NovelToon NovelToon

Ghost Love Story

BAB 1 ~ Gara-Gara Kejedot

Athena membanting pintu sekretariat OSIS sekuat tenaga, gadis itu sangat jengkel setelah mengetahui namanya dicoret dari daftar pengurus OSIS yang baru.

Huuh..., nggak bisa hadir saat pemilihan, jadi nggak ke pilih deh, padahal gua yang harusnya jadi ketua,

Oh.. ya ampun, ya ampun.. dasar licik.. licik..licik, batin Athena.

Athena tereliminasi dari posisinya sebagai wakil ketua OSIS. Padahal gadis itu berharap naik jabatan menjadi ketua OSIS pada pemilihan pengurus OSIS tahun ini. Namun karena sakit, gadis itu tidak hadir pada saat pemilihan. Membuat dia tersingkir, jangankan menjadi ketua, gadis itu bahkan tak mendapat posisi apapun saat ini.

"Iiih.. sebel, sebel, sebel, Aaaaaaaaaaaaa!" jerit Athena sambil mengepal tangannya.

"Hey!"

Tuk

"Aduh," jerit Athena memegang kepalanya.

Mistar kayu mampir dikepalanya, gadis itu menoleh mencari asal usul benda lancang itu.

"Hah," Athena terperangah.

Dibelakangnya pak Ibnu melotot sambil menepuk-nepuk mistar kayu ke telapak tangannya.

"Ngapain kamu jerit-jerit di sini, berisik tahu," ucap pak Ibnu.

"Hu uh, bapak ini, saya ini lagi stress pak. Orang lagi stress itu harus dibantu menghilangkan bebannya," jawab Athena.

"Trus apa hubungan stress sama pekik setanmu itu," tanya pak Ibnu.

"Itu jeritan pak bukan pekik, jeritan itu untuk meluapkan kekesalan, saya harus meluapkan kekesalan saya dengan menjerit," ucap Athena lagi.

"Kalau gitu sana lakukan di tempat sepi, di gunung atau di kuburan sana, biar nggak ada orang," jawab pak Ibnu lagi.

"Ih.., pak Ibnu ini, orang stressnya sekarang masa mesti naik gunung dulu, apalagi ke kuburan nggak mau ah serem," protes Athena.

"Ya terserah kamu yang penting jangan di sini, berisik," ucap pak Ibnu lagi.

"Trus di mana dong?" tanya Athena.

Pak Ibnu mikir.

"Tuh rooftop, jerit sana sampai puas," ucap pak Ibnu asal tunjuk.

Athena langsung melangkah dengan kesal ke arah gedung sekolah yang paling tinggi itu. Melangkah sambil mengoceh-ngoceh nggak jelas.

"Cerewet amat sih pak Ibnu itu, padahal cuma mau jerit sebentar doang nggak boleh. Huuu.., malah pergi jauh-jauh ke sini, ntar gua mintain ongkos juga nih," oceh Athena.

Berjalan tergesa-gesa menaiki tangga, sesampainya di atas gadis itu masih mengomel-ngomel, melangkah tidak hati-hati dan sembarangan hingga...,

"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!" jerit Athena.

Kakinya tersangkut tali, gadis itu terjatuh, kepalanya membentur dinding, Athena pingsan.

"Wah jeritannya emang kuat, bisa kedengaran sampai ke sini," ucap pak Ibnu sambil menggelengkan kepala.

Athena pingsan di rooftop sekolah, namun tak ada seorang pun yang tau, hingga senja menjelang malam gadis itu baru terbangun. Athena membuka matanya.

"Hai," sapa Athena pada cowok yang sedang memandangnya.

Cowok itu celingak-celinguk, melihat ke kanan dan ke kiri. Athena heran dengan tingkah cowok itu.

"Disapa malah celingak-celinguk, ganteng-ganteng konslet," ucap Athena sambil berusaha untuk duduk.

"Kamu bicara sama saya?" ucap cowok itu.

"Ya iyalah, siapa lagi," ucap Athena agak kesal.

"Kamu bisa liat saya?" tanya cowok itu lagi.

"Mata gua belum buta," ucap gadis itu kesal.

"Kamu beneran bisa liat saya?" tanya cowok itu lagi.

"Ya ampun, iyaaaaa," jerit Athena beneran kesal.

Cowok itu justru tertawa. Athena heran, lalu melihat kakinya, penasaran mencari penyebab dia tersandung.

"Tas siapa ini? narok sembarangan, saya jadi jatuhkan, aduuuh, sakiiiit," ucap Athena sambil memegang jidatnya.

"Ini tas kamu kan? tanggung jawab, kamu udah bikin saya cedera," ucap Athena.

Cowok itu masih tertawa.

"ih.., gua yang kejedot dia yang geger otak," ucap Athena lagi.

Cowok itu makin tertawa.

Ganteng juga, perasaan, gue nggak pernah liat nih cowok, batin Athena.

"Axel Cullen," ucap Athena membaca name tag cowok ganteng itu.

"Adeknya Edward Cullen?" tanya Athena menyebut nama tokoh film Twilight Saga.

"Kamu vampire juga?" tanya Athena lagi.

"Ghost," jawabnya.

Athena hanya memonyongkan mulutnya mendengar ucapan laki-laki itu.

Nggak keren banget, yang keren jaman sekarang ini cowok vampire, batin Athena.

"Nih tas kamu, lain kali jangan tarok sembarangan lagi ya, membahayakan nyawa orang lain tahu," ucap Athena mengambil tas itu untuk diserahkan pada Axel.

Tapi di saat Athena ingin menyerahkan tas itu, Axel justru tidak terlihat. Gantian Athena yang celingak-celinguk, Axel sudah tidak ada lagi didepannya.

"Kemana dia, cepet banget ngilangnya?" tanya Athena heran.

Athena berdiri sambil menenteng tas laki-laki itu.

"Axel, Axeeeel, hallow.., Axel, Axel, Axel. Kok nggak ada sih, ih mana gelap lagi, gimana nih manusia apa jin sih, main ngilang gitu aja," ucap Athena.

Athena ingin segera pergi dari tempat itu, lalu memandang tas yang dipegangnya, menaruhnya di pinggir, lalu berpikir mengambilnya lagi, menaruh lagi, mengambil lagi, menaruh lagi, mengambil lagi, berulang kali seperti gerakan senam.

Akhirnya gadis itu memutuskan membawa tas laki-laki itu pulang daripada tiba-tiba dia jadi pesenam.

Athena menuruni tangga, di ujung tangga terlihat pintu teralis. Athena mendorong pintu teralis itu, tapi tidak bergerak sedikitpun, lalu memperhatikan gembok yang tergantung di sana.

"Dikunciiii..., haaa, kok dikunci sih, saya kan belum keluar, Hua..ha..ha.., pak.., tolong buka gemboknya, pak..., pak," teriak Athena berulang kali, ketakutan beneran.

Cukup lama gadis itu menangis, barulah teringat olehnya untuk menelpon mamanya, menceritakan situasinya.

"Ma, jangan matiin hp-nya ya, Athena takut," ucap gadis itu memohon.

Terdengar suara mama Athena mengiyakan. Orang tua Athena segera datang ke sekolah menjemput anak gadis satu-satunya itu. Setelah meminta tolong pada penjaga sekolah barulah Athena bisa keluar. Gadis itu langsung memeluk mamanya.

"Kok bisa terkurung di situ sih, ngapain kamu di situ?" tanya mamanya.

"Mama pikir kamu ke rumah Kimmy, kamu kan suka gitu, main pergi-pergi aja nggak bilang-bilang," ucap mamanya menyalahkan Athena.

"Maaf ya buk, tadi saya dengar teriakannya, tapi saya cuekin aja, saya pikir hantu," ucap penjaga sekolah.

"Ih bapak ini nyantai amat ngomong gitu, serem pak, mana sekolahnya udah kosong lagi," ucap Athena.

Pak penjaga sekolah mengangguk.

"Tapi memang bener kok neng di sini ada hantu," ucap pak penjaga.

"Ih udah sih pak, orang lagi ketakutan malah cerita serem," lanjut Athena.

Setelah berterima kasih pada penjaga sekolah akhirnya mereka pulang. Sesampainya di rumah, Athena diceramahi papanya, bagaimanapun juga mereka tentu mengkhawatirkan anak mereka... nggak mungkin mengkhawatirkan anak orang lain.

"Kamu itu anak gadis, jangan sembarangan pergi kemana-mana, tuh buktinya sekarang jadi terkurung, kan?" ucap papa Athena.

Gadis itu menangis tersedu-sedu, udah takut terkurung sendirian, dimarahin lagi. Athena masih merasakan trauma di sekolah sendirian hingga malam. Mama Athena menghibur anak gadisnya, berjanji akan membelikan hadiah untuknya.

Tangisnya langsung berhenti, Athena minta dibelikan ponsel keluaran terbaru. Orang tuanya langsung geleng-geleng kepala.

"Kamu ini trauma, apa mau nipu, masa trauma langsung hilang kalau dibelikan ponsel baru," ucap mama Athena tak mau dikadali anaknya.

"Trauma beneran ma, Athena nggak bakalan berani lagi ke sana," jawab Athena.

"Ya, emang kamu nggak ada urusan ke sana," jawab mama Athena.

Gadis itu langsung memonyongkan mulutnya, melihat tingkah gadis itu, mama Athena langsung meremas mulut anaknya.

"Tolong KDRT, KDRT!!" sambil memegang tangan mamanya sementara papanya cuma tertawa lalu berlalu dari kamar anaknya.

"Sudah, kamu mandi dulu sana abis itu makan malam," ucap mama Athena.

Gadis itu mengangguk, tersenyum lalu melambaikan tangan seolah-olah mengusir mamanya keluar kamar. Mama Athena keluar sambil tersenyum menggelengkan kepala.

Athena segera ke kamar mandi, menyalakan shower dan kran sekaligus, mengisi bathtub nya agar bisa segera merasakan kenyamanan berendam dengan air hangat.

"Siapa ya Axel itu? Anak kelas berapa ya? Kenapa dia ada di situ? Apa mau menjerit juga?" Athena tertawa sendiri membayangkan laki-laki tampan itu.

"Axel atau Evan ya, Axel ganteng tapi agak konslet, Evan ganteng dan jago basket, hm..., hm.., Evan aja ah lebih komplit," pikir gadis itu sambil tertawa sendiri.

Setelah puas berendam akhirnya Athena berhasil keluar dari kamar, mamanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Mama dan papa udah makan duluan, nungguin kamu kami bisa kena gizi buruk," ucap mamanya kemudian berlalu menuju ruang tengah menonton televisi bersama suaminya.

Athena cuma tersenyum lalu memandang menu makan malam hari ini. Sederetan makanan kesukaannya terhidang di sana, orang tua Athena memang memanjakan putri mereka satu per satu, eh.., satu-satunya.

Cuma sayang belum ada cowok yang mau memanjakan Athena. Hingga kelas XII ini, belum ada yang apel kerumahnya, jangankan apel jeruk pun tak ada.

Papanya selalu meledek.

"Mama kamu itu cantik dan kamu itu lebih cantik tapi kenapa sampai sekarang masih belum laku," ucap papanya mengejek sekaligus membanggakan putrinya, hasil perpaduan kedua orang tuanya menghasilkan produk yang lebih baik.

"Pa, di mana-mana mobil mahal, lakunya emang lama, cuma satu-satu, stock-nya juga dikit, kalau berminat harus pesan dulu," balas Athena sambil menyantap makanannya.

Mereka tertawa, kalau sudah main balas-balasan bisa sampai begadang, besok nya pada minta kerokan. Mama Athena yang direpotkan.

Karena itu Athena segera disuruh tidur, setelah melalui hari yang menegangkan mama Athena ingin anaknya segera beristirahat.

Athena memejamkan matanya tapi tetap tak bisa tidur, membayangkan kejadian tadi.

"Hiiii..., sendirian di situ, gua kok berani ya malam-malam di situ. Apa karena tadi ada Axel di situ? huu.., anak itu keterlaluan pergi nggak bilang-bilang," ucap Athena bicara sendiri.

"Tapi..., dia pergi lewat mana ya? Kan teralisnya di gembok, trus lewat mana perginya? Haaa.., berarti masih di situ ngumpet di sisi lain gedung itu," ucap Athena sambil mondar-mandir.

"Jadi parasite, makan tidur di rooftop itu, awas kalau ketemu, bisa abis lu sama gua, gua emmut dikit-dikit," ucap Athena lalu tersenyum sendiri.

Athena kembali mencoba untuk tidur, cuma sebentar terpejam lalu matanya melek lagi. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk duduk. Menatap tas laki-laki itu di atas meja belajar. Athena memutuskan untuk duduk di meja belajar.

Membuka tas laki-laki misterius itu, memeriksa apa yang ada didalamnya. Athena melihat beberapa buku catatan lalu mengambilnya satu kemudian membuka halaman demi halaman buku itu.

"Wah tulisannya keren, catatannya rapi. Nilai latihannya seratus semua. Waah.., hebat, pintar berarti," ucap Athena mengagumi catatan yang dilihatnya.

"Kelas X IPA 1, Oow, masih kelas X, anak kecil rupanya," pikir Athena lagi.

Besok aku cari ke kelasnya aja buat balikin tas ini, batin Athena akhirnya selesai memeriksa isi tas laki-laki itu.

Athena akhirnya bisa tertidur.

"Hai," ucap Axel.

Saat Athena baru saja membuka matanya, gadis itu langsung kaget saat mendapati Axel sedang menatapnya, deket lagi hanya satu jengkal. Gadis itu langsung menepuk kedua pipinya meyakinkan kalau sekarang tidak bermimpi.

Axel mundur lalu bersandar di pintu, menatapnya sambil tersenyum.

Athena langsung duduk di ranjang

"Kamu kok bisa ada di sini," tanya gadis itu setelah yakin tidak bermimpi dan yakin kalau sekarang masih berada di dalam kamarnya.

"Ikut kamu," ucap Axel santai.

"Ikut? Kapan ikutnya? Perasaan kemarin nggak ada siapa-siapa? Kamu masuk ke bagasi mobil ya?" tebak Athena.

Axel menggeleng.

"Trus kapan kamu masuk kesini?" tanya Athena langsung memeriksa jendela kamarnya.

Terkunci? batin Athena.

"Sejak semalam," jawab Axel.

"No way, nggak mungkin? Masa nggak keliatan? Kamu nyumput di mana?" tanya Athena lagi.

"Nggak nyumput, kamu aja yang nggak liat," ucap Axel.

"Kok bisa? Kamu bohong ah," ucap Athena tak percaya.

"Aku juga heran, dari semalam aku di sini, kenapa baru sekarang kamu bisa liat?" ucap Axel.

"Kamu ini siapa sebenarnya?" tanya Athena mulai merasa aneh.

"Ghost," jawab Axel.

"Nggak mungkin, kalau hantu-hantu ganteng kayak kamu, genre horor nggak ada, yang ada jadi romantis semua," ucap Athena.

Axel tertawa.

"Sekarang silahkan keluar saya mau mandi," ucap Athena.

"Kenapa harus keluar, semalam kamu mandi saya nggak di suruh keluar," ucap Axel.

"A.., apa? Kamu beneran ada di sini?" tanya Athena.

Axel mengangguk.

"Trus kamu liat aku?" tanya Athena lagi, kali ini berharap Axel menggeleng.

Tapi tidak, laki-laki itu masih mengangguk.

"Serius?"

Mengangguk lagi.

"Haaa.. kenapa ngangguk lagi, kamu ini punya ilmu menghilang ya?" tanya Athena.

"Itu bukan ilmu, emang kodrat nya hantu nggak bisa dilihat, makanya saya heran kenapa kamu bisa lihat saya?" tanya Axel.

Athena bengong tak bisa menjawab juga.

"Cuma kamu, manusia yang bisa lihat saya, biasanya saya yang lihat manusia," lanjut Axel.

"Kamu suka ngintip manusia ya?" tanya Athena pelan.

"Bukan ngintip, tapi lihat," ucap Axel memperbaiki.

"Kamu suka lihat orang mandi?" tanya Athena lagi berharap mendapat jawaban yang menyenangkan hati.

"Nggak suka, cuma kadang lihat dan itu adalah hal yang biasa bagi hantu, lagian salah mereka sendiri buka baju nggak baca do'a dulu," jelas Axel.

"Ada do'anya?" tanya Athena semangat, ada harapan untuk lolos dari penglihatan Axel.

Axel mengangguk lalu menjawab basmalah.

"Jika diucapkan, manusia seperti tertutup tabir, tahu apa itu tabir? Tirai, dinding penutup. Kalau nggak percaya coba aja," ucap Axel.

"Benar? Nggak bohong? Saya coba nih?" ucap Athena sambil mengucap basmalah.

"Axel, kamu masih bisa liat saya?" tanya Athena sambil tersenyum mendekatkan wajahnya pada Axel.

"Emangnya kamu lagi buka baju?" tanya Axel.

"Jadi ngetesnya harus buka baju juga?" tanya Athena yang dibalas anggukan oleh Axel.

"NGGAK MAU !!! kali aja modus, gimana aku tau kalau kamu nggak bisa liat? Bisa-bisa kamu bohong pura-pura nggak liat padahal menikmati," ujar Athena.

"Kenapa sih kamu selalu bilang aku bohong? Aku bukan pembohong," ucap Axel.

"Kalau gitu, aku bener-bener rugi, kamu udah lihat aku," teriak Athena.

"Kamu juga mau lihat aku?" ucap Axel sambil melepas dasi baju seragamnya.

"STOP !!! nggak, nggak mau, sekarang kamu keluar aja, aku nggak mau lihat kamu lagi," ucap Athena frustrasi.

Athena membuka pintu kamarnya, artinya gadis itu ingin mengusir Axel. Tapi saat berbalik Athena tak melihat Axel lagi. Athena heran mencari kesana kemari, di balik tirai atau di samping lemari. Namun Axel tak terlihat sama sekali.

Athena menepuk pipinya berkali-kali.

"Aku udah gila, gara-gara kejedot," ucap Athena sambil menangis.

...~ Bersambung ~...

BAB 2 ~ Teman Imajiner ~

Athena meyakinkan dirinya kalau apa yang dilihatnya cuma khayalan saja. Karena kejadian traumatis yang dialaminya. Terkurung sendirian disekolah hingga menjelang malam, akhirnya membuat imajinasinya menciptakan seorang teman khayalan.

Enak banget, punya teman imajiner seorang cowok ganteng, batin Athena senyum-senyum sendiri.

Mungkin karena ketakutan sendiri membuat gadis itu menciptakan teman khayalan untuk menemani, memilih nama Axel karena melihat nama di buku itu, berwajah ganteng tubuh atletis memang khayalan semua gadis remaja.

Hmmm... normal dan masuk akal, batin Athena.

Tapi bukannya ketemu Axel dulu, baru baca nama di buku?

Kenapa bisa kebalik?

Hmm... mungkin tadinya sudah sempat sadar, melihat buku itu lalu pingsan lagi...hmm.. mungkin saja..

Tapi apa iya udah setua ini masih bisa muncul teman imajiner? bukan nya itu cuma bisa terjadi di masa anak-anak? batin Athena lagi.

Gadis itu ingin membuka laptop ingin mencari tau artikel tentang teman imajiner, tapi teringat kalau sekarang waktunya mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Gadis itu berjalan ke kamar mandi dengan mengendap-endap seolah-olah takut ketahuan Axel.

Seperti seorang agen rahasia yang masuk ke sarang musuh berjalan pelan, menempel di dinding melihat ke kanan dan ke kiri, mengendap-endap, mengendus-endus, ups.. emangnya doggy.

Setelah yakin tidak melihat Axel, gadis itu segera masuk ke kamar mandi. Segera ingin melepas pakaiannya.

Tunggu dulu, katanya biar nggak bisa liat, aku harus baca do'a dulu, batin Athena.

Gadis itu membaca di dalam hatinya, meski masih bingung dan tidak begitu percaya dengan ucapannya tapi Athena memilih untuk mempercayai ucapan laki-laki itu, karena emang nggak ada pilihan lain.

Berarti gua emang percaya kalau Axel itu beneran ada? batin Athena.

"Huaa.. ha..ha.. binguuung sebenarnya beneran ada apa nggak sih? apa gua bener-bener gila?" jerit Athena di kamar mandi.

Gadis itu menepuk-nepuk pipinya berulang kali.

"Sadar..., sadar..., sadar..., masih muda udah gila..., hua..., ha.., nggak mau gila" ucap Athena sambil terus menangis.

Terdengar gedoran pintu kamar Athena, gadis itu langsung melongok dari kamar mandi. Kembali terdengar suara mamanya memanggil nama gadis itu.

"Kamu kenapa sih? kok jerit-jerit gitu?" ucap mama Athena.

"Nggak ma.., Athena lagi nyanyi di kamar mandi" jerit Athena.

"Nyanyi apa? nyanyi kok kayak gitu, cepatlah mandinya nanti kamu keburu telat" ujar mama Athena.

"YA Maaa.., " jerit Athena.

Segera Athena mempercepat ritual mandinya, gara-gara memikirkan Axel gadis itu jadi terburu-buru mandi tanpa menikmatinya sama sekali.

Saat duduk di meja makan, tangan mama Athena langsung menempel di jidat Athena. Diam sesaat lalu melepaskannya kembali, Athena pasrah saja.

"Kamu nggak sakit kan? mama takut kamu kesurupan hantu sekolah itu?" tanya mama Athena.

"Haaa..., mama jangan gitu sih, Athena jadi takut" ucap Athena dengan ekspresi yang super takut, wajahnya jadi aneh, lebih jelek dari hantu.

Kalau hantu liat pasti langsung mendaftar jadi Miss perhantuan karena merasa lebih cantik. Papa Athena langsung tertawa melihat anaknya yang benar-benar mempercayai ucapan mama Athena.

"Takut apa? kalau kamu mewek gitu, wajahmu lebih jelek dari pada hantu, hantu aja takut liat kamu" ucap mamanya lagi.

Papa Athena tertawa lagi. Athena makin jadi tangisnya.

"Udah-udah jangan nangis lagi, nanti wajahmu jelek permanen, nggak bisa balik lagi" lanjut papa Athena.

"Kok papa malah nambahin siiiih" jerit Athena.

Dasar ortu nggak pengertian, orang lagi takut beneran malah diketawain, jerit batin Athena.

Setelah acara sarapan selesai Athena buru-buru ke kamarnya mengambil tas yang berisi buku-buku Axel. Athena bertekad ingin mengembalikan tas itu. Athena ingin mencari orang yang bernama Axel Cullen di kelas X IPA 1 itu, mengembalikan tas nya lalu melupakannya. Kecuali kalau orangnya bener-bener ganteng.

Athena mencium pipi papanya saat mau turun dari mobil, papa Athena tersenyum sambil mengucek rambut anak gadisnya.

"Nanti pulang mau papa jemput atau nggak?" tanya papa Athena.

Athena menggelengkan kepalanya, papa Athena langsung pamit berangkat ke kantornya.

Gadis itu berjalan menelusuri jalan menuju sekolahnya. Athena memang sengaja tidak turun di depan gerbang sekolah. Gadis itu tidak terbiasa memamerkan kekayaan orang tuanya. Diantar dengan mobil berharga milyaran itu mungkin akan membuat cowok-cowok ngiler mendekatinya.

Athena tidak mau orang berteman dengannya karena harta, hidupnya sama sekali tidak berorientasi pada harta. Harta cuma penunjang, bukan untuk mendongkrak status.

Papa Athena juga seperti itu, meski menjadi CEO diperusahaannya hingga kini tak ingin menggunakan sopir. Papa Athena merasa lebih leluasa kemana-mana sendiri, kalau pake sopir berarti harus menggaji, hi..hi..hi.. pelit banget.

Nggak lah keluarga itu memang keluarga yang kaya namun sederhana. Mama Athena lebih parah lagi, menggunakan angkutan umum, berbelanja di pasar tradisional. Kalau sudah menawar, alotnya minta ampun. Athena suka dibikin pusing atau lebih tepatnya malu dengan tingkah mamanya.

Tapi nggak juga, semua pedagang sayur langganan mama Athena sudah paham dengan sifat nyonya kaya itu. Saat Athena bertanya kenapa begitu gencar menawar jawabnya..,

"Kepuasan batin"

Athena menepuk jidat, gimana enggak, untuk menurunkan harga seribu perak aja, mama Athena bertahan sampai kaki Athena pegel, hingga menemukan kesepakatan harga, kadang gadis itu jongkok dulu, baca koran dulu, ngebakso dulu, bahkan tidur dulu.

Udah gitu.. kalau udah berhasil anaknya langsung ditinggal, hi..hi..hi...

"Pelit, dasar mama ini pelit. Udah nyari yang diskonan obralan lagi" jerit Athena.

Mama Athena hanya tertawa mendengar protes anaknya. Pelit? seperti sudah ditulis di atas, para pedagang sudah paham dengan sifat nyonya kaya itu, meski alot dalam menawar tapi mereka tidak mencap nyonya itu sebagai seseorang yang pelit. Setelah berhasil menurunkan harga seribu, wanita kaya itu justru tidak menerima kembalian.

"Kalau gitu nggak usah ditawar" jerit Athena frustrasi.

Mama Athena tertawa.

Kembali ke laptop, bukan.. kembali ke Athena, hari ini gadis itu berniat mengembalikan tas ransel milik anak kelas X IPA 1 itu. Athena mengira-ngira seperti apa orangnya, kalau dilihat dari tulisannya yang keren dan rapi, kayaknya seperti seorang kutu buku.

Athena langsung membayangkan tampilan kutu buku, kaca mata itu pasti, celana cingkrang, rambut klimis model jadul.

"Bodo amatlah, yang penting tas ini harus gua balikin, gara-gara tas ini gua berhalusinasi ketemu cowok ganteng huh.. sebel" ucap Athena bicara sendiri.

Setelah menemukan kelas yang dicari Athena justru makin sebel.

"Nggak ada kaaaak, di sini nggak ada murid yang namanya Axel coolant" ucap junior cewek itu.

"CULLEN !!! coolant... coolant emang merk minuman" sahut Athena.

"Ya gitu lah... nggak ada yang namanya itu, yakin seribu persen" ucap junior itu.

Athena termangu jelas-jelas di buku itu tertulis

Nama : Axel Cullen

kelas : X IPA 1

Gadis-gadis junior berebut ingin membuktikan, mereka terkagum-kagum melihat tulisan yang rapi dan keren itu.

"Mungkin sekolahnya bukan di sini kali kak" ucap salah seorang adik kelas itu.

"Iya kali ya.. boleh pinjem catatannya nggak kak ?" tanya gadis itu cengengesan.

Athena langsung meraih buku itu dan pergi.

"Huu.. PELIT" teriak anak-anak junior itu.

"BIARIN !!!" teriak Athena membalas.

Baru kali ini dia bangga di bilang pelit, Athena baru bisa merasakan sensasinya dipanggil pelit. Pantesan mamanya bertahan dengan gelar kehormatannya itu.

Athena berjalan pelan kembali ke kelasnya, sambil berpikir kemungkinan yang diucapkan anak-anak tadi. Kalau pemilik buku bukan berasal dari sekolah ini.

Tapi kenapa bisa ada di rooftop? batin Athena.

Duk !!..

Seorang cowok menyenggol bahu Athena, membuat buku-buku yang masih dipegangnya jatuh berhamburan. Yang menyenggol cuma cengengesan sambil terus berlari. Athena jongkok memunguti buku-buku milik Axel. Seseorang membantunya memunguti, lalu menyerahkannya pada Athena.

Evan? jerit hati Athena.

Gadis itu terdiam mematung, baru kali ini menatap wajah ganteng laki-laki itu dari dekat. Matanya, hidungnya, bibirnya.

"Maafin temen saya ya?" ucap laki-laki itu.

Athena cuma bengong, tak membalas ucapan kapten tim basket sekolah itu. Evan kembali tersenyum menyaksikan ekspresi Athena. Hal seperti itu sudah biasa dihadapinya, cewek-cewek akan langsung termangu saat memandang senyum manisnya.

Akhirnya Evan memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya, meninggalkan Athena yang masih kehilangan ruh nya, kabur meninggalkan tubuh gadis yang sekarang terlihat seperti idiot itu.

Setelah laki-laki itu tak terlihat lagi barulah Athena tersadar. Langsung memukulkan buku itu ke keningnya.

Bodoh.. bodoh.. bodoh.. kenapa nggak membalas ucapannya? kenapa diam saja? bukannya kamu ingin lebih akrab dengannya? katakan sesuatu bodoh... bilang terima kasih.. gitu?

selamat pagi..

hai.. ,

kenalkan..,

kamu baik sekali..

Aku cinta padamu... aaahh..

Athena masih akan terus memukulkan buku itu ke keningnya, jika dia tidak mendengar suara tawa dari gadis-gadis junior kelas X IPA 1 itu.

Gadis itu melangkah dengan tergesa-gesa, mukanya merah menahan malu. Sesampai dikelasnya gadis itu menarik dan menghembuskan nafas berkali-kali, seperti sedang melakukan teknik pernafasan yoga. Namun, perasaan gadis itu masih belum tenang juga.

Gadis itu akhirnya kesal lalu menghentikan yoga-nya, percuma, perasaan nya masih kesal bercampur malu, mau melakukan yoga, yogi, yono, tetap saja tak bisa menghilangkan frustrasinya.

"Napa sih loe? kusut amat" sapa Kimmy.

Athena langsung melempar tas ransel Axel ke lantai lalu duduk di kursi sekolahnya, menelungkupkan wajahnya di meja.

"Tas siapa ini?" lanjut Kimmy tak peduli Athena yang terlihat frustrasi.

"Kim..., kalau aku masuk rumah sakit jiwa kamu temenin aku ya" ucap Athena mewek.

"Ogah" ucap Kimmy kontan.

"Huaa.. ha.. maksud gua bukan nemenin tapi lu tetep jadi temen gue yaaa?" pinta Athena.

"Napa si loe?" ulang Kimmy bertanya.

"Kalo gue gila, lu usaha obatin gue yaaa.., jangan dibiarin gila" lanjut Athena dengan ekspresi menyedihkan.

Kimmy ketawa cekikikan mendengar wasiat Athena. Sahabatnya itu memang manja, mungkin karena anak satu-satunya. Kalau ada masalah gadis itu akan langsung merengek aneh-aneh.

Pernah minta ditemani berenang di kolam anak-anak, nonton film yang nggak laku, beliin kembang tujuh rupa, makanan Itali tujuh rasa, nah.. kalau yang terakhir Kimmy setuju dan semangat memenuhi keinginan Athena.

Tapi kali ini lebih aneh lagi minta diobati kalau dia gila.

"Itu sih bukan tugas gua, konsul sama dokter syaraf sana" ucap Kimmy mengelak.

Athena kembali menelungkupkan wajahnya.

"Kejam.., teman satu-satunya, jelek, nggak berguna lagi" ucap Athena masih telungkup di meja.

Kimmy langsung mencekik tengkuk gadis itu, becanda maksudnya bukan beneran.. bisa ganti genre kalau beneran he...he..he..

"Aduh..., aduh.., berhenti..., dasar psikopat" teriak Athena.

Kimmy menjulurkan lidahnya.

Bel berbunyi, pelajar-pelajar mulai masuk ke kelas. Athena menjalani kegiatan belajar mengajarnya dengan pikiran yang melayang-layang. Banyak alasan yang menyebabkan gadis itu menolak konsentrasi pada pelajaran pagi ini. Axel yang ganteng, Evan yang tampan dan pelajaran yang membosankan.

Pelajaran Sejarah membuat gadis itu lebih memilih tidur daripada menghabiskan energinya bertahan membuka mata. Itu adalah pekerjaan sia-sia katanya. Hasilnya, saat pembagian raport nilai sejarah gadis itu membuat kedua orang tuanya menggelengkan kepala, gadis itu hanya menjawab..

"Masa lalu, biarlah berlalu" ucapnya sambil berlalu meninggalkan masa lalu.

Kedua orang tuanya menghembuskan nafas panjang.

"Pelajaran sejarah di bilang masa lalu, tapi benar juga sih mana ada sejarah itu masa depan" ucap mama Athena sendirian.

Athena melangkahkan kaki meninggalkan gerbang sekolah, gadis itu pulang menggunakan angkutan umum. Sambil melangkah pikirannya melayang, hm.. pikirannya melayang melulu... jangan-jangan emang nggak punya pikiran, tapi ngakunya melayang.

Nggak lah, kali ini emang pikirannya melayang. Too much happened.. hari-hari yang biasanya flat, sekarang tiba-tiba bergelombang membuat gadis itu merasa belum siap menghadapi kenyataan yang begitu pahit ini.. hu..hu..hu..

Sekarang, dia terpaksa menenteng dua tas. Satu, tasnya sendiri yang ketinggalan tadi malam. Dua, tas Axel yang ketinggalan entah sejak kapan.

Kayak orang gila, bawa tas sampai dua-dua?

kenapa sekarang pikirkan gua nyerempet-nyerempet ke gila melulu ya?

Abisnya nggak masuk akal sih ? bisa ketemu cowok itu, di rooftop sekali, dikamar sekali, satu nya pas malam, satunya pas pagi.

Athena berpikir serius, seriuus banget kayak lagi mikirin negara.

Kalau emang teman imajiner, berarti bisa muncul kapan gua mau dong?

Tapi kok Axel datang tidak diundang pulang tidak diantar?

Hiiii... beneran kayak hantu, tapi bisa apa dia? punya kekuatan apa dia?

Paling bisanya ngintip orang doang, huh.., rugi.., rugi.., rugi.., gua harus minta ganti rugi..,

Tapi tadi pagi dia mau lepasin baju.., biar impas katanya hii..., tetap aja gua yang rugi, rugi dua kali..

Sore menjelang senja Athena sampai dengan selamat di ranjang empuknya. Tanpa melepas seragamnya lebih dulu gadis itu langsung membuka tas ransel laki-laki itu. Duduk di ranjang sambil mengamati catatan demi catatan, tulisan demi tulisan, berharap bisa menemukan sesuatu.

Alamat sekolahnya atau apa saja yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan pemilik buku itu. Athena memperhatikan dengan teliti.

"Hai"

" Aaaaapppfff" Athena menjerit namun dengan cepat Axel membekap mulut Athena.

Laki-laki tampan itu menyilangkan jari telunjuknya di bibir sambil mengangguk. Athena akhirnya ikut mengangguk setuju kalau dia tidak akan menjerit lagi.

Axel melepaskan bekapannya, sambil duduk di hadapan Athena, begitu dekat cuma sejengkal. Axel tersenyum, Athena terpaku memandang senyum manis itu.

"Kamu suka terpaku memandang cowok ganteng yah" tanya Axel kepedean.

Athena menggelengkan kepala, buru-buru menyadarkan dirinya.

"Ngapain kamu duduk di sini, sana berdiri" teriak Athena saat menyadari laki-laki itu duduk di ranjang bersamanya.

"Berdiri sambil duduk boleh nggak?" tanya Axel.

"Haaaa.. " gadis itu frustrasi, teman imajinernya benar-benar menguji kesabaran.

Gadis itu melempar bantal, laki-laki itu patuh langsung berdiri tapi tetap di atas ranjang..hi..hi..hi..

"Huaa.., ha..,ha..," gadis itu menangis, Axel turun dari ranjang.

"Kenapa muncul sekarang?" tanya Athena.

"Kamu kangen sama aku ya? aku selalu didekatmu kok dari semalam hingga sekarang" ucap Axel sambil bersandar di meja belajar.

"Haaa.." ucap gadis itu heran lagi.

"Haaa.., haaa.., nggak ada kata-kata lain?" tanya Axel.

"Sebenarnya kamu siapa?" tanya Athena.

Axel menarik name tag.

"Bukan itu, siapa kamu? anak siapa? sekolah di mana? ngapain nongol di sini? jawab itu dulu" jerit Athena.

"Nggak tau, aku nggak ingat apa-apa, nongol di sini karena ikut kamu, kan cuma kamu yang bisa liat aku" jawab Axel.

Athena mengernyitkan keningnya, menggigit bibirnya. Axel memandang bibir itu, mendekat, semakin dekat, hendak mendaratkan bibirnya mengecup bibir Athena. Sejenak gadis itu diam terpaku.

...~ Bersambung ~...

BAB 3 ~ Antara Gelap dan Terang ~

Malam itu Axel kembali muncul dihadapan Athena, gadis itu tentu saja kaget setengah mati. Axel tidak mengingat apapun tentang dirinya, membuat Athena bingung. Axel yang baru tau ada seorang gadis yang bisa melihatnya merasa sangat senang dan selalu mengikuti gadis itu kemanapun dia pergi.

Athena, gadis cantik yang sederhana namun sedikit ceroboh itu telah menarik hati Axel. Terbukti saat ini Axel mencoba mendekatinya. Memandang bibir gadis itu, mendekat, semakin mendekat, hendak mendaratkan bibirnya mengecup bibir Athena. Athena terpaku, gadis yang terobsesi ingin mencoba seperti apa rasanya berciuman dengan seorang cowok, apalagi seganteng Axel membuat gadis itu diam terpaku.

Namun tiba-tiba..

"Apa-apaan sih ini deket-deket" ucap Athena seketika.

"Dasar hantu cabul... cabul... cabul..." teriaknya sambil mendorong dada Axel dengan menggunakan jari telunjuknya.

Axel tertawa. Athena berkacak pinggang sambil mengoceh,

"Maaf ya, aku tidak akan terpancing, rugi.. ciuman pertamaku melayang begitu saja sama hantu kesasar kayak kamu" lanjut Athena.

Axel meringis, pesonanya tak berhasil menaklukkan Athena.

"Udah segede ini belum pernah ciuman ?" tanya Axel.

"Emang kamu udah ? hey remember yeah... jangan sombong, kamu itu cuma anak kelas X, junior gua yang paling keciiiiil... kecil... kecil..." ucap Athena meremehkan Axel.

Axel langsung menggenggam kedua bahu Athena, matanya menatap tajam dan berwarna merah. Athena langsung memejamkan mata ketakutan, buru-buru menutup mulutnya agar tidak menjerit. Axel sepertinya benar-benar marah diremehkan seperti itu.

Lama Axel mencengkeram bahu Athena, gadis itu merasakan hawa panas disekitar tubuh Axel. Perlahan Athena menurunkan tangan dari mulutnya.

"Maaf.. " ucap Athena pelan, masih memejamkan mata, belum siap menatap mata Axel yang menyeramkan.

Gadis itu gemetar ketakutan, baru kali ini melihat mata yang memerah dalam sekejap, jika dia tidak buru-buru menutup mulutnya mungkin akan menjerit sekuat tenaga.

Perlahan membuka matanya, melihat mata Axel telah berubah seperti semula. Axel melepaskan genggaman tangannya di bahu Athena.

Laki-laki itu mundur berdiri menjauh, memandang lekat wajah Athena. Gadis itu masih gemetar membalas tatapan Axel.

Gawat, kalau dia marah serem banget, aku harus hati-hati, nggak boleh ngomong sembarangan lagi, batin Athena.

Kalau aku baca do'a bisa ngilang nggak ya ? tapi kalau makin marah gimana ? ih.. takut, mama tolong Athena, jerit hati Athena sambil melihat kearah pintu.

Axel masih menatapnya diam.

"Kamu tidak terdaftar di kelas X itu, tidak ada yang bernama Axel Cullen disana" ucap Athena pelan berusaha untuk berdamai.

"Aku tau, aku mengikutimu ke sekolah" ucap Axel.

"Kamu ikut ? tapi kenapa aku tidak melihatmu ? " tanya Athena semangat namun saat ingat kemarahan Axel tadi, gadis itu kembali surut, merasa takut.

"Aku rasa aku tau sebabnya, ini ada hubungannya dengan pergantian waktu" ucap Axel masih terlihat serius.

"Apa maksudnya itu ?" tanya Athena ragu, namun penasaran ingin mengetahui maksud ucapan Axel.

"Ketika waktu peralihan dari sore menuju malam, terjadi perubahan spectrum warna alam yang memiliki kesamaan frekuensi dengan jin dan iblis, spectrum itu berwarna merah. Pada saat itu, jin dan iblis memiliki tenaga yang kuat karena memiliki resonansi yang sama dengan alam" jelas Axel.

Athena terperangah mendengar penjelasan Axel.

"Karena itulah kamu bisa melihat dan menyentuhku, karena saat itu aku memiliki kekuatan untuk muncul di hadapanmu" ucap Axel masih terlihat kaku.

"Di waktu lainnya, aku tidak bisa terlihat olehmu, karena itu aku tidak terlihat saat mengikutimu ke sekolah" lanjut Axel.

Athena mengangguk-angguk mengerti.

"Saat ini kamu hanya bisa muncul dihadapanku atau semua orang ?" tanya Athena.

"Hanya didepanmu" jawab Axe.

Athena tertegun.

Kenapa cuma aku yang ketiban sial bisa melihatmu ? katanya kuat saat menjelang malam, sana pamer kekuatanmu pada orang lain, beraninya cuma sama aku ? batin Athena.

"Apa ?" tanya Axel.

"Apa ?" tanya Athena lagi, perasaan dia tidak mengatakan apapun.

"Apa yang kamu ucapkan dalam hatimu ?" tanya Axel.

Hah.. apa dia juga bisa mendengar isi hatiku ? gawat, batin Athena.

"Aku mendengar sayup-sayup isi hatimu" ucap Axel lagi.

"Hah... serius ? kalau gitu, dimana privasiku ? kamu bisa melihatku seenak hatimu sekarang bisa mendengar isi hatiku, aku seperti di telanjangi luar dalam" jerit Athena protes, lupa dengan rasa takutnya.

Axel tersenyum.

"Aku bercanda" ucap Axel santai.

"Hua.. ha.. ha.. " tangis Athena jatuh ngedeprok di lantai, stress dikerjai oleh Axel.

"Kenapa kamu suka mengerjaiku ?" tanya Athena.

"Asyik aja" jawab Axel seenaknya.

"Semua ucapanmu tadi becanda ?" tanya Athena.

"Hanya mendengar suara hatimu, yang lain itu benar" jawab Axel sudah tidak kaku lagi.

"Tapi kamu bilang cuma saat sore menjelang malam, kenapa tadi pagi kamu nongol ?" tanya Athena penasaran lagi.

"Sama saja, intinya dua waktu menjelang pergantian suasana hari, dari gelap ke terang atau dari terang ke gelap. Aku bisa terlihat dan disentuh olehmu dalam situasi itu, antara gelap dan terang" jelas Axel.

Athena akhirnya kembali mengangguk mengerti. Athena ingin bertanya kenapa hanya bisa dilihat dan disentuh oleh dirinya saja.

Apa dia akan marah jika aku bertanya itu ? jika dia bisa terlihat oleh orang lain ? kalau jangan temui aku lagi, dia marah nggak ya ? batin Athena.

Coba tanya aja ah, asalkan tidak meremehkannya, aku rasa dia tidak akan marah, batin Athena lagi.

"Kenapa cuma aku yang bisa melihatmu ?" tanya Athena lagi.

"Karena kamu lugu dan tidak rumit. Sama seperti anak-anak atau bayi, karena itu mereka harus dilindungi saat masa peralihan karena bisa jadi mereka bisa melihat golongan kami " jawab Axel.

Kalau gitu enak yang tidak lugu dong, nggak digangguin kamu, batin Athena sambil mendelik.

"Kamu menyesal bisa melihatku ?" tanya Axel.

"Ah.. nggak.. nggak" ucap Athena berbohong.

Dimana letak lugunya coba... tukang bohong gitu.

"Tas itu, mungkin bukan milikmu" ucap Athena.

"Tapi namanya sama dengan nama di name tag ku" ucap Axel.

"Mana tau itu baju pinjaman ?" ucap Athena.

"Ada siswa disana yang body nya proporsional seperti aku ? " tanya Axel sambil membentangkan tangannya.

Ya ampun PD banget ini orang eh.. ini hantu, batin Athena.

"Tapi tidak terdaftar, itu gimana ceritanya ? Jangan-jangan kamu siswa sekolah lain ?

Tapi seragamnya emang seragam sekolah sini, tapi tidak terdaftar ?" ucap Athena sibuk memikirkan sendiri.

"Ah pusing..." jerit gadis itu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Kapan dia menghilangnya ya ? rasanya gerah pengen mandi, batin Athena tentunya, nggak mungkin batin si Axel.

Athena menunggu saat-saat Axel menghilang karena dia ingin melepas baju seragamnya dan mandi.

Bodoh, bukankah saat terlihat begini justru lebih baik, dia bisa terlihat, kalau ngintip dia bisa ketahuan, kalau lagi menghilang aku nggak tau dia ada dimana, bisik hati Athena sambil mengangguk-angguk.

"Aku mandi dulu, udah hampir malam, kamu tunggu disini aja yah" ucap Athena.

Axel mengangguk, Athena segera mengambil pakaian ganti dan membawanya ke kamar mandi. Axel tinggal sendiri didalam kamar, laki-laki itu meraih buku atas nama dirinya, lalu membalik halaman demi halaman. Tiba-tiba Axel tersenyum, menatap kearah kamar mandi.

Saat Athena selesai mandi, gadis itu melongokkan kepalanya mencari Axel, berharap laki-laki alam gaib itu sudah menghilang bukan... sudah pergi, kemana gitu, shopping, traveling atau camping agak lama sekitar lima puluh tahunan biar Athena bisa bernafas lega bebas dari penguntit itu.

"Gimana kamu bisa memecahkan misteri kalau petunjuk ini bisa kelewat begitu saja" ucap Axel sambil memegang buku itu.

Athena kaget, harapannya kalau Axel sudah tersesat di benua Antartika sudah lenyap, hilang tertiup angin.

Athena langsung menghadap kearah laki-laki itu dengan wajah yang malas-malasan.

"Liat tanggal dibuku ini, ini empat tahun yang lalu, itu aja bisa nggak tau, dasar gadis bodoh... bodoh.. bodoh... " ucap Axel meniru perlakuan Athena tadi, mendorong dengan telunjuknya, tentu saja di keningnya, nggak mungkin di dadanya bisa bahaya.

Diperlakukan seperti itu Athena terdiam, laki-laki itu mengatakan dia gadis yang bodoh. Athena merasa terhina, mata gadis itu langsung berkaca-kaca, Axel kaget, tak lama kemudian air mata Athena mengalir.

Masih menatap Axel dengan air mata yang mengalir. Athena merasa sakit hati dengan perlakuan itu, orang tuanya saja tak pernah menghinanya seperti itu.

"Aku memang bodoh, aku memang bego, kalau gitu jangan temui orang bodoh sepertiku lagi, cari saja orang lain yang lebih pintar dariku" ucap gadis itu sambil berbalik hendak keluar dari kamarnya.

Axel meraih tangan Athena, langsung menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya, mendekapnya. Athena ingin melepaskan diri tapi Axel semakin memperketat pelukannya.

"Maafkan aku... tolong maafkan aku, aku memang keterlaluan. Tolong jangan.mengusirku, aku suka disini bersamamu" ucap Axel, sambil membelai rambut gadis itu.

Athena menangis tersedu-sedu dalam pelukan laki-laki itu.

"Maafkan aku, lakukan apapun untuk membalas sakit hatimu" ucap Axel lagi sambil terus memeluk gadis itu.

Athena diam mematung dalam pelukan laki-laki itu, kehangatan tubuh laki-laki itu menjalar ke seluruh tubuhnya, Athena merasakan kenyamanan.

"Aku benci padamu" ucap Athena.

"Tidak apa-apa membenciku asal jangan mengusirku" ucap laki-laki itu lagi.

Axel ingin terus memeluk gadis itu namun tiba-tiba tubuhnya menghilang. Athena merasa hampa, melihat kesana kemari mencari. Baru kali ini dia melihat secara langsung bagaimana Axel menghilang. Entah kenapa gadis itu jadi merasa kehilangan.

Athena turun ke lantai bawah, makan malam bersama kedua orang tuanya. Athena terlihat lebih diam membuat mamanya merasa ada yang aneh dengan anaknya.

"Pa, liat Athena kok jadi diam gitu ya pa ?" tanya mama Athena pada suaminya, merasa khawatir terhadap kesehatan tubuh dan mental anaknya.

Athena cuek dibicarakan begitu oleh kedua orang tuanya. Matanya menatap lurus ke layar LED dihadapannya.

"Lagi jatuh cinta kali" ucap papa Athena asal-asalan namun justru menarik perhatian gadis itu, Athena menoleh menatap papanya.

Tuduhan yang keterlaluan, tidak berperikemanusiaan. Karena saat ini dia tidak berhadapan dengan manusia, masa dituduh jatuh cinta sama hantu.

Athena beranjak dari ruang tengah, lagaknya yang seperti nonton televisi sebenarnya cuma mengalihkan pikirannya yang melayang oleh kejadian tadi. Pelukan Axel terasa begitu nyaman baginya. Membuat gadis itu merasa hampa saat tiba-tiba laki-laki itu menghilang.

Kembali ke kamarnya, entah mengapa gadis itu berharap Axel tidak hanya muncul di dua waktu itu saja. Antara sore menjelang malam atau antara malam menjelang pagi. Antara gelap dan terang.

Athena menatap buku itu lagi, menatap tulisan dibuku itu, saking rapinya, setiap memulai pelajaran laki-laki itu tak lupa menulis tanggal catatan itu ditulis.

Empat tahun yang lalu, ternyata laki-laki itu dikelas X saat empat tahun yang lalu, bukan saat ini, kamu benar, aku memang bodoh, batin Athena.

Udah gitu dibilang bodoh nggak terima lagi ? bisik hati Athena.

Gadis itu menelungkupkan wajahnya dimeja belajar. Axel hanya bisa menatap gadis itu, tidak bisa melakukan apapun. Saat ini dia sama sekali tidak bisa menunjukkan keberadaannya apalagi menghibur gadis itu.

Axel merasa bersalah atas ucapannya, jika bisa ditarik kembali ucapan itu, dia akan memilih untuk diam saja.

Axel ingin membelai rambut gadis itu namun meski sekuat tenaga mengeluarkan kekuatannya, tetap saja Axel tidak bisa muncul.

Baru kali ini Axel menyesal tidak bisa muncul di setiap waktu dihadapan gadis itu. Athena tertidur di meja belajar. Papa Athena terpaksa menggendong gadis itu pindah ke ranjang.

"Athena kenapa ya pa, mama benar-benar khawatir loh, sejak terkurung di rooftop itu Athena jadi berubah, jangan-jangan terjadi sesuatu padanya di rooftop itu pa" ucap mama Athena.

"Kita tanyakan besok, papa juga khawatir setelah mama bilang begitu" sahut papa Athena.

Athena membuka matanya, melirik ke jam dinding, gadis itu memutuskan untuk kembali tidur. Namun matanya tak mau lagi terpejam, gadis itu memutuskan untuk bangun. Hari masih terlalu pagi bahkan langit terlihat masih sangat gelap. Athena turun kebawah, meminum air putih hingga dua gelas, tenggorokannya terasa kering.

Setelah itu kembali ke kamar, dikamar Athena tidak tau apa yang harus dilakukannya. Gadis itu memutuskan menyiapkan buku-buku pelajarannya hari ini. Melirik buku milik Axel.

Kalau kelas X empat tahun lalu berarti sekarang umurnya kira-kira... , Athena menghitung dengan jarinya.

Sembilan belas tahun, huh.. ternyata lebih tua dariku , pantesan marah dibilang masih kecil.

Jangan-jangan dia tidak lupa ingatan, buktinya dia tau kalau umurnya lebih tua dariku, awas kalau ketahuan bohong huh.., batin Athena sambil mengepalkan tinju.

Ngapain lagi sekarang, buku udah, seragam udah, mandi ajalah biar nanti berangkat sekolah lebih cepat jadi bisa nyantai jalannya, batin Athena.

Gadis itu akhirnya memutuskan mandi lebih cepat, dan memang sudah kebiasaannya jika berendam air hangat gadis itu jadi lupa ingatan eh.. lupa waktu, hingga mamanya mengetuk pintu kamar untuk membangunkan putrinya, barulah Athena sadar kalau memang sudah waktunya bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Gadis itu segera menuntaskan acara mandinya, segera keluar dari kamar mandi.

"AAAaaaaaaa"

"Ssstt... " Axel menyilangkan jari telunjuknya dibibir.

"ADA APA ATHENA ?" teriak mama Athena dari lantai bawah.

"NGGAK APA-APA MAAA.. CUMA KECOAAA" jerit Athena.

"Kecoa mesum" ucapnya sambil menutup dadanya yang hanya mengenakan handuk mandi itu.

Axel tersenyum, lalu mendekati Athena, gadis itu membelalakkan matanya. Melihat laki-laki itu mendekat, gadis itu bingung, mau diam saja malu, mau berteriak takut heboh.

Athena pasrah, laki-laki itu memeluk Athena. Lalu berkata,

"Jangan marah lagi ya, jangan sedih lagi. Aku merasa tidak tenang setelah berkata seperti itu padamu. Aku akan terima hukuman darimu, apapun yang kamu inginkan akan aku lakukan" ucap Axel.

"Pergilah dari hidupku, jangan pernah muncul lagi" ucap Athena.

Axel melepaskan pelukannya, memandang gadis itu dengan pandangan murung.

...~ Bersambung ~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!