Perkenalkan aku Elijah Wood, usiaku 25 tahun. Aku, seorang wanita mandiri yang hidup terpisah dari kedua orang tua angkat ku.
Aku adalah anak angkat dari Sthefani Giorgio dan Alberth Wood. Kedua orangtua kandungku telah meninggal dunia sejak aku masih kecil dan aku hidup di panti asuhan sebelum kedua orang tua angkat ku datang dan mengadopsi ku.
Aku menghidupi diriku sendiri dengan mendirikan Toko Kue yang kuberi nama The Magic Cakes. Aku memang sangat menyukai kue bagiku kue dan roti adalah penolong bagi setiap manusia. Pengisi perut ketika lapar dan pemberi energi disaat kita sedih, senang, susah ataupun marah.
Toko kue kecilku ini berdiri sejak aku memutuskan untuk pindah ke Renndolsetra. Kira-kira lima tahun lalu. Bermodal uang tabungan dan pemberian kedua orang tua angkat ku toko kue ini berhasil ku dirikan. Peralatannya masih belum sekelas bakery unggulan tapi lumayan bisa membantuku memproduksi aneka roti setiap harinya.
...----------------...
Pagi ini seperti biasa aku dan salah seorang karyawan ku membuka toko kami. Aku mulai membersihkan dapur yang akan ku gunakan, membuka tempat persediaan bahan-bahan dasar roti lalu menimbangnya sesuai ukuran.
Untuk urusan pengolahan adonan aku belum mempercayakannya pada kedua karyawan ku. Karena aku mengolahnya dengan menambah sedikit sihir ku.
Ssssst.....its secret...
Jika kalian mengira aku menggunakan sihir jahat kalian salah besar. Meskipun aku seorang penyihir aku selalu memakainya untuk kebaikan. Setiap olahan roti ku kuberi mantra kebahagian. Jadi setiap orang yang memakannya akan merasakan bahagia meskipun hati mereka sedih atau sedang memiliki masalah.
Kalian pasti akan bertanya kenapa bukan ?
Karena aku tidak suka melihat orang bersedih dan larut dalam kesedihan mendalam. Aku pernah berada di posisi itu oleh sebab itu aku bertekad membantu setiap orang yang datang ke Magic Cakes. Dan apa kalian tahu bayaran termahal ku...senyuman dan tawa mereka...
...----------------...
" Pagi Elijah....ada roti spesial untukku ?" tanya seorang pelanggan tetap kami yang bernama Laura
" Hei...pagi juga Laura....apa kabarmu hari ini ?" jawabku sambil tersenyum
" Well as usual...i' m fine." jawab Laura sambil meniup coklat panasnya
" Ada muffin strawberry spesial untukmu Laura." kataku sambil melirik ke arah rak kue
" Waaah....dengan spesial kenari ?" tanyanya
" Yup...with special walnut." sahutku
" Thank you Elijah....you're the best." jeritnya kegirangan
Tanpa ia sadari aku mengayunkan jari telunjuk ke arah muffin itu
" Μικρό Μάφιν ... γίνε το φως της ζωής της Λάουρα και δώσε της την ευτυχία ».
Whuuush....hembusan asap tipis kebiruan meluncur memasuki muffin strawberry milik Laura. Tentu saja Laura tidak bisa melihatnya karena ia orang biasa.
Aku meletakkan baskom berisi adonan roti di atas meja, lalu berjalan mendekati Laura dengan membawa piring berisi dua buah muffin strawberry. Laura duduk di sisi jendela yang menghadap langsung ke arah jalan, aku duduk diseberang nya.
" Temani aku makan El." pintanya
" Tidak terimakasih aku sudah kenyang hanya dengan menghirup aromanya saja." jawabku
" Ya...ya....kau yang membuat nya pasti kau juga sudah bosan dengan baunya." sahut Laura terkekeh
Elijah memperhatikan raut wajah Laura. Seperti biasa gadis ini menyembunyikan luka hatinya. Diperhatikannya wajah Laura dengan seksama tampak bekas kebiruan di sudut bibirnya. Terdapat luka gores yang masih terlihat di keningnya.
Elijah menghela nafasnya lalu mengenggam tangan Laura,
" Katakan padaku Laura." suaranya menghipnotis Laura dalam diamnya
Elijah mulai melihat bayangan kejadian yang menimpa Laura melalui visinya.
...****************...
Laura dengan seorang pria sedang berada di dalam ruangan, mereka terlibat perdebatan panjang hingga akhirnya pria itu dengan entengnya memukuli Laura tanpa ampun.
Laura menangis dan duduk di sudut kamar meratapi nasibnya. Ia menatap selembar kertas didepannya dan kembali menangis. Laura membuka laci meja kecil disebelahnya mengambil sebotol kecil pil dan membukanya. Namun ia urung melakukannya dan kembali memasukkan botol itu dalam laci mejanya.
...****************...
Visinya terhenti, Elijah menutup matanya sejenak lalu membukanya kembali. Ia menjentikkan tangannya untuk menormalkan kembali waktu yang terhenti. Dan semuanya berjalan normal kembali.
" Laura....apa rencana mu hari ini." tanyaku
" Aku....tidak ada....aku hanya akan diam disini dan melihatmu bekerja, bolehkan ?" jawabnya dengan memberikan senyum termanisnya
Aku pun tertawa mendengarnya,
" Kalau begitu kau jadi pegawai ku saja disini, kau mau."
" Bisakah ?" tanyanya
" Uuhhmm....kau mau...bukankah kau membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi kau dan calon anakmu ?" ujarku sambil menatap wajahnya
Seketika wajah Laura berubah sayu,
" Kau tahu Elijah....bagaimana bisa....aku bahkan belum memberitahukannya pada Daniel." sahut Laura matanya mulai memanas menahan tangis
" Tinggalkan dia Laura....dia tak pantas untukmu....aku akan memberimu tumpangan jika kau mau...dan aku akan melindungi mu dari nya...kau mau Laura ?"
Laura terisak, ia menganggukkan kepalanya.
Aku pun tersenyum, setidaknya aku bisa melindungi dua nyawa.
" Baiklah besok kau mulai bekerja padaku....dan nanti malam bawa barang mu pindah ke rumah ku...kau mengerti?"
" Aku harus melanjutkan pekerjaanku...habiskan muffinmu baru kau boleh pergi." kataku sambil berlalu
Laura meraih tanganku
" Terimakasih...Elijah..."
Aku pun tersenyum padanya dan berlalu. Ku lanjutkan kembali pekerjaan yang tertunda. Kedua orang karyawan ku mulai membantu menggiling dan mencetak adonan roti. Sementara aku cukup memberikan instruksi saja sambil mencatat keuangan hari kemarin.
Jonathan dan Manuela adalah karyawan ku. Aku mengambil mereka dari jalanan. Mereka ditelantarkan oleh kedua orang tua asuhnya. Mereka kakak beradik selisih umurnya hanya tiga tahun di bawahku. Kuberikan mereka tempat tinggal di belakang toko kue. Kebetulan ada sedikit tanah yang cukup luas ku ubah menjadi sebuah rumah kecil bagi mereka berdua.
Tentu saja with magic....
" Kak...dimana kau letakkan kismis...aku mencarinya kemana mana tapi tidak ada ?" tanya Jonathan
" Aku letakkan di dalam lemari kaca di ruang basement...ambillah disana Jo..." sahutku
" Kau yakin .....aku baru saja dari sana tapi kismis nya tidak kutemukan." ujarnya sambil mengerutkan kening
" Aneh...kemarin aku baru saja membelinya dan ku simpan dalam lemari itu." kataku
Aku meletakkan pena dan buku keuangan toko dimeja lalu berjalan menuju basement. Sebuah ruangan khusus penyimpanan bahan baku rotiku dan bahan sihir ku tentu saja.
Aku melihat dengan seksama lemari tempatku menyimpannya.
" Aaah....kutemukan pencurinya." ujarku tersenyum
" Keluarlah Flick....aku tahu kau bersembunyi dibalik meja." kataku
Ku gerakkan tanganku dengan gerakan memutar dan meja pun bergeser. Tampaklah sesosok makhluk kecil dengan telinga panjang dan hidung merahnya tersenyum padaku
" Elijah....aku hanya mengambilnya sedikit." sahutnya sambil menggaruk kepala belakangnya
" Sedikit....kau habiskan semuanya Flick....dan sekarang kau ganti apa yang kau makan aku membutuhkannya sekarang atau......"
Aku bersiap menjentikkan tanganku ketika Flick memohon padaku
" Kumohon jangan Elijah ...baik....aku akan mengembalikannya.?" sahut Flick
Dengan kekuatannya Flick mengembalikan barang yang ia curi dariku.
" Good boy....jangan kau ulangi lagi okey....jika tidak akan ku kembalikan kau ke gua itu."
" Tidak ..tidak....aku mohon Eli...maafkan aku." pintanya
' Uuhmm....tentu Flick....jaga basement untukku dan akan ku buatkan kau roti terenak hari ini."
" Your orders are my life" sahut Flick
Aku pun segera naik ke atas dan memberikan sejumlah kismis pada Jonathan
" Wow...kau menemukannya?" katanya
" Tentu saja...Flick menyembunyikannya."
" Flick...?? Sudah kuduga."
Jonathan dan Manuela telah mengetahui rahasiaku. Mereka terbiasa dengan makhluk-makhluk mitologi yang kadang mampir ke toko ku. Dan mereka menjaga rahasiaku sebagai imbalan untukku karena menyelamatkan mereka.
Tepat pukul sebelas semua roti untuk hari ini telah siap. Kami bersiap untuk menerima pelanggan hari ini.
Laura telah bersiap untuk berangkat bekerja. Hari ini hari pertamanya ia akan bekerja di The Magic Cakes. Elijah menyelamatkan hidupnya. Kemarin ia bahkan tidak memiliki harapan hidup karena sikap Daniel, tapi kini ia seolah memiliki energi baru untuk menatap hari esok bersama calon bayinya.
Flashback On
" Daniel....kita harus bicara..." pinta Laura
" Apa lagi yang kau mau huh ?"
" Katakan padaku....apa kau mencintaiku Daniel ?" tanya Laura cemas
" Kenapa kau bertanya...ada apa denganmu ?"
Daniel menatap Laura tajam
" Aku hamil Daniel....dan ini anakmu.."
Daniel membulatkan matanya lebar-lebar. ia kemudian tertawa
" Apa....hamil ...anakku....huh....tidak mungkin...itu bukan anakku bagaimana kau bisa menganggapnya itu anakku dasar wanita p******."
Plaaak....
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Daniel.
" Jaga ucapanmu Daniel....kau tahu aku sangat mencintaimu dan aku tidak pernah melakukannya dengan siapa pun juga selain kau."
" Ciiiih....lihatlah dirimu...kau bahkan mengemis cinta padaku....buang anak itu....aku tidak ingin memilikinya ...atau....aku akan pergi darimu."
" A-apa.....kau kejam Daniel...kau akan menyesalinya suatu hari nanti."
Laura tidak bisa mengendalikan emosinya dia bergerak ke arah lalu memukulinya dengan tangannya. Tapi Daniel cukup kuat ia berbalik memukul Laura hingga ia terjatuh dan membentur ujung meja. Darah segar keluar dari lukanya.
" Jangan pernah kau mencari ku lagi....aku tidak Sudi bertemu denganmu."
Daniel pergi meninggalkan Laura yang terus menangis meratapi nasibnya.
Flashback off
Laura telah mengemasi barang-barang nya. Hari ini ia akan pindah ke rumah Elijah. Semangatnya kembali hadir setelah bertemu Elijah kemarin. Dan ia akan berjanji untuk membalas budi pada Elijah suatu hari nanti.
Ting...tong....
Suara bel berbunyi, aku tersenyum pada Laura. Aku tahu hari ini ia akan datang,
" Selamat pagi Laura...." sapa ku
" Pagi juga Elijah...."
Rona bahagia muncul dari wajah Laura membuatku bahagia, setidaknya air matanya tidak akan jatuh lagi sepanjang ia tidak berada jauh dariku.
" Masuklah...aku sudah menyiapkan kamar untukmu."
Laura mengangguk dan mengikuti ku
"Ini kamarmu Laura."
Laura terbelalak, kamarnya begitu luas seperti yang ada dalam dongeng kerajaan. Tempat tidur luas dan ranjang empuk, meja riasnya sendiri, balkon, kamar mandi luas dan bersih bahkan terdapat walk in closet didalamnya.
Ia sungguh tak percaya dengan penglihatannya. Sebelum dibuka pintu kamar ia tak melihat keanehan apa pun namun begitu memasuki ruangan semua berubah sesuai dengan keinginan nya.
Laura penasaran dengan yang terjadi, ia lalu mendekati ku yang masih berdiri menatapnya dengan senyuman
" Eli....benarkah yang kulihat....mengapa semuanya berbeda saat diluar? " tanya nya penuh selidik
" Ini....rahasia kau dan aku....karena kau sekarang pegawai ku maka kau harus bisa menjaga rahasia ini....sanggupkah?"
" Tentu...tentu saja Eli...aku berhutang padamu...terimakasih telah menolongku."
" Apa yang harus aku lakukan Eli?"
Aku tersenyum padanya lalu, ku jentikkan tanganku dan dalam sekejap sebuah gulungan kontrak berada ditangan ku. Laura memandang takjub dan tak percaya.
" Elijah....apa mataku tidak salah melihat....a-apa yang....?" tangan Laura menutupi mulutnya yang ternganga
" Ssst....its secret...ini adalah kontrakmu yang berlaku seumur hidupmu." kataku pada nya sambil memberi isyarat dengan telunjukku
Laura yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya menerimanya dengan tatapan bingung.
" Bacalah dengan teliti Laura...disitu tertuang beberapa poin yang harus kau taati...juga hak dan kewajiban mu sebagai pegawai ku."
" Kau boleh tinggal disini selamanya jika kau mau...tapi ingat semua ini rahasia kita...jika kau melanggarnya kontrak kita batal dan akan ada konsekuensi untukmu."
" Apa Kau sanggup menerimanya Laura ?" tanyaku sekali lagi
" Y-ya....aku sanggup...aku akan menerimanya Eli."
" Bagus...berikan tanganmu..."
Laura mengulurkan tangannya, aku meraihnya dan menuliskan sesuatu di telapak tangannya lalu beralih ke keningnya dan melakukan hal yang sama. Dan secara ajaib muncullah garis keemasan bertulisan kuno menyala di bekas sentuhan jariku. Sebuah tanda bagi para pengikut penyihir. Tidak ada rasa sakit yang dirasakannya tapi membawa sensasi dingin di permukaan kulit.
" Selama kau dekat denganku dirimu aman Laura...aku akan penuhi janjiku untuk menjagamu dan calon anakmu." ujar ku padanya
" Terimakasih Eli."
Laura tersenyum, inilah awal dari hubungan mereka sebagai sahabat.
" Ikut aku...akan ku perkenalkan pada yang lain."
" Yang lain....siapa?" tanya Laura
Aku hanya tersenyum, " Kau akan mengetahuinya segera..."
Aku mengajak Laura ke rumah yang ditempati Jonathan dan Manuela. Rupanya keduanya telah menanti kedatangan Laura
" Selamat datang di keluarga kami Laura." sapa Manuela
" Terimakasih."
" Ayo masuk....Jo sudah menyiapkan makanan untuk kita." ajak Manuela
Laura mengikuti masuk ke dalam rumah itu dan lagi-lagi ia dibuat terkejut dengan penampilan di dalamnya. Rumah yang tampak kecil diluar ternyata sangat luas di dalamnya. Sungguh luar biasa. Tak henti-hentinya Laura berdecak kagum.
" Kau menyukainya Laura ?" tanya ku
" Eli....ini luar biasa....aku masih tidak percaya dengan semua ini."sahut Laura
" Duduklah...isi perutmu dulu...ingat Laura ada nyawa kecil di perutmu." kata ku
" Kau benar Eli....aku lupa ada dia disini." jawabnya sambil menunjuk pada perutnya yang masih terlihat rata.
Laura mengambil kursi berhadapan dengan ku. Begitu banyak makanan yang disiapkan Jonathan membuat air liurnya menetes. Ia hendak mengambil beberapa roti ketika piring di depannya bergerak sendiri. Ia terkejut setengah mati,
" A-apa kau melihatnya?" teriak Laura
" yuuup....dengan jelas." sahut Jonathan
" Apa ada hantu disini....ya Tuhan jangan katakan itu benar ?" pinta Laura pada mereka bertiga
Aku, Jonathan dan Manuela saling berpandangan dan kemudian tertawa
" Flick...tunjukkan dirimu " perintah ku pada makhluk yang belum dilihat Laura
Flick menampakkan dirinya perlahan di depan Laura. Ia muncul dengan memegang piring milik Laura. Penampakan Flick yang berbeda dengan manusia membuat Laura terpekik ketakutan.
" Tenanglah Laura dia tidak akan menyakitimu....namanya Flick...dia termasuk keluarga kita...tolong biasakan dirimu." kataku sambil tersenyum
" F-f-flick....a-apa dia menggigit ?" tanya nya masih ketakutan
Mereka tertawa lepas,
" Tidak Laura...Flick baik...hanya saja dia....sedikit usil.." jawab Manuela
" H-hai Laura....aku Flick....senang bertemu denganmu." sapa Flick sedikit ketakutan
" H-hai Flick...aku Laura....semoga kita bisa berteman dengan baik." balas Laura
" Baiklah....ayo kita makan...Flick duduklah di sebelah Jonathan." kata ku
Flick menurut dan pergi ke sisi Jonathan. Mereka pun memulai makan bersama untuk yang pertama kalinya dengan anggota keluarga baru. Aku menatap satu persatu dari mereka dan merasakan kebahagiaan memiliki sebuah keluarga.
Keluarga yang akan selalu aku jaga dengan atau tanpa kekuatan ku. Aku hanya bisa berharap kelak, aku akan kembali hidup normal seperti manusia lainnya tanpa harus bersembunyi lagi.
Hari ini hari pertama Laura bekerja untukku. Setelah sarapan pagi tadi kami segera disibukkan dengan persiapan toko. Karena seperti biasa toko kue ku akan ramai saat jam makan siang.
Laura membantuku di dapur sementara Jonathan dan Manuela selalu mengawalinya dengan bersih-bersih toko.
" Laura tolong kau lelehkan butter itu...ingat jangan sampai mendidih." perintahku pada Laura
Laura mengangguk dan melakukannya dengan baik. Ia menaruh wadah berisi butter leleh tak jauh dari tempatku mencampur semua bahan adonan.
" Apa kau pernah membuat roti Laura?" tanyaku
" Dulu aku pernah membantu nenekku...tapi ..aku lupa caranya."
Aku tersenyum padanya dan memahaminya karena memang tidak semua orang bisa membuat roti yang enak.
" Eli....aku tidak mengerti...kau bisa sihir mengapa tidak kau sihir smua dan biarkan mereka terbentuk dengan mudah."
Aku tertawa mendengar pertanyaannya,
" Laura....tidak semua hal bisa diselesaikan dengan magic...ada yang harus tetap dilakukan seperti yang seharusnya."
" Pada dasarnya setiap hal jika dilakukan dengan hati yang bahagia you automatically create a miracle without you knowing it." jelas Elijah
" Aaah begitu....aku mengerti...baiklah apa yang harus aku bantu."
Aku memberikan arahan pada Laura tentang apa yang harus dilakukannya. Menjelang siang semua nya telah siap. Roti dan kue sudah tertata rapi pada rak-rak nya.
Jonathan membalik tulisan Closed di pintu kaca menjadi open kami pun siap melayani pengunjung.
Siang ini ramai sekali, Laura berada di mesin kasir sementara Jonathan dan Manuela setia melayani para pelanggan. Dan aku...hanya duduk manis di sebuah meja kecil tepat disudut toko.
Aku terbiasa mengamati mereka yang datang dan pergi ke toko kue ku. Bukan karena aku menjadi bos nya tapi karena aku sedang mencari siapa yang membutuhkan pertolongan ku. Pelanggan yang datang ke toko kue ku tentu saja beragam dan mereka selalu membawa setiap permasalahannya kemari.
Langkah pertama saat memasuki toko ku mereka akan merasakan ketenangan yang lain menjauhkan perasaan takut dan sedih dari hati mereka. Itu karena Sihir yang selalu ku tebarkan di pintu masuk toko.
Target ku adalah orang-orang yang masih merasakan kesedihan saat memakan kue buatan ku. Itu artinya ia memilik kesulitan yang memang diluar batas kemampuan sihir penenangku.
Rupanya Laura memperhatikan ku dari tempatnya. Ia karyawan baru dan belum mengerti kebiasaanku. Laura mendekati Jonathan dan menanyakan sesuatu padanya,
" Jo...apa yang dilakukan Elijah disana...ia terus memperhatikan semua pelanggan tanpa berbuat apa pun." tanyanya
Jonathan melihat ke arah Elijah ia tersenyum pada Laura,
"Elijah sedang mencari seseorang...itu kebiasaannya setiap toko mulai buka." jawab Jonathan sambil terus mengolah kopi pesanan pelanggan
" Mencari seseorang? Apa maksudmu Jo...aku tidak mengerti apa dia kehilangan seseorang?" tanya Laura lagi
Jonathan tersenyum pada Laura,
" Bukan begitu...kau akan memahaminya nanti....sekarang tolong bawakan kopi ini untuknya...Elijah sangat memerlukan kafein." perintah Jonathan pada Laura
Laura menuruti perintah Jonathan dan pergi ke meja dimana Elijah duduk,
" Elijah....ini kopimu." sapa nya
" Terimakasih Laura." balasku sambil tersenyum padanya
" Ehm ....boleh aku bertanya Eli?"
" Tentu...tentang apa...katakan.." jawabku sambil menyesap kopi
Aku melihat banyak pertanyaan di matanya dan aku tahu tentang rasa ingin tahunya padaku,
" Ehm....kenapa kau hanya duduk diam disini...apa kau menunggu seseorang?" tanya nya perlahan
Aku tersenyum padanya, sudah kuduga dia akan menanyakannya,
" Duduklah dengan ku."
Ia pun mendudukkan dirinya tepat di sebelahku,
" Kau lihat mereka... orang-orang datang kemari untuk makan mengisi energi mereka melepas penat atau hanya sekedar mengobrol...setiap orang memiliki permasalahan yang mereka pendam masing-masing...suka...duka...gundah... marah...dan....takut..."
" Semua itu emosi yang dimiliki manusia...aku membuka toko ini karena ingin memberikan manusia sedikit ruang untuk bahagia...yang sedih jadi gembira yang senang akan tetap bisa menikmati bahagianya dalam jangka panjang."
" Kenapa kau melakukannya Eli? "
" Karena aku benci air mata Laura...aku tidak suka melihat manusia menangis...aku pernah merasakan kesedihan mendalam tanpa ada seorang pun yang menghiburku dan itu sakit sekali."
" Aku dengan kelebihan ku bertekad membuat semua orang bahagia....setidaknya mereka keluar dari kesedihan."
" Kau luar biasa Elijah...kau penyihir tapi hatimu seperti manusia." kata Laura sambil memegang tanganku
Aku hanya bisa tersenyum melihatnya memandangku takjub
" Jangan berlebihan menilai ku Laura...itu tidak baik...jangan lupakan aku seorang penyihir yang bisa mengambil nyawamu setiap saat."
" Kau...aku yakin kau tidak sekejam itu Elijah... aku percaya padamu." sahutnya
" Terimakasih ...kembalilah bekerja Jonathan dan Manuaela membutuhkanmu." perintahku padanya
Laura mengangguk dan segera kembali menuju meja kasir. Aku menyandarkan punggung ku ke bantalan kursi sesekali ku buka catatan keuangan toko untuk mengalihkan perhatian para pelanggan.
Satu persatu para pelanggan datang hilir mudik bergantian. Hari ini aku sangat lega karena tidak ada satu pun dari pelanggan ku yang membutuhkan bantuan spesial dariku. Itu artinya mereka semua sangat bahagia dan itu cukup bagiku.
Hari beranjak malam, Jonathan dan Manuaela mulai bersiap mengemasi makanan yang tersisa hari ini. Laura membantu mereka mengepaknya dalam kantong-kantong kertas.
" Eehmm....untuk apa semua ini Manuela...apa kita ada pesanan khusus?" tanya Laura
" Tidak....setiap harinya kami akan membagikan roti yang tersisa pada anak jalanan dimalam hari." jawab Manuela
" Ooh begitu...kalian baik sekali." ucap Laura
" Ini peraturan dari Elijah... berapa pun makanan yang tersisa pada hari ini harus di bagikan pada mereka yang membutuhkan entah banyak atau pun sedikit." timpal Jonathan
" Lalu siapa yang akan pergi membagikannya...?" tanya Laura
" Elijah sendiri yang akan pergi...ia melakukannya setiap hari...baginya ini adalah salah satu hiburan untuknya..." ujar Jonathan lagi
" Hiburan...kenapa...aku pikir Elijah selalu bahagia dan tidak memiliki masalah?" tanya Laura keheranan
Jonathan dan Manuela saling berpandangan, lalu Manuela berkata,
" Jika sudah waktunya nanti....kau akan memahaminya Laura."
" Ayo kita segera selesaikan ini semua..malam mulai larut." kata Jonathan diikuti anggukan dari Laura dan Manuela.
...----------------...
Aku beristirahat sejenak di dalam kamarku sambil menunggu mereka menyiapkan semuanya. Aku sedikit kurang enak badan,mungkin karena hari ini aku terlalu banyak menggunakan sihir. Lelah membuatku tertidur sejenak.
" Mikhaila.... Mikhaila....bangunlah." sayup-sayup terdengar suara lirih ditelinga ku
Aku berjalan mengikuti arah suara itu. Dalam hati aku bertanya siapa yang bernama Mikhaila mengapa suara itu menuntunku ke suatu tempat dan tempat apa ini.
Ku edarkan pandanganku...aku merasa aneh aku seperti mengenalinya....tapi tempat apa ini...tempat ini begitu indah dengan pendaran sinarnya menyelimuti sekitar...suara itu terus memanggilku dan membawaku pada sebuah air terjun yang sangat indah dengan bunga berwarna warni disekitarnya.
" Tempat apa ini?" gumamku
" Kau datang....Mikhaela..." sapa seorang dibelakangku
Aku menoleh ke belakang dan terkejut mendapati seorang pria dengan pakaian yang sangat indah bak dewa dan rambut hitam panjang tergerai melebihi bahunya. Senyumnya begitu menawan tersungging dari wajah tampannya. Di dahinya terdapat tanda yang bersinar sedikit terang tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tanda apa itu.
Pria itu mengulurkan tangan pada ku, jemarinya bahkan begitu indah melebihi kecantikan jemari wanita...aku terpesona padanya.
...----------------...
" Elijah ...Elijah ...bangunlah....semua sudah siap...Elijah ..."
Aku mendengar seseorang memanggilku dan kemudian kusadari Manuaela berdiri tepat di sisi ranjang ku.
" Aah...aku pasti bermimpi Manuela."
" Yaa...kau bermimpi....bangun tuan putri tidur...tugasmu menanti." jawab Manuela tersenyum padaku
Aku pun membalas senyumannya. Manuela menyiapkan Coat dan syal untukku. Dia juga membawakan keranjang berisi roti padaku.
" Baiklah aku pergi dulu...Jo jangan lupa kunci pintunya...Laura istirahatlah jangan menungguku pulang oke?" pesanku pada mereka
Mereka pun mengangguk dan aku pun memulai petualangan malam ku.
Aku menyusuri setiap sudut jalan dan memberikan makanan pada setiap orang yang ku temui. Mereka semua para gelandangan dan anak-anak jalanan yang terpaksa hidup di jalanan.
Mendengar mereka mengucapkan terimakasih dan memakan rotiku dengan lahap adalah kebahagiaan terbesar untukku. Terkadang sedikit sihir ku berikan tanpa sepengetahuan mereka.
Meski kusadari batasan sihirku tapi aku tetap melakukannya dengan senang hati. Toh besok kekuatanku akan kembali lagi sempurna setelah beristirahat cukup.
Aku melihat seorang anak lelaki tengah menangis ketakutan, ia sendirian. Aku pun bergegas mendekatinya.
" Hai....nak....sedang apa kau disini...dimana orang tuamu." sapa ku padanya
Anak itu tampak ketakutan dan ia lari bersembunyi dariku. Aku pun perlahan kembali mendekatinya
" Jangan takut....aku tidak akan menyakitimu....kau lapar..." tanyaku lembut
Aku tidak ingin membuatnya semakin ketakutan. Ku ulurkan kantong berisi makanan dan minuman padanya berharap ia mau menerimanya. Dan berhasil...ia mulai mendekati ku dengan ragu,
" Makanlah....ini untukmu." kataku sambil tersenyum padanya
Ia segera meraih kantong kertas dari tanganku lalu memakannya dengan lahap, sepertinya ia sangat kelaparan
" Pelan-pelan memakannya...kau bisa tersedak." kataku mengingatkan dirinya
Dan benar saja ia tersedak, aku sangat khawatir padanya dan segera memberikan sebotol minuman. Ku usap lembut punggungnya agar bisa menelan dengan baik. Tak lama kemudian anak itu menoleh dan menatap padaku
" Terimakasih kak..."
Aku tersenyum padanya dan mengangguk. Tiba-tiba tangan kecilnya menyentuh wajahku, tangannya begitu dingin. Aku membiarkannya menyentuh wajahku lalu ia pun tersenyum padaku,
" Aku berjanji akan melindungi mu selamanya."
aku terkejut ucapannya membuatku terharu, kuraih tangan kecilnya yang dingin lalu kuberi sarung tanganku padanya,
" Kau membutuhkan ini....ambillah...Oya siapa namamu nak?" tanyaku sambil memakaikan arung tanganku yang kebesaran pada tangannya
Anak itu tidak menjawab hanya tersenyum dan kemudian berlari meninggalkanku. Aku hanya bisa menatapnya menghilang di kegelapan malam.
" Kasian sekali anak itu....semoga Tuhan melindunginya selalu.." gumamku dalam doa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!