Di sebuah pinggiran desa seorang nenek memandang langit sambil menggenggam tangannya. Ia bergumam tak jelas dengan perasaan sendu. Kemudian ia melepaskan sebuah cincin dari jarinya dan berkata " Sudah Saatnya... "
Sementara di dalam hutan seorang gadis cantik berpakaian sederhana sedang bernyanyi ceria. Gadis itu bernama Rey. Di keranjang bambunya ada beberapa buah-buahan dan tanaman herbal. Ia memandang sekelilingnya dengan rasa senang. Tiba-tiba ia mendengar panggilan neneknya melalui telepati. Segera ia melangkah pulang .
Saat sampai ke gubuk kecil tempat tinggalnya, ia segera masuk dan menemui neneknya. Dengan tersenyum ia menyapa lembut dan duduk di samping seorang wanita yang sudah memeliharanya sejak kecil.
" Ada apa memanggilku, nek ? " Rey berkata sambil memegang tangan nenek. Nenek Flo tersenyum dan memandang sendu padanya. Kemudian ia menghela nafasnya agak panjang.
" Dengarkan aku Rey.... Nanti malam bulan bersinar penuh. Kau harus pergi ke Danau Darkwish sekarang. Kau akan menemui takdirmu disana " .
Rey mengerutkan keningnya karena tak mengerti dengan pembicaraan neneknya. Tapi belum sempat bertanya nenek sudah membalikkan tangannya menaruh sebuah cincin bermata biru. "Pakailah cincin ini jika kau sudah sampai di danau itu. Ini akan membantumu. Sekarang persiapkan dirimu dan bawalah makanan secukupnya. Jika kau berangkat sekarang, kau akan sampai disana sebelum gelap " .
" Tapi kenapa nek ? mengapa aku harus kesana ? lalu bagaimana dengan nenek ? " Rey enggan meninggalkan nenek yang begitu menyayanginya. Matanya berkaca-kaca memandang neneknya.
" Sayangku.... sudah saatnya kau pergi menghadapi takdirmu. Nenek tidak bisa menyertaimu. Nenek hanya bisa memberimu cincin ini. Ini bukan cincin biasa, cincin ini akan membantumu saat kau menghadapi kesulitan. Jika kau sudah sampai di danau itu, masuklah dan pakai cincin itu ".
" Tapi nek .... ? " Rey menatap neneknya, ia terisak pelan. Nenek mengecup dahinya sambil membelai kepalanya. Mereka berpelukan agak lama. Kemudian nenek mendorong Rey perlahan. " Bangunlah, segera bersiap berangkat. Nenek akan baik-baik saja disini " .
Rey pun segera masuk ke kamar. Ia membawa beberapa baju dan perlengkapan lainnya. Juga ke dapur mengambil air dan roti buatan neneknya. Ia membungkus semua yg diperlukan dalam buntalan kain putih. Tak lama ia keluar dan melihat nenek sudah berdiri menunggunya disamping pintu.
Rey mendekat dan sekali lagi memeluknya. Tenggorokannya terasa tercekat tak mampu berkata-kata. Nenek tersenyum dan menangkup kedua belah pipinya. Kemudian mencium dahinya. " Berhati-hatilah dengan langkahmu ".
Rey tersenyum sedih dan mencium pipi neneknya. " Nenek jangan kemana-mana ya, aku akan segera kembali dan membawa sesuatu untuk nenek " . Kemudian Rey mengambil buntalannya, ia melangkah perlahan dan melambaikan tangannya. Nenek membalas lambaian tangannya dengan tersenyum lega.
Nenek terus memandang kepergian Rey masuk hutan sampai tak terlihat lagi. Ia menghela nafasnya meredakan gemuruh dalam hatinya. Ia duduk dan memejamkan matanya mengingat masalalu.
* Flashback On *
Saat itu ia sedang menjual sayuran di pasar ibukota. Tiba-tiba terdengar keributan. Dan seorang gadis kecil berlari masuk kebawah meja dagangannya. Melihat wajahnya yang ketakutan, ia langsung memahami apa yang terjadi. Segera ditutupinya gadis kecil itu dengan bagian bawah gaunnya yang lebar. Tak lama kemudian sekumpulan orang-orang lewat ribut berteriak mencari pencuri. Setelah berlalu, ia berkata pelan, " Tetaplah diam disitu " . Menjelang sore keadaan sudah sepi, ia berkemas dan menutupi kepala gadis kecil itu dengan kain tudung. "Pulanglah " . Tapi gadis itu menggeleng dan memegang tangannya . Wanita itu mengerti dan menghela nafasnya. Iapun menggandengnya pulang.
* Flashback off *
Sementara itu di Kerajaan Higresia ada seorang peramal yang menemui Raja Higo dan mengatakan bahwa ada seorang gadis yang ditakdirkan membawa kemuliaan dari langit. Siapa saja yang menikah dengannya akan menjadi Raja Abadi dan kerajaannya akan berjaya selama seribu tahun. Ia mengatakan gadis itu mempunyai tanda cahaya didahinya yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu atau oleh seseorang yang ditakdirkan menjadi soulmatenya. Raja Higo memberikannya sekantong koin emas karena percaya ialah yang akan menemukan dan menjadi soulmate gadis itu.
Selepas peramal itu pergi, Raja Higo beserta orang-orangnya segera ke ruang kerjanya untuk membicarakan hal ini lebih lanjut.
" Asgar , segera cari gadis itu sampai ketemu. Bawa kemari dan beri keluarganya 1 kantong emas " .
" Perintah Baginda segera hamba laksanakan " jawab Ksatria Asgar kemudian menunduk untuk berpamitan.
Penasehat Bidoff menghela nafasnya.
" Hamba mohon maaf Baginda, tidakkah kita tidak seharusnya langsung percaya dengan ramalan itu ?
"Bukankah aku sudah memerintahkan Ksatria Asgar untuk mencarinya ? Dia pasti akan melakukan lebih dari yang kuperintahkan " jawab Raja.
" Lalu bagaimana dengan Nona Swansen ? "
" Aku tidak perduli, Bidoff. Lagipula dia tidak punya keistimewaan apapun selain tubuhnya " jawab Raja Higo.
" Itu benar Baginda, Nona Swansen memang tidak punya hal yang patut untuk dibanggakan saat ini. Tetapi ayahnya adalah seorang Menteri Pertahanan Militer. Tidakkah itu akan memicu sebuah pemberontakan jika Baginda membatalkan pertunangan dengan putrinya ? "
" Tcckk...... sebelum dia melakukannya, aku pastikan dia akan mati lebih dulu, lagipula aku belum membatalkan pertunangan ini bukan ? Jadi Menteri Draco tidak punya alasan untuk melawanku ". Raja Higo tampak mulai kesal dengan pembicaraan ini.
" Maafkan hamba jika membuat Baginda tersinggung. Hamba hanya mengkhawatirkan Baginda dan kelangsungan kerajaan ini. Untuk saat ini belum ada seorang yang punya kemampuan militer seperti Menteri Draco. Mohon Baginda pikirkan ".
" Kaulah yang harus memikirkannya, Bidoff. Jika tidak, aku akan mencari penggantimu " . Kemudian Raja Higo bangkit dan keluar dari ruang kerjanya.
Sementara Penasihat Bidoff masih merenung diruangan itu. Ia sedikit cemas dengan masalah ini. Karena posisi Menteri Draco yang kuat dalam kemiliteran. Menteri Draco adalah seorang jenderal perang sewaktu muda, pada masa pemerintahan Raja Huggo, ayah Raja Higo yang sudah berpulang beberapa tahun lalu. Setidaknya Menteri Draco mengerti strategi perang dan tubuhnya gagah perkasa. Tentu saja Penasihat Bidoff khawatir akan terjadi pemberontakan olehnya.
" Aaaaah...... sungguh-sungguh memusingkan ! " ucapnya sembari berjalan keluar ruangan.
Sesaat setelah Penasihat Bidoff keluar, sesosok bayangan hitam bergerak dari sisi gelap dinding. Ia segera mengendap-endap keluar ruangan dan menghilang.
Sementara itu Raja Higo tampak berjalan sambil mengerutkan keningnya. Beberapa pengawal mengiringinya di belakang. Tak lama kemudian terdengar suara langkah beberapa orang dari lorong yang sama. Raja memandang ke depan dengan rasa tidak suka yang disembunyikan.
" Salam, yang Mulia Baginda Raja Higo " terdengar suaranya lembut sambil membungkukkan badannya, menampakkan sebagian dadanya yang seolah akan tumpah keluar. Gaun yang dikenakannya begitu ketat dan menggoda, dengan bagian dada yang terlalu rendah.
Sang Raja mendesis pelan melihat semua itu, mencoba menahan hasratnya yang mulai merayapi otaknya. Ia melihat ke arah para pengawalnya dan pelayan yang dibawa Nona Swansen. "Kalian semua pergilah tinggalkan kami disini ." Segera para pengawal dan pelayan bersama membungkukkan badan sebelum meninggalkan mereka berdua.
Nona Swansen menyembunyikan senyumnya mengerti maksud tindahkan Raja Higo. Baru saja mulutnya terbuka untuk bertanya, Raja Higo tiba-tiba memeluknya dan mencium bibirnya dengan buas. Bahkan tangannya bergerak liar merayapi tubuhnya dan meremas sana-sini. Membuat Nona Swansen melenguh liar, terdengar semakin menggairahkan di telinga Raja Higo.
Tiba-tiba Raja Higo melepaskan ciumannya dan mengangkat tubuh Nona Swansen. Ia segera melangkah cepat-cepat ke arah barat, menuju tempat peristirahatan Raja tanpa perduli apapun lagi di sekelilingnya.
Sayup-sayup terdengar nyanyian merdu dari dalam hutan. Terlihat seorang gadis cantik berpakaian sederhana sedang berjalan berirama sambil melambai-lambaikan tangannya. Sementara tangan yang kiri membawa buntalan kain putih. Namanya adalah Reyna Wishley.
Angin sepoi menghembus rambutnya yang hitam bergelombang. Matanya berwarna biru teduh. Bibirnya yang kecil terlihat begitu menggoda. Sungguh sangat indah dipandang. Dia tidak mengira kehidupannya akan berubah sebentar lagi.
Setelah lagunya berhenti Rey menuju ke sebuah pohon besar yang sangat rindang dan duduk melepas lelah disitu. Ia membuka buntalan kainnya kemudian mengambil roti dan air. Memakan pelan-pelan sambil memikirkan neneknya. Ia tak mengerti kenapa nenek menginginkan Rey pergi ke Danau Darkwish. Dan mengatakan tentang takdirnya ?
Tiba-tiba mulutnya terpekik kecil. Rey ingat neneknya memberikan sebuah cincin yang selama ini dipakai neneknya. Segera ia mencari diantar barang-barang yang ia bawa. Diambilnya cincin bermata biru itu. Modelnya sederhana dan ukurannya agak besar. Rey tidak begitu menyukainya. Setelah menimbang sebentar akhirnya dicobanya memasang cincin itu di salah satu jarinya. Dan.....
Sebuah keajaiban terjadi. Cahaya memancar beberapa saat setelah cincin itu terpasang. Rey terkejut dan waspada. Tetapi yang terlihat hanyalah perubahan bentuk cincin itu, pelan-pelan modelnya berubah lebih kecil dan susunan permatanya ikut berubah. Tangan kanan Rey bergerak menutup mulutnya yang terperangah. Tak lama kemudian cahayanya meredup hilang.
Cincin itu sekarang tampak indah dan pas di ukuran jarinya. Sungguh Rey tak menyangka dengan cincin ini. Dipandanginya cincin itu agak lama. Telunjuk kanannya terulur sedikit gemetar, mencoba menyentuh permata biru itu. Ada rasa aneh merayap ke dalam hati, memaksanya memandang permata biru itu lebih dekat.
Mata Rey seketika terbelalak saat merasa dirinya seperti tersedot masuk ke dalam permata biru itu. " Aaaaahh..... . . . . " Rey berteriak dan memejamkan matanya. Tapi tak ada sesuatu apapun yang terjadi padanya. Hanya ada keheningan yang terasa damai. Segera Rey membuka matanya dan ia berada dalam sebuah kamar yang begitu mewah. Di depannya ada sebuah meja rias berwarna putih dengan sebuah mahkota besar tergeletak. Tidak ada hiasan permata apapun disisinya, hanya perpaduan warna hitam dan perak. Tapi mahkota itu tampak kokoh dan berat. Entah mengapa Rey tersenyum saat menyentuhnya.
Kemudian Rey membalikkan badannya bermaksud akan keluar dari ruangan ini. Namun langkahnya membeku dan nafasnya tercekat saat melihat seseorang bersandar di belakang pintu kamar sambil melipat tangannya.. Ia seorang pria yang gagah dan tampan. Rey hanya bisa ternganga tak mampu berkata-kata. Ia merasa takut dan malu karena ternyata ia berada di tempat yang salah.
" Oh tidak.... sudah berapa lama ia ada disitu dan memandangku ? " Rey memejamkan matanya dan menggigit bibirnya, mencoba menenangkan dirinya. Namun ketika ia membuka matanya kembali, yang ada hanya pemandangan hutan saat terakhir ia duduk dan memakan rotinya. "Apa ....... ?! "
Rey memandang sekeliling dengan bingung. Ia tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Barusan ia berada di kamar seorang pria yang tak dikenalnya, tapi mengapa saat memejamkan matanya ia kembali ke hutan ? Apakah ia sedang bermimpi ? Tapi bagaimana mungkin ? Apakah aku tadi tertidur..... ? Rey menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya. Ia berfikir akan memikirkan hal itu nanti. Saat ini ia harus segera sampai ke Danau Darkwish sebelum gelap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!