NovelToon NovelToon

Malam Pertama 100 Juta Won

Kembalinya Given

Rain membawaku kabur dari Busan tepatnya dari rumah orangtua angkat yang telah merawat kami selama beberapa tahun ini.

"Nunaa! Cepat! Kita akan ketinggalan kereta!" Ia ambil tanganku agar lari-ku bisa menyeimbangi dia.

.......

Ket : Rain, laki-laki. Ji Soo adalah kakak perempuannya.

........

"Rain, Nuna capek!" keluhku setelah kami berlari tanpa henti. Kini kami berdua bahkan sedang berada di pinggiran hutan yang aku tidak tau dimana.

Kasihan melihatku yang ngos-ngosan, ia pun mengajakku beristirahat sejenak.

"Rain, pulanglah! Nuna akan pergi sendiri." titahku kemudian.

"Tidak, Nuna tidak akan kemanapun tanpa aku. Nuna sangat berharga bagiku, melebihi siapapun." jujurnya, dengan nada datar. Sepertinya anak itu ingin menangis.

Saat tiba di stasiun, ternyata benar, kereta yang harus kami tumpangi sedang memberi peringatan bahwa sudah tiba waktunya untuk berangkat.

"Naiklah Nuna, cepat!" -ia sedikit mendorongku.

"Nuna, ulurkan tanganmu!" Kembali ia berteriak, karena kereta sudah mulai bergerak sementara dia belum naik. Wajahnya tampak terkejut saat aku malah menggeleng dan melambaikan tangan. "Pulanglah Rain, Nuna akan pergi sendiri," -perintahku setengah berteriak.

Dengan kuat ia menggeleng, kulihat dimatanya, cairan bening mulai menggenang. Ia sedang menahan tangis, karena takut ditinggal olehku. Ia tetap berlari untuk menggapai pintu gerbong kereta, sementara kereta mulai melaju.

"Nuna! Jangan tinggalkan aku!" Ia terus berlari sambil mengulurkan tangannya, berharap aku mengulurkan tanganku untuk menariknya.

"Kau bukan adikku! Pulanglah!" teganya aku patahkan semangatnya dengan kalimat itu.

Kembali ia menggeleng, sembari menghapus air matanya. "Nuna!" -ia terus berlari tanpa mengenal lelah.

Kembali aku berteriak : "Rain, nuna akan masuk. Berhentilah berlari!" -ku putar pandanganku ke arah lain. Sesungguhnya, aku merasa sakit melihat dia berlari seperti itu, hanya untuk mengejarku. Kembali aku menatapnya, menatap dia untuk terakhir kalinya. Namun, yang ada hanya rasa sakit.

"Rain, ayolah!" -kuulurkan tanganku kemudian, bisa kulihat dengan jelas, senyum diwajahnya. Kereta benar-benar semakin melaju, tapi dia berhasil menggapai tanganku.

"Hei! Masuk! Kenapa masih bermain disini? Ini berbahaya! Seorang petugas menegurku!"

"Maaf paman, tadi adikku hampir tertinggal!" -jawabku, kini aku dan dia saling menggenggam tangan. Adikku masih dalam keadaan terengah-engah, berusaha ia kembali menormalkan napasnya karena ulahku yang sengaja membuat dia hampir tertinggal.

"Tidurlah! Kamu pasti lelah," -titahku, setelah kami berada di tempat duduk.

"Tidak. Aku tidak akan tidur. Nanti Nuna meninggalkanku." -jawabnya, tegas. Walau pun kemudian, dia benar-benar sedang menahan kantuknya.

Setelah menempuh perjalanan Kereta, kami pun turun dari kereta itu.

"Inikah kota yang kau inginkan untuk kita tinggali?"

"Iya Nuna," jawabnya mantab.

Kini kami memutuskan untuk mencari makan siang.

"Itu Nuna, ayo makan Taebokki saja dulu untuk mengganjal perut." -menunjuk sebuah kedai gorengan.

Sambil menikmati gorengan, aku berkata:

"Rain! Kau masih sangat muda. Kau harus sekolah. Jika bersamaku, kau tidak akan bisa beruntung seperti anak-anak lainnya."

"Tidak, Noona! Aku akan terus berada disampingmu. Noona, jangan menyerah membawaku kemanapun. Mari kita berjalan bersama dan buktikan kepada semua orang bahwa kita bisa hidup walaupun harus berjuang. Mari buat mereka menyesal telah membuang kita."

"Rain, kau sudah dewasa rupanya," aku pun memeluknya erat. Untuk pertama kalinya, pintu hatiku terbuka seluas-luasnya untuk menerima dia sebagai adikku. "Rain, Nuna menyayangimu." -ucapku padanya dan dia, tentu saja sangat senang mendengarnya.

.................

Kediaman keluarga Mario Park.

Keluarga itu sedang menikmati makan siang.

Mario, Jenni dan Jimin yang sudah berusia remaja.

"Mommy, anakmu disini!" Jimin menunjuk dirinya sendiri. Fokus sang ibu hanya ke arah kursi kosong yang terletak disebelah Jimin.

"Sayang, sudah 11 tahun berlalu, apa kamu tidak lelah menyiksa Jimin? Aku, ... Jiimin, kami berdua tersiksa melihatmu begini." -Mario mengelus punggung istrinya itu.

"Maaf, maafkan aku sayang,"

"Tak apa Mommy," -Jimin mendekat ke ibunya dan memberi pelukan pada wanita yang telah melahirkannya itu.

Tiba-tiba... bel berbunyi, sang pelayan pun pergi untuk melihat siapa yang datang.

Beberapa saat kemudian, sang pelayan kembali masuk sambil berlari dan menyerukan nama Tuan dan Nyonya.

"Ada apa?" -tanya Mario, tak biasa pelayan bertingkah bar-bar, berlari di dalam rumah seperti ini. Mereka cenderung terlibat kalem.

"Itu, Tuan, Nyonya, itu ... di luar ada ... ada.."

"Ada siapa?"

"Nona Given, Tuan."

Deg.

Berdiri menegang. Given? Gadis kecil yang dinyatakan telah meninggal dunia 11 tahun lalu, tiba-tiba saja kembali?

.

.

Oke, lanjut part 2 guys....

Please banget, tinggalkan jejak kalian ya guys, baik itu komen dan like setiap part, vote atau hadiah buat mendukung karya ini juga boleh☺🙏

Thanks......

Si Tua

Kota Seoul.

Satu-satunya alasan Rain membawaku pergi dari Busan, adalah karena kedua orangtua angkat kami berencana menikahkanku dengan seorang pria tua untuk mendapatkan imbalan berupa uang. Jelasnya, mereka hendak menjualku. Sangat konyol.

"Ji Soo Nuna, bagaimana kita akan tinggal di kota sebesar ini?" -tanya adikku itu, setelah memandangi begitu banyak gedung tinggi menjulang dan jalan raya yang terdiri dari banyak jalur di ibu kota Korea Selatan ini.

"Rain, apa kamu masih punya uang?" -bukannya menjawab, aku malah menanyakannya tentang uang.

"Tenang Noona, aku masih punya uang." Dengan senyum bangga ia mengeluarkan seikat uang dari tas miliknya.

"Rain! Dari mana kau mendapatkan ini?" tanyaku, terheran, seraya melihat kiri-kanan dengan hati-hati. Jangan sampai ada orang atau penjahat yang melihat bahwa adikku memiliki uang sebanyak 600 ribu won.

"Aku mencurinya dari kamar ayah dan ibu."

"Mencuri? Yang benar saja Rain, kenapa harus mencuri?"

"Memangnya, jika aku minta dengan baik, mereka akan memberi uang sebanyak ini? Noona, bagaimana kalau kita berdua jalan-jalan ke sungai Han?"

"Sungai Han? Untuk apa kesana?"

"Aku dengar, disana kita bisa meluapkan perasaan, Noona, kita bisa berteriak memarahi kesialan hidup ini. Biarkan sungai Han yang mendengarnya."

Kami pun memutuskan untuk naik taxi, menuju sungai Han untuk pertamakalinya.

Waktu sudah menjelang sore, kami baru tiba di sungai Han, masih dengan tas ransel digendongan masing-masing.

Tiba disana, kami berdua tiba-tiba tertawa nyaring, menertawakan satu sama lain.

"Nuna, kita berdua sudah persis seperti turis nyasar yang tidak tau arah jalan pulang!" -Lagi, kami berdua tertawa lepas. Ini adalah moment pertama kami tertawa puas seperti ini.

.

.

Kediaman Keluarga Mario Park.

"Mana dia? Dimana Given-ku? Cucu-ku?"

Nyonya Park Yoora tiba-tiba muncil di muka pintu, setengah berlari memasuki istana anak cucunya itu.

Mendengar kabar kembalinya Given, membuatnya bergegas datang untuk membuktikannya.

"Itu Grand-ma kamu sayang, masih ingat GrandMa?"

"Given?" Nyonya Park terdiam. "Sayang, ini kamu! Benar! Ini cucuku!" -melihat kalung yang sama, sebuah kalung yang diberikan Mario pada putrinya dulu saat masih kecil. Kalung yang memiliki liontin unik dan didalamnya terdapat foto Given kecil dan kedua orangtuanya.

"Grandma, aku tidak percaya, kenapa aku bisa pulang dan bertemu lagi dengan semuanya. Ini terasa seperti mimpi." -Given menangis terharu.

"Dimana kamu selama ini sayang? Kenapa tidak pulang kalau kamu masih ada? Kamu membiarkan kami berduka dalam waktu yang lama."

Selama ini aku tidak mengingat masa kecilku Grandma, sebelum kematian ibu angkatku, dia mengatakan kalau aku bukanlah anaknya. Tapi, dulu dialah yang menolongku saat kecelakaan bis sekolah itu terjadi. Tapi ... dia malah merawatku dan menjadikan aku anaknya. Saat bangun pasca peristiwa itu, aku tidak mengingat apapun."

"Oh, cucu tersayangku yang malang, sini Grandma peluk sayang, mulai saat ini jangan pernah menghilang lagi!"

Keluarga Park itu merasa sangat bahagia. Kembalinya Given membuat semua orang kembali bersemangat. Terutama Jenni dan Mario.

Di kantor. Mario menatap lama foto putri kecilnya itu dengan senyuman penuh arti. "Terima kasih sayang, kamu telah bertahan selama ini. Daddy sangat menyayangimu. Jangan menghilang lagi putriku,"

.

Bandara Incheon, Kota Seoul.

Tiga orang pria tampan berjalan dengan langkah tegas, berjalan keluar dari bandara dengan diikuti banyak pengawal di setiap sisi. Sayangnya, ketampanan itu ditutupi oleh masker.

Ketiga pria itu adalah Stefan dan kedua putranya, Arsen dan Joon. Pengawalan ketat dilakukan adalah semata - mata untuk melindungi Joon Yoris. Anak Remaja berusia 17 tahun itu nekad untuk ikut serta mengantarkan kakaknya yang setelah ini akan tinggal menetap di kota ini karena tugas nya sebagai putra tertua yang diharuskan memiliki tanggung jawab lebih besar.

"Pah, kenapa pria - pria ini? Apa mereka sedang mengikuti kita?" Joon terlihat canggung dan sedikit bingung, kenapa pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam berjalan bersama mereka.

Stefan hanya diam, tidak ingin menjelaskan.

"Mereka ini bertugas untuk menjagamu bocah," celetuk Arsen, sebagai jawaban.

"Menjagaku? Memangnya aku kenapa kak?"

"Diamlah! Ayo masuk ke mobil." -tegas Stefan.

Di dalam mobil.

"Joon, selama kita berada di kota ini, jangan pernah kemanapun tanpa pengawal. Mengerti?"

"Mengerti Pah, tidak boleh kemanapun tanpa pengawal." Joon mengulang kalimat peringatan dari ayahnya itu.

.

.

Setelah menikmati makan malam semangkuk mie instan di mini market, Ji Soo dan Rain, keduanya kembali meneruskan perjalanan. benar-benar seperti petualang.

Karena sedang hujan, Rain dan Jisoo berlari ke bawah jembatan yang tak jauh dari arah keduanya sedang berjalan kaki. Daerah mana ini, kedua anak itu pun tidak mengerti.

"Nuna, kita istirahat saja dulu disini,"

Rain memgerti bahwa kakaknya itu sudah kelelahan. Karena berjalan kaki sekian kilo meter dari sungai Han.

Tak tahu harus bilang apa, Ji Soo hanya tersenyum dan menuruti ajakan adiknya itu.

"Omo! Astaga!" -Kakak beradik beda kandungan itu terkejut melihat seseorang yang sudah berusia renta, barada di bawah jembatan, sedang duduk memakan sesuatu. Entah apa itu, mungkin saja roti. karena gelap, jadi tidak terlihat jelas.

"Permisi! Apa ... kami berdua boleh berlindung disini, kakek?"

Kakek itu memutar posisi duduknya, membelakangi keduanya, lalu berkata dengan suara rendah : "Ini tempat umum bagi orang-orang seperti kita. Kalian bebas saja. Itu urusan kalian."

Keduanya pun duduk menyandarkan tubuhnya pada tiang jembatan, lumayan jauh dari si kakek yang terlihat tak terurus itu.

Rain berbisik di telinga kakaknya : "Nuna, apa si tua ini menyamakan dirinya dengan kita? Aku merasa sedang di hina."

.

.

.

Visual kakak dan adik [Jisoo dan Rain]

Kakak dan Adik, (Arsen & Joon)

Yang tidak menyukai Visual, abaikan saja guys😊

Bersambung...

Like

komen

jangan lupa gess. aku tunggu ye,🤭

Rumah Reot

Kruuk krrruuuk

Bukan suara ayam berkokok memberi tanda hari sudah menjelang pagi, tapi ... melainkan bunyi perut kosong yang mulai protes minta di beri jatah.

Kedua adik-kakak itu terbangun dan terkejut mendapati diri mereka yang ternyata semalaman tertidur dibawah jembatan.

"Nuna, apa aku sedang bermimpi?" Tanya Rain, yang masih terheran.

"Cih, gayamu, kamu bilang kita akan beristirahat sejenak. Tapi kenapa ini sudah pagi hari?"

"Maaf Nuna, ayo kita pergi, aku sangat lapar."

Saat hendak melangkah, keduanya tercekat oleh sebuah kertas yang bertuliskan sebuah alamat.

...(Datanglah ke alamat ini jika kalian tidak punya tempat tinggal.)...

"Si Tua itu?"

"Rain, sebut saja dia kakek. Yang sopan kalau bicara."

Wajah Rain tampak tidak ada niat untuk mengambil kertas itu dan menerima tawaran sang kakek yang sudah pasti beliau yang menulisnya.

"Baiklah, ayo ke alamat ini." Jisoo memgambil kertas itu, mereka pun pergi dengan naik taxi. Rain? Hanya bisa mengikuti sembari mendumel.

Taxi mengantarkan keduanya ke alamat yang di maksud. Sebuah pemukiman teramat sangat kumuh.

"Alamat yang kalian maksud itu, disini. Silahkan cari rumah itu berdasarkan nomor rumahnya." -ujar sang sopir.

Turun dari taxi, tak lupa masih dengan ransel yang menggembung di punggung masing-masing.

"Noona, tempat apa ini?"

Jisoo menatap malas adiknya itu, menarik tangannya agar Rain mengikuti langkahnya. "Jangan tanggung-tanggung kalau mau melarikan diri. Tempat pelarian anak terbuang seperti kita memang pantasnya disini. Rain, kita akan memulai hidup baru ditempat kumuh ini. Jangan banyak protes."

"Tidak! Noona, lalu bagaimana dengan wajah tampanku? Pikirkan itu!"

Tidak memperdulikan kecemasan sang adik, Jisso terus berjalan sambil menyeret paksa adik labilnya itu.

"Nah! Ini dia rumahnya!" Jisoo mengusap dadanya legah telah mendapati alamat yang mereka cari.

Sebuah rumah sangat kecil, reot peyot, tambalan dinding yang bertebaran, bolong dimana-mana. Sudah pasti Rain tidak berani melangkah maju.

"Nuna, kenapa rumah si Tua itu persis seperti dirinya?"

"Husss" -Rain menuai tabokan ringan di ujung bibirnya yang dilayangkan oleh sang kakak. "Jangan pernah bicara sembarangan."

"Ini tidak sembarangan Nuna, itu kenyataan. Manusia dengan wajah sempurna sepertiku, tidak layak untuk tinggal disini, Nuna."

"Memangnya selama ini kau hidup sebagai apa? Kita hanya anak angkat dari orang tua serakah."

"Kita tidak pernah tahu. Mungkin saja Aku dulunya terlahir sebagai anak konglomerat negeri ini."

Teplaak. "Aw!" Kini bahunya mendapat hantaman, membuat remaja tampan itu menjerit.

"Jangan mimpi. Apa kau pikir konglomerat akan membuang anak mereka ke panti asuhan?"

Membenarkan perkataan sang kakak kesayangan, Rain pun menyusul langkah kakaknya itu mendekati pintu gubuk derita milik si Tua itu.

Tok tok tok, tok tok tok. "Kakek, kami datang!" -panggil Jisoo, hati-hati.

Krek, bunyi pintu terbuka pelan, sangat hati-hati. "Kalian benar-benar datang?"

"Iya, kek! Aku dan adikku adalah orang baru dikota ini. Maukah kakek mengadopsi kami?"

"Nuna! Untuk apa dia mengadopsi kita? Aku tidak berencana menjadi keluarganya."

Rain segera memberi tanda protes. Tanpa diskusi dan basa-basi terlebih dahulu, kakaknya ini mengambil jalan pintas, menawarkan diri untuk diadopsi oleh si Tua, yang diyakini oleh Rain bahwa orang ini hidupnya sebentar lagi akan sakit-sakitan dan akhirnya mati.

"Masuklah! Tapi, Adik sombongmu ini, kau harus mengajarinya sopan santun." tegas sang kakek.

.

.

3 hari kemudian.

Karena suasana masih liburan, tentu saja Jisoo dan adiknya itu memanfaatkan waktu untuk bekerja paruh waktu. Sang adik bekerja di restoran ayam goreng sebagai tukang cuci, sedangkan Jisoo, ia bekerja sebagai kasir di mini market dengan upah harian.

Malam hari di Pantai.

Rain memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Jisso begitu ia bertemu kakaknya itu di pantai. Uang itu adalah upahnya untuk hari ini.

Karena tempat tinggal mereka tidak jauh dari pantai ini, keduanya membuat janji untuk bertemu di pantai sebelum pulang menjumpai gubuk tua itu.

"Nuna, aku juga membawakanmu ayam goreng. Beruntung hari ini tidak habis terjual. Nyonya galak dan kasar itu memberiku 3 potong."

Keduanya menikmati ayam goreng sembari merebahkan diri di atas pasir. "Sisakan sepotong untuk si tua itu." -ujar Rain tanpa sadar.

"Panggil saja dia kakek, Rain." -Jisoo kembali mengingatkan.

"Noona, aku tidak habis pikir. Kita berdua berakhir bersama seorang kakek tua dan hidup di bawah atap bocor gubuk derita itu. Bagaimana nasibku saat teman-teman baruku mengetahui kalau aku tinggal di rumah yang bahkan layak di sebut kandang babi? Astaga Nuna, lebih baik aku tidak usah kembali sekolah. Aku tidak sanggup saat kakek tua itu datang sebagai waliku di sekolah." -keluh Rain, dengan nada khawatir, seperti biasa.

Jisoo memghembuskan napasnya pelan lalu menoleh ke arah adiknya. "Rain, apa tinggal dengan kakek tua itu sangat menyiksamu? Jika begitu, kembalilah ke Busan. Kembali ke ayah ibu angkatmu."

"Tidak! Nuna, kau mulai lagi. Baiklah, mulai saat ini, aku tidak akan protes."

.

.

Bersambung...

Like komen-nya dong guysss🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!