Kota Rose merupakan kota dengan penduduk yang memiliki garis kehidupan yang terlihat di bagian tengkuk leher yang menjuntai seperti benang dan berwarna merah darah, warna itu akan semakin menghitam saat kematian datang dan itu tidak akan bisa di lihat oleh pemilik maupun orang terdekat mereka.
Ini bercerita tentang kehidupan ku dan juga saudara kembarku, kami sama-sama lahir dengan nama depan Daisha dan kami dari keluarga sepasang kekasih Nichol Esmee dan Aira Jules. Walaupun kami kembar, namun kami memiliki takdir yang berbeda, itu karena kami memiliki takdir yang berbeda.
Dering alarm yang berbunyi nyaring dan cahaya ilahi yang mulai menerobos masuk kedalam kamar yang bernuansa abu-abu muda membuat sang pemilik kamar terbangun, dia mengerjapkan mata nya karena silau terkena cahaya matahari, dengan susah payah dia membangunkan badan nya namun tidak langsung berdiri, dia duduk sebentar terdiam sambil mengumpulkan nyawa dan niat untuk berdiri, setelah dirasa sudah cukup terkumpul nyawa nya, dia berjalan dengan luntang-luntung ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, dia selesai mandi dan berdiri di depan lemari yang terbuka, memilih baju yang akan dia gunakan, untuk seorang laki-laki tidak akan sulit untuk memilih baju mana yang akan dia gunakan, hari ini dia ada janji kelompokan di rumah teman nya, jadi dia memilih baju yang simpel namun masih terlihat rapi dan fashionable seperti hoodie putih yang digabungkan jaket tipis berwarna biru muda dengan bawahan celana jeans pensil, itu saja sudah membuat para perempuan mata jelalatan sudah kena pelet.
"Leno" panggil sosok ibu yang wajah nya terlihat keriput di bagian kening nya yang sedang melipat baju di depan tv.
Mendengar ada yang memanggil, Lenora keluar dari kamar nya dengan pakaian yang sudah rapi, "Kenapa, Ma?" tanya Lenora yang baru turun dari lantai 2 setelah mendengar Mama nya memanggil.
"Antarin ini ke kamar Ainee sekalian pasangin, Mama mau berangkat kerja" ucap Mamanya sambil memberikan seprei tebal ke Lenora.
"Tapi Leno ada kerja kelompok sama temen-temen" kata Lenora dengan ekspresi melas nya.
"Udah bentar aja, lagian kamu disana juga cuma main hp doang" kata Mamanya yang membuat hatinya sedikit tersentak dan tiba-tiba saja badan nya bergetar badanya mulai terasa panas dan nafas nya sedikit sesak, tapi ada benarnya juga sih, dengan terpaksa dan wajah kecewa, Lenora ke kamar Ainee dan memasang seprai di kasur yang berukuran king size , sementara Jules, Mamanya pergi meninggalkan pakaian yang baru saja kering dan belum sempat di lipat.
"Gapapa Len, demi kembaran mu ini" ucap Lenora berusaha untuk menguatkan hatinya agar kesedihannya tidak meledak.
Selesai memasang seprai, Lenora bergegas keluar rumah untuk berangkat ke rumah teman nya.Sebenar nya jarak rumah Lenora dengan rumah teman nya sedikit jauh, kalau di tempuh dengan bus sekitar setengah jam baru sampai, kalau jalan kaki sekitar satu jam, tapi karena Lenora gak mau jadi anak durhaka, Lenora harus melaksanakan perintah Mamanya.
Setelah 29 menit 60 detik, Lenora sampai di daerah rumah teman nya, karena katanya jarak rumah teman nya sama halte bus hanya berjarak 5 langkah sudah sampai jadi Lenora sekalian ngitung langkah dia, beneran 5 langkah sampai atau tidak.
"1"
"2"
"6, lah katanya 5 langkah, aku aja sampai 6 langkah" ucap Lenora, padahal yang keenam kaki nya sampai kepentok gerbang rumah teman nya yang bahan utama nya besi mana tebel banget.
Tok tok tok
"Andy,,,,,, main yuk" ucap Lenora sambil sedikit mengangkat kaki nya yang kepentok gerbang rumah teman nya tadi.
"Pala lu main, tugas kelompok belum di mulai nih gegara nungguin lu" ucap Andy cowok dengan rambut mirip oppa-oppa korea dan tinggi badan yang sama seperti Lenora yaitu 172cm.
"Haha, maaf tadi di rumah ada kendala dikit"
"Iya deh serah lu" ucap Andy terus masuk lagi dan pintu nya ditutup, Lenora masih tetap berdiri di depan gerbang tau kalau nanti gerbang nya bakal dibukain lagi.
"Lu jadi kelompokan kagak?" kan bener dibukain lagi sama Andy, sementara yang dibukain gembang hanya cengar-cengir merasa tidak berdosa sama sekali setelah membuat teman nya harus menunggu kedatangan nya.
"Assalamualaikum ya ahli kubur" kata Lenora saat masuk rumah Andy dengan langkah kaki yang sedikit pincang dan tak lupa melakukan gerakan peace yang sedikit dimiringkan kekanan.
Terlihat teman lain nya yang sudah menunggu menatap Lenora dengan tatapan sinis, kecuali Ainee, dan sekali lagi dengan rasa tidak bersalah nya malah memberikan peace ke temen nya.
"Ainee, kembaran mu gini amat" ucap cewek rambut pirang dengan mata sinis yang duduk di sebelah Ainee di sofa panjang berwarna merah.
"Tapi ganteng kan, Clare?" balas Ainee dengan senyum jail dan alis yang naik turun.
"Hih enggak sama sekali", ucap Clare dengan ekspresi wajah yang jijik.
"Apaan sih ribut aja dari tadi, lagian yang paling ganteng disini juga gw" sahut cowok sebelah Andy yang berbaring di depan tv dengan kaki kiri yang ditekuk dan kaki kanan ditaruh diatas lutut kiri nya, tak lupa kedua tangan nya diliat di belakang kepala nya dan pandangan yang melihat kearah atap.
"Lah, kamu aja botak ganteng sisi mananya?" balas Clare yang tidak akan pernah setuju kalau Stevan itu tampan.
Semua langsung tertawa lepas mendengar balasan Clare yang sangat tajam setajam silet, sedangkat orang yang dibilang botal sama Clare hanya menahan amarah diatas sofa panjang seberang Clare, kalau ditanya kenapa enggak mau bangun terus bales perkataan Clare kayak di film-film, jawaban nya adalah 'mager'.
"Sabar, pan" ucap Andy sambil mengelus kepala si botak layak nya bola ajaib yang biasanya dimiliki penyihir-penyihir di filn kartun atau peramal-peramal di film-film fantasi.
"Serah lu, dy, males gw." Kali ini Stevan memilih untuk mengalah, dia yang paling enggak suka kalau teman-teman nya udah menyebut nama orang tua nya, lalu Stevan memiringkan badan nya menghadap senderannya sofa.
"Hayolo Andy, Stevan nya marah" ucap Leno yang meng-kompori agar suasana semakin memanas dan terjadi per-gelutan.
Selagi para laki-laki sibuk dengan per-gelutan mereka, para cewek yang udah mulai bosan mendengar ocehan para laki-laki akhir nya langsung mengeluarkan buku berharap salah satu dari mereka ada yang menotis terus langsung berhenti. Tapi, nama nya juga anak laki-laki mana ada yang mau diajak kelompokan, pasti mereka akan main-main dulu sampai lelah terus kalau acara diskusi nya dimulai mereka bakal lemah, lesu, letoy tidak berdaya dan akhirnya hanya menyimak terus ujung-ujung nya anggota cewek yang ngerjain. Sangat realistis.
Benar saja, walaupun Andy melihat Clare dan Ainee mengeluarkan buku sosiologi yang tebal banget sampai kalau di taruh bunyi nya 'bugh', dia hanya melirik lalu lanjut lagi gangguin Stevan sampai ngamuk-ngamuk, Ainee yang tipikal orang sabar langsung naik darah. "Dah, jadi ngerjain atau gak?!, keburu sore nih"
'Seram' itulah kata yang akan keluar dari mulut semua temannya setelah mendengarkan suara Ainee yang menggelegar di ruang tamu Andy dan berakhir Ainee yang ngos-ngosan dan batuk-batuk. Merasa sudah waktunya kerja kelompok di mulai Stevan langsung turun dari atas sofa dan duduk di lantai dengan malas nya,"Iya-iya"
Semua anak laki-laki langsung mengeluarkan buku sosiologi yang tebal banget, karena mereka masih kesal dengan Ainee yang menghentikan acara mengganggu Stevan di tengah jalan, jadinya Andy menaruh buku nya sengaja di banting, diikuti dengan Stevan dan Lenora.
"Kita bagi tugas ya biar cepet" ucap Clare dengan senyum tidak bersalah nya, dan terlihat menjengkelkan sampai-sampai Stevan pengen ngelempar buku sosiologi nya.
"Karena tugas nya disuruh buat ppt 50 hal lengkap dengan gambar nya dan per bab 10 hal, kita bagi 1 bab per orang" ucap Ainee yang diakhiri dengan senyuman menjengkelkan juga, dan terkesan kayak dipaksain.
"Gak setuju" Clare langsung berdiri dan semua langsung bertanya-tanya kenapa Clare tidak setuju padahal itu sudah di bagi rata. "Kan Ainee ada sakit jantung, jadi Ainee gak boleh dapat bagian dong" lanjut Clare dengan ekspresi wajah yang sedikit marah dan menunjuk Ainee yang terlihat kebingungan.
Ainee yang mendengar alasan Clare yang sebenarnya terdengar klasik langsung menolak alasan Clare karena tidak enak dengan yang lain apalagi dengan saudara nya, Lenora. "Eh?, gapapa Clare, gak usah segitu nya juga kali". Namun karena memang pada dasar nya Clare adalah anak yang keras kepala, apa yang dia kehendaki tidak boleh ditolak sampai terbukti kalau dia salah mengambil keputusan.
"Nanti kalau sakit mu kambuh pas lagi ngerjain gimana, rumah sakit jauh loh, udah mending kamu diam aja, kalau bisa tidur aja biar gak kelelahan banget, nanti bagian mu biar Leno yang ngerjain" ucap Clare dan Lenora yang dari tadi hanya membaca buku yang dia bawa untuk mencari refrensi tiba-tiba di sebut nama nya oleh Clare jadi terkejut dan mendongakkan kepala.
"Aku?, kenapa?" tanya Lenora yang nama nya sebut sama Clare.
"Kamu kerjain bagian nya Ainee, kasihan dia nanti kalau sakit jantung nya kambuh pas lagi ngerjain kan enggak lucu" jawab Clare dengan kedua tangan yang di taruh di pinggangnya berlagak layak nya bos. Clare memang bisa disebut anak yang terlalu mengatur semua nya, dan faktanya Andy sering merasa kesal dengan Clare yang terlalu mengambil semua keputusan sendiri tanpa berdiskusi.
Ainee yang merasa gak enak dengan Lenora menatap Lenora dengan tatapan tidak tega, dan entah kenapa hari ini dia tidak bisa melawan titah nya Clare, seperti ada rasa baru yang muncul di hatinya.
Andy yang tidak tau harus berbuat apa hanya diam saja dan dari pada Andy marah terus mengusir semua teman nya dia langsung kedapur untuk minum, di satu sisi Clare ada benarnya juga soal ketakutan nya akan penyakit Ainee yang sewaktu-waktu bisa kambuh lagi, namun di sisi lain Clare juga salah karena melimpahkan bagian Ainee ke Lenora semua, dan dia sempat terbesit untuk mengatakan 'Kalau kasihan, kenapa enggak kamu saja yang mengambil bagian Ainee.' Sedangkan Stevan yang hari ini mood nya sedang turun hanya menjadi penonton bayaran saja, tidak peduli apa yang akan di lakukan Clare dan lain nya, yang ada dipikiran nya hanya lah tidur.
1 jam 59 menit 60 detik kemudian
"Wahhhh kelar juga tugas nya" ucap Stevan langsung terkapar mencari posisi yang enak untuk melanjutkan tidur nya yang dari awal sudah diganggung dua cecunguk yang sangat pengen Stevan tendang.
"Halah sok capek ngerjain lu, dari tadi aja cuma ngetik 5 lembar juga abis itu tiduran, sisa nya jadi gw yang ngerjain" ucap Andy sambil membereskan buku dan laptop nya sedangkan Stevan cuma nyengir tanpa rasa bersalah, teman yang halal untuk di buang.
Ainee yang tidak ikut mengerjakan tugas kelompok karena di larang Clare hanya bisa tersenyum, tidak bisa merasakan penderitaan mengerjakan tugas kelompok tuh bikin hati enggak nyaman, tapi mau gimana lagi "Gaes, ini gapapa nih aku gak ikut ngerjain?" tanya Ainee dengan tatapan kayak orang gak enakan gitu sambil masukin hp nya kedalam tas. Semua langsung menoleh dengan tatapan seakan-akan berkata 'Menurut lu?"
"Gapapa, lagian udah selesai kita ngerjain nya" jawab Clare yang selesai peregangan lalu tersenyum ke arah Ainee sambil mengelus pundak nya.
Andy yang sudah sangat gedek dengan sikap Clare yang terlalu berlebihan terhadap Ainee langsung berkata"Ya gapapa sih, lagian lu juga kagak ikut ngerjain bagian nya Ainee, semua lu kasih ke Lenora dengan alasan klasik kalau mereka berdua saudara kembar, cuma bisa nyuruh doang, besar omongan doang gw juga bisa kali"
Clare wajah nya langsung memerah dan hampir saja wajah Andy disiram dengan sirup kalau tangan Stevan tidak sigap untuk menghentikan Clare yang ingin menyiram Andy. "Udah, enggak usah di bales, ini juga salah lu, penyakin sesak nafas tuh enggak akan kambuh cuma gara-gara dibuat mengerjakan tugas kelompok, kalau itu terjadi dari dulu Ainee setiap mengerjakan tugas ujian langsung sesak nafas, nyata nya juga enggak". Clare yang mendengar nasihat Stevan langsung terdiam dan raut wajah nya berubah.
Entah angin apa yang melintas diantara mereka, tiba-tiba Lenora teriak meminta tolong, "GAESSS, TOLONGGGG"
Entah apa angin yang melintasi mereka, tiba-tiba Lenora teriak, “GAESS TOLONG”. Semua langsung panik dan saat di tengok ternyata jari Lenora tercepit di lubang meja nya Andy.
“Bodoh!” Andy yang emosinya belum sepenuhnya reda langsung memberikan kata-kata mutiara kepada Lenora yang memang terkesan bodoh.
“Jari lu kenapa lu masukin ke situ bego”
“Ya tuhan, Clare sabar kok di beri teman yang agak-agak otak nya”
Lenora yang hampir di getok kepala nya sama Andy malah tersenyum dengan polosnya membuat hati Andy makin dongkol. Setelah beberapa kali percobaan di pakai namun tidak ada membuahkan hasil, akhirnya Andy ikhlas untuk memecahkan kaca meja, dan tanpa rasa bersalah Lenora langsung berpamitan pulang, “Makasih ya gaes aku pamit pulang dulu” Ekspresi teman-teman Lenora langsung kecut dan batin mereka mengumpat semua.
Lenora pulang dengan menggunakan bus lagi, disepanjang jalan Lenora menatap ke arah luar jendela sambil mendengarkan lagu dengan instrumen melow kesukaan dia, menutup matanya dan menyenderkan kepala nya di jendela adalah kegiatan favorit nya saat naik bus.
Saat sampai di depan rumah nya, Lenora melihat pintu rumah nya tidak tertutup, "Loh kok pintu nya kebuka?, emang Mama udah pulang jam segini?", Karena khawatir terjadi apa-apa, Lenora langsung lari kedalam rumah dan berharap hal yang paling dia takuti tidak terjadi. Tapi harapan Lenora seketika pupus, Ainee sudah terkapar di depan tangga. Kaki Lenora seakan ditahan oleh sesuatu.
"Ainee!" Lenora bergegas menghampiri Ainee yang sudah tergeletak di lantai dengan nafas yang sesak dan sedikit terbatuk-batuk, Lenora langsung mendudukan nya dengan posisi ke depan dan sedikit membungkuk agar sesak nafas nya berhenti walaupun untuk sementara waktu. Sial nya waktu itu inhaler Ainee habis.
"Mama pulang", mendengar suara Mamanya di luar rumah, tiba-tiba badan Lenora bergetar dan nafas nya jadi sedikit berat, hal kedua yang paling dia takuti datang di saat yang tidak tepat. Melihat anak perempuan nya sedang terbatuk-batuk dan dengan kecemasan yang menyerang, Mamanya tidak bisa lagi berfikir jernih dan positif, dia berfikir bahwa semua kejadian ini terjadi karena Lenora, "Kamu apain dia?!" tanya Mamanya dengan nada berteriak.
Seketika Lenora menjadi linglung seperti orang kebingungan, dengan nafas yang berat dan suara yang sulit untuk di keluarkan, Lenora hanya bisa menjawab dengan terbatah-batah, "Aku-aku gak apa-apain dia, Ma, aku-aku cuma habis pulang belanja terus-terus pas masuk rumah tiba-tiba Ainee udah kayak gini"
Mamanya melihat posisi Ainee yang menurut nya tidak benar dan salah untuk orang sesak nafas, Dia dengan rasa tidak bersalah nya langsung mendorong Lenora dan menidurkan kembali Ainee, mengabaikan jawaban Lenora "Ini kamu gimana sih malah diginiin adik nya, kamu mau adik mu tambah parah sesak nya?"
Reflek Lenora langsung menahan pergelangan tangan Mama nya agar berheti menidurkan Ainee dan tidak mematikan kipas angin nya, "Tapi itu cara berhentiin sesak nafas nya, Ma. Inhaler Ainee habis kemarin malam, Mama belum beli lagi"
"Ya kalau tau habis harus nya tadi kamu sekalian beli, emang semahal apa obat Ainee itu, cuma 500 ribu aja kamu enggak mau keluarin uang buat adik mu, kamu tau apa tentang ini, kamu bukan dokter ya, Len, udah bodoh, sok tau tentang penanganan orang sesak nafas lagi, kalau Ainee mati seumur hidup Mama enggak akan maafin kamu"
Lenora langsung shok mendengar beberapa kata yang di ucapkan Mamanya, hati nya bagaikan dihujani jarum berkali-kali, matanya seketika panas dan perih, pandangan nya mulai kabur tertutup air mata yang ingin terjun dari matanya, namun sebisa mungkin Lenora menahan nya agar tidak keluar, dengan tangan yng bergetar Lenora akhirnya menelfon Rumah Sakit terdekat.
Tak lama ambulan pun datang, tim medis langsung meletakkan Ainee ke brankar dorong dan memberi nya oksigen. Saat para medis memasukkan Ainee ke ambulan, tangan Ainee mencengkram pergelangan tangan Lenora dengan sangat kuat, terlihat Ainee menggumangkan sesuatu ke Lenora namun sayang nya Lenora mendengar dengan samar-samar membuat nya ragu apakah itu yang diucapkan Ainee.
Sebagai saudara kembar nya Ainee, Lenora otomatis ikut ke ambulan, namun saat kaki kiri nya baru menginjakkan pinggiran ambulan, Mamanya langsung mendorong Lenora keluar membuat Lenora jatuh dan siku kanan nya membentur aspal dengan sangat keras dan pergelangan tangan kiri nya terkilir karena menahan tubuh nya agar kepala nya tidak ikut terbentur aspal. Dia langsung di bantu berdiri oleh salah satu tim medis.
"Gak usah ikut, kamu gak akan berguna disana" ucap Mamanya setelah mendorong Lenora keluar, sedang kan kedua tim medis hanya bisa saling pandang dengan kejadian yang mereka lihat saat ini.
Tes~
Air mata yang sudah dia tahan sejak tadi akhirnya berhasil menerobos keluar, membasahi pipi dan kerah baju nya, Lenora berjalan masuk kerumah dan menutup semua pintu, jendelan dan juga gorden.
Malam pun datang dengan cepat, Lenora yang baru selesai mandi dan memakai pakaian nya, berjalan kearah balkon kamar dan menatap langit yang sudah ditaburi bintang-bintang yang ingin menunjukkan cahaya nya dan bulan sedang terlihat bulat terang
"Heee, terang banget sekarang sinar bulan nya" ucap Lenora sambil tersenyum tipis lalu matanya beralih fokus ke salah satu bintang
"Loh kok kamu sendirian?" kata Lenora yang melihat satu bintang sendiri jauh dari yang lain terletak di pojok langit
"Kamu mirip banget ya sama aku" ucap Lenora lalu tersenyum lembut seakan tau rasanya sendirian di tengah kegelapan.
"Uhuk uhuk"
Seluruh tubuh Lenora kembali bergetar dan jantung nya mulai berdetak dengan cepat membuat dia berkeringat banyak, "Kenapa ada keluar darah?," dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Lenora tiba-tiba batuk dan di telapak tangan nya ada darah yang keluar bersamaan dengan batuk tadi.
***
Keesokan hari nya, Lenora harus pergi ke sekolah sendirian, Ainee harus di rawat di Rumah Sakit selama tiga hari atau sampai sesak nya benar-benar hilang untuk sementara waktu, dan untuk hari ini Lenora memilih jalan kaki ke sekolahan dan untuk sementara waktu dia tidak naik bus dulu karena Lenora tau kalau selama Mamanya tidak di rumah, maka uang jajan dan bahan masak juga tidak ada, oleh karena itu dia akan menghemat uang nya demi melanjutkan hidup selama tiga hari.
"Pagi"
"Loh Stevan?, kok kamu disini?"
"Tadi gw kebetulan mampir dulu ke rumah sepupu buat balikin komik, tapi sial nya ban motor gw meledak pas di depan gerbang rumah nya terus gw inget kalau rumah lu deket sini jadi ya udah sekalian mau jemput lu eh malah dah nongol duluan.
"Tumben sendirian, Ainee udah berangkat duluan?" kata Stevan dengan santai nya, goblok nya kumat. Lenora otomatis memasang wajah datar seperti mengatakan 'Kan emang selalu sendirian', Stevan yang sadar dengan perkataan nya tadi langsung panik, "Aduh maaf-maaf, enggak sadar gw tadi ngucapin nya"
"Ainee, sakit nya kambuh" jawab Lenora dengan wajah yang terus menatap kedepan namun masih terlihat raut sedih nya dari samping, Stevan yang melihat nya langsung berhenti bertanya apapun soal Ainee untuk hari ini.
Ditengah perjalanan mereka jalan kaki ke sekolahan dengan keadaan hening, Stevan yang bosan selalu mengedarkan pandangan nya kearah mana pun, sampai dia tidak sengaja melihat Lenora yang memakai dalaman turtleneck berwarna hitam. "Len, emang hari ini dingin ya? kok lu pakek dalaman turtleneck? " ucap Stevan sambil menunjuk dalaman turtleneck yang memang akan terlihat walaupun semua kancing kemeja dia kancingkan.
"Eeee.......gapapa, kemaren kesrempet motor aja pas pulang terus jatuh dan sekarang aku agak demam tapi gapapa, nanti siang juga bakal sembuh" ucap Lenora diakhiri dengan senyuman kaku.
"Beneran?" tanya Stevan yang sedikit tidak percaya.
"Sumpah, ini aku pakai gegara aku tempelin koyo cabe tiga biji, takut bau nya kemana-mana"
"Hmmm, enggak percaya sih tapi ya udah lah"
Sementara di Rumah Sakit, Ainee yang masih suka kambuh sesak nafas nya sedang menikmati fasilitas ruangan VIP bintang 5 seperti tv yang lebar dan tipis banget, AC, dan juga makanan yang walaupun kelihatan hambar tapi masih enak dimakan, beda dengan vasilitas biasa yang hanya dikasih ruangan tanpa AC, satu ruangan isi 5 ranjang, makanan nya pun cuma tahu, tempe, telur, dan sayur sop yang rasa nya cuma kayak minum air putih enggak ada asin, dan gurih nya sama sekali.
"Ainee sarapan dulu ya" ucap Mamanya tapi Ainee menggeleng membuat Mamanya menghela nafas karena kalau tidak sarapan, Ainee juga tidak bisa minum obat.
"Ma" panggil Ainee dengan nada suara khas orang sakit namun di campur dengan perasaan sedih.
"Kenapa sayang?, mau sarapan?" tanya Mamanya dengan ekspresi wajah tersenyum dan tangan nya sudah siap untuk mengambil sarapan.
"Menurut mama, aku sama kak Leno beda ya?" tanya Ainee membuat Mamanya melunturkan senyuman di wajah nya menurun kan tangan ke bawah, dengan senyum yang dipaksa, Mamanya menjawab dengan suara selembut-lembut nya dan juga berharap setelah ini Ainee mau sarapan, "Enggak kok sayang, kamu sama Leno tuh sama, kan kalian kembar"
Belum puas dengan jawaban Mamanya yang terkesan di paksakan akhirnya Ainee memancing dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak ingin di tanya kan ke Mamanya, "Terus kenapa mama suka maksa kak Leno?", tiba-tiba Jules melempar nampan berisi sarapan Ainee tepat di sebelah ranjang Ainee, makanan nya pun berceceran di lantai dan terlihat raut wajah Mamanya yang berubah menjadi merah padam seperti sudah menahan amarah sejak tadi.
"LENO ITU SEHAT, DIA GAK PERNAH SAKIT, BAHKAN GARIS KEHIDUPAN NYA KALAU DI LIHAT PAKAI MATA JUGA BAKAL LEBIH TERANG DARI PADA GARIS KEHIDUPAN PUNYA MU, AINEE!!!"
Ainee terkejut mendengar jawaban Mamanya badan nya bergetar, mata nya memanas dan tak butuh waktu lama air mata nya pun jatuh, Mamanya yang tersadar dari emosinya langsung menghampiri Ainee yang sedang menangis dengan ekspresi wajah terkejut.
"Maafin Mama, Mama gak bis-"
"Mama keluar sebentar, aku lagi pengen sendiri" ucap Ainee dengan nada lirih namun masih bisa didengar. Ainee menunduk dari tadi, otak nya masih memikir kan kejadian kemarin saat Lenora didorong keluar dari ambulan oleh Mama nya.
Lenora dan Stevan sampai di sekolahan setelah jalan kaki selama 30 menit, sekolahan juga sudah mulai ramai, guru-guru juga satu persatu mulai datang ke sekolahan, itu menandakan tidak lama lagi bel masuk akan bunyi.
"Pagi Len" sapa Clare yang kebetulan baru datang ke sekolahan dengan wajah yang ceria dan serasa di sekitarnya ada gliter yang berjatuhan. Dia bahkan seakan sudah melupakan kejadian kemarin.
"Oh pagi" jawab Lenora dengan senyuman ramah nya tak lupa gaya peace kekanan andalan nya.
Sadar ada yang kurang, Clare langsung bertanya ke Lenora, "Ainee mana?"
"Kambuh, lagi di Rumah Sakit dia" jawab Lenora dengan wajah sedih.
"Kok bisa?!, pasti kamu gak jagain Ainee kan, seharusnya kemarin kalian pulang bareng aja kemaren" ucap Clare heboh dan terkesan menyalahkan Lenora.
"Clare!" tiba-tiba Andy membentak Clare, seketika kelas menjadi hening. "Jangan pernah lagi menyalahkan orang tanpa tau keadaan sebenarnya". Clare terdiam, dia lagi-lagi lepas kendali terhadap emosinya. Clare juga lupa dengan nasihat Stevan kemarin. Tapi memang bagi Clare, Ainee sudah seperti adik sendiri yang harus dia jaga.
"Kan diem kan"
"Udah gaes, jangan bertengkar, masih pagi loh ini, Ainee nya juga 2 hari lagi pulang kok" . Lenora melerai teman nya agar tidak ada yang terluka hati nya.
"Obsesif banget sama Ainee" Semua langsung menoleh ke sumber suara yang ada di belakang mereka, dan raut wajah mereka tiba-tiba berubah dengan wajah yang tidak suka dengan orang itu.
"Obsesif banget sama Ainee. Emang istimewa nya orang itu apa sih?"
"Udah, May, jangan bikin masalah ini tambah runyam" ucap Lenora yang udah gak tahan dengan situasi ini mana bel masuk bentar lagi mau bunyi juga.
"Ck, emang udah buta mata kalian tuh", May langsung pergi ke kelas duluan karena kesal dengan Lenora yang selalu membela teman nya dari pada dirinya, padahal dia juga teman nya tapi itu dulu, sekarang dia adalah hama di mata Lenora dan lain nya.
"Ainee sialan"
Setelah May pergi, semua langsung masuk ke kelas karena jam pelajaran pertama sudah di mulai.
Jadi dulu sebelum mereka semua tau kalau salah satu dari sibling Daisha memiliki penyakit, mereka ber-6 termasuk May suka sekali berkumpul di kantin saat istirahat, tertawa bersama, bercanda sampai anak lain iri dengan keakrapan mereka, namun May tiba-tiba menjauh saat tau kalau salah satu dari sibling Daisha mempunyai penyakit dan orang disekitar mereka mulai memperlakukan sibling Daisha dengan perlakuan berbeda dan May benci dengan itu, selain itu May juga merasa ada sesuatu yang aneh terhadap perilaku Ainee yang tiba-tiba berbeda, May merasa ada yang ganjal dengan adanya penyakit yang Ainee derita.
1 tahun yang lalu
"Mayyyy!" panggil Clare dari ujung lorong gerbang karena baru sampai sekolahan padahal jam masuk kurang 10 menit lagi.
"Hai, pagi" sapa May kepada Clare dan mereka pun mengobrol berdua sambil berjalan di lorong menuju kelas mereka masing-masing. May tidak sekelas dengan Clare akhirnya berpisah di depan tangga lantai satu karena kelas May ada di atas. Saat May sedang jalan ke kelas nya ia tidak sengaja menabrak Ainee yang sedang jalan menunduk dan terlihat seperti agak terburu-buru.
"Eh Ainee, baru datang?, Leno mana?" tanya May yang tidak melihat ada nya Lenora di sekitar Ainee karena dimana ada Ainee, di belakang nya pasti ada Lenora yang sudah seperti bodyguard nya Ainee, kadang Ainee sampai risih karena diikuti Lenora terus, ya niat nya emang baik mau jagain kalau ada apa-apa, tapi ya kalau sampai buang sampah aja di ikuti kan jadinya kayak orang overprotektif.
"Kak Leno.......lagi di perjalanan" jawab Ainee lalu tersenyum kaku dan kelihatan ada keringat yang jatuh di pelipis kiri nya.
"Kok gak barengan?"
"Emmm.......itu, kak Leno bangun nya telat jadi aku berangkat duluan" ucap Ainee dengan nada gugup yang membuat May curiga dengan Ainee, apalagi gelagat Ainee yang sama sekali tidak menatap mata May saat menjawab.
"Hmm, ya udah". Lalu Ainee buru-buru pergi dari hadapan May, entah karena emang sedang mengejar waktu karena sudah mau masuk, atau ada sesuatu yang dia sembunyikan, May benar-benar enggak bisa kalau temannya mulai menyembunyikan sesuatu dengannya. "Aneh banget si Ainee, kenapa jawab nya gak jujur?"
Sesampai nya di kelas, May melihat belum ada guru yang masuk, kelas masih ramai dengan suara canda dan gosipan teman-teman nya, ada juga yang teriak karena sedang main game. "Aman". Belum juga May mendudukan pantat nya ke kursi, May sudah mendengarkan gosip yang tidak mengenakkan di telinga.
"Eh, katanya Ainee si anak IPS-1 punya penyakit jantung"
"Ainee kembaran nya Lenora?"
"Iya"
"Ih kasihan banget dia, pantesan setiap jam olahraga dia gak ikut"
"Tapi katanya ada yang bilang kalau Lenora gak pernah di antar jemput sama Mama nya, padahal Ainee aja di antar jemput"
"Eh, terus dia kalau berangkat naik bus gitu?"
"Iya, katanya si Sasa anak BAHASA-2 pernah gak sengaja berangkat bareng sama dia"
"Wah parah sih Mama nya"
"Jadi itu yang selama ini Ainee sembunyikan"
Tak lama gosip itu menyebar ke seluruh sekolahan sampai di dengar para guru, ada yang kasihan ada juga yang hanya sekedar 'oh' dan parah nya ada yang adu nasip juga. Semakin lama May melmperhatikan Ainee, semakin dia tau dengan gejanggalan yang May rasakan, dan May tidak suka dengan Ainee yang terlihat seperti orang yang sakitny di buat-buat dan Mama mereka juga salah satu alasan kenapa May mulai tidak suka dengan Ainee. May tidak suka dengan Ainee yang mulai terlihat memanfaatkan Lenora hanya karena satu penyakit nya.
Istirahat pun tiba setelah Lenora dan teman-teman nya di gempur dengan rumus matematika dan ekonomi selama 4 jam otak mereka udah berasap butuh yang dingin biar enggak konslet otak nya dan sekarang Lenora berada di kantin bersama dengan yang lain nya.
Mereka ber-4 terdiam kelelahan menghadapi nasip hari senin nya yang suram, pagi mereka harus buru-buru berangkat biar tidak telat upacara, habis upacara mereka harus menghadapi matematika dan ekonomi hanya dengan jeda istirahat 5 menit karena guru ekonomi selalu tepat waktu meskipun hujan juga akan diterjang demi mengajarkan anak IPS untuk menghitung uang dengan banyak angka nol di belakang.
Semua nya termenung dan hanya terdengar suara bising dari murit lain yang sedang jajan di kantin dengan waktu yang sangat singkat, Andy yang sekarang beralih untuk memainkan nintendo nya, Stevan yang masih asik memakan batagor bahkan sudah nambah satu porsi lagi, Clare yang dikit-dikit benahin poni nya, dan terakhir Lenora yang punya rencana untuk datang menjenguk Ainee namun dia bingung mau datang kapan karena dia tidak ingin bertemu Mamanya yang seperti nya masih benci terhadap Lenora.
"Btw, pulang sekolah nanti aku mau mampir ke Rumah Sakit, ada yang mau ikut gak?" tanya Lenora dengan wajah yang bahagia dan jadi terlihat bercahaya, seperti di film-film kalau ada anak ganteng tersenyum belakang nya langsung ada cahaya ilahi yang bersinar menandakan kalau dia tuh anak termanis yang ada di sekolahan, ya, Lenora mempunyai rencana untuk datang menjenguk Ainee bersama teman nya agar dai selamat dari amukan Mamanya, semoga.
"Semua bakal ikut, soal nya dah di rencanain sebelum lu datang ke kantin" kata Andy yang mulai main saham lagi dan menelantarkan nintendo nya, udah lah permainan orang kaya sama orang missqueen tuh beda jauh level nya, yang satu menghasilkan uang yang satu ngabisin uang.
"Helah, sia-sia dong aku tanya tadi"
***
Waktu pulang sekolah pun tiba, mereka ber-5 langsung menuju ke Rumah sakit, parsel nya?, mereka semua tidak jadi membawa parsel gara-gara pulang nya terlambat karena harus nungguin Andy yang rapat osis yang lama nya sampai 2 jam sendiri, untung tadi pulang nya jam 12 siang, coba kalau pulang nya pas jam 3 sore, bisa-bisa malam baru sampai di rumah sakit, mana jam besuk nya cuma sampai jam 8 malam.
"Lama banget kamu rapat nya" ucap Clare dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.
"Nama nya juga osis, Clare" balas Andy dengan senyuman manis nya yang bisa membuat para wanita pingsan seketika.
"Itu lah alasan kenapa gw gak mau jadi osis" ucap Stevan yang jiwa-jiwa nya emang terbuat dari baja, enggak tau aja kalau dia bilang di depan anggota osis lain nya bisa-bisa besok disuruh buat surat permintaan maaf terus disuruh di baca di lapangan.
Ya gitulah osis, kadang ada yang ngerasa jabatan nya tuh lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mengikuti organisasi lain nya, ada juga yang merasa kalau pekerjaan yang dilakukan osis tuh berat, siswa lain nya enggak bakal bisa melakukan pekerjaan osis padahal bukan dia sendiri yang ngerjain, ada juga anggota osis yang gila jabatan sampai-sampai kalau jalan di depan siswa lain kepala nya sedikit mengangkat dan seperti mengatakan kalau "gw osis nih lu kudu tunduk sama gw" padahal kepala sekolah juga bukan, dan parah nya lagi kalau yang kayak gitu masih anggota baru yang masih kelas 10, padahal kalau di lihat osis tuh seperti DPR kalau di ibaratkan dengan susunan politik negara.
Mereka semua berangkat menggunakan bus kota, memang nya gak ada yang bawa kendaraan?, ada yang bawa, Si Andy bawa mobil, lain nya gak ada yang punya, paling-paling mentok motor doang sebiji, tapi kalau kata Andy gini, "Males banget cari parkiran mobil, belom lagi kalau posisi nya gak lurus terus dapat nya yang panas, mending naik bus aja biar nanti mobil gw diambil sama sopir" kata Andy gitu.
Setelah 14 menit 60 detik mereka duduk di bus yang ramai karena sudah waktu nya jam pulang dengan menikmati pemandangan kota yang panas semriwing, akhir nya mereka sampai di Rumah sakit tempat Ainee di rawat. Baru saja sampai di bagian loby, mereka merasa seperti selep dadakan, Andy dan Lenora yang emang notabe nya punya muka ganteng dan agak mirip oppa-oppa korea langsung di plototin sama anak muda di sana, suster yang kebetulan lagi lewat di depan mereka aja ngelihatin sampai hampir nabrak kursi roda, sedangkan Stevan yang walaupun botak tapi tetap cool juga dilirik oleh para mama-mama mencari menantu untuk anak cewek nya.
"Len, lu tau kamar nya Ainee gak?" tanya Andy sambil gaya sok keren dengan tangan kiri yang di taruh pinggang seperti sedang bergaya di atas panggung catwalk.
"Enggak" jawab Lenora sambil menggelengkan kepala.
"Kalau lu, tau gak?" tanya Andy ke Stevan yang lagi sibuk bobol wifi Rumah sakit pakai aplikasi dari playstore, enggak modal banget emang, sok-sokan bobol wifi, cara root di hp aja enggak tau, "Lu tolol apa bodoh Dy?, kembaran nya aja kagak tau apa lagi aku yang cuma teman nya"
"Lah terus ini kita ke Ainee nya gimana?, bukain kamar satu-satu?" tanya Andy dengan nada sedikit marah untung nya lobi rumah sakit tidak se-sunyi lorong rumah sakit.
Buagh
"Resepsionis kamu anggap apa, tolol" ucap Clare yang udah capek melihat ketololan Andy yang kadang keluar tidak tepat waktu, kalau diibaratkan seperti listrik rumah yang konslet saat ada orang rumah yang lagi bilas shampo, bayangin gimana perih nya saat busa shampo nya masuk ke mata apalagi yang ada extra daun mintnya.
"Sayang banget, padahal kamu sama ganteng nya kek aku loh" ucap Lenora terus ikut jalan.
"Kamu pas pembagian otak tidur ya?" tanya Stevan terus ikut jalan ke resepsionis juga.
Andy yang mendapatkan kata-kata kejam dari teman nya hanya diam terkejut namun tidak menangis karena kalau nangis malu-maluin, ya terima aja, pendam dalam-dalam di hati, kubur dulu kalau bisa pakuin, nanti kalau udah waktu nya di balas tinggal di lepas.
"Iya ya, resepsionis ada buat apa kalau gak buat nanya", nahkan Andy baru sadar kegunaan resepsionis.
Setelah selesai tanya ke resepsionis, mereka langsung pergi ke kamar Ainee yang ternyata ada di lantai atas sendiri dan karena Clare sebenarnya punya jiwa-jiwa jail yang naudhubillah akhir nya dia milih Stevan buat jadi target kejahilan nya, dan pas banget Stevan berdiri di depan Clare.
"Eh kamu gak mandi ya?" tanya Clare ke Stevan saat mereka sedang naik lift.
"Ih iya kah?, jorok kali dirimu pan" ucap Lenora yang ikut-ikut dan gak tau apa-apa, Clare yang merasa teman nya sangat mendukung dalam hal menjahili menjadi lebih gencar untuk menjahili Stevan.
"Ih mandi loh gw" ucap Stevan yang protes karena merasa di tuduh.
"Pantesan dari tadi gw jalan di sebelah lu bau ****** banget" kata Andy terus di plototin sama Stevan.
"Gak usah ngadi-ngadi ya lu"
"Ih gw mandi loh gaes, coba nih cium ketek gw, baru gw kasih reksona tadi sebelum berangkat sekolah" kata Stevan terus nyodorin ketek nya ke Andy.
"Ih ya gak gw juga yang disuruh cium ketek lu"
"Dah lah, males kali gw berkawan sama kalian" kata Stevan yang udah ngambek.
"Lah ngambek, bercanda loh kita ini" ucap Clare yang menyudahi acara kejahilan nya takut nanti Stevan makin marah.
"Iya loh kita cuma bercanda, Clare aja yang kurang kerjaan nuduh orang gak mandi" kata Lenora yang sekarang malah ngebelain Stevan.
Setelah itu hening sebentar tapi gak lama mereka semua ketawa, emang dasar nya pada random semua otak mereka jadi wajar kalau cuma tatap-tatapan aja udah ketawa ngakak.
Di ruangan yang ber-AC, Ainee merasa kesepian, hening, sampai-sampai suara AC nya kedengeran. "Ainee, mama masuk ya" ucap mama nya yang udah 20 menit di suruh keluar. Ainee yang belum mau mama nya masuk hanya menatap datar dengan mata kecewa, namun nama nya orang tua mau jawaban anak nya berbeda dengan keinginan orang tua, tetap pilihan orang tua yang diambil.
"Ey yo Ainee!" teriak Andy yang masuk ke ruangan Ainee tanpa melihat ada Mamanya di kembar di dalam.
"Ini RS bodoh" disusul dengan Clare yang menggeplak kepala nya Andy.
"Hai, dah baikan?" tanya Lenora lalu menaruh buket bunga. Ainee yang senang kakak nya datang bersama teman-teman nya tersenyum lebar dan tulus, mungkin.
"Leno kenapa kamu kesini?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!