NovelToon NovelToon

Dia Bukan Janda

DBJ 1. Awalan

********

Lusiana Pov

Hai, aku Lusiana usiaku 18 tahun bulan Mei lalu. Meskipun aku masih muda, namun tidak ada satupun orang yang bisa menghalangi diriku meraih mimpiku yaitu menjadi orang kaya. Ha..ha..ha ... mimpi yang sebenarnya kebanyakan orang mau menjadi kaya. Namun alasanku lain, ada hal yang membuatku merasa harus menjadi kaya sebagai pembuktian pada mereka yang sudah memandang keluargaku dengan sebelah mata. Hanya karena kesederhanaan kami, mereka selalu mengatai kami miskin.

Meskipun usiaku baru 18 tahun jangan pernah remehkan kemampuanku dalam mencari Uang. Karena sejak usiaku 16 tahun aku terjun langsung menjadi reseller beberapa agen pakaian kekinian untuk teman-teman sekolahku. Bahkan guruku pun ikut menjadi pelanggan setiaku. Hasil dari jualan selalu aku sisihkan, setiap terkumpul dalam sebulan aku selalu memasukkannya ke bank. Selain itu aku juga seorang writter di sebuah aplikasi novel online. Yah lumayan lah, penghasilannya bisa buat tambah-tambah uang jajan. Aku bahkan bisa membeli laptop sendiri setelah beberapa karyaku mendapat kontrak dari platform.

Aku gadis yang pandai bergaul. Namun aku selalu menghindar terhadap teman laki-laki. Entah mengapa setiap berdekatan dengan sosok laki-laki membuatku merinding. Karena ada kisah yang belum bisa aku ungkap tentang ayahku yang menjadikanku sedikit ilfil terhadap laki-laki.

*

*

*

Delano Pov

Aku Delano Wibisana usiaku 27 tahun. Aku adalah pebisnis yang memiliki jam kerja tinggi. Aku sudah menikah dengan wanita yang selama ini aku cintai. Kebahagiaan kami bertambah saat ku tahu istriku sedang hamil, dan yang lebih membuatku tak sabar menanti kelahiran mereka karena istriku akan memiliki bayi kembar.

Ya bayi kami di ketahui kembar sejak usia kandungan istriku menginjak usia 4 bulan. Aku tak heran karena istriku memang memiliki saudari kembar yang katanya lahir terpaut 20 menit lebih dulu darinya.

Tapi aku tak menyangka, dihari yang seharusnya Aku bahagia menanti kelahiran buah hati kami. Adalah menjadi hari terakhirku melihat istriku tanpa bisa melihat anak-anakku. Saat itu aku belum tiba di rumah sakit karena harus meeting dengan beberapa klien. Dan aku mendapat kabar dari ibuku jika istriku telah melahirkan dengan selamat kedua bayi kembar kami yang berjenis kelamin laki-laki. Namun beberapa jam kemudian ibuku kembali menelepon dan histeris karena istriku membawa cucu-cucu ibuku pergi mengendarai mobil dengan kencang tanpa bisa di cegah. Dan tak lama sore harinya aku mendapatkan kabar jika istriku ditemukan meninggal dalam kecelakaan tunggal dan anak-anakku tidak ada di dalam mobil itu. Lalu kemana mereka?

Author Pov

Lusiana sedang duduk bersandar di sebuah taman yang tak jauh dari rumah kontrakannya. Sayup-sayup dia mendengar suara tangisan bayi dan bersahutan. Tubuh Lusi seketika merinding karena hari memang hampir gelap apalagi suasana sangat sepi saat itu karena hari akan hujan.

Namun karena rasa penasarannya Lusiana mencari ke sumber suara tangisan bayi itu. Mata Lusiana tertuju pada kardus besar yang ada di dekat pohon. Ia lalu mendekatinya karena memang suaranya berasal dari sana. Mata Lusiana membola seketika melihat ada dua bayi yang masih merah berada di dalam kardus itu.

Bunyi petir semakin menggelegar dan gerimis mulai turun. Tanpa berpikir panjang Lusiana mengangkat kardus itu dan membawanya pulang ke rumah kontrakannya. Beruntung dia mengontrak di ujung jalan dan ia tak banyak memiliki tetangga karena kebanyakan mereka bekerja dan jarang ada di kontrakan.

Lusiana dengan tangan bergetar mengangkat bayi bayi itu dan meletakkannya Di kasur. Di dalam kardus ada diapers, beberapa potong baju, dan yang lebih mencengangkan ada amplop berwarna coklat berisi uang yang tebal.

"Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan pada kalian?" gumam Lusiana. Saat itu juga Lusiana teringat dengan teman sekolahnya yang ibunya adalah seorang bidan. Kedua bayi itu kembali tenang saat mereka menghi_sap jari tangan mereka sendiri. Lusi mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan.

"Halo Lusi ada apa?"

"Aku butuh bantuan Lisa .. "

"Bantuan apa jika aku boleh tahu?"

"Bisakah kau menanyakan pada ibumu susu apa yang bagus untuk bayi baru lahir sedangkan asi dari ibunya tidak keluar sama sekali." Bohong Lusi dan beruntungnya Lisa mempercayai ucapannya.

"Kata ibuku banyak merk tapi jika kau mau yang bagus kata ibuku belikan susu merk ini L**cto****."

"Baiklah, lalu dotnya bagaimana?"

"Sebenarnya kau bertanya seperti itu ada apa? apa kau habis melahirkan?"

"Lisa, bisakah kau bawa ibumu kemari. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada ibumu."

"Ok .. tunggu sebentar aku akan segera kesana." Lisa langsung menutup sambungan teleponnya.

Jantung Lusiana berdebar kencang. Ia dalam dilema sekarang. Jika ia serahkan anak-anak ini pada polisi ia khawatir jika nantinya mereka hanya akan di taruh di panti asuhan. Lusiana menatap sedih kearah dua bayi itu. Tak lama pintu kontrakan Lusiana di ketuk, Lusiana bergegas membuka pintu. Saat melihat Lisa dan ibunya Lusiana langsung menengok kiri dan kanan lalu menarik tangan mereka dan memasukkannya ke rumah kontrakannya.

Mata Lisa dan ibunya membulat saat melihat ada 2 bayi ada di atas ranjang Lusiana.

"Ini bayi-bayi siapa Lusi?" tanya ibu Lisa.

"Bu, Lusi bakalan cerita semuanya tapi ibu tolongin Lusi." Ujar Lusiana dan ibu Lisa mengangguk.

"Tadi Lusi nemuin mereka bu, di dalam kardus dan ditutupi semak-semak. Lusi ga tega bu, jadi Lusi bawa pulang mereka. Lusi ingin melaporkan mereka tapi Lusi pikir jika Lusi bawa mereka ke kantor polisi Lusi ga tega jika mereka ditaruh di panti asuhan. Ibu bisa bantu Lusi ga?"

"Apa ..? Tega banget sih yang buang mereka." Seru Lisa marah. Namun beberapa menit kemudian gadis itu sudah sibuk menoel pipi dua bayi itu.

"Bantu apa Lusi, merawat bayi itu ga gampang Lusi, apalagi ini dua bayi. Kesulitan kamu akan bertambah kali lipat." terang ibu Lisa.

"Lusi akan belajar Bu, yang penting ibu mau bantu Lusi. Please bu cuma ibu harapan satu-satunya Lusi." Ujar gadis itu terus mengiba. Lisa tak memperdulikan percakapan ibu dan sahabatnya. Ia seolah tersihir dengan wajah tampan bayi-bayi itu.

"Bantu apa nak?" tanya ibu Lisa pasrah, susah memang membujuk sahabat putrinya itu karena gadis itu memang sedikit keras kepala.

"Pertama bantu Lusi mengurus mereka bu, Ibu ajari Lusi pokok-pokok yang harus Lusi lakukan untuk merawat mereka." Kata Lusi.

"Baiklah, ini tadi ibu bawa sampel susu tapi ibu tidak bawa dot." Ujar Ibu Lisa mengalah.

"Ga apa-apa bu, biar Lisa yang cari dotnya." Sahut Lisa.

"Beli tambahan susunya satu kardus dan beli 4 dot yang sama persis seperti milik Bumi ya." Kata ibu Lisa. Lusiana segera mengambil tasnya dan menyerahkan beberapa uang pada Lisa, uang yang seharusnya ia tabung di bank seperti biasanya.

"Lusi, ini tanggung jawab yang berat. Kau harus mengurus mereka membesarkan mereka kau akan kehilangan separuh kebebasanmu. Dan lagi kelak siapa yang akan mau menikah denganmu jika kau memiliki anak diluar nikah." Ibu Lisa mencoba berbicara lagi pada gadis itu. Ia takut gadis itu hanya bersemangat diawal saja.

"Aku sudah punya mereka. Aku bisa cari penghasilan sendiri Bu, aku tidak butuh ada pria yang mau menikahi ku. Karena memang aku tidak ada niatan mau menikah." ---- Lusi

Setelah kepergian Lisa, Lusiana kembali berucap. "Bantu Lusi juga untuk membuat surat kelahiran untuk mereka Bu!"

💫💫💫💫💫💫💫💫💫

Cerita baru semoga kalian suka ya.

jempolnya di tekan dan jangan lupa vote dan gift nya. 🥰🥰🥰

DBJ 2. Kenapa ini Terjadi

********

"Apa kau serius, ini melanggar hukum Lusi."

"Lusi mohon bu, Lusi terlanjur sayang sama mereka. Asal ibu dan Lisa tidak mengatakan pada orang lain tentang ini maka semuanya aman bu. Setelah ini Lusi akan pindah cari kontrakan baru." Wajah ibu Lisa tampak berpikir. Ini melanggar kode etik kebidanan. Tapi bagaimana? dia juga kasihan pada Lusi yang menatapnya penuh permohonan.

"Tapi berjanjilah, kau benar-benar akan menjaga anak-anak ini." Kata Ibu Lisa akhirnya menyerah. Lusiana mengangguk antusias.

Tak lama Lisa datang dengan baju yang sedikit basah karena hujan turun tidak terlalu lebat.

"Untung sudah sampai disini baru deras hujannya." Ujar Lisa seraya masuk menyodorkan susu, dan juga dot bayinya.

"Nih kembaliannya .. " Kata Lisa.

"Udah bawa aja." Kata Lusi tak acuh karena dia sedang memperhatikan ibu Lisa yang memegang dot bayinya.

"Kamu masak air dulu, jika sudah mendidih botol-botol ini harus disterilkan. Lalu cara membuat susu, kamu tuang air biasa dulu baru air panas setelah itu susu. Jangan terbalik-balik Lusi ingat."

"Iya bu .. " Lusi berdiri mengambil Air di wastafel lalu merebus air.

Ibu Lisa tersenyum melihat semangat Lusi, gadis belia sahabat putrinya yang sudah mandiri sejak usia dini dan tidak diragukan lagi. Hanya saja mengurus anak sendirian bukanlah hal yang mudah.

"Bu nanti Lisa tidur disini menemani Lusi ya."

"Ibu juga akan menginap sekalian ibu ajari langkah-langkahnya biar saat Lusi pindah dia tidak kerepotan mengurus anak-anak ini."

"Kamu mau pindah Lus? kenapa?" Tanya Lisa dengan tatapan mata berubah sendu.

"Aku harus pindah, cari lingkungan baru dimana ga ada orang yang kenal sama aku. Ga mungkin aku tetap disini yang ada orang-orang bakalan bertanya-tanya tentang mereka." Kata Lusi, ibu Lisa semakin yakin jika anak ini mungkin bisa mengampu tanggungjawab membesarkan bayi-bayi itu.

Lisa boleh ikut Lusi ya bu, nanti Lisa janji bakalan sering-sering tengokin ibu. Lisa mau bantu Lusi rawat si kembar.

Ibu Lisa mendesah berat. Memang susah memisahkan putrinya dengan Lusi. Karena mereka sudah bersahabat sejak pertama duduk di bangku kelas satu.

"Terserah, yang jelas pesan ibu hanya satu kalian harus serius merawat anak ini."

Percakapan mereka terhenti saat terdengar bunyi nyaring dari suara ketel yang berisi air mendidih. Lusi menuang ke sebuah wadah lalu merendam 2 dot terlebih dahulu.

"Siapa nama bayi-bayi ini? biar nanti sekalian ibu yang urus."

"Namanya Devano dan Davino." Kata Lusiana entah mendapat ide dari mana tapi hanya dua nama itu yang terlintas di pikirannya.

*

*

*

Jika di kontrakan Lusiana sedang bingung mengurus si kembar, beda halnya di mansion keluarga Alexander. Suasana duka masih tampak kental menyelimuti kediaman Delano. Setelah pemakaman istrinya Delano menghilang.

Pria itu mengurung dirinya di kamar tanpa ingin bertemu siapapun, ia terlihat sangat mengerikan. Penampilannya yang biasanya elegan dan menawan berubah menjadi berantakan.

"Kenapa kau pergi secepat ini Karina." Pekik Delano, tak lama ia melemparkan semua barang-barang yang ada di dekatnya ke dinding hingga menimbulkan suara kegaduhan.

Pintu kamar Delano diketuk seseorang. "Delano buka pintunya. Kita semua disini sama-sama kehilangan jangan mengurung diri seperti ini." Ujar Karisa. Namun tak ada sahutan dari dalam. Karisa mendesah berat ia tampak kecewa.

"Bagaimana sayang, apa Delano mau membuka pintu?" tanya Diana ibu dari Delano.

Karisa menggeleng, wajahnya terlihat letih. Diana mengusap bahu kembaran menantunya itu.

"Sabar ya sayang, kalau ada apa-apa kamu kesini saja. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu." Kata Diana, Karisa mengangguk dan tersenyum samar.

"Karisa pulang dulu tante .. " Ujar Karisa seraya mencium punggung tangan Diana.

"Panggil mama saja, seperti Karina."

"Terimakasih ma .. " Karisa pergi dari kediaman Delano, senyum tipis tersungging dibibirnya.

*

*

*

Sementara itu Lusi dan Lisa terlihat menikmati peran mereka. Apalagi pelajaran yang ibu Lisa berikan kepadanya membuat Lusi merasa bersemangat mengurus bayi-bayi itu.

"Kalian sudah mengerti kan ..?" tanya ibu Lisa, dia dikenal di kampung itu dengan nama bidan Yuyun. Padahal nama asli ibu Lisa adalah Wahyuni.

"Mengerti Bu .. "

"Baiklah, besok ibu akan mengurus surat lahir dan akte mereka. Semoga urusannya di lancarkan besok." Ujar ibu Lisa itu.

"Kamu bakalan kasih tau ibumu soal mereka?" tanya Lisa, Lusi menggeleng ia tak ingin saat ini ibunya tahu. Bahkan dia menjadi penulis pun tanpa sepengetahuan ibunya.

"Ya sudah kalian sekarang istirahat biar mereka ibu yang jaga." Kata bu Yuyun pada kedua gadis belia itu.

Namun tak lama salah satu bayi menangis, Lusi dengan semangat mendekat dan dengan hati-hati mengangkat tubuh bayi mungil itu.

"Anak emak bangun ... " Ujar Lusi yang mendapat toyoran dari Lisa.

"Bisa ga sih udiknya di tinggal aja. Jangan dibawa sampai sini. Geli tau masak mahmud (mamah muda) minta di panggil emak.

" Mommy, mami, umi, bunda .. kan banyak tu. Masak iya emak ga kelas banget." Gerutu Lisa.

"Ya sudah panggilnya bunda aja ya sayang Devan, Devin. Dan itu onty Lisa yang bawel." Kata Lusi seraya menggoyangkan tubuh Devan.

"Trus cara bedain mereka dari mana?" tanya Lisa penasaran.

"Lihat ini ga?" Lusiana menunjukkan telinga kiri Devan ada semacam tanda lahir sedangkan Davin tidak.

"Ok deh, berati yang ada tanda lahirnya Devan yang ga ada tanda lahirnya Davin." Tanya Lisa untuk memastikan dan Lusiana mengangguk.

*

*

*

Delano melaju dengan kecepatan diatas rata-rata dijalanan dimana sang istri ditemukan meninggal. Rasanya saat ini dia ingin menyusul belahan jiwanya dan anak-anaknya.

Namun sekelebat bayangan Karina berdiri di pembatas jalan membuat Delano menghentikan laju mobilnya.

"Karina .. " Delano membuka pintu mobilnya ia mendekat ke arah Karina.

"Karina .. " Delano menatap wajah pucat dan sendu itu. ---- "Katakan dimana anak-anak kita Karina?" Saat Delano akan meraih tubuh Karina tubuh itu menghilang bagai asap. Delano berlutut disana dan menangis sejadi-jadinya.

"Karina ... kenapa kamu tinggalin aku." Teriak Delano histeris pria itu sudah seperti orang gila. Seorang pria menghampirinya dan membantunya berdiri. Pria itu sejak tadi mengikuti kemanapun tuannya pergi.

"Tuan .. " Ujar pria itu.

"Kenapa dia tega meninggalkanku seperti ini? dimana dia menyembunyikan anak-anakku Regan."

"Tuan, selagi jasad putra anda belum di temukan percayalah mereka berati masih hidup tuan." Ujar Regan berusaha menguatkan atasannya itu.

"Kenapa ini harus terjadi padaku? Baru saja aku akan merasakan kebahagiaan bersama mereka. Kenapa takdir begitu kejam padaku? aku tidak pernah menyakiti siapapun Regan kenapa ini harus terjadi padaku katakan apa salahku?" Delano kalap ia mencengkeram kerah baju Regan asisten setianya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

jangan lupa like komen dan gift buat othor Ya. Vote juga setiap senin biar othor semangat menghibur kalian.. 😘😘😘😘😘

DBJ 3. Bertemu Delano dan Regan

*********

Delano bangun dari tidurnya saat sayup-sayup ia mendengar suara tangisan bayi. Dia terjaga sepenuhnya dan menoleh ke kiri dan kanan. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Dimana pun kalian berada semoga kalian selalu sehat dan baik-baik saja. Papa menyayangi kalian." Gumam Delano. Hari ini adalah babak baru bagi dirinya dengan status duda yang disandangnya. Delano yang hangat dan penuh kasih kini telah menjelma menjadi sosok yang begitu dingin dan tak tersentuh.

Seminggu sudah sejak kepergian sang istri dan menghilangnya anak-anak membuat emosi Delano menjadi mudah tersulut. Salah sedikit saja di hadapan dirinya akan langsung mendapatkan hukuman.

Delano menuruni tangga saat Diana ibunya memanggilnya.

"Delano kemarilah nak, Ada Karisa disini."

"Aku ada meeting mah .. mama saja yang temani dia. Aku tidak punya waktu." Ujar Delano datar. Diana hanya mendesah lelah menghadapi sikap putranya yang semakin lama semakin dingin.

"Gimana tante ..?"

"Maaf ya Karisa, Delano sibuk." Ujar Diana tak enak hati pada saudara kembar almarhum menantunya.

"Ga apa-apa tante, aku bisa maklum kok. Mungkin Delano juga butuh waktu." Ujar Karisa memaksakan senyumnya, padahal dalam hati ia begitu kesal lagi-lagi pria itu menolak kehadirannya.

*

*

*

Di perjalanan menuju ke kantor Delano tampak melamun. Regan sang asisten hanya mampu mencuri pandang sesekali menatap sang majikan yang tampak menyedihkan. Sangking asyiknya memperhatikan tuannya Regan tak sadar jika lampu lalu lintas berubah merah namun ia tetap berjalan.

Braaak ...!!

Delano terkejut begitupun Regan yang seketika itu menginjak remnya. Delano menatap tajam kearah Regan. Pria itu tampak tegang namun tak urung dia keluar.

Banyak Warga mendekat dan berkerumun. Regan keluar untuk melihat korbannya. Dengan sigap Regan membantu gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu itu.

"Anda baik-baik saja nona?" Gadis itu menatap tajam kearah Regan.

"Kau lihat sendiri bagaimana? ---- "Lihatlah motorku rusak. Sedangkan aku harus segera ke sekolah."

Lusiana berdiri dengan kaki pincang karena lututnya berdarah. Bahkan roknya terlihat kotor. Ya gadis yang di tabrak oleh Regan adalah Lusiana.

"Silahkan ikut saya nona, saya akan mengantar anda. Nanti motornya biar di urus orangku." Kata Regan, setelah berpikir akhirnya Lusiana menuruti ucapan Regan.

"Kenapa kau lama sekali?" tanya Delano dengan mata terpejam namun belum ada sahutan dari Regan, ia memicingkan mata untuk mengintip namun ia terkejut ternyata bukan Regan yang masuk ke mobilnya melainkan gadis SMA yang terlihat sangat imut. Tak lama Regan masuk ke dalam mobil dan melaporkan hal tadi pada Delano.

Suasana di dalam mobil terasa hening, sesekali Delano melirik ke arah Lusiana. Gadis itu pura-pura tak melihatnya. Tak lama ponsel Lusiana berdering nama Lisa tercantum di ponselnya. Lusiana langsung menggeser ikon berwarna hijau

"Sebentar lagi aku sampai Lisa sabar."

" ..... "

"Iya bawel, lagipula besok aku pindah. Kata ibu akte si kembar sudah keluar. Pokoknya kalo kamu mau ikut pindah aku kudu semangat cari duitnya. Jangan cm karena Devan dan Davin kamu jadi males-malesan. Jangan jadikan anak-anak ku sebagai alasan." Lusi mengakhiri percakapan mereka namun ia tak sadar jika mata Delano dan Regan sempat melotot tak percaya.

Gadis ini memiliki anak? Pergaulan anak jaman sekarang benar-benar mengerikan. Bahkan mereka tidak malu mengatakan di depan orang lain.

Tak lama ponsel Lusi kembali berdering dia buru-buru mengangkatnya.

"Halo Assalamu'alaikum bu .. "

"....... "

"Maaf Bu, Lusi belum bisa pulang."

"...... "

"Ibu terlalu banyak berpikir. Orang itu telah membuat ku menutup mata pada kaumnya."

"....... "

"Terserah ibu, yang jelas Lusi sampai kapanpun tidak akan menikah. Lusi tidak perlu pria dalam hidup Lusi. Berhentilah menggurui ku bu, berkacalah pada hidupmu. Sekarang kau sukses tanpa pria itu. Dan Lusi bisa sukses tanpa pria di hidup Lusi."

"....... "

"Aku akan berikan ibu cucu tanpa harus berdekatan dengan pria." Lusi menutup teleponnya dan menghela nafas kasar. Ia seakan lupa jika saat ini dirinya berada di dalam mobil bersama dua orang pria. Dan keduanya tampak terkejut mendengar apa yang Lusi katakan.

"Nona kita sudah sampai." Ujar Regan datar.

"Oh terima kasih tuan. Bisakah aku meminta nomor ponselmu?" tanya Lusi.

"Bukankah nona tidak ingin berhubungan dengan pria. Kenapa meminta nomorku?" tanya Regan masih dengan wajah datar. Namun bukannya takut Lusi justru terkekeh. Dan tawa Lusi mampu menyihir Delano.

"Tuan, aku hanya meminta pertanggungjawaban mu mengenai motorku. Bagaimana aku tau kapan motorku bisa aku ambil?" Ujar Lusi dengan tatapan tak kalah dingin. Baru kali ini ada yang menatap Regan dengan tatapan seperti itu.

"Baiklah, ini kartu namaku. Kirimkan nomormu nanti aku akan menghubungi anda." Kata Regan.

"Regan Sailendra .. Asisten CEO PT Zenon." Lusi mengeja nama Regan seakan sengaja. Lusi lalu mengetik nomor Regan di ponselnya setelah itu Lusi melakukan panggilan.

"Itu nomorku tuan. Dan ini kartu namamu. Aku tidak memerlukannya." Ujar Lusi masih tetap datar. Tanpa berniat berterimakasih pada Delano, Lusi menutup pintu mobil mewah itu.

Delano menatap bayangan Lusi dengan senyum samar. "Gadis yang menarik .. " gumam Delano.

"Ya tuan ..?" Regan seakan mendengar suara Delano.

"Pesonamu sebagai Casanova sudah luntur. Gadis itu sama sekali tidak tertarik denganmu." Kata Delano tersenyum tipis. Kali ini Regan dapat menangkap senyum tuannya yang sudah seminggu ini menghilang.

"Mungkin saja tuan. Tapi gadis itu sama sekali bukan selera saya." Kata Regan.

Delano lalu membuang pandangannya. Regan kembali melaju membelah keramaian ibu kota.

*

*

*

Setelah selesai mengurus ijazahnya, Lusi pergi ke UKS untuk mengobati luka di lututnya yang sobek dan ada memar di betisnya. Ia terus menggerutu selama mengobati lukanya.

"Hai Lusi .. " Sapa seorang anak laki-laki.

"Lusi sebentar lagi kita semua akan terpisah. , tidak bisakah kita berteman?"

"Tidak .. maaf aku tidak berminat berteman dengan lawan jenis." ----- "Permisi .. " Lusiana meninggalkan laki-laki itu. Ia lantas menghubungi Regan.

"Bagaimana motorku?" tanya Lusi tanpa basa basi.

"Aku tidak menyangka fresh graduate sepertimu tidak memiliki sopan santun." Ujar Regan dingin.

"Karena aku tak ingin berbasa-basi dengan anda tuan Regan. Jadi katakan apa motorku sudah selesai di perbaiki?"

"Sudah, tapi aku terlalu sibuk jadi kau datanglah ke gedung Zenon sekarang." Ujar Regan setengah memerintah.

"Dasar si_alan jika kau di hadapanku sudah ku remukkan gigimu itu." Desis Lusi kesal namun ia tetap datang ke perusahaan milik Delano.

Lusiana memesan ojek online, sesampainya di gedung megah dan tinggi itu Lusiana celingukan melihat di sekitar dan benar saja motornya ada di dekat pos satpam. Lusiana mendekat ke pos satpam lalu membungkukkan badannya sejenak tanda hormat.

"Maaf Pak, saya Lusi. Saya pemilik motor ini bolehkan saya meminta kuncinya?" tanya Lusiana dengan nada dibuat sehalus mungkin. Namun tatapan matanya tak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada makhluk bernama laki-laki.

"Maaf nona, jika anda benar pemiliknya silahkan hubungi tuan Regan karena kuncinya dibawa oleh beliau." Kata salah seorang satpam menatap Lusiana dengan tatapan penuh selidik.

"Dasar pria si_alan .. " Gumam Lusiana.

Lusiana merogoh ponselnya dan menekan nomor Regan. Dan baru sekali dering panggilannya langsung diangkat oleh pria itu.

"Bisakah kau turun, aku sudah di bawah. Tapi kata satpam kunci motorku kau yang membawanya." ---- Lusi

"Tunggu sebentar nona!" Jawab Regan langsung mematikan ponselnya. Lusi kesal bukan main. Dari kejauhan Delano dapat melihat Lusi menghentakkan kakinya lalu ia meloncat-loncat kesakitan.

Senyumnya tak dapat ditahan melihat hal itu, ia terkekeh seraya menggelengkan kepalanya.

"Ajak dia makan siang dulu. Setelah itu baru kembalikan kuncinya." Kata Delano memberi perintah Regan. Regan terdiam mencerna perkataan Delano. Apakah tuannya tertarik dengan gadis kasar itu? batin Regan.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Semoga kalian suka karya baruku

jangan lupa acungkan jempol kalian, komen, gift dan please rate novel ini 🥰🥰🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!