"Sayang ayo cepat pulang, sudah magrib nanti besok main lagi ya?"
"Gak mau, adek masih mau main,"
"Ini sudah magrib sayang, nanti kalau kamu tidak mau masuk ke dalam Wewe Gombel akan datang menculikmu, hii ngeri!" ucap sang ibu menakut-nakutinya.
"Ah ibu, adek takuut...." gadis kecil itu segera meraih tangan ibunya dan mengikutinya masuk ke dalam rumahnya.
"Haish dasar manusia selalu saja mengkambing hitamkan aku sebagai penculik anak kecil, padahal aku kan penyayang anak-anak. Kenapa mereka selalu saja menceritakan hal-hal buruk tentang ku, huft... beginilah nasib jadi Wiway Gombel."
"Hoaaam, magrib sudah tiba saatnya bersenang-senang," ucap wanita itu kemudian turun dari atas pohon besar dan berjalan menyusuri taman kota.
"Tumben malam ini gak ada bocil bertebaran, padahal gue udah siapin makanan enak nih buat mereka."
***************
*Buuggghhh!!!
"Dasar Playboy sialan, beraninya kau menyakiti adikku!" seru seorang lelaki memukuli seorang pemuda hingga babak belur.
"Jangan harap kau akan bisa tersenyum setelah membuat adikku menangis,"
*Buuggghhh!!
Kembali lelaki itu memukulinya bersama teman-temannya.
"Habisi dia!" serunya membuat para pemuda itu semakin beringas memukulinya.
"Hentikan Sam, dia bisa mati kalau terus-terusan di pukuli,"
"Memang aku ingin membunuhnya, aku sudah tidak tahan melihat sikap sok kegantengan," ucap lelaki itu kemudian menyeret pemuda itu ke sebuah bukit dan mendorongnya.
"Matilah kau Ezza sialan!!"
"Tumben malam ini sepi sekali, tak ada satupun anak-anak yang bisa ku ajak main, kalau begitu lebih baik aku kembali saja. Beginilah nasib jones saat malam Minggu tiba, ngenes," ucapnya berjalan menyusuri bukit Gombel
*Bruuugghh!!
Gadis itu menghentikan langkahnya ketika mendengar suara benda jatuh.
*Tap, tap, tap!
Ia berjalan pelan menghampiri sumber suara itu .
"Manusia," ucapnya kemudian mendongakkan wajahnya keatas bukit, ia hanya menggelengkan kepalanya saat melihat para pemuda yang terlihat senang setelah mendorong lelaki itu dari atas bukit.
"Memang manusia adalah mahluk paling jahat di dunia ini," ia kemudian memeriksa pemuda itu
"Ternyata dia masih hidup. Tapi dia pasti akan cedera parah atau cacat seumur hidup," ucapnya getir
"Aku tidak boleh ikut campur dalam urusan manusia, lebih baik aku pergi dari sini," ucap gadis itu kemudian beranjak pergi
"To long a ku," ucap pemuda itu terbata-bata membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Haish, kenapa gue jadi melow gini. Kenapa pemuda itu mengingatkan gue pada saat sekarat, tak seorangpun datang menolong ku hingga aku akhirnya mati mengenaskan." kenangnya sedih
"Tidak, aku tidak bisa membiarkan seorang mati di depanku, bagaimanapun juga aku adalah seorang hantu yang baik hati dan tidak sombong," wanita itu kemudian menghampiri pemuda itu dan membawa pemuda itu ke rumah tempat tinggalnya.
Beberapa hari kemudian, pemuda itu perlahan membuka matanya dan berusaha beranjak dari ranjangnya ketika mengendus aroma wangi makanan.
*Kruyuukk!!
Ia mengusap perutnya yang sudah mulai keroncongan.
"Akhirnya kau sadar juga," ucap Gadis itu mengagetkan pemuda itu.
"Siapa kau?" tanyanya terbata
"Aku, aku yang menyelamatkan mu," jawab wanita itu datar
"Kau pasti sangat kelaparan karena sudah tiga hari kau tidak sadarkan diri," ucap gadis itu membawa makanan untuknya.
"Makanlah!" ucapnya seraya meletakan sepiring nasi beserta lauk pauknya diatas meja.
Pemuda itu segera duduk dan menyantap makanannya dengan lahapnya.
"Sepertinya kau benar-benar kelaparan, sampai-sampai sangat rakus. Pelan-pelan saja, awas keselek," ucap wanita itu tersenyum melihat pemuda itu menikmati makanan darinya dengan rakus.
"Andai kau tahu itu yang kau makan mungkin kau langsung memuntahkan makanan itu," ucap gadis itu lirih.
"Terimakasih banyak sudah menolong ku dan juga merawat ku di sini." ucap pemuda itu setelah selesai menghabiskan makanannya
"Dan makanan ini aku belum pernah menikmati makanan selezat ini sebelumnya, terimakasih banyak." imbuhnya
"Sama-sama,tapi pertolongan dariku itu tidak gratis loh, ada harga yang harus kau bayar karena aku sudah menyelamatkan nyawamu," jawab gadis itu
"Oh, apa itu berarti kau meminta imbalan atas bantuan mu itu?" tanya pemuda itu
"Benar, bukankah tidak ada yang gratis di dunia ini," sahut wanita itu
"Katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?" pemuda itu balik bertanya
"Aku sudah bosan tinggal di sini, jadi bolehkah aku ikut bersama mu," sahut gadis itu.
"Ikut denganku, apa maksudmu?" tanya pemuda itu penasaran.
"Aku ingin pergi dari tempat ini, bisakah kau membawaku pergi dari sini?"
"Memangnya kamu mau pergi kemana?"
"Kemana saja, asal aku bisa pergi dari tempat ini. Begitu banyak kenangan buruk di tempat ini, aku selalu berusaha pergi meninggalkan tempat ini tapi tidak pernah berhasil. Aku selalu saja kembali lagi ke tempat ini." ucapnya gusar
Pemuda itu menatap sekeliling rumah itu, dan kemudian keluar melihat sekiranya.
"Apa kau tinggal sendirian?" tanya pemuda itu lagi
Wanita itu mengangguk mengiyakan pertanyaan pemuda itu.
"Aku juga heran, kenapa bisa ada rumah di tengah-tengah bukit." ucap pemuda itu meraba bulu kuduknya yang mulai berdiri.
"Kenapa tiba-tiba aku merasa merinding," pemuda itu menatap lekat gadis di depannya, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kakinya menyentuh lantai, berarti dia bukan hantu, tapi kenapa aku merasa ketakutan," ucapnya lirih
"Jadi bagaimana, apa kau akan membawaku pergi bersama mu?"
"Baiklah, hanya membawamu keluar dari tempat ini bukan masalah sulit."
"Kalau begitu, ayo cepat kita pergi dari sini sebelum matahari terbenam," ucap gadis itu menarik lengan pemuda itu.
"Kenapa buru-buru sekali,"
"Ikuti saja perintahku, jika kau ingin selamat." jawab wanita itu membuat pemuda itu semakin penasaran.
Ezza hanya mengikuti kemana gadis itu membawanya pergi. Keduanya terus berjalan menyusuri semak belukar meninggalkan bukit itu.
"Bukit Gombel??" Ezza menatap sebuah papan kayu bertuliskan Bukit Gombel.
"Sepertinya aku pernah mendengar nama tempat ini,"
"Kita sepertinya hanya berputar-putar saja di tempat ini, apa kau yakin kita tidak salah jalan?" tanya Ezza
"Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku tidak akan bisa meninggalkan tempat ini. Entah ini kutukan atau bukan tapi aku selalu saja tersesat saat mencoba untuk meninggalkan rumah terkutuk itu," jawab gadis itu gusar
"Kau pasti sangat ketakutan tinggal sendirian di rumah itu, aku tidak bisa membayangkan seandainya aku menjadi dirimu," ucap Ezza.
"Baiklah, aku berjanji padamu akan membawamu keluar dari tempat terkutuk ini." ucap Ezza membuat langit seketika bergemuruh.
"Ada apa ini, apa akan segera turun hujan??" pemuda itu menatap kearah langit yang langsung gelap tertutup awan hitam. Kilat mulai menyambar-nyambar dan angin kencang berhembus membuat suasana bukit itu semakin mencekam.
Sementara itu gadis itu terlihat ketakutan, wajahnya seketika memucat ketika melihat matahari mulai perlahan menghilang.
"Kamu kenapa, apa kau ketakutan?. Mukamu pucat sekali dan tanganmu juga sangat dingin." tanya Ezza khawatir
"Cepat pergi dari sini dan tinggalkan aku,"
"Apa, meninggalkan mu. Tidak bisa aku Eza Sinatria tidak pernah ingkar janji. Aku tidak akan meninggalkan mu di sini sendirian, apalagi kau sepertinya sedang sakit. Aku tidak bisa meninggalkan mu seperti ini, aku tidak mau jadi pengecut. Apapun yang terjadi aku akan membawamu pergi dari sini jadi jangan takut lagi ok," ucap pemuda itu kemudian menggandeng lengan gadis itu dan mengajaknya pergi.
"Kenapa tanganmu kasar sekali, dan juga kenapa rasanya sangat berat seperti aku sedang menarik seekor kerbau," imbuhnya sembari mengusap keringatnya.
"Sudah ku bilang tinggalkan aku, kenapa kau masih keras kepala," ucap gadis itu melepaskan tangannya
"Aku tahu kau ketakutan, tapi percayalah padaku, aku pasti bisa mencari jalan keluar dan membawamu pergi dari si....ni...." Ezza benar-benar terkejut melihat gadis itu berubah menjadi sosok menyeramkan.
*Dreet, dreeet, dreet!!!!
Fatimah segera mengambil ponsel suaminya yang terus bergetar.
"Pasti penting banget, hingga mengirim pesan sampai banyak begini," wanita itu kemudian memberanikan diri membuka ponsel suaminya.
"Ayank...."
"Ayaaank!!!"
"Ayaaaaaaaannnnkk!!"
*Degg!!!
Seketika rasa sesak menyeruak di dadanya, seketika tubuhnya terasa lemas menatap siapa yang mengirim pesan mesra kepada suaminya itu.
Ia begitu tercengang lagi ketika melihat foto wanita cantik di sana.
Karena penasaran dengan isi percakapan keduanya, Fatma terus membaca semua pesan yang di kirim oleh wanita idaman lain suaminya.
Wanita itu kemudian memukul-mukul dadanya yang terasa sangat nyeri bak di tusuk-tusuk ribuan jarum, air matanya mulai menggenang dan membasahi pipinya.
Ia berusaha menahan agar tidak menangis namun tetap saja ia tidak bisa mengontrol emosinya.
Ingin sekali rasanya wanita itu meluapkan kekesalannya terhadap suaminya, yang masih terlelap di sampingnya namun sebagai istri Soleha ia sangat menghargai adab dan tata Krama, sehingga masih bisa menahan emosinya dan tidak melupakannya saat suaminya masih terlelap.
Mendengar suara adzan Ashar, Fatimah segera mengambil air wudhu dan sholat. Selesai Sholat wanita itu begitu khusu mencurahkan kegundahannya kepada sang Illahi. Untuk menegakkan hatinya yang sedang kacau ia mencurahkannya dengan membaca kitab suci Al-Qur'an. Derai air mata mulai membasahi wajahnya saat suara merdunya mengalunkan Kalam Illahi itu.
"Fat...Fatimah!"
Wanita itu kemudian mengakhiri bacaan Al-Qur'annya dan bergegas menemui suaminya.
"Iya Mas," jawabnya lirih
"Siapin makanan aku lapar,"
"Baik," wanita itu segera keluar dan tidak lama kembali lagi membawa sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Lelaki itu segera menyantap makanannya dan sesekali melihat ponselnya.
Lelaki itu melirik kearah Fatimah saat membuka pesan WhatsApp di ponselnya.
"Apa kau membuka ponselku?" tanyanya menelisik
"Maaf, tadi karena ponsel mu terus bergetar aku terpaksa membukanya. Aku takut ada telpon penting dari tempat kerja Mas," jawabnya gugup
"Hmmm,"
"Ada begitu banyak pesan dari Dewi, sebaiknya kau segera menjawabnya," imbuhnya memberanikan diri.
"Apa kau sudah membaca pesan darinya?" lelaki itu balik bertanya
"Iya,"
"Lancang sekali, beraninya kau membuka ponselku. Kau tahu kan aku saja tidak pernah mengotak-atik ponselmu. Tapi kau begitu lancang mengotak-atik ponselku, apa kau mencurigai ku?" maki lelaki itu
"Tidak pernah sedikitpun aku mencurigai mu Mas, selama ini aku selalu percaya padamu. Tapi hari ini aku benar-benar kecewa padamu karena kau mengkhianati kepercayaan ku. Katakan padaku siapa Dewi, siapa dia sampai-sampai memanggil mu sayang, siapa dia sampai mengirimkan setiap kegiatannya padamu?" jawab Fatimah
"Dia...dia...." lelaki itu tiba-tiba gagap saat akan menjawab pertanyaan istrinya.
"Dia calon istri baru Galih," jawab seorang wanita paruh baya menengahi keduanya.
"Benarkah itu Mas?" tanya Fatimah berlinang air mata
"Itu...."
"Tentu saja benar. Sudah sepuluh tahun kalian menikah tapi belum juga di karunia seorang putra, jadi tidak salah bukan jika suamimu ingin menikah lagi agar ia bisa mendapatkan keturunan," jawab wanita itu membuat Fatimah langsung terisak mendengar penuturannya.
"Cukup ibu!" seru Galih
"Tolong berhenti dan jangan ikut campur dalam urusan rumah tangga Galih please," ucap lelaki itu kemudian membawa wanita itu keluar
"Aku minta maaf Sayang, maaf aku sudah menyakiti mu," ucap lelaki itu kemudian memeluk Fatimah erat
"Apa benar yang diucapkan ibu??" tanya Fatimah melepaskan pelukannya
"Aku hilaf sayang, maafkan aku. Aku janji akan mengakhiri hubunganku dengan Dewi." jawab Galih
Dua bulan kemudian....
"Hari ini kita makan di luar yuk, sudah lama juga kita gak pernah hang out bareng, mau ya Fat?"
"Ok," jawab Fatimah segera menyambar tas kecilnya.
Kedua wanita itu kemudian berboncengan menuju sebuah restoran cepat saji tidak jauh dari tempat kerja mereka.
*Ciiit!!!
"Kamu pesenin makanan dulu deh, gue nyari parkir dulu,"
"Ok, sip," Fatimah segera bergegas masuk ke dalam restoran.
"Mas Galih??" Fatimah tercengang melihat Galih keluar dari restoran bersama seorang wanita
Ia segera berlari dan mengejarnya.
"Taxi!!" seru wanita itu menghentikan sebuah taksi
"Ikuti mobil di depan!"
"Baik Bu," sopir taksi itu segera meluncur mengikuti mobil Galih.
*Ciiit!!!
"Sudah sampai Bu," ucap sang sopir menghentikan mobilnya
Fatimah segera memberikan ongkos taksi dan turun dari mobil itu.
Ia segera menuju rumah yang dimana mobil Galih terparkir di depannya.
"Mas Galih??" Fatimah benar-benar terkejut melihat suaminya sedang bermesraan dengan wanita lain.
"Fatimah," Galih lebih terkejut lagi melihat kedatangan istrinya.
"Teganya Mas membohongiku selama ini, kamu jahat mas, aku benci kamu, aku jijik!!" seru Fatimah kemudian berlari meninggalkan rumah itu
"Fatimah tunggu!!" Galih segera berlari menyusul istrinya
"Fatimah awas!!" Galih berteriak mencoba menghentikan Fatimah saat sebuah mobil meluncur dengan kecepatan tinggi menabraknya.
*Bruuugghh!!!!!
Seketika tubuh Fatimah roboh ke jalan, sedangkan mobil yang menabraknya langsung melarikan diri.
"Mas Ga lih, to long!" ucap Fatimah terbata-bata, wanita itu melambaikan tangannya kearah Galih yang berada tak jauh darinya meminta pertolongannya.
Namun ketika Galih akan meraih tangannya tiba-tiba Dewi datang mencegahnya.
"Cepat pergi dari sini, jika kau tidak ingin di jadikan sebagai tersangka," Dewi segera menarik Galih dan membawanya pergi dari tempat itu.
*Flashback off
"Kau!!!" Ezza seketika memucat dan ketakutan melihat sosok wanita di depannya.
"Hadeehh, dasar cemen masa baru lihat wajah ku saja sudah kencing di celana, apa aku begitu menyeramkan sehingga kau begitu ketakutan," ucap mahluk itu.
"Tol ... long... ja ja ja ngan ma kan aku," ucap lelaki itu gemetaran.
"Haish, menyebalkan sekali padahal aku sudah workout tiap hari, ngegym tiap hari, tapi kenapa gunung kembar ku masih saja melorot, emang gini nasib jadi Wewe Gombel. Muka menyeramkan body mengenaskan, oh nasib, nasib. Sabar aja deh Fatimah, begitu adzan Isya berkumandang si buruk rupa ini akan kembali menjadi gadis cantik jelita," imbuhnya kemudian menghampiri pemuda itu.
"Tol ... long... ja ja ja ngan ma kan aku," ucap lelaki itu gemetaran.
"Siapa juga yang mau makan pemuda krempeng kaya Lo, gak ada dagingnya. Pait!" sahut Wanita itu lagi
"Lagipula aku ini vegetarian, aku gak makan daging merah untuk mengurangi berat badanku, jadi Sans aja."
"Seperti janjimu, kau harus membawaku pergi meninggalkan tempat ini, jadi kuy jalan sebelum malam semakin larut,"
Ezza masih mematung tak bergerak meskipun wanita itu sudah berjalan meninggalkannya.
*Srek, srek, srek!!!
Ezza semakin ketakutan ketika melihat semak belukar yang mulai bergoyang-goyang di iringi bunyi raungan binatang buas.
"Tamatlah riwayat ku kali ini," ucapnya gusar.
"Haish, kenapa dia diam saja saat seekor bab* hutan hendak menerkamnya," gadis itu segera membalikkan badannya dan berlari kearah Ezza ketika melihat seekor babi hutan hendak menyerangnya.
Seketika Babi hutan itu langsung berhenti ketika mahluk itu menatapnya nyalang.
"Pergi atau aku akan menjadikanmu sebagai makan malam ku baby!" ancamnya membuat binatang itu langsung menunduk dan pergi meninggalkannya.
"Ah, bereskan, cuma baby hutan kecil!" serunya menyombongkan diri
"Kenapa masih diam saja, cepat jalan atau harimau akan datang memakan mu!" seru wanita itu
"Aku gak bisa bergerak, kakiku kram," jawab Ezza lirih
"Terus???"
"Kalau kau benar-benar hantu yang baik maka tolonglah aku,"
"Terus??"
"Terus apalagi??" sahut Ezza kesal
"Kali aja ada lanjutannya, misalnya jika ada yang menolong menyembuhkan kakiku maka aku akan memberikan imbalan yang setimpal. Jika ia seorang wanita maka dia akan aku jadikan sebagai istri gitu,"
"Bukankah aku sudah berjanji padamu akan membawamu keluar dari bukit laknat ini, jadi apalagi yang harus aku janjikan untuk mu,"
"That's right baby, baiklah kalau begitu aku akan menggendong mu," jawabnya riang
"Tidak perlu, kau tidak usah menggendong ku, kau cukup bantu aku menghilangkan kram di kakiku,"
"Kecil, aku pasti bisa menyembuhkan mu dengan cepat, karena aku adalah asisten mak Erot sewaktu aku masih hidup,"
"Anj*r, asisten mak Erot??" Ezza langsung melotot mendengar ucapan wanita itu
"Bukankah aku sudah berjanji padamu akan membawamu keluar dari bukit laknat ini, jadi apalagi yang harus aku janjikan untuk mu,"
"That's right baby, baiklah kalau begitu aku akan menggendong mu," jawabnya riang
"Tidak perlu, kau tidak usah menggendong ku, kau cukup bantu aku menghilangkan kram di kakiku,"
"Kecil, aku pasti bisa menyembuhkan mu dengan cepat, karena aku adalah asisten mak Erot sewaktu aku masih hidup,"
"Anj*r, asisten mak Erot??" Ezza langsung melotot mendengar ucapan wanita itu
"Wkwkwkwkwk," wanita itu terkekeh melihat ekspresi wajah Ezza
"Canda Bambang, gitu aja takut!" imbuhnya sembari membalikkan jempolnya.
Wanita itu kemudian membantu Ezza duduk dan meluruskan kakinya.
"Tahan bentar ya, pertama emang sakit banget, perih tapi .... setelah itu kamu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa," ucap Wewe Gombel mengedipkan matanya
"Astoge, kata-katanya bikin gue traveling nj*r!" ucap Ezza membuat wanita itu tertawa terbahak-bahak
"Stop!!" seru Ezza menutup mulutnya
"Kenapa sih!" ucap Wewe Gombel berdecih kesal
"Ketawa Lo itu bikin suasana jadi horor, jadi lebih baik kamu diem," sahut Ezza menutup matanya
"Cih dasar penakut," Wanita itu segera memelintir kaki Ezza hingga pemuda itu menjerit kesakitan
*Kreekk!!!
"Aaaarrrrggghhh!!" serunya menahan sakit
"Udah di bilang tahan bentar, malah mewek, dasar cemen!"
"Sekarang coba gerakan kakimu,"
Ezza segera menggerakkan kakinya, "Wah, sekarang kakiku sudah tak keram lagi, yeay!!" seru pemuda itu bersorak gembira
"Ku bilang juga apa,"
"Terimakasih Wiway!" ucap Ezza kemudian tanpa sadar lelaki itu memeluknya.
"Terimakasih sudah menyembuhkan kakiku," imbuhnya
*Deg!
"Eh," Wanita itu sejenak terharu dengan perlakuan Ezza yang mau memeluknya meskipun ia masih berwujud Wewe Gombel yang menyeramkan.
Selama aku menjadi seorang Wewe Gombel belum pernah ada satupun manusia yang memperlakukan aku dengan hangat. Mereka selalu takut denganku bahkan memfitnah aku sebagai penculik anak-anak. Padahal aku hanya menghibur anak-anak yang kesepian itu, aku hanya ingin memberi pelajaran kepada anak-anak nakal, dan orang tua yang mengabaikan putra-putrinya agar mereka lebih menyayangi dan peduli pada anak mereka. Tapi kau berbeda Ezza, meskipun kau ketakutan melihatku tapi kau berusaha memperlakukan aku seperti manusia, kau bahkan berterima kasih padaku dan memelukku.
*Ting!
Oh my God, apa yang aku lakukan, apa aku sudah gila sampai-sampai memeluk mahluk astral mengerikan sepertinya.
Tiba-tiba Ezza membulatkan matanya dan segera melepaskan pelukannya.
"Oh, kau ... kau sekarang berubah menjadi gadis cantik lagi," Ezza terkejut ketika mengetahui bahwa mahluk gaib yang ada di hadapannya kembali menjadi sosok wanita cantik.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar!!"
"Itu karena adzan Isya sudah berkumandang," jawab Mahluk itu tersenyum padanya
"Maksudnya??"
"Saat adzan Maghrib berkumandang maka aku akan berubah wujud menjadi sosok Wewe Gombel yang menyeramkan, tapi aku akan kembali menjadi wanita cantik setelah adzan Isya berkumandang."
"Itukah alasanmu mengajakku untuk segera meninggalkan tempat ini sebelum matahari terbenam,"
"Benar,"
"Kalau begitu ayo cepat pergi dari sini," ucap Ezza menggandeng lengan gadis itu.
Wanita itu terus menatap Ezza, yang sejenak membuatnya terpesona.
Setelah satu jam menyusuri bukit itu akhirnya keduanya berhasil keluar dari perbukitan itu.
"Akhirnya, kita berhasil juga!" ucap Ezza senang
"Nah, sekarang aku sudah berhasil membawamu keluar dari bukit itu, jadi sekarang hutangku sudah lunas." ujar Ezza menjabat tangan Wiway
"Apa sekarang kau akan meninggalkan aku sendirian di sini?" tanya gadis itu gusar
"Tentu saja, aku harus segera kembali ke hotel dan mengabari orangtuaku, aku yakin mereka pasti mengkhawatirkan aku karena tiga hari tanpa kabar. Aku tidak bisa membawamu ikut ke bersamaku karena kau bukan manusia, dan dunia kita berbeda jadi please tinggalkan aku. Aku doakan kau akan mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik daripada rumah di tengah bukit itu," jawab Ezza kemudian berjalan menuju halte bus.
Ia segera menghentikan sebuah taksi yang lewat dan pergi meninggalkan tempat itu.
Setibanya di hotel tempat ia menginap, Ezza segera membersihkan tubuhnya.
"Finally, aku bisa menikmati kasur empuk ini lagi," ucap Ezza menjatuhkan tubuhnya keatas ranjangnya.
Ia mulai memejamkan matanya dan terbuai dalam mimpi indahnya.
Tiba-tiba Ezza merasakan dadanya terasa sesak dan ia kesulitan bernafas.
"To...long," ia berusaha berteriak namun suaranya tak kunjung keluar
"Hah!!!" lelaki itu tercengang ketika melihat sosok wanita duduk diatas dadanya.
"Kau sudah bangun?" ucap seorang wanita tersenyum padanya
Ezza menggerakkan tangannya seakan memintanya untuk segera turun dari atas tubuhnya.
"Ok, aku turun," jawab wanita itu dengan santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Fiuh!, hosh, hosh!!" Ezza segera meneguk segelas air putih dan mengatur nafasnya yang terengah-engah
"Kenapa kau mengikuti ku!" tanyanya menatap gadis itu
"Aku takut jika mendapati diriku kembali lagi ke tempat itu, makannya aku diam-diam mengikuti mu,"
"Kau sudah keluar dari bukit itu jadi mustahil kau bisa kembali lagi ke sana. Memangnya bukit itu punya magnet yang bisa menarik mu kembali ke tempat itu apa?"
"Bukit Gombel adalah tempat ku berasal, seperti yang kau katakan bukit itu ibarat magnet yang bisa membawaku kembali ke sana jika aku berusaha meninggalkannya. Itulah kenapa aku tidak pernah berhasil melarikan diri dari tempat itu. Karena sejauh apapun aku pergi, keesokan harinya aku pasti mendapati diriku kembali ke tempat itu." terang gadis itu.
"Oh begitu rupanya, baiklah aku akan mengizinkan mu tinggal di sini sampai besok pagi. Tapi ingat jika besok kau tidak ada di sisiku, maka aku akan menjemputmu ke bukit Gombel, tapi sebaliknya jika kau masih ada disini bersamaku maka aku anggap janjiku untuk membawamu keluar dari bukit Gombel sudah lunas dan saat itu aku akan kembali ke rumahku dan kau tidak boleh mengikuti ku lagi. Anggap saja kita tidak saling kenal, dan jangan sekali-kali mendatangiku apalagi meneror ku. Apa aku mengerti?"
"Tentu saja," jawab gadis itu singkat
Ia segera membaringkan tubuhnya di samping Ezza.
"Siapa yang bilang kau boleh tidur di samping ku," Ezza mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh dari ranjang.
"Ah sial, beraninya kau mendorong ku, apa kau sudah bosan hidup!" gertak Wiway dengan tatap mata elangnya membuat Ezza sedikit ketakutan
"Bu...bu kan begitu maksudku. Aku memperbolehkan mu menginap di sini bersamaku, tapi kau tidak mengizinkan mu tidur satu ranjang denganku. Aku takut kau akan berbuat macam-macam seperti kisah-kisah dalam novel horor, itulah sebabnya aku melarang mu tidur satu ranjang denganku."
"Ok baik, kalau tidak boleh tidur di sampingmu aku akan tidur diatas mu, seperti yang sering aku lakukan untuk menakut-nakuti para lelaki hidung belang aku akan tidur diatasmu," sahut Wiway segera melompat dan duduk diatas dada Ezza.
"Anj*r, bukan di sini juga Wiway, kau bisa membunuhku jika seperti ini,"
"Terus aku tidur dimana kalau di sini juga tidak boleh,"
"Di sana!" sahut Ezza menunjuk ke sofa
"Baiklah, tidak masalah aku tidur di sofa, asal bisa bersamamu aku sudah bahagia eeaaaa,"
"Dasar alay," sahut Ezza kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Sepanjang malam Ezza nyaris tak bisa memejamkan matanya, bagaimanapun juga pemuda itu tidak bisa menyembunyikan ketakutannya saat bersama mahluk astral itu.
"Akhirnya kau tidur juga Ezza, ternyata kau manis sekali saat tertidur," Wiway kemudian merapikan selimut Ezza
"Mimpi indah pangeran ku," imbuhnya kemudian mengusap lembut wajah pemuda itu.
Suara kicauan burung di pagi hari membangunkan Ezza dari mimpi indahnya.
"Hoooaaammm!!" pemuda itu membuka matanya dan meregangkan kedua tangannya.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan matanya tak berhenti berkedip ketika menatap sosok di depannya.
"Wiway!!!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!