NovelToon NovelToon

Kita Dan Kisah Yang Belum Usai

Dimas Sudjatmiko Halim

Dimas Sudjatmiko Halim,tak pernah menyangka yang menyandang nama ini adalah lelaki keturunan tionghoa.Nama yang kental dengan unsur jawa nya.Lelaki pendiam yang irit bicara.Banyak yang bilang dia pimpinan cabang yang paling humble,paling baik,dan tidak pelit.Setidak nya ini lah salah satu alasan ku mau ditempat kan dikantor cabang ini.Teman-teman yang dikantor pusat slalu bilang kalau dikantor cabang itu enak,karena pimcab nya baik dan tidak pelit.

"Shareen kamu sudah tahu kan disini posisi kamu sebagai frontliner,harus nya sih masih sama ya dengan posisi kamu dipusat.Nah kamar kamu ada di lantai 2 ya,nanti di mess ini ada asisten rumah tangga yang bertugas bersih-bersih.Kalau misal nya kamu mendadak ada kepentingan mau pulang ke kota R ada sih mobil yang pulang kekantor pusat setiap sore.cuma kamu besok pagi nya harus sudah sampai sini paling lambat jam 8."pak Dimas menjelaskan sambil sekilas menatap wajahku.Dapat aku simpulkan pak Dimas bukan lah tipe orang yang tahan berlama-lama memandang lawan bicara nya.

"oh iya baik pak."aku menjawab sambil memperhatikan setiap sudut wajahnya.Berkulit putih,mata sipit ketika dia tersenyum matanya hampir membentuk seperti bulan sabit,hidung yang berbatang namun tidak terlalu tinggi,standart hidung orang Asia.Wajah yang tidak terlalu tampan,namun aku betah berlama-lama memandangnya.Usia Pak Dimas baru 22 tahun dengan aku hanya terpaut sekitar 4 tahun.

"Ya sudah,kamu boleh mulai gabung sama teman-teman penjualan yang lain,kalau ada perlu apa-apa kamu langsung bicara sm Merryana saja ya." pak dimas mengakhiri percakapan kami.Mungkin pak dimas sedikit risih karena ku pandangin sejak tadi.

Sebelum nya aku tak pernah menyangka bisa sampai ke kota kecil ini.Kota yang begitu asing bagiku.Dalam perjanjian kontrak kerja yang ku tanda tangani memang tertulis kalau aku harus bersedia ditempatkan diluar kota.Tidak terlalu buruk sih menurut ku.Hanya saja kota C ini belum terlalu maju.Kantor kami terletak dipusat kota C.Kota C ini dikelilingi dengan perkebunan kelapa sawit.Sekitar dua ratus meter terdapat pasar tradisional.Perjalanan dari kota R ke kota C kurang lebih sekitar 2 jam.Udara dikota ini juga jauh lebih gerah dibandingkan dikota R.Awalnya aku melamar pekerjaan dikota R.Namun pak Irsan manajer kantor pusat menawarkan aku untuk ditempatkan di kota C.Karena memang kota C lagi butuh tambahan karyawan.Dan untukku yang hanya memegang ijazah tamatan SMA langsung tertarik.Apalagi ini pengalaman kerja pertamaku.

Hari pertama ku dikantor cabang ini ku isi dengan berkenalan dengan teman-teman yang lain.Karena aku termasuk orang yang ekstrovert aku lebih gampang berbaur dan mudah akrab dengan orang baru.Aku berkenalan dengan Merryana gadis keturunan tionghoa sama seperti pak Dimas.Merryana memutuskan menjadi muallaf dan menikah dengan lelaki muslim.Usia ku dan Merryana hanya selisih satu tahun.Namun aku memutuskan memanggil nya kakak.Dan satu lagi ada kak Karina.Nah aku langsung dekat dengan kak Karina.Kak Karina ini lah juru kunci nya,dia yang memberitahuku seluk beluk dikantor cabang ini.Bagaimana sifat dari setiap karyawan dan atasan disini.Pikirku aku harus banyak-banyak bersyukur karena berkenalan dan dekat dengan orang-orang yang tepat.

"Jadi dikota ini kamu memang nggak ada saudara atau kenalan?" kak karina mulai membuka obrolan.

"Tadi nya nggak ada siapa-siapa sih yang kukenal disini,tapi sekarang aku kan sudah punya kakak dan kak Merryana."aku menjawab sambil nyengir menunjukkan sebaris gigi ku yang tak putih-putih amat.

"Disini kamu mesti hati-hati ren,karena smua bisa bicara loh meja,kursi,dinding,sampai keset kaki juga bisa ngomong,dan langsung sampai kepusat berita nya."kak karina bicara sambil berbisik.

"ih serius kak,koq sama saja seperti dikantor pusat kak.disana juga gitu,orang-orang nya pada nggak tulus,baik nya didepan kita doang.Apa memang smua seperti itu ya."aku balik berbisik tapi agak berisik kali ini.

"Kalau Merryana bisa kamu percaya sih,dia orang nya lurus kok,orang yang paling dekat dengan pak boss."kak Karina mulai menjelaskan.

Sejak tadi aku perhatikan memang hanya Merryana yang bolak balik keluar masuk ruangan pak Dimas.Pak Dimas jarang keluar ruangannya.Sesekali dia keluar hanya duduk didekat Merryana sambil ngobrol dengan Merryana dengan menggunakan bahasa planet mereka alias bahasa hokkien.

"Kak karin,kalau pak Dimas itu orang nya memang pendiam gitu ya.Introvert ya kak,dari tadi aku lihat jarang keluar ruangan."aku mulai penasaran dan mengorek info dari kak karin.

"Iya,pak dimas itu memang gitu.Irit bicara,dia cuma mau ngobrol banyak sama Merry.Itu pun mereka ngobrol pake bahasa yang cuma mereka lah yang paham.Tapi pak Dimas itu baik koq.Pak Dimas tak pernah marah,kalau pun dia mau marah dia bakalan panggil karyawannya keruangannya dan paling cuma dinasehatin doang sm dia."

"oooo,begitu ya...!"Aku mengangguk-angguk berasa jadi orang yang paling paham.

Tanpa terasa sudah masuk jam makan siang.Aku memutuskan kembali kemeja kerjaku.Untuk hari ini makan siang ku hanya sereal yang aku bawa dari kota R tadi pagi.

Tak lama ponsel ku berdering,tertera dilayar nama Indrawan Adiatma.

"Iya hallo.....dengan shareen disni."

"Assalamu'alaikum ren,biasakan ngucapin salam kenapa Yang.."

"iya wa'alaikumsalam warrohmatullahi wabarakatuh...."

"Nah gitu dong baru namanya pacar Indrawan yang baik budi dan baik akhlak nya."

aku hanya mencibir mendengar gombalan diseberang telepon.

Indrawan Adiatma adalah orang yang dekat dengan ku setahun belakangan ini.Kami sudah berhubungan ketika kami duduk dibangku kelas tiga SMA.Begitu lulus SMA Indra melanjutkan kuliah kekota Y.Aku sendiri memutus kan ke kota R tinggal bersama kakak lelaki tertua ku.Intinya kami sama-sama meninggalkan kota T kota kelahiran kami.Sudah enam bulan ini kami menjalani hubungan jarak jauh.Sejauh ini komunikasi kami masih lancar terkendali.Indra sehari kadang dua kali menghubungiku.Biasanya di siang hari dan malam hari.Kalau sama-sama sibuk kami akan ngobrol dimalam hari.

"Shareen gimana kerjaan kamu,kamu jadi hari ini pindah kekantor cabang?" Indra melanjutkan obrolan.

"Iya ndra,ini aku nya lagi dikantor cabang,lagi makan siang ini."

"Makan yang banyak ya biar kuat ngejalani kerjaan hari ini.Ingat jangan keganjenan kamu nya dikota orang."

"Ih apaan sih,memang nya aku cewek ganjen apa.Lagian yang perlu dikhawatirin itu kamu.Kalau aku sih udah pasti cewek paling setia,udah lulus training malah ada tuh sertifikat nya."aku langsung ngedumel panjang kali lebar walaupun nggak dalam-dalam banget

.

"Hahaha...Iya deh yang,gitu aja sewot.Kan aku nya cuma becandain kamu.Ya udah deh lanjutin lagi makan siang nya ya,aku juga bentar lagi ada kelas nih."Indra mengakhiri panggilannya.

Kebaikan dipagi hari

Ada yang pernah bilang jangan coba-coba untuk mulai bersimpati pada seseorang.Karena biasa nya sebagian perasaan cinta lahir dari rasa simpati.Sebenarnya aku tak terlalu setuju dengan pendapat seperti ini.Aku yang notabene nya termasuk kaum yang selalu berpikir positif, selalu memandang pribadi seseorang itu dari dua sisi.Setiap manusia itu selalu dinaungi oleh dua sisi,sisi positif dan sisi negatif.

Sebaik-baik nya manusia itu pasti tetap ada buruk nya,karena memang kita diciptakan sebagai manusia bukan sebagai malaikat yang tanpa celah.Begitu juga sebaliknya seburuk-seburuk nya sifat manusia pasti tetap ada sisi baik nya walaupun hanya secuil,karena manusia bukan lah iblis.Dan dengan pola pikir yang seperti ini aku selalu gampang bersimpati pada orang lain.Bahkan ketika ada seseorang yang baru kukenal dengan tulus nya membantu ku membereskan berkas-berkas yang berserakan,yang tanpa sengaja aku menjatuhkannya, langsung timbul gelenyar rasa hangat dihatiku.Namun ntah kenapa perasaan ini seakan-seakan senang berdiam terlalu lama dihatiku.Tapi aku yakin ini hanya perasaan simpati nggak lebih.Karena aku bukan termasuk orang yang gampang untuk jatuh cinta.

Tangan putih nya terampil menyusun berkas yang berserakan dihadapanku.Dia hanya diam tanpa bicara satu kata pun tapi seolah-olah aku bisa menebak apa yang akan dia katakan.

"Kamu harus lebih hati-hati."harus nya dia bicara seperti ini kan.Tapi dasar Dimas Sudjatmiko,dia yang merasa bicara itu untuk seperlu nya saja,setelah menyerahkan sisa berkas yang dipungut nya dia langsung berlalu masuk keruangannya.

Ntah kenapa aku merasa benar-benar diabaikan.Bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih dia sudah menghilang dari hadapanku.Aku hanya menghela nafas,ada perasaan geli sekaligus sedikit kecewa dihatiku yang menyelinap.Aku mencoba tak menghiraukannya lagi.Tak ingin terlalu ambil pusing,toh ini hanya pertolongan kecil.Iya kali ada orang yang kesusahan bawa setumpuk berkas lalu jatuh dan kita kebetulan ada dihadapannya tak berniat membantu.Oh ayolah ren itu wajar dan nothing special lah.

Tapi apa yang terjadi, setelah kejadian itu aku malah asyik memperhatikan setiap gerak gerik Dimas.Bahkan ketika ponsel ku berdering dan menampilkan nama Indrawan disitu aku malah mengabaikannya.Setelah dering ketiga ponsel ku kembali senyap.Aku tiba-tiba tersadar,kuraih ponsel ku,ada sedikit perasaan bersalah yang menggelayuti.Apa mungkin aku sudah berkhianat?

Indrawan Adiatma,kulitnya memang tak seputih Dimas Sudjatmiko,tapi aku yakin kebaikan dan ketulusan hatinya pasti tidak jauh beda dari Dimas.Keluarga ku telah mengenal Indra cukup dekat.Pernah papa ku harus dirawat di Rumah sakit karena penyakit hipertensi nya,Indra lah yang selalu setia mengantarkan aku pulang balik dari Rumah Sakit ke rumah.Indra juga bukan orang yang banyak bicara,tapi ketika bersamaku akan selalu ada topik yang kami bahas.Bahkan kejadian cimol kucing persia kesayangannya yang kegugura, tetap bisa menjadi topik yang menarik untuk kami bahas.Hubungan kami mungkin hanya cinta anak SMA.Namun aku tahu ada ketulusan dalam hati Indra.

Aku mendial nomor Indra,tapi hanya suara operator yang menyambutku.Kupikir Indra pasti lagi sibuk.Ku coba untuk mengabaikan perasaan bersalah ku.Lamunan ku mendadak buyar ketika aku dikejutkan dengan satu box styrofom yang diletakkan diatas mejaku.

"Dari pak Dimas Sudjatmiko yang baik hati.Tadi pak Dimas beli sarapan lebih satu box.Katanya kamu kan masih baru disini,jadi dia pikir kamu pasti belum tahu beli makanan yang enak disini dimana aja."Merryana menjelaskan sambil berlalu pergi dari hadapanku.

Aku masih tercengang sambil menatap kotak makanan dihadapanku.Apa pak Dimas tahu ya kalau dari tadi malam aku belum makan.Aku ingat kalau kemarin siang aku mengisi perutku hanya dengan sereal.Kak Karina bener,Pak Dimas memang orang yang baik dan tidak pelit.Tapi tunggu apa cuma aku yang dikasih sarapan sama pak Dimas? Dan seperti nya tebakan ku benar,karena dimeja yang lainnya memang aku tak melihat ada kotak makan.Ayolah Shareen ini pasti karena kamu orang baru disini dan yang seperti Merry katakan tadi aku belum kenal betul seluk beluk daerah ini.Aku mencoba berhenti berspekulasi yang tidak tidak atas kebaikan pak Dimas pagi ini.

Kubuka kotak sarapan ku,berisi nasi gurih,potongan timun dan tomat,ada kerupuk dan yang paling menarik perhatian ku adalah telur ceplok nya berbentuk hati.Spontan aku tersenyum lucu,tiba-tiba perasaan hangat itu kembali menjalar.Menurutku ini seperti bekal makanan dari kekasih.Aku sedikit penasaran dimana pak Dimas membeli sarapan ini.Bagaimana sipenjual ini punya ide membuat bentuk telur ceplok nya selucu ini.Sepertinya aku harus berterimaksih langsung dengan pak Dimas atas serentetan kebaikan-kebaikannya pagi ini.Kusuapkan sesendok nasi gurih dan rasanya lumayan enak.Cocok dengan seleraku,kelembutan nasi nya juga sesuai dengan seleraku.Aku memang kurang suka makan nasi yang terlalu lembek.Mungkin di lain waktu aku bisa gantian mentraktir pak Dimas sarapan.

Aku mengetuk pintu ruangan pak Dimas.Setidaknya aku harus berterimakasih secara langsung dengan pak Dimas untuk sarapan pagi ini.

"Iya masuk."kudengar sahutan pak Dimas dari dalam.

"Iya ada apa ren?"pak Dimas meletakkan gawainya dan menatapku.Kali ini tatapannya agak sedikit lebih lama dari kemarin saat pertama kali kami bertemu.

"ehmm...itu pak,saya mau bilang terimaksih untuk sarapannya."

"Ooh itu,saya memang terbiasa beli nasi 2 porsi.Biasanya satu untuk Merryana,tapi tadi Merry bilang dia sudah sarapan.Mungkin dia berinisiatif kasih ke kamu."Pak Dimas bicara panjang lebar dengan lancar nya selancar di jalan tol.Dan aku,perasaan apa ini.Aku dengan begitu percaya dirinya mengartikan perhatian pak Dimas terlalu special untukku.Dan yang paling membuat ku bener-bener terhempas adalah itu bukan inisiatif nya tapi inisiatif dari Merry.

"Iya pak,tapi tetap saja kan itu tadi sarapan bapak yang beli.Sekali lagi terimakasih ya pak."Aku mencoba menutupi perasaan kaku ku,dan langsung pamit berlalu dari ruangannya.

Bahkan belum ada 24 jam kami bertemu dan berinteraksi,kenapa aku bisa pnya pikiran absurd kalau pak Dimas perhatian ke aku.Kalau pun dia perhatian, itu pun pasti tak jauh-jauh dari hubungan antara atasan dan bawahan.

Entah kenapa tiba-tiba semangat ku hari ini langsung down.Bahkan aku sendiri malu ketika mengingat perasaan tolol ku tadi pagi.Seharian aku berusaha menghindari pak Dimas.Bahkan untuk minta tanda tangan dia untuk laporan harian di workshop ku aku titip kan pada Merry.Makan siang ku pun kulewatkan begitu saja.

Kulihat jam menunjukkan pukul 17.00 sebagian karyawan sudah pada pulang.Hanya tinggal aku dan Merry yang masih berkutat dengan pekerjaan kami.Kulihat Pak Dimas keluar ruangannya menghampiri Merry.Aku tak tau apa yang mereka bicarakan.Karena jarak antara meja ku dan Merry cukup jauh.

"Ren,mau ikut makan nggak?"Merry sedikit berteriak dari meja nya.

"Hmmm...nggak deh kak,kerjaan aku masih ada nih,nanggung mau aku beresin aja sekalian.Biar besok pagi nggak repot kali."Aku menolak dengan alasan pekerjaan.

"Jadi,ada mau nitip dibeliin makan nggak?mumpung pak Dimas lagi baik nie mau traktir kita."Merry menawarkan lagi.Aku langsung teringat kejadian tadi pagi.

"Ya udah bakso aja deh."Aku segan menolak tawaran Merry,sekalian aku tambahin embel-embel nya kalau bakso kosong aja,tapi dibanyakin tetelannya,kalau ada bakso sapi karena aku kurang suka bakso ayam.Jangan lupa saos dan cabai nya dipisahin,trus agak dibanyakin cabe nya.Merry dan Pak Dimas yang mendengar permintaanku hanya bisa bengong saling berpandangan.Lalu kuliat Pak Dimas menggelengkan kepalanya dan Merry hanya tersenyum sambil menggedikkan bahu nya.Seketika aku tersadar apa permintaanku terlalu berlebihan?

Batal mengagumi

Malam ini aku berniat tidur lebih awal.Setelah menikmati bakso yang dibelikan oleh Pak Dimas dan Merry aku benar-benar mengantuk.Walaupun bakso nya tak seenak dengan bakso yang pernah kumakan di kota R tapi cukup berhasil lah menggantikan rasa lapar ku karena melewatkan makan siang tadi.

Selesai mandi aku melihat jam diponsel ku menunjukkan jam 8 malam.Masih terlalu cepat pikirku kalau aku tidur sekarang.Tiba-tiba aku teringat seharian ini Indrawan belum ada menghubungiku.

Aku mencoba mendial nomor nya kembali,panggilan tersambung namun tak dijawab.Ketiga kali aku melakukan panggilan tetap tak diangkat.Aku pikir mungkin dia benar-benar sibuk.Aku meletakkan ponsel dan beralih mengambil bodycream dan menyapukan ketubuh ku.Setelah melakukan ritual skincare,aku berniat untuk menghubungi Indra kembali.

Entah kenapa aku merasa bersalah pada nya.Ku dial nomor nya sampai tiga kali tapi tetap tak diangkat.Aku berniat meninggalkan pesan untuk nya.Namun baru saja aku mengetik satu huruf,nama Indrawan muncul di layar ponsel ku.Buru-buru ku tekan tanda hijau di layar ponsel ku.Aku bergegas keluar kamar,karena aku tak enak kalau harus mengganggu Merry yang sedang beristirahat.

"Hallo..Assalamu'alaikum." Aku menjawab sambil terus berjalan menuju tangga yang mengarah kelantai 1.

"Wa'alaikumsalam,sorry ya Yang dari tadi aku nggak sempat angkat telepon dari kamu.Aku lagi sibuk pindah kost Yang."Indra mencoba menjelaskan,ada nada bersalah yang kutangkap dari suaranya.

"Oh ya udah,nggak apa-apa lagi ndra,aku pun tadi mikirnya kamu lagi sibuk."Aku menjelaskan kalau aku mengerti kesibukannya.

"Tapi Yang....kedepannya seperti nya kita bakalan agak susah deh untuk sering-sering berkomunikasi yang,soal nya jadwal kuliah ku mulai padat dan aku juga harus ikut membantu di toko pakde."Indra memang pernah bercerita kalau dia bakalan tinggal menumpang ditempat pakde nya yang membuka usaha percetakan dan sablon.

Kami melanjutkan obrolan kami dengan membahas hal-hal remeh temeh.Pertanyaan sudah makan atau belum?makan apa?sudah mandi kah?lelah nggak hari ini?ya..pertanyaan-pertanyaan yang kurasakan sekarang menjadi terlalu biasa.Aku sempat berfikir apa kedepannya aku tetap tahan dengan hubungan jarak jauh ini.Ya kalaupun salah satu dari kami ingin menyerah,kupastikan kami akan mengakhiri nya dengan cara yang baik.

Sekeras apapun kita mencoba untuk mempertahankan suatu hubungan,kalau keyakinan dalam hubungan itu sudah tak ada rasanya percuma.Tapi untuk hubungan ku dengan Indra aku rasa kami masih bisa mempertahankannya.Sejauh ini kami masih baik-baik saja.

Kulihat jam diponsel ku menunjukkan pukul 21.15.Rencana untuk tidur lebih awal sepertinya gagal,kulihat Pak Dimas diruang TV sedang sibuk dengan gawainya.Sesekali dia tersenyum ketika melihat notifikasi masuk.Ku pikir pasti dia lagi bertukar pesan dengan kekasih nya.

Aku belum berniat kembali kekamar,sengaja aku memperhatikan Pak Dimas diam-diam sambil berpura-pura bermain gadget ku.

Ada yang bilang kebahagiaan itu bisa menular,kalau ini seperti nya aku setuju.Tanpa kusadari aku juga ikut tersenyum melihat Pak Dimas yang tersenyum sambil memperhatikan gadget nya.Aku baru sadar aku sudah tertarik dan mulai kagum dengan atasanku.Terbukti aku sudah duduk memperhatikannya hampir satu jam.Ketika aku bangkit dan bergegas ke kamar kulihat Pak Dimas melirik ke arah ku.

Sedikit ragu aku tersenyum dan menganggukkan kepala ku.Aku tak berharap sih dia membalas senyumanku.Tapi diluar dugaan dia malah menegurku.

"Bakso yang tadi sore enak nggak?"Pak Dimas bertanya ketika aku lewat dihadapannya.

"Hmmm...iy..iya..enak pak." Aku menjawab sedikit ragu sambil mengangguk-angguk kecil.

"kalau beneran enak masak jawab nya ragu-ragu."Fix,.. Pak Dimas memang ahli membaca ekspresi ku.

"Ya...lumayan sih pak,lagian bakso nya kan gratis jadi terasa ada enak-enak nya aja gitu pak."Aku menjawab asal,yaa..asal dia senang saja mendengarnya.

"Saya juga baru pertama beli bakso disitu,biasa nya langganan saya bukan yang itu.Tadi sengaja beli untuk kamu kalau enak besok saya mau makan disitu."Pak Dimas menjawab sambil fokus kembali dengan gadget nya.

Aku hanya tercengang mendengar jawaban nya.

"Demi apa ya Allah!ini orang maksud nya apa coba?Berarti tadi aku cuma dijadikan bahan percobaan dia.Ini niat baik mau nraktir apa gimana."Aku ngedumel dalam hati karena sadar dijadikan kelinci percobaan si boss yang baik hati dan baik akhlak nya ini.

Aku ralat kembali kalau aku mengagumi nya.Berdosa nya aku tadi sempat melupakan Indra gara-gara makhluk astral ini.

"Tapi tadi beneran ren niat awal aku mau belikan bakso di tempat langganan ku.Tapi kamu mau nya yang pake tetelan.Sementara disitu nggak ada menu bakso yang pake tetelan sapi."Kali ini Pak Dimas menjawab seolah-olah dia bisa tau isi hati ku.Mungkin dia bisa liat ekspresi ku.Atau memang dia ada bakat jadi cenayang.

Whatever lah,yang penting aku ditraktir makan.Begini pun tetap harus disyukuri."Iya Pak Dimas orang baik,Pak Dimas orang baik."Kucoba memframing pikiranku sendiri dengan hal-hal yang positif mengenai atasan ku.Seharus nya lebih nyaman bekerja dengan atasan yang kita sukai daripada dengan atasan yang kita benci.

"Besok kalau bapak mau makan bakso,traktir saya lagi ya pak,saya ikhlas koq."Aku menawarkan diri sebelum masuk kekamar ku.Sempat kulirik ekspresi Pak Dimas yang gantian bengong.

Malam ini aku ingin tidur tanpa ada beban apapun.Aku ingin melupakan hal-hal bodoh yang kulalui sepanjang hari ini.Bekal sarapan yang rasanya cukup enak,walaupun dibalik nya ada cerita yang menorehkan sedikit kekecewaan.Tragedi bakso tetelan yang sanggup menjadikan ku orang yang munafik dan menjilat ludah sendiri,dengan menarik kembali rasa kagum ku yang tadi sempat kusematkan untuk Pak Dimas.

Kulirik Merryana yang telah terlelap disebelahku.Aku baru sadar kalau aku belum mengenal dia lebih dekat.Kami hanya sekedar ngobrol biasa.Aku jadi ingin tahu apa alasan dia memutuskan menjadi Mu'allaf.Bagaimana dia sanggup mengorbankan hubungannya dengan orang tua dan keluarga nya.Secinta itu kah dia dengan suami nya atau dia memang benar-benar tertarik dengan Islam.Namun apapun alasannya, itu hak nya dan tidak ada satu orang pun yang bisa menjudge setiap keputusannya.

Kutarik selimutku,udara malam ini cukup dingin.Suara klakson dan deru kendaraan dijalan lintas di depan kantor merangkap mess ini kuanggap sebagai lagu penghantar tidurku.Seharus nya hidup memang seperti ini,mencoba berdamai dengan keadaan terkadang bisa menjadi pilihan yang terbaik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!