyata ini gubuk kosong, tapi tidak masalah untuk sementara kita bisa istrahat disini." Ucap Zein.

"Om aku lapar." rengek Jeniffer sambil memegangi perutnya yang sudah berperang, karena dari kemaren mereka berdua belum makan apapun.

"Okey kamu tunggu disini, aku akan mencari bahan-bahan makanan yang bisa kita gunakan untuk mengganjal perut kita." Ucap Zein.

"Baiklah Om, hati-hati." Ucap Jeniffer.

Arden semakin dibuat jatuh cinta dengan kemolekan tubuh Jeniffer, bahkan dia mersa begitu terhibur saat melihat tingkah polos gadis itu setiap kali ketakutan dan berteriak.

"Kenapa bangsa manusia terlihat lebih cantik dan wangi, sedangkan gadis bangsaku lebih terlihat jelek dan bau." Arden mulai membanding-bandingkan.

Kecemburuan Paula

Arden sudah lupa tujuan nya semula datang ke pulau ini, dia membuang begitu saja busur panahnya kesayangannya. kecantikan Jeniffer membuat Arden lupa segalanya.

Dia menatap tidak berkedip wajah cantik yang terlihat sangat putih, bola mata yang indah serta kulit yang terlihat begitu lembut. Perlahan Arden mengelus kulit tubuh Jeni yang mulus, membuat gadis itu sekpmakin ketakutan.

"Aku ingin memiliki gadis cantik ini, tidak peduli dengan kedudukan yang ditawarkan raja. apalagi gadis bunian yang bernama Paula yang dijodohkan dengan ku." Gumam Arden.

Zein terus berjalan meninggalkan Jeniffer sendirian. "Mudah-mudahan saja aku menemukan cara dan jalan keluar dari tempat ini?" harapan Zein sambil terus mengayunkan langkah kakinya.

"Ayo ponsel, cepat temukan signal."

Zein mengangkat tinggi-tinggi ponselnya, berharap bisa mendapatkan jaringan seluler. namun harapannya sia-sia belaka saat menatap tulisan.

“No signal”

Tulisan itu, yang selalu muncul dilayar utama ponsel mahal kesayangannya.

Arden menatap Zein yang tengah berjalan, tiba-tiba timbul keinginan Arden untuk mencelakai Zein, agar dia bisa memiliki Jeniffer seutuhnya. sehingga dia mengikuti kemana langkah kaki Zein.

“Aku harus mencoba keatas , sapa tahu bisa mendapatkan jaringan.” Gumam Zein Sambil terus mengangkat tangannya berharap bisa menghubungi seseorang dan mengirimkan mereka bantuan secepatnya. dia berjalan menuju sebuah bukit bebatuan karang.

"Ini kesempatan ku." Arden yang sudah dibutakan oleh cinta, mendorong tubuh Zein hingga pria itu tergelincir pada batu yang dipijakinya.

"Aaaaawww ... aaaagghhh....Zein berhasil berpegangan pada akar kayu, dan kaki bawahnya mampu bertumpu pada batu karang. Zein melirik kebawah yang hampir membuat nya pingsan.

"Ya Tuhan, jika aku jatuh kebawah. mungkin Tamat lah riwayat ku saat ini." gumam Zein, begitu melihat jurang yang sangat tinggi, dibawah sana juga sudah menanti bebatuan karang yang tajam dan ombak yang siap menghempaskan tubuhnya.

Dengan gerakan pelan namun pasti, Zein berhasil kembali keatas. "Alhamdulillah, ya Allah ternyata engkau masih memberikan ku kesempatan untuk hidup." Ucap Zein disela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Ah sial, kekuatan ku tiba-tiba melemah setiap kali menyentuh tubuh laki-laki ini." Gumam Arden yang akirnya pergi meninggalkan Zein dan kembali mendekati Jeniffer.

"Sebaiknya aku menemani gadis cantik ini," gumam Arden tersenyum senang.

“Seperti nya kami akan mati sia-sia dipulau terpencil ini. jika tidak ada yang menemukan dan menolong kami” Zein terhenyak lemas, tubuh dan pikiran nya terasa begitu capek. diliriknya ponselnya masih tergeletak.

"Syukurlah ponselku tidak jatuh kebawah, meskipun saat ini posisi letaknya sangat tidak memungkinkan untuk aku menggapainya." menatap ponsel tersebut sambil berfikir bagaimana cara untuk mengambilnya, Zein tidak ingin kejadian barusan terulang kembali.

"Aku harus memikirkan cara, untuk mengambil benda itu." berusaha mencari ranting pohon dan menggeser secara perlahan ketempat yang aman.

"Berhasil." Ucap Zein tersenyum senang.

Saat menoleh kesamping, tiba-tiba mata Zein melihat kapal nelayan dari kejauhan. Semangat nya kembali bangkit.

“Hey tolong Kami.....,” teriak Zein sekencang-kencangnya.

Teriak Zein terdengar jelas oleh Arden, sehingga Arden segera membentengi suara Zein sehingga para nelayan kapal tidak bisa mendengar teriakan Zein bahkan oleh Jeniffer yang posisi nya tidak terlalu jauh dari Zein.

Zein berlari mengambil pakaian nya yang semula dia gantungkan pada sebuah kayu panjang dan mengibar-ngibarkan keudara, berharap kapal nelayan yang terlihat masih jauh itu melihat dirinya yang sangat membutuhkan pertolongan saat ini.

“Hey aku disini....tolong, apa kalian tidak mendengar ku.?” Teriak Zein semakin meninggikan suaranya.

Arden kembali mengelabui mata para nelayan yang berdiri di atas kapal, sehingga mereka tidak melihat Pakaian yang dikibar- kibar kan Zein, melainkan daun-daun yang berterbangan karena tertiup angin. setelah kapal itu semakin menjauh. Arden tertawa puas. paling tidak dia mempunyai banyak. waktu untuk bersama Jeniffer.

“Haaagh....” Zein kembali terhenyak, rasa putus asa tiba-tiba membuat semangat nya memudar. Saat melihat kapal nelayan itu sama sekali tidak meresponnya sama sekali, bahkan kapal itupun sudah mulai menjauh lagi.

Rasa lapar yang teramat sangat, bercampur lelah membuat tenaga Zein lemas. Dia merebahkan tubuhnya dibawah pohon dengan Udara lepas dan sangat sejuk, membuat Zein tanpa sadar tertidur pulas. Dia melupakan Jennifer yang menunggu nya sendirian di gubuk kosong tidak jauh dari posisi nya sekarang.

“Om Zein kemana ya?”

Jeniffer mulai resah dan ketakutan, ditambah lagi bunyi suara binatang-binatang hutan, membuat nya memegangi tengkuk sambil bergidik ngeri.

“Kenapa Om Zein lama banget? Apa dia pergi dan meninggalkan aku sendirian di tengah-tengah hutan pulau kosong ini. Tidaaaakkk.... Jeniffer tidak mau mati sia-sia....Mami...Papi... Jeniffer menyesal tidak mendengarkan nasehat kalian. Jeni mau pulang hu... hu....” Ucap nya kembali menangis.

“Om Zein....Om Zein dimana?” teriak Jeniffer berjalan keluar kearah pantai, sambil kebingungan karena dia tidak melihat  sosok Zein disekitaran pantai pasir putih itu.

“Om Zein jahaaaat...dia meninggalkan Jenni sendirian..hu...hu...” mata Jeniffer sudah sangat sembab karena kebanyakan menangis.

Karena tidak bisa mengendalikan emosi dan kesedihan nya, serta rasa takut yang tetus menghantui. membuat Jeniffer menangis layaknya anak kecil. Kaki nya menghantam-hantam pasir dihadapannya. Hingga kakinya seperti menendang sebuah benda bulat yang sangat keras. Membuat tangisnya terhenti.

“Benda apa itu?” Ucap Jeniffer penasaran.

Suara Jeni yang datang menghentikan tawa Arden yang terlihat sangat puas menyaksikan Zein yang putus asa.

"Cantik kamu jangan sedih sayang, aku janji akan membuat mu tersenyum bahagia jika kamu mau bersamaku dan menjadi pendamping ku sayang." bujuk Arden yang tidak terlihat dan terdengar sama sekali oleh Jeniffer, gadis itu malah semakin kencang suara tangisan nya.

"Hentikan Arden," terdengar nada suara Paula yang terbakar api cemburu saat melihat tunangannya Arden yang tengah menggoda bangsa manusia.

"Kamu lagi, untuk apa kamu mengikuti dan terus -terusan ikut campur urusan ku?" bentak Arden menghadang Paula.

"Ingat Arden, aku ini tunangan mu calon permaisuri mu sayang. jadi aku harap kamu sadar status hubungan kita." terang Paula.

"Aku tidak pernah mencintai mu, ingat hubungan kita hanyalah sebatas perjodohan. aku harap kamu Jangan berharap lebih diriku." ucap Arden menghadang Paula.

"Ingat Arden, jika kamu menikah dan mencintai manusia, maka statusmu sebagai calon raja bukit Savana tidak akan pernah tercapai, rakyatmu pasti akan menentang keputusan mu ini, dan nasibmu akan sama dengan nenek buyut mu dulu yang bersal dari golongan manusia," Ucap Paula.

"Ha...ha...aku tidak peduli, bahkan jika diusir dari bangsa kalian pun aku siap." tantang Arden.

"Kamu jangan gila Arden, begitu mudah terperdaya oleh kecantikan anak manusia, ingat Arden kalian itu berbeda dan tidak akan pernah bisa bersama." terang Paula yang tidak ingin kehilangan Arden laki-laki yang sangat dicintainya.

Mengerjai Jeniffer

Perdebatan Paula dan Arden semakin memanas, begitu Paula berusaha untuk menakut-nakuti Jeni dengan berbagai suara binatang-binatang buas, bahkan sekarang dia kembali berniat ingin membuat Jeniffer ketakutan.

“Benda apa itu?”bgumam Jeniffer.

Rasa penasaran Jeniffer semakin menjadi, dia bangkit untuk melihat benda yang barusan ditendangnya. sambil terus waspada dengan memegang sebuah kayu.

"Astaga?" tubuhnya bergetar, dengan mata membulat ketakutan. Keringat dingin kembali membasahi seluruh tubuhnya yang sangat ketakutan, rasanya Jeniffer ingin pingsan atau berpura-pura pingsan namun tidak bisa. rasa takut mengalahkan semuanya.

“Aaaaaaaaaaaaa tidaaaakkk....itu....itu... tengkorak kepala manusia” Jeniffer kembali menendang keras benda itu hingga terguling-guling jauh. Diapun berteriak memangil-mangil Zein ,  sambil berlari tanpa arah.

Melihat Jeniffer lari ketakutan, Paula tertawa puas dan sangat nyaring ibarat tawa seorang kuntilanak yang kedinginan.

"Hentikan Paula, ini tidak lucu." teriak Arden penuh kemarahan yang memuncak. dia mengepalkan tangannya emosi menatap Paula seakan ingin mematahkan leher wanita yang mengaku sebagai tunangannya.

"Silahkan saja jika kamu ingin mencelakai aku, Arden, tapi ingat raja tidak akan tinggal diam termaduk menyakiti wanita keturunan manusia yang kamu cintai ini, dia akan mendapatkan hukuman dari Baginda raja jika kamu berani menyakiti ku." ancaman Paula ampuh melunakan sikap Arden.

"Pergi kamu dari hadapanku Paula." ucap Arden dengan tubuh bergetar.

"Baiklah sayang ku hanya....ha....hi....hi.." suara tawa Paula membuat Arden semakin jinik dengan keturunannya.

Zein yang ketiduran dibawah pohon rindang, terbangun begitu mendengar suara teriakan ketakutan. yang memangil-mangil namanya. seketika dia mengumpulkan kesadarannya kembali, dengan mata yang masih tersa begitu betat, dan badan yang pegal-pegal karena hampir jatuh barusan.

“Om Zein...., Om Zein dimana? tolong Jeni Om....”  teriak Jeni sambil berlari ketakutan, berharap Zein segera datang membantunya.

“Ya itu suara?....itu suara teriakan Jeniffer,” Ucap Zein yang teringat Jeniffer yang ditinggalkan nya tadi di pondok kosong.

“Jeniffer... Jeniffer...aku disini.” Teriak Zein berlari kearah Jeni yang terlihat sangat panik dan kebingungan.

“Om Zein......,” balas Jeniffer sambil tersenyum bahagia, dia merentangkan kedua tangannya berlari kearah Zein.

Seketika Zein terpesona, di umur nya yang tidak lagi muda, baru kali ini dia tersentuh dan tertarik melihat pesona wanita berambut pirang, yang tergerai lepas sambil tersenyum bahagia,  berlari kearahnya.

"Wah... sangat cantik, meskipun bukan seperti gadis idamanku dulu. banyak perbedaan diantara kami, tapi sekarang aku begitu tertarik akan pesona gadis yang berbeda bangsa dan kebudayaan dengan ku ini, sadar Zein kamu dan dia tidak mungkin bisa bersama ."

“Bruuugghh,” Jeniffer langsung menghambur memeluk erat tubuh Zein. Hingga Hampir membuat Zein tumbang, namun segera dia menyeimbangkan posisi berdiri nya.

“Jenni takuuuuut Om, jangan tinggalkan Jeniffer sendirian lagi.” Rengeknya menangis sedih.

“I...iiiya, tapi tolong lepaskan pelukanmu i..ini.” Ucap Zein tergagap. Karena ini pertama kali bagi nya merasakan pelukan seorang wanita. yang hampir membuat nya tidak bisa mengendalikan dirinya.

“Iya , tapi Om janji dulu tidak akan meninggalkan Jenni  lagi.” Jeniffer mengangkat jari kelingkingnya, yang dibalas Zein dan menautkan kedua jemari mereka. Sebagai tanda jika mereka akan terus bersama. Senyum manis mengembang dibibir keduanya.

“Aku berjanji tidak akan meninggalkan mu sendirian lagi.” Ucap Zein.

“Terimakasih Om,” Ucap Jeni yang ingin kembali memeluk Zein.

“Eeeiitsz... cukup, cukup jangan diulang lagi Jeni. Aku bisa khilaf.” Elak Zein.

 “Oya Om, sudah hampir malam. Tapi kita tidak punya apa-apa untuk dimakan.” Ucap Jeniffer sambil melirik tidak ada yang dibawa oleh Zein, yang sebelumnya berkata akan mencari bahan makanan untuk mereka berdua.

“Jenifer, barusan aku  ketiduran dibawah pohon itu. Sehingga aku lupa untuk mencari makan untuk kita.” Tutur Zein.

“Ngak papa kok Om, bagaimana jika sekarang kita cari makanan nya bersama-sama.” Balas Jeniffer.

“Okey cantik.” Ucap Zein tanpa sadar, segera dia menutup mulutnya. Menyesali dan sangat malu dengan ucapannya barusan.

Zein pun berinisiatif menangkap ikan-ikan, mengunakan ranting kayu. Menunjukkan kembali keahlian nya. Karena pada dasarnya Zein dulunya hanya seorang anak petani biasa yang sudah terlatih hidup didesa dan bersahabat dengan alam.

“Jeniffer inilah menu makan kita, semoga kamu menyukai nya.” Zein mengumpulkan ranting dan membakar ikan-ikan hasil tangkapan nya.

“Wah... sepertinya makanan ini sangat lezat Om,”  Ucap Jeniffer antusias. Zein hanya tersenyum dan mengangguk menanggapinya.

 Arden yang menyaksikan kemesraan Jeniffer dan Zein, berusaha untuk mengendalikan rasa cemburu nya. dia berjalan mondar-mandir untuk meredamkan amarah nya.

"Semua ini gara-gara Paula, dia datang tiba-tiba dan membuat pujaan hatiku ketakutan. aaaagghhh sial." Arden mengusap kasar wajah tampan nya.

gumpalan angin berubah menjadi empat orang pengawal, berdiri dihadapan Arden.

"Untuk apa kalian datang kesini?"

"Kami berempat ditugaskan oleh Baginda raja untuk menjaga pangeran, selama berburu di pulau ini.." Ucap salah seorang pengawal setia Arden.

"Mulai sekarang tidak suka kalian kawal, aku lebih bahagia dan menikmati berburu di alam liar ini sendirian." terang Arden.

"Tapi ini perintah pangeran." ucap pengawal menegaskan.

"Aku tidak peduli." ucap Arden.

"Lihat, pulau ini sekarang sudah ada manusia yang mendatangi untuk pertama kalinya." ucap kepala pengawal yang bernama rembo.

"Ingat! kalian tidak boleh memberitahu Baginda raja tentang mereka berdua." ucap Arden.

"Kenapa pangeran?"

"Kalian tahu sendiri jika raja tidak menyukai aku bergaul dengan bangsa manusia, sekarang mereka berdua sahabat ku." ucap Arden sambil menatap wajah cantik Jeniffer yang sudah ! membuat tergila-gila.

"Wah ternyata gadis bangsa manusia itu cantik-cantik," tanpa sadar salah seorang memuji kecantikan Jeniffer, membuat Arden kesal.

"Jaga ucapan mu Rembo, ingat dia calon istri pangeran mu." bentak Arden.

"Maaf pangeran." Rembo menundukkan kepalanya berkali-kali.

"Ingat perkataan ku tadi, jika kalian bertiga harus merahasiakan hal ini i dari raja."

"Siap pangeran," jawab mereka serempak.

Arden kembali menatap Jeniffer, sebelum akirnya dia memutuskan untuk melanjutkan berburu untuk menghilangkan rasa cemburu melihat kemesraan Jeniffer dan Zein yang saling suap-suapan ikan bakar.

"Aku harus bersabar dan mengalah, kekuatan ku selalu melemah setiap berhadapan dengan laki-laki ini." Gumam Arden yang menarik busur panahnya memulai berburu kijang di alam bebas.

Tidak butuh waktu lama bagi Arden menaklukkan jkijang liar itu, emosi nya yang tengah memuncak membuatnya semakin sigap dan gesit mengejar binatang buruannya.

"Kalian bersihkan kijang ini dan bagi-bagi kan dagingnya pada rakyat ku." perintah pangeran Arden pada empat orang pengawalnya, meskipun sudah beberapa kali diusir oleh Arden mereka tetap mengikuti Arden. pengawal yang sangat patuh pada perintah sang raja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!