..."Kadang dunia memang sebercanda ini"...
...~Claudia Rosenta Amalia~...
...*****...
...*****...
...Revisi...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*****...
Claudia Pov
Gue hidup di jaman modern dimana kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan cepat, Gue juge memiliki hobi membaca novel ber-genre romantis, fantasi dan aksi apalagi romansa istana selain itu gue juga suka membuat aneka macam jenis roti dan dessert. Nama gue Claudia Rosenta Amalia umur 20 tahun aku seorang pelatih taekwondo, seperti kalian ketahui gue juga memiliki keluarga yang harmonis walau hanya tinggal bersama ayahku saja beserta adik laki-laki gue karna ibu gue udah tenang dialamnya.
Kalian harus tahu jika gue ini sangat populer dikampus, banyak sekali yang menyukai gue haha sangat PD tapi itu memang kenyataan yang tak bisa dielak sih karna gue keturunan Indonesia Korea. Walau begitu aku sudah memiliki seorang pacar dan kita sudah berjanji untuk menikah di usia 25tahun nanti.
Namun saat hari kelulusan dimana hari itu harusnya menjadi hari yang paling membahagiakan untuk gue karena berhasil lulus dengan nilai terbaik malah hari itu menjadi saksi penghianatan pacar gue bersama sahabat gue sendiri! coba bayangkan kalian diposisi gue.
Hati gue tentunya sakit karena telah dihianati oleh pacar dan sahabat sendiri. Gue menghampiri mereka berdua tanpa melontarkan satu katapun dan reflex tangan gue melayang pada pipi pria yang kucintai, air mataku tak bisa dibendung lagi rasa yang kurasakan sangat sesak di dada, Gue berlari meninggalkan mereka berdua tidak tahu harus pergi kemana yang penting lari saja gue tidak ingin melihat pria bajing*an itu.
Tanpa kusadari gue berlari tanpa melihat rambu lalu lintas, gur gak tahu jika hidup gue pendek cuman gara-gara melihat mereka berkhianat dan berakhir seperti ini.
Tin......tinnn........
Brukkk.......
Sebuah mobil menghantam tubuh gue dengan laju cukup kencang membuat diriku terlempar pada batas jalan, Pandangan gue waktu itu sangat kosong, perlahan mata mulai gak bisa melihat cahaya terang semuanya gelap, badan gue rasanya mati rasa dengan darah terus mengalir dari tubuh gue.
Sebelum menutup mata, gue berdoa kepada Tuhan untuk memberikan karma kepada mantan sahabat dan mantan pacar gue, semoga mereka menderita setelah kepergian gue.
Saat itu juga gue tertidur lelap dengan hati yang masih terasa sakit.
Inilah kisah gue dikehidupan gue sebelum gue bertransmigrasi kembali ketubuh orang yang gak gue kenal.
...*****...
Normal POV
Dikejadian yang sama seorang gadis sedang berada di kamarnya, ia sedang duduk dipinggir ranjang dengan perasaan bimbang.
"Ini hari terakhir ku, bahkan semua orang tidak peduli padaku"
Gadis tersebut meminum pil sebanyak 10butir, ia meneguknya dibantu dengan red wine. Ia menjatuhkan diri nya diatas kasur lalu menutup matanya perlahan diakhir hidupnya ia menitikkan air mata.
"Maafkan kesalahan ku ayah, semoga ada seseorang yang bisa mengubah takdir ku".
...*****...
Seorang gadis membuka matanya perlahan pandangannya masih kabur, lalu ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya.
"Apa ini surga?" Lirihnya, "Sepertinya gue memang sudah mati, tapi... emang surga ada ruangan berdisign Eropa begini?" Tambahnya lagi.
Semua orang yang ada di ruangan terkejut melihat nona nya membuka mata.
"Cepat panggilkan dokter!" Lantang seorang pria menyuruh pelayannya.
Dokter pun datang langsung mengecek keadaan nona tersebut.
"Dokter? Di surga ada dokter?" Tanyanya bingung melihat banyak orang di ruangannya. Ia membangunkan badannya duduk bersandar pada kepala ranjang yang ia tiduri, "apa kalian sedang melakukan akting? maaf ya tapi gue bukan aktris jadi gak bisa akting lagian diakhirat emang ada begituan?"
"No...nona?" Ucap seorang pelayan yang berada di sisi kiri ranjangnya, Claudia pun menoleh pada pelayan itu.
"Dokter ada apa dengan putriku? Kau tidak ingat ayahmu ini?" Tanya pria tersebut.
Claudia menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mengerti dengan ucapannya, ia memegang pipinya tidak percaya "bukannya gu- aku sudah mati? Ini dimana? Kalian siapa?"
"Sepertinya nona kehilangan ingatannya sementara" ucap dokter memberikan resep obatnya "racun didalam tubuhnya tinggal sedikit, nona tidak boleh banyak aktivitas dan minum obat teratur saya permisi" dokter pun pergi dari ruangan tersebut.
"Kalau begitu kau istirahat saja, Larin kau bantu dia" ia pun ikut pergi dari ruangan itu.
Setelah kamarnya sepi, Claudia bangun dan berjalan kearah cermin, ia menyentuh kedua pipinya dan memandang wajahnya. Rambut pirang memiliki pupil mata berwarna biru dan kulit cerah bagai susu.
Dalam pikirannya ia teringat sesuatu milik tubuh yang ia singgahi "Sebentar dari ciri-ciri yang gue lihat jadi ngingetin gue dari sesuatu" ucapnya dengan nada menelisik, "apa gue bertransformasi gitu ya kek novel-novel gitu perpindahan jiwa, tar gue inget-inget dulu"
"No...nona apa kau baik-baik saja?" Tanya Larin seorang pelayang yang melayani Claudia.
Ia tak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan dari pelayannya itu Claudia masih termenung dalam lamunannya.
"Nona.... Anda tidak apa-apa?" Tanya nya lagi.
"Ck.... lu bisa kan gue gak kenapa-napa, gue minta lu siapkan air untuk mandi" ucap Claudia lalu pergi ke ranjangnya.
...*****...
Malam sudah digantikan dengan fajar, ia membuka matanya dan masih ditempat yang sama. Seorang gadis bangun dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk keluar dari kamarnya.
Claudia POV
Gue kira saat membuka mata lagi gue bakal kembali pada dunia asal gue ternyata nggak, ya gue sadar gue masuk kedalam novel yang terakhir gue baca sebelum hari kelulusan, peran gue disini menjadi putri Duke sekaligus Villain dalam novel ini, Gue masuk pada novel yang berjudul "oh my prince" novel yang menceritakan seorang gadis bangsawan kelas bawah yang menyukai sang pangeran mahkota, dalam cerita itu ditulis deskripsi tentang pemeran utama wanita memiliki sifat baik, anggun dan juga polos. menurut cerita Claudia juga menyukai pangeran mahkota pemeran utama pria tetapi pangeran tidak menyukai Claudia karna dia sering membully Regina Fernandez pemeran wanita selain itu diakhir cerita mereka akhirnya bersatu dan Claudia diasingkan dari pusat kota kerajaan.
Hm.. kalau begitu gue bakal memudahkan jalan cerita ini, Gue akan membantu si Regina yang kayak PPB alias polos-polos Bangs*t itu mendapatkan pangeran mahkota dan gue bakal mendapatkan kebebasan!.
Kalau gue ingat-ingat lagi Claudia sudah bertunangan dengan pangeran mahkota, gue harus mencari cara untuk membatalkan pertunangan ini. Ah iya gak lama lagi akan ada jamuan di istana, gue bakal pergi kesana dan berbicara dengan pangeran, sebelum itu gue akan berbicara dahulu kepada ayah dia pasti menyetujuinya kan?
Claudia POV end
...*****...
Claudia sedang duduk di taman bunga menikmati udara segar, tak lama seseorang menghampiri nya dan duduk diseberang Claudia.
"Adikku kau benar-benar sudah sembuh? Kakakmu sangat khawatir katanya kau tidak bangun selama satu Minggu, aku langsung pergi dari daerah keluarga kita untuk menemuimu" ucapnya
"Ardhan brother? Gu- Aku baik-baik saja, waktu itu pikiranku tidak bisa dikendalikan jadi ya begitulah" jawab Claudia dengan santai, "gue harus ubah kosa kata gue mulai dari sekarang, ok semangat Claudia!"
"Apa karna pangeran mahkota? Aku sudah mengatakan padamu berkali-kali jangan bersamanya kalau begini sudah terlanjur sebentar lagi kau akan menjadi ratu selanjutnya" tambahnya.
"Ini belum terlambat kak, aku punya rencana dan aku sudah sadar karna aku hanya terobsesi pada wajahnya saja dan perasaan ku padanya biasa saja" ucap Claudia sembari meremas gaunnya.
"Maksudmu kau tidak mencintai pangeran mahkota?" Ucapnya ragu.
"Kau tahu jika pangeran memiliki cintanya, dan aku tahu wanita itu dari keluarga count Fernandez, jika aku terus berhubungan dengan keluarga kerajaan aku akan kalah karna akan menjadi ratu yang tak dicintai aku tak ingin keluarga kita kehilangan muka" senyum Claudia penuh dengan arti.
Ardhan mengusap kepala Claudia dan mengucapkan sesuatu pada Claudia "tenanglah kakak akan membantu rencana mu, aku tak ingin adik manisku disakiti oleh pangeran baji*ngan itu, untunglah adikku sudah tidak bodoh lagi"
"Maksudmu kemarin-kemarin aku bodoh huh?!" Claudia memukul tangan kakaknya yang ada dihadapannya. "Ah tapi memang benar sih waktu itu aku sepertinya bodoh sangat sangat bodoh"
Mereka berdua pun bercanda gurau di taman dan sesekali tertawa membuat suasa menjadi hangat, tak ayal para penjaga dan pelayan ikut tersenyum melihat hubungan kakak beradik itu.
TBC.
hai ini Revisi ya, kalau bab selanjutnya agak gak nyambung berarti belum semua direvisi, terimakasih.
Potret Claudia Nelson.
Potret Claudia Rosenta Amalia.
Terimakasih sudah membaca karya Transmigrasi Claudia. mohon dukungannya 🙏
mohon maaf jika ada kesalahan dalam penempatan kata.
..."Mengubah alur? ok, let's play game!"...
...~ Claudia Leonna Nilson ~...
...*****...
...*****...
...Revisi...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*****...
Claudia melangkahkan kakinya menuju keruangan kerja ayahnya, hari ini Claudia akan mengatakan rencana pembatalan pertunangan nya dengan pangeran mahkota.
Ia memasuki ruangan tersebut dan memberi salam kepada ayahnya.
"Selamat pagi ayah, semoga kau sehat selalu" ia sedikit membuka badannya.
"Hm, duduklah kau harus banyak istirahat" ucapnya lalu duduk diikuti dengan Claudia.
Mereka berdua sedang menikmati teh yang disajikan oleh pelayan dan belum memulai percakapan sehingga ruangan tersebut hening tak ada suara.
Claudia mencoba memecahkan keheningan tersebut dengan memanggil tuan yang ada di hadapannya itu "ayah...."
"Apa kau menginginkan sesuatu? Atau kau ingin bertemu dengan pangeran mahkota?" Tanya nya santai.
"Ah... Tidak tidak ayah, aku sama sekali tidak ingin bertemu dengannya em aku ingin membatalkan pertunangan dengan pangeran mahkota" ucap Claudia ragu-ragu.
"Ya baiklah......, Hah apa? Kau ingin membatalkan pertunangannya? Kau serius?" Kaget Duke Nilson.
"Seperti yang ku katakan memang benar ayah aku ingin membatalkan pertunangannya, aku tak ingin menjadi yang kedua walau posisiku nomer satu di kerajaan" jawabnya dengan menundukkan kepalanya.
"Bagaimana ya,... Tapi ayah setuju denganmu, ayah tak bisa membiarkan putriku berada di kediaman kerajaan, ayah akan usahakan kau tenang saja" Duke Nilson memberikan sebuah surat undangan dari istana kepada Claudia, "kau diundang di pesta kerajaan, kau datanglah bersama kakakmu. ingat jangan berbuat masalah lagi, soal pembatalan tunangan serahkan pada ayah"
"Baiklah terimakasih ayah, aku akan melakukan yang terbaik" ucap Claudia sangat bahagia.
***
Dikamar Claudia merebahkan badannya diatas ranjang, ia menatap langit-langit kamarnya "Langkah awal sudah selesai, tinggal langkah kedua membuat dia menyesal" Ia menyeringai lalu tanpa sadar ia mulai menutup matanya untuk terakhir kalinya, canda terakhir.
Sisi lain di kediaman Grand Duke Nilson semua orang yang bekerja disana sedang membicarakan Claudia.
"Kau tahu, nona kita sudah berubah aku sebagai pelayan pribadinya merasakan hal itu, biasanya nona suka memilih baju yang paling mahal setiap hari dan harus berpenampilan sempurna"
"Wah benarkah?"
"Tentu saja, nona dulu jarang sekali tersenyum kepada pelayan sekarang dia sangat lembut dan perhatian kepada pelayan"
"Aku turut senang jika nona kita berubah, semoga semua ini bukan mimpi"
"Aku juga".
Keesokan harinya Claudia sedang bersiap untuk pergi ke istana untuk menghadiri acara perjamuan. Ia ditemani oleh kakaknya Ardhan, mereka segera berangkat memakai kereta kuda.
Sesampainya di istana mereka masuk kedalam aula yang sudah dipersiapkan oleh kerajaan. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karna Claudia tidak pernah datang ke perjamuan bersama kakaknya Ardhan, memakai baju yang serasi bak tokoh utama di aula tersebut.
"Aku akan segera kembali, tunggu disini" ucap Ardhan lalu pergi meninggalkan Claudia.
Claudia hanya mengangguk dan tersenyum tipis, semua orang yang ada di aula tersebut tak berani mendekati Claudia karna mereka tahu jika Claudia sering berulah di perjamuan. Ia hanya berdiri sembari membawa satu gelas red wine ditangannya.
"Yang mulia pangeran mahkota Kyle De Linyork dan Putri dari Count Fernandez, Regina Fernandez memasuki aula!" Teriak lantang pengawal mengungumkan kedatangan mereka.
Perhatian semua orang langsung tertuju kearah mereka berdua. Para bangsawan saling berbicara satu sama lain.
"Pangeran sangat cocok dengan putri count Fernandez, dia sangat cantik"
"Benar aku setuju soal ini, selain cantik dia juga baik hati"
"Dia cocok menjadi permaisuri masa depan"
"Tidak seperti putri Grand Duke Nilson, perbedaannya sangat jauh dan tidak cocok dengan pangeran"
"Dengar-dengar nona Nilson sudah berubah, ternyata benar dia diam saja tadi tidak ada reaksi sama sekali saat pangeran masuk bersama wanita lain'
"Jangan lihat covernya mungkin dia sedang merencanakan sesuatu"
"𝘉𝘰𝘥𝘰𝘩, Gue 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘏𝘶𝘩 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 Gue 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘨𝘢𝘳 g𝘶e 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 gue 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵" batinnya "𝘩𝘶𝘩..? 𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘢𝘥𝘢 gue 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘬? 𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘤𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘢? 𝘛𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘬 gue Claudia 𝘙𝘰𝘴𝘦𝘯𝘵𝘢 Amalia 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘤𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘢 tapi kan gue juga claudia" tambahnya terkekeh dalam batin.
Claudia hanya berdiri disisi barat ruangan memperhatikan pangeran dan regina. Mata pangeran saling bertemu dengan mata Claudia, lalu ia memalingkan wajahnya dan pergi dari pandangan pangeran.
Pangeran Kyle merasa ada yang aneh dalam diri Claudia, biasanya jika ia melihat pangeran bersama Regina dia akan berbuat sesuatu untuk mempermalukan Regina akan tetapi hari ini dia sama sekali tidak bertindak demikian.
Acara berdansa pun dimulai.
Pangeran mengulurkan tangannya kepada Regina meminta untuk berdansa bersamanya. "Mau kah kau berdansa dengan ku?"
Regina tersenyum menang melirik kearah Claudia dan menggenggam tangan pangeran untuk berdansa bersama "sebuah kehormatan bagiku bisa berdasa dengan yang mulia" ia sedikit merendahkan tubuhnya kebawah.
Sekali lagi mereka berdua menjadi pusat perhatian di aula tersebut. Claudia hanya mengepalkan tangannya melihat aksi mereka.
Seseorang datang menghampiri Claudia dan meminta untuk berdansa dengannya " Lady Nilson mau kah berdansa denganku?" Ucapnya sembari mengulurkan tangannya.
Pria dengan postur gagah kira-kira tingginya 182cm, berambut pirang berkilau dan memiliki pupil mata berwarna biru laut serta memiliki wajah yang tak kalah tampan dengan pangeran.
Claudia meraih tangan pria tersebut sebagai tanda setuju untuk berdansa bersama. Tak kalah dengan pangeran dan Regina, Claudia juga menjadi pusat perhatian dimana dia sedang berdansa dengan pria yang setara kedudukannya dengan ayahnya, Yap betul pria tersebut adalah Duke Effrand.
"Bukankah dia Duke Effrand"
"Kau tidak salah"
"Ini pertama kalinya aku melihat Duke Effrand berdansa dengan seorang wanita, dan aku tak menyangka jika wanita itu putri Duke Nilson"
Semua orang sedang memperhatikan mereka dan menunjukkan rasa kagum kepada mereka berdua.
Pangeran hanya diam melihat Claudia tidak bertinda seperti biasanya "𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭? 𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶" batinnya, ia mengepalkan tangannya.
Regina melihat pangerannya merasa tidak senang dengan Claudia. Dia hanya tersenyum dan mencoba menenangkan pangeran.
Dansa antara Duke Effrand dan Claudia telah usai. Lalu Claudia menghampiri pangeran dan meminta waktunya untuk berbicara.
Pangeran tidak bisa menolaknya karna kakak Claudia memberikan tatapan sadis kearahnya.
"Bicaralah nona Nilson" ucapnya santai.
"Aku tidak ingin berlama-lama lagi, aku ingin mengakhiri pertunangan ini" ucap Claudia dengan tenang.
Seisi ruangan tersebut kaget dengan pernyataan Claudia.
"Aku sangat terkejut dengan perkataannya"
Para bangsawan yang ada didalam ramai membicarakan Claudia.
Pangeran membulatkan matanya bertanda ia sangat terkejut dengan perkataan yang dilontarkan dari mulut manis Claudia.
"Proposal pembatalan pertunangan kita akan segera ku kirim ke istana" Claudia menyatukan kedua tangan Pangeran dan Regina "Semoga kalian bahagia, aku tak akan menggangu kalian lagi, dan untuk Nona Fernandez saya mohon maaf atas kelakuan dimasa lalu" ucap Claudia sembari tersenyum.
Seisi ruangan tersebut dibuat terkejut lagi dengan perminta maafkan dari mulut Claudia, karna seperti kalian ketahu wanita arogan tidak pernah mengatakan kata maaf dan terimakasih.
Claudia pun pergi meninggalkan aula tersebut, pangeran mencoba untuk menyusul Claudia akan tetapi ia di tahan oleh Regina. "Yang mulia kepala ku pusing sekali" ucap regina memegang kepalanya bertanda tidak berdaya.
Pangeran tak bisa berbuat apa-apa dan pergi membawa Regina ke ruang istirahat.
"𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘳𝘬𝘶? 𝘏𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘭𝘶" batinnya.
"Menarik" ucap seorang pria memandang kepergian Claudia dan menarik ujung bibirnya tersenyum senang.
TBC.
Bab ini sudah di Revisi.
..."Saatnya bertempur"...
...~ Claudia ~...
...*****...
...Revisi...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*...
...*****...
Lima hari berlalu setelah hari perjamuan Claudia bersama dengan ayahnya yaitu Duke Davis Fredrick Nelson berangkat ke istana kerajaan karna mereka berdua diundang langsung oleh Raja.
Sesampainya di istana mereka langsung masuk ke dalam dan memberi salam kepada sang raja.
"Semoga kesejahteraan memberkati Anda yang mulia" ucap Claudia dan Duke Nilson.
"Angkat kepala kalian" ucap Raja Linyork, "kalian diperbolehkan untuk duduk"
Awalnya Raja dan ayah Claudia sedang membahas tentang masalah kerajaan hingga akhirnya raja menyinggung tentang pembatalan pertunangan antara Claudia dan pangeran mahkota.
"Jadi apa alasan putri Duke Nilson ingin membatalkan pertunangan dengan pangeran mahkota?" Tanya raja Linyork.
"Saya tidak ingin terlibat masalah istana dan saya masih muda saya banyak pekerjaan serta alasan lain saya tidak terima dengan perlakuan pangeran, saya akui memang saya yang memaksa menikah itu memang kesalahan saya jadi saya ingin meminta maaf dan saya mohon setujui pembatalan pertunangan saya bersama pangeran mahkota" Ucap Claudia tanpa rasa gugup.
"Tidak bisa!" Lantang seseorang datang menemui mereka bertiga Yap betul dia adalah pangeran mahkota "Bagaimana pun juga Nona Nilson harus menjadi permaisuri ku"
Sontak mereka bertiga melihat kearah yang sama yaitu pangeran mahkota.
"Aku tak tahu kenapa kau ingin membatalkan pertunangan kita, semua itu tak akan terjadi jika aku menolaknya" tambah pangeran.
Claudia langsung memutarkan matanya malas dan menatap kearah pangeran mahkota Kyle De Linyork "aku memang banyak salah padamu, bukankah ini kemauan anda pangeran?" Ucap Claudia dengan menekan setiap kata.
Pangeran Mahkota mendekati Claudia lalu meraih tangannya, "aku sudah berjanji bukan saat kita masih kecil jika kau akan menjadi ratu dan permaisuri ku satu-satunya?"
Claudia melepas genggaman pangeran Mahkota dengan lembut karena disana masih ada dua paruh baya yang sedang menonton anak muda berdrama, "Aku ingat! tapi kau yang telah melanggar janjimu sendiri, kau terus mengacuhkan ku lalu kau dengan terang-terangan membawa gadis lain disampingmu!" bisik Claudia pada pangeran Kyle.
Pangeran Mahkota diam mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut manis milik gadis cantik yang berdiri dihadapannya.
"benar bukan, kau sendiri yang sudah melanggarnya" ucap Claudia lalu ia berjalan kearah raja dan ayahnya, "Yang mulia terimakasih jamuan hari ini, keputusan saya sudah bulat, mohon maaf atas ketidak sopanan saya" ucap Claudia sopan sambil membungkuk 75° lalu pergi dari sana.
Pangeran Mahkota terdiam tanpa sadar tangannya mengepal menahan emosi.
"mohon maaf yang mulia dengan sikap putri saya, saya permisi harus menyusul putri saya" ucap Duke Nilson sambil berpamitan, ia pergi setelah mendapat ijin dari sang raja.
"dasar anak bodoh, ia membuang berlian demi sebuah krikil" gumam raja Linyork.
Duke Nilson pun pergi meninggalkan istana bersama dengan Claudia.
Masih ditempat yang sama raja berbicara dengan pangerannya "sudah ku katakan jangan bermain dengan putri Duke Nilson jika kau kehilangan dia kau akan kesusahan dan posisimu bisa terancam" ucapnya lalu pergi meninggalkan pangeran mahkota.
Pangeran mahkota hanya terdiam dan mengepalkan tangannya merasa sangat marah dengan perkataan ayahnya.
...*****...
"Aku tak tahu jika pangeran akan menolaknya padahal dia sama sekali tidak mencintai Claudia" gumamnya ia menyandarkan kepalanya di bathup "hah harum sekali, ah iya Larin siapkan baju biasa untukku" ucapnya kepada pelayan pribadinya itu.
"Baik nona muda"
Claudia sedang bersiap-siap untuk keluar dari kediamannya "ssttt larin kau bilang pada ayah ku jika ia datang aku sedang tidur"
"Tapi nona kau akan pergi kemana?"
"Keluar sebentar, aku akan cepat kembali" Claudia pun pergi dari kamarnya melalui balkon kamarnya, "untung saja kamarku hanya di lantai 2 saja", Claudia pergi meninggalkan kediamannya melalui jalan rahasia yang sering digunakan oleh Claudia asli.
Ia pergi ke pusat kota untuk melihat sebuah festival "ku dengar jika ada festival dan ternyata memang benar ada" Claudia menutup badannya menggunakan jubah hitam, "wow disini juga ada manisan dan kentang goreng? Hebat sekali"
"Kau sepertinya menikmati jalan-jalan mu ya Lady Nilson" ucap seseorang menghampiri Claudia.
"Uhuk uhuk kau mengejutkan ku!" Ucap Claudia lalu meminum segelas air. "Ah Duke Effrand, ssttts jangan panggil aku Lady Nilson panggil nama ku saja Claudia"
"Sebuah kehormatan saya bisa memanggil nama langsung kalau begitu panggil saya Raphael saja tak perlu memanggil dengan formal, kau sedang apa disini? Kau tidak membawa pelayan dan pengawalmu" tanya nya.
"Baiklah Raphael, Ah aku ingin jalan-jalan sendiri sambil mencari sesuatu untuk ayah dan kakakku" jawabnya cepat.
Duke Effrand mengusap bibir Claudia karna ada sisa makanan yang ada di bibirnya, "ternyata ada sisi imutnya di wajahmu" ucapnya tanpa sadar sembari memberikan senyuman hangat pada Claudia.
Claudia hanya menatap perlakuan Duke Effrand padanya, lalu ia menyentuh lengan Duke Effrand, "ahh aku bisa melakukannya sendiri tuan Duke" ucap Claudia dengan wajahnya mulai memerah seperti tomat.
Duke effrand pun langsung menyadarinya dan segera melepaskan tangannya dari area wajah Claudia, "maafkan aku, Raphael panggil aku dengan nama juga"
"Huh?....?" Tanya Claudia.
"Raphael" jawabnya cepat.
Diwaktu yang sama Claudia melihat tanda simbol dari baju seorang pengawal, "sepertinya ayahku sudah tahu kalau aku keluar tanpa sepengetahuan nya" mata Claudia bertemu dengan mata pengawal tersebut lalu ia meraih tangan Raphael dan berlari sebelum dikejar oleh pengawal tersebut, "maafkan aku Raphael, sepertinya kau terseret dengan masalahku"
Tanpa menjawabnya Raphael hanya mengikuti arah larinya Claudia dan tersenyum banyak arti, ia melihat bayangan punggung Claudia.
Mereka berduapun bersembunyi dibalik bangunan kosong menunggu para pengawal melewatinya.
"Hah untung saja aku tidak ketahuan" selanya tak sadar masih menggenggam tangan Raphael.
Saat suasananya tenang Claudia baru menyadari bahwa dia menggenggam erat tangan Raphael, "Ah maafkan aku" ia buru-buru melepaskan genggamannya.
Namun Raphael terus menatap wajah Claudia ia tak menghiraukan perkataan yang dilontarkan dari mulut mungil Claudia.
"Raphael?! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Claudia khawatir lalu melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Raphael.
"Ah iya aku baik-baik saja, ehem apa sudah aman?" Tanyanya gugup.
"Sepertinya, aku akan segera pulang sebelum ayahku menemukan ku, sampai jumpa lagi tuan Duke em maksudku Raphael" Teriak Claudia sembari berlari dari hadapannya.
"Cepat sekali ia berlari" ia hanya tersenyum saat ditinggalkan oleh Claudia.
...*****...
Sesampainya dikediaman Claudia segera masuk melewati jalur tembok, ia naik keatas tembok dan saat sampai diatas ia melihat bahwa kakaknya sudah berada di bawah.
"Kakak?" Claudia melompat dari tembok tingginya dan ditangkap oleh Ardhan.
"Kau tahu kesalahan mu? Malam-malam kau pergi darimana?" Tanyanya tanpa menurunkan Claudia dari gendongannya dan membawanya ke kamar Claudia.
"Aku hanya ingin melihat festival di pusat kota" gerutunya.
"Tanpa membawa penjagaan? Jika kau diculik bagaimana?" Khawatir Ardhan dan menurunkan Claudia mendudukkannya di kursi.
"Buktinya aku baik-baik saja" jawabnya.
"Hari ini anggap saja beruntung, tidak ada lain kali lagi jika ayah tahu, kau pasti akan dikurung di kamarmu" ketus Ardhan mengingatkan pada Claudia.
"Kakak jangan bilang pada ayah ya??? Yaa?? Lain kali aku akan membawamu juga" Rengeknya dan membulatkan matanya bertanda memohon pada Ardhan.
"Haiss.... Baiklah kali ini aku maafkan, istirahatlah besok kau harus ikut denganku" ucap Ardhan hendak pergi dari kamarnya.
"Yeayy... Terimakasih kakak, aku akan segera istirahat, kau pergilah" Claudia mendorong Ardhan untuk segera meninggalkan ruangan kamarnya itu.
Claudia langsung merebahkan badannya ke atas kasur dan menutup matanya.
"Nona anda tidak ingin mandi dahulu?" Tanya larin.
"Tidak perlu kau pergilah aku sangat mengantuk.
**TBC.
Bab ini sudah di Revisi kecil-kecilan jadi masih nyambung dengan bab selanjutnya.
Revisi hanya untuk merapikan tulisan dan juga menambah kata yang pas, jika masih ada yg typo mohon maaf karna author masih manusia**.
...Ardhan Bailey Nilson....
...Potret Raphael Elano Effrand....
...Kyle De Linyork...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!