Gavin mengeraskan rahangnya ketika mendapat telepon dari sang Mama untuk acara makan malam, ini untuk kesekian kalinya sang Mama mengajaknya makan malam dan ia yakini pasti ada gadis yang akan di comblangin dengannya.
"Ck, tidak bisakah Mama membiarkan urusan percintaan padaku saja." Gerutu Gavin memijat pelipisnya yang terasa sakit.
Ia sangat bosan dengan sikap sang Mama yang terus mendesaknya untuk menikah, sementara selama ini ia bahkan tak pernah memiliki kekasih ataupun sekedar dekat dengan wanita. Meskipun begitu, ia tak menampik bahwa banyak wanita yang mengejar dirinya.
Gavin meraih jas dokternya, ia segera bersiap untuk kembali ke rumah sebelum pergi ke acara makan malam yang membosankan itu. Ya, meskipun ia tidak suka tetapi ia akan tetap datang untuk menghormati sang Mama.
Gavin keluar dari ruangannya, ia mendapatkan sapaan dari para perawat dan juga Dokter yang berpapasan dengannya.
"Selamat sore, Pak Dokter. Apakah anda ingin pulang?" sapa seorang Dokter cantik bername tag Manda.
"Iya." Jawab Gavin singkat.
"Oh begitu, saya berniat untuk mengajak anda makan malam, tetapi sepertinya anda tidak bisa." Ujar Manda pelan.
"Saya buru-buru, permisi." Balas Gavin cuek lalu segera pergi.
Manda menatap punggung lebar Gavin, untuk kesekian kalinya ia ditolak oleh dokter tampan itu, tetapi meskipun begitu ia tidak menyerah.
"Aku pasti akan bisa mendapatkanmu, Gavin." Gumam Manda kemudian melenggang pergi.
***
Seperti biasa Gavin akan memasang wajah datar dan dingin di hadapan teman-teman sang Mama yang biasa saling menyebut dengan kata 'jang'. Telinga Gavin rasanya panas jika berlama-lama mendengar celotehan kedua wanita berusia itu.
"Mama, aku masih ada pekerjaan. Jika sudah selesai boleh aku pergi?" tanya Gavin dengan sabar.
"Pergi gimana sih, Gavin. Kirana juga belum datang," jawab Mama Ayu, Ibunda Gavin.
"Kirana siapa lagi sih, Ma." Kesal Gavin masih menjaga nada bicaranya.
"Kirana itu anak Tante, Gavin. Dia cantik dan juga pintar, kamu pasti akan menyukainya." Sahut Tante Leli, teman dari Ayu.
"Dengar tuh, cantik dan pintar. Bukankah itu tipe kamu," celetuk Mama Ayu.
Gavin baru ingin membuka suaranya, tetapi ucapannya terhenti ketika suara melengking itu menyapa indera pendengarannya dengan kasar.
"Mamah!!!!!" teriak seorang gadis berkaos putih dengan celana bahan yang sedang trend kekinian. Jangan lupakan rambut blonde yang terlihat di Curly hingga membentuk gulungan rongga-rongga seperti astor.
"Kirana, yang sopan, Nak. Ada Tante Ayu sama Nak Gavin," bisik Tante Leli.
Gadis bernama Kirana itu lantas menoleh ke arah Gavin dan juga Mama Ayu, ia terpaku ketika melihat betapa tampannya pria di hadapannya saat ini.
Hidung mancung, mata besar dan bibir yang kissable. Jangan lupa dengan garis rahang yang terlihat begitu tegas, tatanan rambut yang di poles dengan hair removal mahal serta kemeja yang sangat pas di tubuh kekarnya.
"Dewa impian." Ujar Kirana tanpa sadar.
Gavin berdecak, gadis macam apa yang ada di hadapannya ini. Sudah berisik, tidak tahu sopan santun pula, jangan sampai gadis ini yang akan di comblangin dengannya. Batin Gavin resah.
"Hahaha, jadi kamu suka sama anak Tante?" tanya Mama Ayu terkekeh.
Kirana tersadar, ia segera mengalihkan pandangannya dan menunduk malu.
"Jadi dia anak Tante?" tanya Kirana menunjuk Gavin yang hanya diam.
"Iya, kenalan dong." Jawab Mama Ayu.
Kirana mengulurkan tangannya di depan Gavin, pria itu tampak acuh dan hanya melirik uluran tangannya tanpa berniat membalas.
"Tidak masalah Tante, mungkin anak Tante butuh waktu untuk menyesuaikan sebelum pernikahan." Ucap Kirana diakhiri tawa.
Gavin membulatkan matanya, ia geram sekali dengan gadis kecil dihadapannya yang asal bicara soal pernikahan, lagipula siapa yang mau menikah dengan gadis kecil dan sangat kekanakan sepertinya.
Sifatnya berbalik arah dengan sifat Gavin.
NEW STORY😍😍
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE NYA✨
BERSAMBUNG........................
Ruangan itu terasa begitu dingin yang terpancar dari wajah Gavin saat ini, kedua orang tua nya tentu tahu bahwa saat ini keadaanya sedang tidak baik-baik saja, ia butuh penjelasan dari kedua orangtuanya itu.
"Maksudnya apa, Ma?" tanya Gavin pelan.
"Mama akan menjodohkan kamu dengan Kirana, dan itu sudah sah akan di lakukan meski kamu menolaknya." Jawab Mama Ayu menjelaskan.
Gavin memejamkan matanya, ia menarik nafas lalu membuangnya perlahan. "Kenapa Mama tidak katakan sebelumnya padaku, kenapa Mama mengambil keputusan sendiri untuk hidupku?" tanya Gavin dengan nada biasa tetapi mengandung ketegasan di dalamnya.
"Gavin, Mama melakukan itu pasti untuk kebaikanmu juga." Sahut Papa Raden.
"Jika Mama ingin yang terbaik untukku, setidaknya seharusnya Mama mengatakan padaku dulu, Pa." Ujar Gavin sedikit meninggikan suaranya.
"Mama tidak mengatakannya karena Mama tahu kamu akan menolaknya, Gavin!" bentak Mama Ayu dengan kesal.
"Mama, jika Mama tahu aku akan menolaknya, kenapa Mama melakukannya?" timpal Gavin menatap nanar ke arah sang Mama.
"Ini hidupku, aku yang berhak memutuskan dengan siapa aku akan menikah!" lanjut Gavin membuat hati ibu itu sakit.
"Berhenti bicara Gavin!" bentak Papa Raden.
"Dia ini Mama kamu, dia yang melahirkan dan membesarkan kamu. Dimana otak mu sampai berani bicara dengan nada tinggi seperti itu padanya?!" tanya Papa Raden emosi.
Gavin tersadar, ia melihat ke arah sang Mama yang hampir menangis. Apa yang telah ia lakukan, ia telah membuat hati ibu itu sakit bahkan sampai menangis.
"Mama." Panggil Gavin pelan lalu meraih tangan Mama Ayu.
"Mama maafin aku, aku tidak bermaksud bicara seperti itu, tapi sungguh aku tidak bisa menerima perjodohan ini." Ucap Gavin bersimpuh di depan sang Mama.
"Bangun, Nak." Pinta Mama Ayu lembut.
Gavin menurut, ia bangun dan langsung menatap sang Mama dengan perasaan bersalah.
"Maafin Mama, tapi ini semua harus diambil. Jika kamu tidak menerima perjodohan ini, maka terpaksa Mama akan mencoreng nama kamu dari daftar warisan keluarga Pranaja, dan semuanya akan Mama berikan pada Faisal." Ujar Mama Ayu membuat Gavin terperangah.
"Papa, apa maksudnya?" tanya Gavin pada sang Papa.
"Itulah kenyataannya Gavin, jadi putuskan secepatnya jika tidak mau semua harta Papa akan Papa berikan pada kakakmu dan kamu tidak menerimanya sepeser pun termasuk rumah sakit." Jawab Papa Raden tanpa melihat Gavin.
Gavin bimbang, ia tahu jelas seperti apa sikap sang kakak padanya. Kakak yang selalu merasa tersaingi olehnya hingga memilih untuk mengejar pendidikan di luar negeri hanya untuk bisa bersaing dengannya.
"Apa yang harus aku lakukan." Gumam Gavin bimbang, andai kata warisan itu tidak termasuk rumah sakit, maka Gavin tidak masalah. Tapi rumah sakit ikut di dalamnya, dan ia tidak akan melepaskannya begitu saja setelah perjuangan selama ini mendirikan rumah sakit keluarga Pranaja itu.
"Mama berikan waktu kamu untuk berpikir selama satu Minggu Gavin, jika kamu tidak memberikan keputusan, maka kamu bebas memilih pasanganmu dan bebas dari nama Pranaja di belakang namamu." Ucap Mama Ayu kemudian pergi meninggalkan Gavin diikuti oleh Papa Raden.
Gavin merapatkan gigi-giginya, entah mengapa kedua orangtuanya selalu mendesak dirinya untuk menikah, sementara Fahri disana bebas melakukan apapun tanpa kekangan dari keluarga dan pemaksaan sepertinya saat ini.
"Aghhhhh……." Geram Gavin mengusap wajahnya frustasi.
Gavin segera pergi ke kamarnya, ia harus bisa merilekskan tubuh dan pikirannya yang terasa panas saat ini.
"Ck, gadis itu yang membuat semua ini terjadi padaku." Gumam Gavin mengepalkan tangannya kuat.
LANJUT YA LANJUT........
BERSAMBUNG .................
Gavin baru saja sampai di rumah sakit, mobil Porsche Panamera yang ia beli dengan uangnya hasil praktek di parkiran di bagian khusus untuk para dokter dan perawat di basemen.
Jas dokter yang ia sampaikan di pergelangan tangan kiri, tas kerja di tangan kanan dan jangan lupa bunyi sepatu pantofel puluhan juta yang menggema di lorong-lorong rumah sakit.
"Selamat pagi Dokter Gavin."
Sapaan terus di dapatkannya, ia di nobatkan sebagai Dokter tertampan di rumah sakit Pranaja itu, meskipun demikian tetapi Gavin tidak pernah peduli. Tak jarang juga pasien, dokter maupun perawat disana selalu berusaha mendekatinya, salah satunya yang tidak pernah menyerah adalah dokter wanita spesialis kulit yang cantik dan berprestasi.
"Selamat pagi Dokter Gavin." Sapa Manda memberikan senyuman paling manis kepada Dokter pujaan hatinya.
"Pagi juga." Balas Gavin cuek.
Manda tersenyum canggung, ia menarik nafas lalu berusaha untuk tidak menyerah. "Dok, apa anda sudah sarapan? bagaimana jika kita sarapan bersama?" tanya Manda menatap Gavin penuh harapan.
Gavin terdiam sesaat, ia melirik jam di pergelangan tangannya lalu menatap sebentar ke arah Manda.
"Hmmm, baiklah! sebentar saya ke dalam dulu." Jawab Gavin lalu masuk ke dalam ruangannya.
Seakan mendapatkan jackpot jutaan rupiah, Manda lompat-lompat di tempatnya ketika mendengar jawaban Gavin yang menyetujui ajakannya. Setelah sekian purnama berjuang sekedar makan bersama, akhirnya hari ini Tuhan mendengar doanya.
"Astaga, Manda inilah langkah awalmu!" ujar Manda pada dirinya sendiri.
Tak lama Gavin keluar dari ruangannya, tanpa peduli pada Manda ia berjalan begitu saja meninggalkan Manda yang setia menunggu dengan perasaan berbunga-bunga. Jatuh sudah harapan Manda ketika langkah demi langkah Gavin ambil untuk meninggalkan nya.
"Makan aja ditinggal, jangan sampe besok-besok kalo udah pacaran di ghosting." Gumam Manda lalu buru-buru menyusul.
Manda dan Gavin pergi ke kantin rumah sakit, banyak tatapan dokter, perawat dan keluarga pasien yang memperhatikan Dokter gagah nan tampan yang tak lain adalah Gavin sendiri.
Manda pun sebenarnya tak kalah mempesona, bahkan ada beberapa dokter yang secara terang-terangan menyatakan rasa sukanya pada dokter ahli kulit itu.
"Most Handsome and beautiful dokter rumah sakit Pranaja, cocok ya!" bisik perawat yang di dengar oleh Manda dan juga Gavin.
Manda tersenyum bahagia, orang lain saja bisa menilai, tetapi entah mengapa Gavin tidak bisa melihat itu. Terkadang Manda yang dinilai Cantik seringkali merasa insecure karena Gavin tak pernah menatapnya sebagai seorang wanita, ia jadi berpikir bahwa dirinya jelek.
"Dok, mau pesan apa?" tanya Manda siap menulis pesanan Gavin.
"Biar saya saja yang langsung memesannya." Jawab Gavin beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke salah satu penjual makanan.
Gavin hampir sampai ke penjual bubur, tetapi tiba-tiba dari arah belakang ada yang menabraknya, ia merasakan panas di punggung yang menembus kemejanya. Bersama dengan itu terdengar ringisan lirih seorang gadis.
"Awhhhh….panas….." ucap gadis itu mengipas bajunya yang juga terkena sup panas sama seperti Gavin.
Semua yang ada disana menatap gadis itu dengan perasaan khawatir, pasalnya mereka yakin jika setelah ini Gavin akan marah dan tak segan membentaknya.
Gavin menolehkan kepalanya, ia sudah ingin sekali marah ketika seluruh pakaiannya basah dengan aroma gurih dari sup yang dibawa oleh gadis tak becus itu.
"Kau….." ucapan Gavin terhenti ketika melihat wajah Gadis yang menabraknya.
Gadis itu tak sama terhenyak melihat Gavin, seluruh tubuhnya menegang melihat otot-otot wajah Gavin yang ia yakini jika pria itu sedang marah.
"Aku yakin hidupku tidak akan baik-baik saja setelah ini." Batin gadis itu dengan tatapan takut mengarah kepada Gavin
LIKE DAN KOMEN NYA JANGAN LUPA 🤗🤗
BERSAMBUNG.....................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!