Suara dentuman musik memenuhi indra pendengaran semua orang yang berada di dalamnya, yaitu klub malam yang paling ramai di kunjungi di kota ini. Dari mulai mahasiswi sampai para pekerja yang menghabiskan malam minggunya di klub tersebut.
Puluhan manusia sedang meliuk-liukan badannya mengikuti dentuman musik, kecuali gadis yang sedari tadi masih duduk di meja bar menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol.
Dia adalah Bela Davinson, sedang meratapi nasib percintaannya, yang baru saja berakhir karena perselingkuhan.
Gelas demi gelas sudah dia teguk, dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi kedua pipinya. Merasa sudah tidak bisa menahan rasa mabuknya, Bela berdiri meninggalkan meja bar menuju pintu keluar klub tersebut. Namun Bukannya berjalan kearah pintu keluar, Bela justru menjatuhkan dirinya ke samping seorang pria di salah satu kursi vip.
"Kamu ternyata disini. hiks...hiks...hiks...." Bela menangis sembari memeluk pria asing disebelahnya. Dia mengira pria itu adalah Digta kekasihnya yang baru saja dia putuskan.
"Kenapa kamu menghinati aku, hiks...hiks...hiks..."
Bela terus saja menangis mengeluarkan semua pertanyaan kepada laki-laki asing di sampingnya.
Merasa memahami apa yang dirasakan Bela, lelaki itu menepuk-nepuk bahu Bela sampai Bela tertidur di pelukannya. Merasa simpati atas apa yang sudah terjadi pada gadis muda terebut, Akhirnya dia megendong Bela di punggungnya, dan membawa bela masuk kedalam mobilnya.
Bingung kemana akan mengantarkannya pulang, Akhirnya dia mencoba mencari sesuatu yang bisa menemukan alamat gadis tersebut. Dia mencari di setiap saku celana Bela, Akhirnya Dia menemukan sebuah Handphon. Namun sayangnya handphonnya tidak bisa terbuka.
Terpaksa dia menepuk-nepuk pipi Bela agar tersadar dan dia dapat menanyakan kemana akan membawa Bela pulang.
Puk...puk...puk...
"Hai... bangun. Dimana alamatmu?"
"Kemana saya harus mengantarkan kamu?"
Bela yang terusik dengan tepukan di pipinya, menyipitkan matanya, melihat siapa yang sedang mengganggu tidurnya.
"Apa sih...?" Dengan suara berat dan ternyata masih terpengaruh alkohol.
"Kamu tinggal dimana?" Tannyanya lagi dengan sedikit kesal, bicara dengan orang mabuk memang sangat mengesalkan.
"Ah...Handphonku mana? Bukannya menjawab, Bela mencari handphonnya.
Laki-laki itu memberikan handphon Bela yang sedari tadi di genggamnya.
Bela membuka handphonnya dan menelphon seseorang.
"Hallo may, jemput gw di klub xxx sekarang!" Ucapnya dengan sedikit berteriak.
Bela belum sadar sepenuhnya, tapi dia tahu saat ini dirinya berada di dalam mobil bersama laki-laki asing.
"Heemmm.... sorry, sepertinya aku sudah merepotkanmu, sebentar lagi temanku akan datang menjemput." Ucapnya ketika kesadarannya perlahan mulai kembali.
"Lain kali datanglah dengan seseorang, sepertinya tidur adalah kebiasanmu jika sedang mabuk, Bahaya untuk gadis seperti kamu tidur di sembarang tempat."
"Terimkasih sudah menunggu sampai aku terbangun, maaf merepotkan!"
Bela keluar dari mobil laki-laki itu, ketika dia melihat mobil Maya. Bela sangat berterimakasih, pasti laki-laki asing itu menunggunya sangat lama, sampai ia terbangun dan sadar dari mabuknya. Entah apa yang akan terjadi dengannya jika tidak bertemu dengan lelaki itu, karena ini kali pertama dirinya datang ke klub seorang diri.
"Siapa dia?" tannya maya sambil menyetir mobilnya.
"Dia...? ya ampun may, gw lupa tanya namanya!"
"Terus kenapa lu diklub sendirian? bukannya lu bareng Digta?" tanya maya lagi, dia penasaran mengapa sahabatnya berada di klub seorang diri.
"Dikta selingkuh may, hiks...hiks...hiks..." Bela menangis lagi saat mengingat kejadian tadi sore bersama Digta.
"Apa..., kurang ajar dia!
"Apa kurangnya aku may, dia selingkuh dengan perempuan yang pantasnya jadi orang tuanya may!"
"Maksud lu?"
"Dia selingkuh dengan tante-tante may, gw gak terima, hiks...hiks...hiks..., lima tahun may, dia tidak menghargai waktu yang kita lewati selama lima tahun ini!"
"Lupakan dia Bel, kamu terlalu berharga buat dia."
Meski usianya sama dengan Bela, Maya terlihat lebih dewasa, Dia selalu memberi masukan terbaiknya kepada Bela. Maya memberikan sarannya untuk bela segera move on dari mantan kekasinya.
"Gw masuk dulu ya...!" Pamit Bela saat sudah berada di depan rumahnya.
Bela keluar mobil Maya dan masuk kedalam rumah dengan perlahan, dia takut akan membangunkan papanya dan mendaptkan omelan dari papanya.
"Dari mana saja, kamu tahu ini jam berapa?"
Bela kaget ketika papanya sedang berdiri di depan pintu kamarnya, dengan langkah yang perlahan dirinya masih saja ketahuan oleh papanya.
"Papa belum tidur?" tanyanya dengan senyum yang di buat-buat. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi
"Bagaimana papa bisa tidur, saat anak gadis papa tidak ada di rumah di jam segini." Bela menundukan kepalanya merasa bersalah.
"Maafkan Bela pah, Bela ketiduran di rumah Maya!"
"Masuk kamar!" Ucap papanya, dengan tatapan mata tajam.
Sontak saja Bela langsung berlari memasuki kamarnya tanpa menoleh lagi kearah papanya.
Bela Davinson adalah anak satu-satunya David Davinson. hanya Bela yang david punya, setelah kehilangan istri tercinta, David hanya fokus membesarkan Bela seorang diri, Dia tidak tertarik untuk menikah lagi. Dia hanya ingin membuat anak sematawayangnya bahagia.
David bersikap tegas terhadap Bela, juga membebaskan pergaulannya, termasuk dengan siapa saja dia berteman, dan kemana saja dia pergi, asalkan Bela harus pulang ke rumah sebelum jam 12 malam. Tidak seperti malam ini, Bela pulang pada jam 3 dini hari, tentu saja David khawatir. Tapi David meloloskan kesalahan Bela kali ini, karena ini kali pertama bela pulang lewat dari jam malamnya.
...^^^※※※※^^^...
Bela sedang bersiap berangkat kekampusnya. Rutinitas pagi yang tidak boleh terlewat adalah berendam di air hangat. Bela hampir menghabiskan satu jam untuk mandi paginya.
Bela kembali mengingat betapa bodohnya semalam, memeluk laki-laki asing yang tidak jelas asal usulnya, yang jelas dia adalah laki-laki baik yang menolong dirinya, dan hampir 2 jam menunggunya sampai sadar terbangun dari tidurnya.
Mencoba mengingat lebih detail lagi sosok laki-laki misterius, yang bodohnya lagi Bela lupa menanyakan nama dan pekerjaannya.
Sosok Laki-laki tinggi, dengan dada bidangnya, jelas sekali Bela rasakan ketika memeluknya. brewok tipis di dagunya, Mata coklat yang menentramkan. Wajah yang nyaris sempurna.
Tapi, Dari keseluruhan ciri-ciri yang Bela sebutkan dia menyimpulkan bahwa laki-laki asing tersebut seusia papanya.
tok...tok...tok...
"Bela... ayo kita sarapan!" Ketukan papanya yang membuat tersadar dari lamunannya.
"Iya pah, tunggu..." Teriak Bela dari dalam kamar mandi.
Bela segera keluar kamar mandi dan memakai pakiannya. Dress biru polos selutut dengan sepatu kets putihnya, tidak lupa dia kenakan.
"Aku siap!" memutarkan badan di depan cermin yang menampakan keseluruhan tubuhnya.
"Pagi papa...!" Memeluk dan mencium pipi orang tua satu-satunya.
"Pagi sayang!"
Rutinitas kedua yang tidak boleh dia lewatkan adalah sarapan bersama papa tercinta, karena hanya di pagi hari Bela akan melihat papanya. sebab malam hari dia pasti sudah tidur saat papanya datang.
"Pah, Bela ingin ganti mobil!" Ucpnya manja kepada david.
"Mobil kamu kenapa?" Tanya David sambil meneruskan sarapannya.
"Sepertinya Mobilku rusak, Bolehkan pah aku beli mobil baru?
"Pilih saja mobil apa yang kamu inginkan, nanti papa belikan!"
"Terimakaih pah, aku berangkat dulu ya..." Bela kembali memeluk david dan berpamitan untuk berangkat kekampusnya.
Sebenarnya ada alasan di balik keinginan Bela mengganti mobilnya, yaitu karena terlalu bnyak kenangan yang sudah ia lewati bersama Digta di dalam mobilnya. Mobil yang selalu Digta bawa untuk mengantarkan kemanapun Bela pergi.
Dan juga mobil yang menjadi saksi bagaimana Bela melihat perselingkuhan itu terjadi.
Tidak ada yang spesial dari kehidupan Bela. Melainkan kisah cintanya yang harus berakhir. Padahal Bela sudah memberikan semuanya kepada Dikta. Memberikan Apa yang Dikta butuhkan.
Menjalin cinta 5 tahun, dari bangku SMA sampai kuliah di tahun keduanya. Telah banyak Kenangan manis yang Dikta berikan. Rasanya Bela tidak sanggup jika harus berpisah dari Digta.
Flashback
"Awas...." Teriak seseorang, berlari dan menarik tangan Bela.
"Aaaww...." Mereka berdua terjatuh di pinggir jalan raya.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya seseorang, mengecek keadaan Bela.
justru dirinyalah yang sedikit terluka karena telah menyelamatkan Bela dari laju motor yang sangat kencang.
"Aku baik-baik saja. Itu, Kamu berdarah!" Tunjuk Bela ke lengan laki-laki yang terluka.
"aahh... ini, gak sakit kok." melirik kearah lengannya sendiri.
"Tunggu sebentar, Sepertinya aku punya sesuatu di mobilku." Bela berlari ke mobilnya yang tak jauh dari tempatnya terjatuh.
Mencari kotak P3K di mobilnya dengan terburu-buru, dan berlari kembali menghampiri Laki-laki tadi."
huh...huh...huh.....
Suara nafas Bela yang tersenggal-senggal karena berlari. Lalu Bela mulai mengobati dengan sangat hati-hati.
"Maaf, Karena aku, kamu jadi terluka." ucap Bela sambil mengobati.
"Aku Digta...!" Mengulurkan tangan, menunggu jabatan tangan dari Bela.
"Aku Bela, Terimakasih kamu sudah menyelamtkanku!" Bela tersenyum ramah.
Bela menawarkan diri untuk mengantar Digta pulang, kebetulan arah rumah Digta sama dengannya. Terlebih lagi, sebagai ucapan terimakasin atas pertolongan Digta.
Ternyata Bela dan Digta satu sekolah hanya beda kelas. pantas saja Bela merasa pernah melihat Digta sebelumnya.
Bagi Bela, Digta adalah penolongnya. Sejak kejadian Digta menyelamtkannya, mereka menjadi dekat. Sampai setelah 3 bulan dekat Digta menyatakan perasaannya.
Flasback end
"Hai. Pagi-pagi melamun!" Maya sengaja mengagetkan Bela yang sedang melamun di dalam kelas.
"Maya... gw kaget tau." Bela terperanjat atas perlakuan maya.
"Mikirin siapa?" Tanya maya penasaran
"Digta!"
"Aduh Bel, gak usah mikirin dia, gak ada manfaatnya. gw kira lu mikirin om-om semalm."
"Huuusss..... ngaco deh."
"Gw penasaran deh bel mukanya. Apa udah keliatan tua atau masih muda?"
"Hhmmm.... menurut gw seusia papa deh! Tebak Bela ragu.
"Waw...." Teriak Maya, yang membuat semua orang melirik ke arahnya.
Maya hanya tersenyum, menganggukan kepalnya tanda meminta maaf atas ketidak nyamanan teman -temannya.
Bela hanya tertawa pelan, melihat tingkah konyol maya.
...※※※※...
Bela datang kembali ke klub malam, dia datang seorang diri, walaupun sudah mendaptkan saran agar tidak datang sendirian. Tapi Bela berniat malam ini dia tidak akan mabuk. Hanya saja dia ingin melupakan bayang-bayang Digta dengan berbaur menari di klub malam.
Meliuk-liukan tubuhnya, mengikuti alunan musik. Ada beberapa laki-laki menghampiri, mengajaknya menari bersma, Bela sama sekali tidak terganggu selagi mereka tidak berbuat macam-macam kepadanya.
Hanya saja ada sosok yang sedari tadi sedang melihat kearahnya. Bela mencoba mengalihkan pandangannya, namun kembali lagi saling menatap.
Merasa penasaran dengan sosok yang sedari tadi memperhatikannya, Bela memberanikan diri menghampiri laki-laki tersebut.Semakin dekat, semakin jelas wajahnya, Dia adalah laki-laki asing kemarin.
Bela berdiri tepat di sebelahnya, yang duduk di kursi bar. Bela menarik pundaknya agar sejajar dengan telinganya.
"Sepertinya kamu sering kesini?" Tanya Bela tepat di samping telinganya.
"Iya, sepertinya kamu juga!" Jawabnya sambil meneguk minumannya. Seketika tubuhnya panas ketika bibir Bela sangat dekat dengan daerah sensitifnya.
"Aku Bela." Diulurkan tangannya menunggu sambutan tangan laki-laki itu.
"Sepertinya kamu tidak mendengarkan saranku. Agam." Meraih tangan Bela dan menyebutkan namanya.
Bela duduk di samping Agam dan memesan minuman.
"Hari ini aku tidak akan mabuk."
"Sepertinya kamu masih sekolah? Tidak baik sering berkunjung kesini!"
"Aku kuliah." jawabku tegas. aku tidak ingin masih dikira anak remaja.
"Ooohh...." Agam hanya menganguk-anggukan kepalanya sambil terus meminum minumannya.
Bela melihat agam sudah banya meneguk minuman, tapi kesadarannya belum hilang sedikitpun. Agam terilhat sangat sexy di mata Bela.Rasanya ingin sekali Bela meminum apa yang Agam minum. Lalu dia merebut gelas dari tangan Agam dan langsung meminumnya.
"Jangan di minum!" Cegah Agam, yang minumannya tiba-tiba di rebut Bela.
"Ah... apa ini?" tanya bela setelah menghabiskan satu tegukan.
"Itu alkholnya sangat kuat, harusnya kamu tidak meminum ini."
Agam sedikit kesal, karena sebentar lagi Bela pasti akan mabuk. dan membuat dia kerepotan lagi.
"Satu kali lagi" Dengan mengacungkan tangan yang menunjukan angka 1. Bela mengisi lagi gelas yang di pegangnya.
Agam hanya memperhatikannya, melihat bibir bela yang menyentuh gelas bekas bibirnya, melihat leher jenjangnya yang bergerak menelan minumannya. Agam hanya menelan ludah, mencoba sadar dari bayangan Nakalnya.
"Kamu berengsek.hiks...hiks....hiks...." Tak lama Bela mulai terpengaruh alkohol.Dia menjatuhkan kepalnya di meja bar sambil menangis.
Lalu Bela menoleh ke arah Agam. dan memukuk-mukul dada bidang Agam
"Kenapa kamu selingkuh, apa kurangnya aku, apa dia bisa memberikan segalanya?" Teriak Bela melampiaskannya kepada Agam.
Dengan terpaksa Agam membawa Bela keluar klub tersebut.
"Harusnya aku tidak bertemu kamu malam ini!" kesal Agam sambil menggendong Bela di punggungnya.
"Aku sudah bilang agar kamu tidak datang seorang diri. menyusahkan orang lain saja!
"Apa kamu bilang? turunkan aku. Kamu yang tidak tahu terimakasih. harusnya kamu bersyukur bisa mendaptkanku yang mendukung kamu dari semua hal. Bisa-bisanya kamu berselingkuh dengan wanita yang pantasnya jadi ibu kamu"
Teriak Bela kepada Agam.
Agam hanya mendengarkan apa yang Bela katakan, karena dia tahu yang Bela maksud bukan dirinya tetapi mantan kekasihnya yang sudah berselingkuh dengan wanita dewasa. Setidaknya itu yang Agam pahami dari ucapan melantur Bela.
Bela bejalan sempoyongan mendahului Agam. Agam tetap mengikuti dari belakang, karena Agam khawatir Bela akan terjatuh. Betul saja, beberapa detik kemudian tubuh Bela lemas, untung saja ada Agam yang sigap menangkap tubuhnya, sehingga tidak terjatuh di jalanan.
Agam hanya menggelengkan kepalanya, merutuki dirinya yang berakhir bersama Bela dengan kebiasaan mabuknya yang aneh.
Agam membawa Bela masuk kedalam mobilnya, seperti sebelumnya dia akan menunggu Bela sampai terbngun.
Agam memperhatikan wajah Bela dengan lekat, dari mulai mata,hidung,hingga bibirnya. Disaat banyak masalah yang membuat dirinya sangat kelelahan, hadir sosok gadis yang bisa membuatnya melupakan masalah yang tengah di hadapinya.
Hampir setiap pulang kerja Agam mengunjungi klub malam. Dia tidak ingin pulang terlalu cepat. Semenjak bertemu Bela, Tujuannya ke klub hanya untuk melihat Bela. Membelai rambut Bela,Bela tertidur pulas seakan nyaman dengan kursi mobil. Andai saja Agam bisa membawa Bela kerumahnya atau pun tempat yang lebih nyaman untuk Bela tidur.
Tiba-tiba Agam merasakan kantuk, tapi dia tidak ingin tertidur di dalam mobil bersama Bela, karena dia khawatir jika Bela terbangun dan meninggalkannya saat tertidur.
Akhirnya Agam keluar dari dalam mobil untuk menghilangkan kantuknya dan juga membeli air mineral untuk Bela.
"Sudah bangun,ini minum dulu" Agam memberi sebotol air mineral kepada Bela.
"Terimakasih, sepertinya aku merepotkan om lagi!"
"Kamu bilang apa, om? ha...ha...ha..." Agam tertawa geli mendengar dirinya mendapatkan panggilan om, bukan dari seorang anak kecil atau pun remaja, melainkan seorang gadis dewasa.
"Memang kenapa? sepertinya umur om sudah pantas untuk panggilan itu."
"Memang umurku ini hampir kepala empat, tapi mendengar panggilan om keluar dari mulut kamu, Aku tidak menyukainya. Panggil saja aku Agam, just Agam."
"Ha...ha...ha..., oke A...agam." Bela tertawa.
Bela melihat jam di tangannya, dia kaget mendapti jarum jam sebentar lagi tepat pukul 12 malam, Bak cinderella yang berubah wujudnya jika tak segera pulang.
"Terimakasih untuk malam ini, Aku harus segera pulang." Pamit Bela kepada Agam sambil menunjukan jam ditangannya.
"Aku antar kamu pulang!"
"Aku bawa mobil." Bela menggelngkan kepalanya. dan menunjuk ke tempat ia memarkirkan mobilnya.
"see you again!" Kalimat terakhir sebelum keluar dan menutup pintu mobil Agam.
Agam Harizon adalah Ceo perusahaan IT. Dia adalah sahabt dari David Davinson, Mereka bertemu saat di bangku kuliah, David yang bingung mencari partner dalam uji cobanya saat di kampus di pertemukan dengan Agam. Dari mulai saat itu mereka jadi sahabat walaupun usia yang terpaut 3 tahun.
Agam sering mengeluhkan tentang rumah tangganya yang tidak di dasari rasa cinta. Sudah 5 tahun Agam menikah dengan Reyna. Wanita yang di pilihkan oleh kedua orang tua Agam.
Reyna Harizon. Wanita yang hanya menghabiskan uang Agam. Reyna sendiri tidak mencintai Agam, karena pada saat mereka menikah Reyna sudah mempunyai kekasih. Agam menikahi Reyna dengan mengetahui semua itu. Tapi Agam tidak peduli, Dia hanya ingin orang tuanya tidak lagi ikut campur dengan masalah peribadinya.
Selama Lima tahun menikah dengan Reyna Agam tidak memiliki anak. Karena Reyna tidak ingin memiliki anak yang nantinya akan merusak tubuh indahnya. Itu salah satu alasan Agam tidak betah berlama-lama berada di rumahnya.
Agam sebanrnya sangat iri kepada teman-temanya yang selalu membicarakan anak-anaknya. membangga-banggakan anaknya. Termasuk juga David yang selalu menyebut anaknya 'putri tercinta' di setiap dia membicarakan anaknya.
Tapi sangat di sayangkan, Bersahabat selama hampir 17 tahun, Agam belum mengetahui wajah dari anak semata wayangnya David.
Pernah saat itu Agam di perkenalkan dengan istri dan juga anaknya david ketika berusia 3 tahun, waktu itu Agam harus memberikan hasil penelitiannya kepada David.
Sering sekali Agam mengunjungi rumah David, tapi belum pernah sekalipun Agam bertemu dengan anaknya, walupun dalam bentuk foto. Karena David pernah berkata, dia akan memperkenalkan anaknya saat berusia 20 tahun, saat anaknya mengerti tentang bisnisnya.
......※※※※......
"Hubungan kita sudah berakhir!" Ucap Bela, berjalan melewati Digta
"Maafkan aku Bel, Aku mohon sekali ini saja." Digta mencekal tangan Bela, menariknya dan menggenggam kedua tangannya.
"Tidak bisa Digta. Kamu sudah menghianati kepercayanku." Bela mencoba lepas dari genggaman tangan Digta.
"Aku masih mencintai kamu Bela." Dipeluknya Bela dangan paksa, Bela meronta menolak pelukan dari Digta.
"Lepasa Digta, Aku tidak mau" Teriaknya berusaha lepas dari kungkungan Digta.
Bugh...
"Lepaskan dia, dia tidak mau lo peluk!"
Tonjokan melayang tepat di wajah Digta.
aaawww...
Digta menyeka bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Sialan, Kita belum selesai ya, Bela." Tatapan tajam dan sedikit bernada ancaman Digta arahkan kepada Bela, Lalu ia pergi meninggalkan Bela.
Awalnya Agam ingin makan siang, tak disengaja Agam melihat Bela sedang berdebat dengan seorang laki-laki. Dan Agam semakin Marah saat lelaki tersebut memaksa memeluk Bela.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Agam khawatir.
"Aku baik-baik saja, hiks....hiks...hiks..." tangisan Bela pecah di pelukan Agam.
Agam memeluk Bela erat, tak pernah dia merasakan perasaan seperti saat ini dia rasakan, perasaan ingin melindungi seseorang. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan saat memeluk Reyna.
Agam membawa Bela menuju restoran untuk makan siang, sepertinya Bela sangat terguncang setelah kejadian tadi.
"Siapa dia?" Tanya Agam.
"Dia Mantan pacarku, dia ingin memulai kembali, tapi aku tidak bisa melupakan perselingkuhannya."
flashback
Bela akan mengadakan kejutan perayaan hari jadiannya yang kelima tahun dengan Digta, semula Digta mengajak Bela kesuatu tempat, namun Bela menolaknya, dan hanya meminjamkan mobilnya.
Karena Bela mempunyai rencana tersendiri. di saat Digta pergi, Bela akan mendekor kosan Digta untuk perayaan hari jadinya.
Namun semua itu sia-sia, saat Bela membeli kue tart di mall, dia melihat mobilnya terparkir di mall tersebut. Akhirnya dia mendekat dan melihat Digta sedang bersama wanita itu di dalam mobilku, mereka sedang melakukan hal yang sangat kotor di mobilnya.
"Keluar... apa yang kalian lakukan?" Teriak Bela mengetuk keras kaca mobilnya.
Digta yang melihat Bela, langsung membenahi diri dan keluar dari mobil, Di susul oleh wanita itu dengan kondisi yang sama berantakannya.
"Bel ini tidak seperti yang kamu lihat!" jelas Digta panik, mendapti bela melihat apa yang telah ia lakukan.
"Kembalikan kunci mobilku, setidaknya kalian bisa melakukan di hotel atau tempat yang lainnya, bukan di mobil milik orang lain." Bela merebut kunci mobilnya dan membawa mobilnya meninggalkan Digta dan wanita itu.
Keesokan harinya Bela di datangi oleh wanita itu,dia memperkenalkan diri sebagai temannya Digta, teman disaat dirinya merasa kesepian.
Dia adalah Naya, wanita berusia 40 tahun, usia yang sama dengan papa Bela. Dia sudah bersuami, tapi suaminya tidak bisa memuaskannya. Sampai dia bertemu dengan Digta. Hubungan dia dan Digta tidak akan pernah berakhir, karena sudah lama terjalin dan sudah banyak yang dia keluarkan untuk digta. Dia menyarankan agar Bela mengakhiri hubungannya dengan Digta.
"Jauhi dia, dia tidak pernah mencintai kamu, dia hanya memanfaatkan kamu." Ucapnya dengan Nada sombong, seolah-olah dia telah menjadi juara, karena sudah pasti dirinya yang akan di pilih Digta.
"Cukup. Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan dia, jadi jangan datang mencariku lagi." Ucap Bela tak kalah tegasnya.
Bela merasa telah dikhianati juga di tipu oleh Digta, padahal selama ini ia selalu memberi apa yang Digta butuhkan, Dari mulai meminjamkannya mobil sampai membelikannya pakaian, sepatu dan masih banyak lagi.
Flashback end.
"Ini, hapus air matamu!" Agam memberikan tisu untuk menghapus air mata yang sedari tadi mengalir di pipi Bela.
"Jika dia datang mengganggu kamu lagi, hubungi aku, kantorku tidak jauh dari kampus ini!"
Agam mengambil handphone Bela dan mengetikan nomornya.
"Baik, Terimaksih untuk hari ini, kamu sudah mau mendengarkan kisahku." Ucapnya dengan masih terisak.
"Kamu bisa menceritakan semuanya. Mau aku antar pulang?" Tawar Agam.
"Aku bawa mobil."
"Oohh.... baiklah, aku antar sampai kedalam mobil.
Agam bersikeras mengantar Bela walau hanya sampai depan restoran.
"Mobil baru?" Tanyanya, karena terakhir Agam melihat Bela menaiki mobil berwarna merah.
"Iya, Mobil kemarin, itu mobil yang aku ceritakan tadi."
"Ah... iya. Pilihan kamu tepat, keren!" Agam tertarik dengan mobil baru Bela, karena mobil yang Bela punya adalah keluaran terbaru dan sangat mahal.
"Pasti Bela dari keluarga berada"
Kesukaan mobil Agam dan Bela sama, mereka sama-sama penyuka mobil sport. Jika Bela bukan penyuka mobil Sport, tidak mungkin dia punya mobil yang hanya di produksi 20 unit saja.
......※※※※......
"Hai pah..." Sapa Bela saat bertemu david di depan rumah.
"Tumben pulang cepat?" David merangkul anaknya, berjalan memasuki rumah bersama
"Iya pah, kebetulan aku banyak tugas pah!
"Bagaimna mobilnya, kamu suka?" Tanyanya tentang mobil baru Bela.
"Suka Banget. Itu mobil yang sudah lama aku inginkan pa, Maksasih pah." Bela memeluk papanya manja. Memang sudah lama Bela menginginkan mobil tersebut, Namun karena hanya di produksi 20 unit, sulit untuk mendaptkannya.
"Apa sih yang tidak papa berikan untuk kamu, Banyak orang yang akan iri, ingin memiliki mobil itu!"
"Iya papa aku tau. Aku keatas duluan ya pah!"
Bela berlari menaiki tangga, dia harus segera mandi dan bersiap untuk menyeleaikan tugas yang besok harus segera ia kumpulkan.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya Bela membuka media sosialnya, lalu dia mengetik di pencarian nama Agam. Dan ternyata puluhan bahkan ratusan nama yang sama terlampir, Bela bingung memilih saking banyaknya berbagai nama Agam.
"Aduh... aku gak tau nama lengkapnya lagi!"
Bela membuka secara acak nama yang tertera, sampai dia menemukan wajah yang mirip seperti Agam yang dia kenal. Kemudian dia membuaknya dan menscrol sampai kebawah. Banyak photo Agam sedang memakai setelan jas,Dia terlihat sangat berkaharisma. Karena beberapa kali Bela hanya melihat Agam menggunakan kemeja putihnya.
Bela berguling-guling di tempat tidurnya, memperhatikan setiap pose photo Agam. Bela menatap photo Agam bertelanjang dada sangat lama. Dadanya yang bidang, perutnya rata, dan otot - otot yang terlihat sangat mnggairahkan. Ingin sekali Bela tidur di atasnya.
Baru kali ini Bela melihat tubuh sesempurna Agam. Sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan digta. Bahkan papanya pun tidak sebagus Agam.
"Kenapa hanya ada foto kamu saja sendiri? Apa kamu single, duda, atau sudah memiliki istri bahkan Anak? rasanya tidak mungkin jika masih single,sedangkan usianya hampir sama dengan papa."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!