NovelToon NovelToon

Just More Time

Butuh kesabaran

Aku Raka Aditama seorang pria berusia 27 tahun telah menikahi Sesilia Prisilia berusia 26 tahun.

Ku pikir pernikahan itu enak, ada yang mengurus, ada yang menemani tidur, ada yang selalu setia bersama kita dalam suka dan duka. Tapi kenyataan yang ku dapat tidak seperti itu.

"Raka..." Suara sesil berteriak dari dapur

"Apa sih Sil pagi-pagi udah teriak-teriak, suamimu ini gak budek" aku yang saat itu baru sadar dari tidur.

"Kamu itu kebiasaan ya, bantuin aku coba kalo pagi gini. Aku nihh ribet mesti masak, nyiapin bekal kamu, bersih-bersih rumah. Aku juga kerja Raka, gak cuma kamu aja yang kerja"

"Iya.. iya.. ribet amat sih. Besok-besok aku sewa asisten rumah tangga aja."

"Memang gaji kamu cukup, buat bayar cicilan mobil aja pas-pasan. Udah deh kalo kita berbagi kerjaan ini nihh cepat selesainya" Sesil berkata sambil memasak di dapur.

"Iya, terus aku harus ngpain sekarang?"

"Tuh.. tuh.. kamu nyapu, terus ngpel"

Aku beranjak pergi mengambil sapu

"Yang bersih ya, jangan asal-asalan" tambah Sesil

Aku tak menjawab, hanya mengerjakannya sesuai perintah Sesil.

"Uda selesai" aku menghampiri Sesil saat telah selesai menyapu.

"Aduhhh.. selesai apanya, nyapu ya gak asal nyapu Raka, itu barang-barang yang berserakan juga di simpunin. Terus itu berkas-berkas kantor kamu berhamburan juga di rapiin. Masa gitu aja mesti di ajarin sih."

Huuuffftt aku menghela nafas, untung sekarang aku sedang malas berdebat pagi-pagi.

Wanita ini SESILIA istriku memang selalu mengomel di rumah, apa saja yang ku lakukan selalu salah, kami selalu bertengkar mengenai hal-hal kecil, belum lagi kebutuhan yang sangat banyak yang harus terpenuhi. Gaji ku pas-pasan, hanya cukup untuk mencicil mobil sederhana kami. Kami mencicil mobil biar enak kalau pulang kampung. Sedangkan gaji Sesil untuk kebutuhan hari-hari kami.

Kami menikah baru berjalan 2 tahun. Awal pernikahan memang sangat manis, semanis madu.

Tapi lama kelamaan makin banyak kebutuhan yang harus di penuhi. Itu sebabnya membuat Sesil harus ikut bekerja.

Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta, sedangkan Sesil bekerja di kantor Pemerintahan.

Kehidupan kami serba pas-pasan, kami merantau jauh dari orang tua.

"Aku berangkat duluan ya Raka, kamu jangan lama-lama nanti terlambat" ujar Sesil seraya pamit dan mencium tanganku.

"Eehhmm.. hati-hati, bentar lagi aku juga berangkat"

"Jangan lupa kunci pintu" tambah Sesil.

Sesil pun pergi, dengan menggunakan motor beat putihnya. Motor itu aku berikan kepadanya sebagai hadiah anniversary kami yang pertama.

Tak lama aku pun pergi ke kantor, membutuhkan waktu kira-kira 20 menit dari rumahku ini.

"Pagi Ka.. Pagi-pagi uda di tekuk aja itu muka" sapa Erik teman satu devisiku.

"Pagi Rik, biasalah pagi-pagi uda di omeli bini"

"Hahahaha, tenang broo.. kita senasib kok"

"Ogah deh senasib sama kamu Rik" jawabku asal. "Ech emang iya kamu juga sering di omelin bini?"

"Bukan sering lagi, hampir tiap hari. Belum lagi anak aku yang cerewet, bisa keluar tuhh tanduknya Miska. Kamu sih masih enak, belum ada tanggungan anak Ka. Coba ada pasti lebih pusing lagi"

"Iya juga sih, makanya aku sekarang ini gak mau punya anak dulu deh. Tunggu finansial membaik"

"Gak boleh gitu lho Ka, pamali tau nunda-nunda"

"Ya dari pada ntar punya anak, kasian anaknya kena marah mulu karena orang tuanya emosinya gak stabil"

"Bener juga sih, tapi tetap lho gak boleh nunda-nunda. Sedikasihnya aja"

"Iya-iya, lama lama bawelnya kaya biniku kamu Rik"

Hahahaha.. mereka tertawa bersama. Melanjutkan pekerjaan yang harus di selesaikan hari itu.

Istirahat makan siang tiba. Aku membuka bekal buatan Sesil. Nasi putih yang di berbentuk love ada ayam goreng, tempe bacem kesukaanku dan sayur asam.

Walau sederhana, masakan Sesil memang favoritku. Itu sebabnya aku selalu bekal, selain biar lebih hemat juga.

"Raka kamu di panggil Pak Jeff ke ruangannya habis makan siang" kata Reva asisten Pak Jeff.

"Baik Bu Reva, saya akan segera ke sana". Ada apa ya, tidak biasanya Pak Jeff memanggil kariawannya, perasaanku jadi tidak enak.

Selesai makan aku langsung ke ruangan Pak Jeff kepala devisi kami.

Tok tok tok

"Yaa masuk" terdengar suara berat Pak Jeff.

"Maaf pak, ada apa bapak memanggil saya" aku langsung to the poin.

" Pak Raka Aditama, akhir-akhir ini kinerja anda tidak optimal. Saya sudah perhatikan, dari beberapa dokumen dan file-file yang anda serahkan ke saya masih banyak terdapat kesalahan. Ini peringatan terakhir dari saya, saya harap anda memperbaiki kualitas kerja anda bila masih ingin berada di kantor ini"

"Baik pak, maafkan atas keteledoran saya"

"Saya kasih kesempatan anda kali ini, silahkan bawa dokumen-dokumen ini. laporkan hasilnya kepada saya besok pagi" Pak Jeff menyerahkan setumpuk dokumen-dokumen kepada ku. Alamat harus lembur sampai arut malam nihh.

"Ada apa bro, dipanggil bos?" tanya Erik

"Kerjaan ku gak ada yang beres katanya. Banyak terdapat kesalahan"

"Makanya bro kalau kerja fokus, masalah bini dirumah tinggalin aja, begitu kita sampai kantor yang ada di hadapan kita adalah masalah kerjaan. Kalau gak gitu memang bikin gak fokus".

"Iya, akunya aja baperan"

"Sabar, suami itu harus sabar menghadapi istri. Hakekatnya perempuan memang gitu Ka, tukang ngomel. kalau gak ngomel sehari aja gak tenang hidupnya"

Aku tertawa mendengar penuturan Erik. Sepertinya memang benar yang dikatakan Erik. Bagi wanita, tiada hari tanpa mengomel. Hahahaha..

Dengan terpaksa hari ini, aku harus berkuntat dengan dokumen-dokumen ini.

Waktu menunjukkan pukul 20.00, tapi kerjaanku belum juga selesai. Masih banyak sekali.

22.00 masih belum selesai.

23.00 akhirnya selesai juga segala tugas dan pekerjaan dari Pak Jeff, besok pagi aku tinggal menyerahkannya. Semoga tidak ada kesalahan lagi, karena sudah aku kerjakan dengan teliti.

Aku beranjak pulang dengan tubuh yang sudah sangat lelah. Sesampainya di rumah ternyata Sesil belum tidur.

"Raka kamu ini kemana aja sih? jam segini baru pulang"

"Aku banyak kerjaan Sesil, ini aja baru selesai"

"Bohong kamu ya, dari tadi aku whatsapp gak di baca, di telponin juga gak angkat"

"Hp ku silent Sil, biar fokus kerjanya"

"Alasan aja kamu kan, jangan bilang kamu pergi klabing sama teman-temen cewekmu ya?"

"Sil please !!! tuduhanmu itu gak beralasan. Kalau gak percaya tanya security kantor, atau kamu mau liat CCTV di ruanganku?"

"Seenggaknya kamu kabari aku Raka"

"Iya maaf, aku lelah Sil. Tolong jangan ajak aku berdebat"

Aku pergi meninggalkan Sesil, ganti baju, dan langsung pergi tidur. Sangat malas kalau harus berdebat lagi dengan dia. Sampai aku melewatkan makan malamku.

Penyesalanku

Hari ini sejak pagi hujan turun sangat deras membasahi bumi, angin dan kilat pun menampakkan dirinya.

Aku menawarkan kepada Sesil untuk ku antar ke kantornya. Tidak tega aku melihat ia harus pergi menggunakan motornya di tengah hujan seperti ini.

Sesil pun mau ku antarkan. Kebetulan kantorku dan kantornya searah hanya saja kantorku jaraknya lebih jauh.

"Raka nanti jemputnya jangan telat ya? pulang kerja aku mesti menyiapkan makan malam lagi"

"Ya, nanti ku jemput jam 5 tepat"

"Ya udah kamu hati-hati. Jangan ngebut jalannya licin" pesan Sesil saat kami tiba di depan lobi kantornya.

Seperti biasa Sesil mencium tanganku, kemudian aku melajukan mobil menuju kantorku.

Sesampainya dikantor aku langsung menyerahkan dokumen-dokumen yang ku kerjakan semalam ke ruang Pak Jeff.

Terlihat lelaki tua itu sedang sibuk di depan layar komputernya.

"Pak maaf mengganggu, saya mau menyerahkan hasil kerja saya"

"Ya silahkan taroh saja di atas meja itu" kata Pak Jeff tanpa menoleh sedetik pun. Ia masih fokus dengan komputernya.

"Baik pak, permisi"

Ku tinggalkan dokumen-dokumen itu di ruang Pak Jeff, dan aku melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Hari ini aku bisa sedikit bersantai, karena pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak.

Tak terasa sudah pukul 16.00, sejam lagi waktunya pulang, dan menjemput Sesil.

"Raka bisa tolongin ini dulu sebelum pulang? Ini usulan rapat kemaren. Aku disuruh Pak Jeff menyerahkannya sebelum jam pulang kantor" kata Erik.

"Memangnya mau di apain Rik?"

"Di jilat terus di celupin"

" Lapar? bilang donk bro.. Yaelaa di tanya serius juga"

"Ya, kamu tu. Uda tau kerjaan gini berarti Pak Jeff nyuruh revisi. Tapi karena banyak banget aku minta tolong kamu bantuin. Gak papa ya? Please??" Erik memohon dengan muka memelasnya.

"Iya deh, ku bantuin. Tapi cuma sampai jam 5 ya. Ntar takut kucing garong ngamuk"

"Kamu pelihara kucing sekarang ka?"

"Kucing garong yang ngelonin aku kalo malam"

"Bini sendiri dikatain kucing garong, ntar malam gak di kasih jatah baru tau rasa"

Aku hanya tertawa, dan segera membantu Erik menyelesaikan pekerjaan tambahan itu.

"Akhirnya selesai juga, thanks ya Ka. Berkat kamu nih, bisa selesai tepat waktu"

"Iya sama-sama. Gak gratis lho ya.. besok teraktir aku"

"Siapp beres bos" jawab Erik menirukan gaya hormat ala anak upacara bendera.

Aku melihat jam yang melingkar di tangan. Sudah jam 5 tepat, pasti telat ini jemput Sesil. Alamat kena amuk lagi, pikirku. Bergegas aku menuju parkiran kantor, dan melaju menuju kantor Sesil.

Di sana aku melihat Sesil sedang asik ngobrol dengan seseorang. Awalnya aku tak melihat jelas wajahnya karena jarak yang masih jauh. Begitu tiba di lobi kantor Sesil wajah pria itu nampak jelas. Dia Max mantan Sesil sebelum dia berpacaran dan menikah denganku.

Sepertinya Sesil tidak menyadari aku sudah di hadapannya, karena aku tak turun, hanya di dalam mobil. Sedang apa max di sini? mereka ngobrol begitu akrab. Tertawa bersama, sesekali Sesil memukul lengan Max. Kemudian ku lihat Max sampai memegang rambut Sesil. Ini tak bisa dibiarkan, jabis sudah sabarku, aku tak tahan melihatnya.

Aku turun dari mobil, dengan emosi yang sudah meluap. Sesil baru menyadari kehadiranku "Aaahhhh Raka, lama sekali...."

Belum sempat Sesil menyelesikan kata-katanya ku tarik tangannya menuju mobil. "Raka, kamu kenapa sih? datang-datang main kasar gini?" protes Sesil.

Aku hanya diam, tak menjawab. Ku pacu pedal gas dengan arah yang tak tentu. "Raka, bisa pelan gak? Ini mau kemana? kenapa gak pulang?

" Aku gak suka ya liat kamu dekat-dekat Max" dengan nada membentak, itu kata yang pertama keluar dari mulutku.

" Kamu ini kenapa sih Raka? Max cuma masa laluku. Harusnya tuh aku yang marah karena kamu terlambat jemput"

"Aku cuma terlambat 10 menit dari janjiku Sesil. Setidaknya kamu bisa menunggu? Sendiri, tidak dengan si Max"

" Tadi kebetulan Max ada urusan di kantorku Raka. Dia ngajak aku ngobrol. Masa aku gak heranin?"

"Ya tapi ga pake megang-megang juga Sesil"

"Raka, please.. pelanin mobilnya.. aku takut"

muka Sesil sudah pucat saat mengatakan itu.

Aku tidak mendengarkannya. Masih saja mengijak pedal gas hingga mobil itu melaju dengan kecepatan 100km/jam.

"Raka aku sama Max cuma temenan, please kamu percaya sama aku. Dia tadi ambil kotoran di rambutku. Gak lebih dari itu. Please Raka, aku gak mau mati konyol begini" Sesil yang ketakutan mulai menumpahkan air matanya.

Ku tepikan mobilku, untuk menghilangkan amarah aku keluar dari mobil itu. Membanting pintu dengan keras, terlihat dari kaca depan Sesil sedang menangis.

Aku berjalan beberapa langkah menjauh dari mobil agar tak melihat Sesil. Entah kenapa melihat wajahnya membuatku semakin emosi. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan tingkahnya.

"Bruuukkkk" terdengar benturan yang sangat keras.

Aku menoleh ke belakang, waktu terasa terhenti saat itu juga. Mobil yang ku kendarai bersama Sesil tadi di tabrak oleh truk kontainer. Mobil itu terlempar ke arah yang berlawanan. Menabrak ruko kecil di dekatnya. Nafasku terhenti,dengan susah payah aku berusaha melangkahkan kaki. Walau rasanya tak sanggup, tapi aku harus berlari.

"SESIL... " teriakku.

"Sesil..."

Aku berusaha membuka pintu yang sudah tak berbentuk itu. Orang sekitar yang melihat kejadian itu ikut membantu.

"Sesil.." teriakku lagi saat melihat Sesil sudah tak sadarkan diri. Dengan dibantu warga sekuat tenaga ku tarik pintu mobil ini, dan aku berhasil membukanya.

Melihat Sesil yang terkulai lemah dan berlumuran darah, wajahku pucat pasi. Seakan tak ada darah mengalir di dalam tubuhku.

"Sesil.. bangun Sesil.." aku mencoba menyadarkannya.

Tak ada jawaban..

Terus ku teriakkan namanya. Pecah sudah tangisku saat itu, tak ada reaksi dari Sesil.

Tak lama ambulance tiba. Ku angkat tubuh Sesil yang lemah tak berdaya.

Di dalam ambulance dokter dan perawat menyiapakan pertolongan pertama untuk Sesil. Sesil menggunakan alat bantu pernafasan. Aku tak tega melihatnya, air mata ku terus mengalir tanpa bisa aku hentikan. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku tetap memanggil namanya. Nihil, tak ada reaksi.

"Dokter.. dokter tolong selamatkan istri saya" pintaku saat Sesil sudah berada di ruang UGD

"Kami akan melakukannya semampu kami pak, bapak harap tenang"

Pintu ruang UGD di tutup, aku menunggu di luar dengan penuh kecemasan. Sungguh aku menyesali perbuatanku, aku tak mengira akan jadi seperti ini. Dua jam aku menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan tak menentu.

Dokter keluar

"Maaf pak, kami sudah memberikan yang terbaik untuk istri bapak. Tapi tuhan berkehendak lain"

Seakan di sambar petir, kaki ini tak lagi kuat menopang tubuhku

"TIIDAAAKKKKKK...."

"SEESSIILLL.."

"Jangan tinggalkan aku"

Aku terjatuh lemah dilantai rumah sakit yang dingin. Tak ku sangka hari ini, hari terakhir aku bersamamu. Hari ini hari terakhir aku melihat senyummu. Hari ini hari terkahir aku mendengar ocehanmu

Seakan dunia berubah menjadi gelap.

Seandainya aku lebih bersabar. Seandainya aku langsung membawa Sesil pulang. Seandainya aku tidak meninggalkan Sesil di mobil

Semua ini tidak akan terjadi

Kalau saja waktu bisa terulang, akan ku perbaiki semuanya.

Lembaran baru

"Raka.. Raka bangun.."

"Raka.. cepat bangun, nanti kamu kesiangan"

Sayup-sayup ku dengar ada suara memanggil namaku. Seperti suara ibu !!!

Ku coba membuka mata, walau rasanya masih berat. Ibu terlihat duduk di tepi ranjang.

Kulihat sekitar, aku berada di kamar lama di rumah ibu. Kamarku dulu saat belum menikah dengan Sesil.

"Bu... apa yang terjadi?" seingatku, terakhir kali berada di rumah sakit. Perih rasa hatiku mengingat kejadian itu.

"Apanya yang terjadi? Yang ada kamu molor terus Raka. Cepat sana mandi, sudah jam 6. Siap-siap pergi ke sekolah"

"Sekolah??? Bu.. aku sudah menikah. Masa pergi ke sekolah lagi"

"Menikah apanya Raka?? lulus aja belum. Jangan-jangan kamu hamilin anak orang ya?"

"Bu, aku resmi menikah dengan Sesil. Ibu sama bapak yang pergi melamar Sesil untukku. Masa ibu lupa??"

Ibu terlihat bingung " Raka.. Raka.. Sesil siapa? ibu gak kenal. Kamu boleh nikah nanti kalo sudah lulus, kerja dulu baru boleh mikirin nikah."

"Sesil itu istriku buu" kataku.

"Kamu ini pagi-pagi ngomongnya udah ngaco. Mimpi apa sih tadi?" kata ibu sambil melangkah keluar kamarku

Mimpi? masa tadi hanya mimpi?

Semua terasa begitu nyata. Kejadiannya sangat jelas di ingatan ku kalau Sesil sudahhh....

Tak terasa air mataku menetes mengingatnya

"Raka... buruan nanti terlambat" teriak ibu dari dapur.

Aku bingung dengan semua ini, omongan ibu sungguh aneh. Yang benar saja aku di suruh sekolah. Aku tersenyum, tingkah aneh ibu sedikit menghiburku.

Aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Di kamar mandi saat akan menggosok gigi aku berkaca..

"Aaaacchhkkkk... ibu...."

Ibu yang kaget mendengar teriakanku berlari dan langsung membuka pintu kamar mandi. "Ada apa Raka?" ibu bertanya dengan nada paniknya.

"Bu.. kenapa wajahku?"

"Ada apa dengan wajahmu?" ibu terlihat semakin bingung.

"Wajahku buu, kenapa jadi muda begini? jadi tirus lagi kaya Lee Min Hoo. Aku habis oprasi plastik ya bu??"

"Ya ampun Raka, Lee Min Hoo udah opa-opa, umurnya udah 30 tahun lebih. Lha kamu masih SMA"

"Ech salah bu, maksud Raka mirip Kim Dae Young"

"Siapa lagi itu? ibu ga kenal"

"Ibu gak tau, itu yang jadi Joo Seok Hun di film Penthouses, ntar deh Raka kenalin"

"Ngaco aja omonganmu Raka, ibu kira kenapa, Kamu ini bikin ibu jantungan aja. Tidak ada yang salah dengan wajahmu. Otakmu itu yang konslet pagi-pagi gini"

"Bu.. serius buu.. wajahku terlihat seperti anak SMA?"

"Kamu memang masih SMA Raka, mau di bilang om-om tua? Haduh pagi-pagi udah aneh-aneh aja tingkahmu. Cepat mandi, sarapan terus ke sekolah" ibu beranjak pergi.

Aku jadi semakin bingung, ibu dari tadi menyuruhku sekolah terus, bilang kalau aku masih SMA. Sebenarnya apa yang terjadi sih???

Aku melanjutkan mandi. Sehabis mandi ku buka lemari yang terletak di kamar tidurku, terlihat baju seragam SMA yang tergantung rapi.

Aku berpikir sejenak. Apa betul aku masih SMA?

Ini bukan mimpi kan? "Aaauuuu sakit.." ku cubit kuat-kuat lengan ku.

Ternyata betul bukan mimpi.

"Buu.. buu.. di mana ibu meletakan kalender?"

Aku mencoba mencari kebenaran

"Di ruang keluarga, di gantung dekat bufet samping aquarium"

Aku melangkah menuju tempat yang ibu maksud. Menemukan benda yang ku cari. Hanya benda ini yang bisa memastikan kebenaranya.

"Hahhh? tanggal 27 september 2012? yang benar saja?"

Aku sungguh kaget, tidak percaya dengan kalender ini. Aku berjalan terburu-buru menghampiri ibu. "Buu, kenapa kalender lama ibu pasang sih?"

"Lama ndasssmuu, itu kalender sekarang" sosor ibu ke kepala ku, nampaknya ibu sudah gemas melihat tingkahku sedari tadi.

"Sakit buu, tega bener sama anaknya yang paling ganteng ini?"

"Ibu heran deh sama kamu Raka, dari bangun tidur omongannya gak ada yang bener"

Aku terpaku, mencoba memikirkannya kembali, menyambungkan setiap kejadian yang ku alami belakangan ini.

Sungguh aku tak percaya apa yang terjadi. Yang benar saja? Ini tahun 2012?

Tahun dimana aku masih SMA. Tanggal 27 september? Bahkan saat ini aku belum berkenalan dengan Sesil istri yang sangat aku cintai itu.

Seakan takdir mempermainkan ku.

Aku masih berusaha mencerna semuanya.

Apa ini benar? Kenapa bisa terjadi? Berbagai pertanyaan muncul di otak ku.

"Ada apa sih buu, dari tadi ribut-ribut?" suara ini....., suara yang ku kenal, suara yang aku rindukan.

"Mba Rika.." Aku bengong terpaku melihat penampakan gadis cantik yang kini berdiri tepat di hadapanku, ia adalah kakak perempuanku yang telah meninggal dunia di tahun 2016 dikarenakan kangker yang mengerogoti tubuhnya.

"Mba Rika.. Raka rindu.." aku langsung memeluknya, rasanya sudah sangat lama sekali. Aku sungguh sangat sangat merindukannya.

"Jangan Rindu Raka, kamu gak akan kuat" kata Mba Rika

"Ech.. kok kaya omongannya Dilan?? emang tahun 2012 sudah ada Dilan ya?"

"Dilan kan 1990, kamu ini gimana.. teman Mba main tuhh? hihihi" ujar Mba Rika

"Mba ini, aneh-aneh aja" jawabku

"Kamu itu yang aneh pagi-pagi sudah bikin heboh. Terus liat aku kaya gak ketemu uda bertahun-tahun aja"

"Tau itu adek kamu Rika, habis kepentok apa kepalanya semalam. Ibu aja sampe heran sama tingkahnya"

"Hehehehehe.." Aku hanya nyengir sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Mba mau kemana pagi-pagi gini uda rapi?" tanyaku

"Mau ke kampuslah, masa mau ke pasar. Jadi mahasiswi itu yang rajin, menuntut ilmu. Biar jadi orang sukses, bisa bahagiakan ibu sama bapak"

Seketika hatiku tercekit mendengar perkataan Mba Rika. Tatapanku sendu, tak sampai hati aku menatap wajah semringahnya, semangatnya yang berapi-api.

Seingatku sekarang kangker itu belum ada di tubuh Mba Rika. Mba Rika mulai sakit-sakitan awal tahun 2015. Lama Mba Rika berjuang melawan penyakitnya. Semangatnya yang pantang menyerah membuatnya hidup sedikit lebih lama.

"Sudah ayo cepat makan, nanti kalian keburu kesiangan" kata ibu mengingatkan kami.

"Ohh iya bapak mana buu?" tanyaku, karena sedari tadi aku belum berjumpa dengan bapak.

"Bapakmu sudah berangkat pagi-pagi sekali, ada kerjaan yang harus di serahkan ke bosnya katanya" jawab ibu.

Kerjaan ya?

Aku jadi kangen masa-masa bekerja. Kantorku, teman-temanku yang baik, Pak Jeff yang selalu memberi banyak kerjaan, sahabatku Erik, dan... Istriku Sesil.

Aaacchhh jadi melow lagi.

"Raka, dimakan.. bukan di pelototin aja" Mba Rika membubarkan lamunanku.

"Iya mba, hehehe"

Aku menghabiskan sarapanku dengan lahap. Memang masakan ibu gak ada tandingannya. Setelahnya aku bersiap berangkat sekolah.

"Bu Raka berangkat ya" kataku seraya mencium tangan ibu.

"Rika juga berangkat bu" kata Mba Rika.

Hari ini, hari baru dari masa laluku dimulai. Aku bertekat memperbaiki semuanya

Bertekat agar orang-orang tersayangku bisa hidup lebih lama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!