NovelToon NovelToon

Di Nikahi Tuan Muda

Jebakan

Di sebuah hotel seseorang mengerejapkan matanya sinar lampu yang menyilaukan matanya, lalu dia memegang kepalanya yang sedikit pusing akibat semalaman yang membuatnya tidak sadarkan diri.

Dia mengedarkan pandangannya karena ruangan tersebut terasa asing baginya, lalu dia menatap dirinya sendiri dia pun terkejut melihat dirinya yang tak memakai sehelai benangpun hanya dengan berbalutkan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya.

"Apa yang terjadi denganku?" dia mencoba mengingat kembali.

Memorynya  mencoba untuk mengingat kembali hal yang terjadi tadi malam dan sampai bisa berada di kamar hotel. Tetapi yang dia ingat hanya datang bersama dengan sang kakak lalu dia menerima minuman yang di berikan oleh kakaknya. Setelah itu dia merasakan pusing di kepalanya dan entah apa yang terjadi lagi kepadanya.

"Ugh... apa ini perbuatan kak Imel? Tetapi kenapa dia melakukan ini padaku!" menjambak rambutnya.

Terdengar suara ponselnya berdering lalu dia menoleh ponselnya yang berada di atas nakas dan mengambilnya, lalu dia pun membulatkan matanya saat dia melihat siapa yang memanggilnya.

Tutt

"Adik kau dimana? Kenapa kau tidak pulang? Ayah dan ibu mengkhawatirkanmu?"

"Aku tidur di rumah temanku kak, katakan saja pada Ayah dan ibu jangan khawatir aku baik-baik saja. Sudah dulu kak aku akan pulang!"

Tanpa menunggu jawaban dari sang kakak dia pun langsung mematikan ponselnya sepihak, dia menggenggam kuat ponselnya ada kilatan amarah yang terpancar di wajahnya.

"Aku harus meminta kakak untuk menjelaskannya," gumamnya.

Dengan cepat dia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan bergegas menuju kamar mandi, lima belas menit kemudian dia pun telah selesai dan berjalan keluar dari kamar hotel. Sesat pandangannya tertuju di meja kecil ada secarik kertas yang berisi sebuah tulisan.

Dia pun mendekatinya dan membacanya.

'Pelayanan mu sangat menarik Nona, semoga kita bisa bertemu lagi'

Dia pun mencengkram kuat kertas tersebut dan melemparnya ke sembarang arah dengan perasaan kesal dia pun melangkah keluar. Sampai di luar hotel dia pun memberhentikan taxsi untuk mengantarnya ke rumah.

...******...

Sementara di keluarga Wijaya semua keluarga sedang menunggu kepulangan seorang gadis yang tidak pulang semalaman.

"Sampai kapan kita akan menunggunya hah, anak tidak tahu diri itu kapan dia akan kembali," ucap pria paruh baya yang sudah kesal.

Pria paruh baya itu adalah Tuan James Wijaya dan istrinya bernama Sinta Wijaya mereka pun sedang duduk di ruang keluarga menunggu kedatangan seorang gadis bernama Eliana Chelsea Wijaya dia adalah anak angkat dari keluarga Wijaya.

"Kenapa Eli belum datang juga? Mel adikmu sebenarnya ada dimana kenapa lama sekali!" seru Nyonya Sinta.

"Ibu bersabarlah, adik pasti dalam perjalanan pulang,"

Sepersekian detik kemudian seseorang pun melangkah masuk ke dalam dengan pakaian yang acak-acakan serta rambut yang tidak di tata dengan rapi, akibat terburu-buru untuk pulang.

"Aku pulang," ucap Eliana dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Semua mata tertuju padanya dengan tatapan yang sulit di artikan, apa lagi Tuan James dengan tatapan tajamnya lalu dia bangun dari duduknya dan menghampiri Eliana.

Plak...

Satu tamparan mendarat di pipinya dan semua orang terkejut tetapi tidak dengan Imel yang terlihat senang melihat sang adik di perlakukan seperti itu.

"Darimana saja hah, besok kau akan menikah kenapa kelakuanmu seperti ini membuat malu saja," ucap Tuan James dengan, sorot mata tajamnya.

Eliana memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari sang Ayah."Ayah kenapa kau memarahiku, kenapa kau tidak pernah menanyakan kepada kakak apa yang telah dia perbuat kepadaku"

Imel menatap dengan tatapan sedihnya lalu menghampirinya."Adik apa maksudmu? Kakak tidak mengerti!"

Dengan mata berkaca-kaca Eliana tersenyum getir mendengar ucapan dari Imel." Heh, jadi kakak tidak akan menjelaskannya."

Sementara semua orang saling tatap mereka tidak mengerti dengan apa yang di katakan Eliana. Dan di sana juga sudah ada keluarga dari calon suaminya Edward dia adalah kekasih dari Eliana yang sudah lima tahun berpacaran dengannya.

"Eli, apa maksudmu kali ini, kenapa kau menyalahkan kakakmu?" Edward pun membela Imel.

"Ed, apa kau tahu apa yang dia lakukan padaku," tarikan nafasnya mulai tidak beraturan.

"Jika kau tidak memiliki bukti, jangan mengatakan sembarangan," ujar Edward meremehkan.

Eliana mengerutkan keningnya dia tidak habis pikir dengan Edward yang begitu membela Imel.

"Ed, aku ini calon istrimu kenapa kau tidak mempercayaiku," menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.

"Heh, gadis sepertimu tidak pantas untuk aku percaya lagi. Kau yang telah mengkhianatinya Eli, aku begitu kecewa padamu," menggelengkan kepalanya.

Deg...

Hati Eliana bagaikan di sayat pisau terasa sesak dan tarikan nafasnya semakin tidak beraturan, dia pun mengigit bibir bawahnya serta air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya.

"Apa salahku Ed, kenapa kau seperti itu," mencengkram kuat tangan Edward.

Edward menghempaskan tangan Eliana lalu dia merogoh saku celananya dan memperlihatkan foto seseorang yang tidak memakai sehelai benang. Dan membuat Eliana membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan tangannya.

"Ed, apa kau percaya jika aku di jebak?" 

"Cukup Eli, ini sudah membuktikan jika kau tidak serius dengan pernikahan ini. Aku kecewa Eli lebih baik kita batalkan pernikahan ini," titik final Edward.

Eliana menggelengkan kepalanya dia tidak mau membatalkan pernikahan ini, karena keluarga sudah setuju. Hanya karena masalah ini semuanya pun berubah dalam sekejap.

"Tidak Ed, bagaimana kau bisa memutuskannya sendiri Ed," Eliana menghampiri Edward." Ibu kenapa jadi seperti ini, kakak katakan yang sebenarnya kepada semua orang jika aku di jebak kak!" memohon kepada Imel.

"Adik, aku tidak mengerti maksudmu apa? Aku harus menjelaskan apa lagi!" dengan wajah polosnya.

"Kenapa kau tidak..." ucapannya langsung di potong oleh Nyonya Ara ibu dari Edward.

"Cukup hentikan pertengkaran ini, aku akan memutuskannya, bahwa pernikahan Eli dan Edward di batalkan. Tidak di sangka Eli yang mempunyai wajah polos dan lugu bisa bermain seperti itu," ucap Nyonya Ara, lalu melipat tangan di dada.

"Tidak, aku sangat mencintai Edward Bibi, kenapa kau memutuskannya" Isak tangis Eliana pecah.

Hatinya benar-benar sakit kedua orangnya tuanya pun begitu membencinya mereka sama sekali tidak membelai Eliana sedikitpun dan malah mendukungnya.

"Jika seperti itu, maka kita nikahkan saja Edwar dengan Imel, bagaimana Tuan dan Nyonya?" tanya Nyonya Sinta dengan senyum manisnya.

"Baiklah, aku setuju jika Edward menikah dengan Imel dia adalah gadis yang baik lugu, dan juga polos," ucap Nyonya Ara setuju.

"Baiklah semua sudah di putuskan, dan kau Eli jangan sampai mengacaukan pernikahan kakakmu, jika kau berani aku akan mengusirmu dari rumah ini, apa kau mengerti!" ucap Nyonya Sinta.

Tanpa mengatakan apapun Eliana berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya dan masuk ke dalam kamar, Eliana pun menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Sakit! Itu yang dia rasakan saat ini karena merasa di khianati oleh kekasih dan juga oleh kakaknya sendiri yang tega melakukan hal ini kepadanya.

"Kalian semua kejam kepadaku," dengan Isak tangisnya.

Bersambung.

Pernikahan

Pagi ini suasana begitu ramai di ruang keluarga semua orang sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing karena hari ini adalah hari pernikahan Imel dan Edward.

Sementara Eliana hanya termenung di kamarnya luka di hatinya masih terasa menyakitkan baginya, kekasih yang selama ini selalu setia bersama tetapi kini malah mengkhiantinya bahkan dia bersedia menikah dengan kakaknya tanpa ada penolakan apapun. Bulir bening pun jatuh membasahi pipinya, terasa sesak di dadanya dan membuat bahunya ikut berguncang juga napas yang tidak beraturan.

Dia menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak di dengar oleh orang lain, saat bersamaan terdengar suara pintu di ketuk.

Tok tok tok

"Nona kecil, semua orang sudah bersiap akan berangkat, apakah Nona kecil sudah siap," ucap Bi Yuti di balik pintu.

Panggilan Eliana sewaktu dia masih kecil Bi Tuti selalu memanggilnya dengan sebutan Nona kecil, karena Imel adalah Nona besar. Sebenarnya Eliana bukan anak kandung dari keluarga Wijaya dia hanya anak adopsi dari panti asuhan.

Karena dulu Imel selalu meminta adik untuk menemani dia bermain bersama, awalnya memang Imel sangat menyayangi Eliana tetapi setelah mereka tumbuh besar bersama Imel pun berubah sikapnya menjadi sinis kepada Eliana. Karena Eliana lebih cantik di bandingkan dengan Imel, termasuk Edward kekasih Eliana yang sudah lama berpacaran dengannya, dengan mudahnya Imel bisa menggantikan posisi Eliana sampai pada tahap ini.

"Baik Bi, aku segera turun," membuka pintu dan tersenyum manis.

Bi Yati menatap Eliana dia melihat mata Eliana yang sembab akibat menangis karena kejadian kemarin, Bi Yati sangat menyayangi Eliana seperti anak kandungnya tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia hanya seorang pembantu.

Menuruni anak tangga dan melangkah lebih dulu, lalu Imel memanggilnya."Adik, berangkatlah bersama Ayah dan Ibu, mereka pasti sudah menunggumu,"

Tidak mengatakan ataupun menoleh sedikit saja Eliana melanjutkan lagi langkah kakinya, sudah terlanjur sakit di hatinya karena Imel masih saja tidak mengakui jika dia yang menjebaknya.

Imel yang melihat Eliana acuh tak acuh padanya pun menjadi kesal dan mengepalkan tangannya."Berani sekali dia mengabaikanku, lihat saja nanti kau pasti di permalukan oleh semua orang,"

Imel pun melangkahkan kakinya menuju mobil pengantin yang sudah di siapkan, dan akan pergi menuju gedung pernikahan.

...*****...

Beberapa menit kemudian mobil pun telah sampai di gedung pernikahan dan para tamu undangan telah berdatangan dan mereka saling berbisik saat melihat kedatangan Eliana.

"Bukankah dia yang akan menikah, kenapa berganti menjadi kakaknya?"

"Apa kau tidak tahu, menurut gosip yang beredar dia itu selingkuh dengan pria lain sehari sebelum menikah,"

"Benarkah, gadis macam apa seperti itu sebelum menikah."

"Sudahlah nanti dia akan mendengarnya,"

Eliana yang mendengar para tamu undangan sedang membicarakan dirinya, dia hanya acuh tak acuh dan tersenyum getir melangkah masuk ke dalam gedung.

Acara demi acara telah di lewati proses ijab kabul pun telah selesai dan kini bukan Eliana yang bersanding dengan Edward tetapi Imel. Dia menatap ke arah pelaminan dimana dia hanya menatap dengan mata berkaca-kaca.

Dia mendongkakkan kepalanya agar air matanya tidak tumpah, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang-orang. Melangkah keluar lalu dia berjalan menyusuri koridor gedung dan keluar lalu dia duduk di taman kursi panjang.

Menatap lurus ke depan menghembuskan nafasnya saat ini Eliana sedang sendirian lalu seseorang menepuk bahunya dan membuat Eliana terkejut.

"Eli, maafkan aku, jika kau marah dan kesal maka hukumlah aku. Tetapi aku minta padamu jangan sampai kau membenci kakakmu," ujarnya dengan wajah sendunya.

"Heh! Sekali berkhianat tetap akan berkhianat, kau tidak perlu mengajariku Ed opps," menutup mulutnya."Maksudku kakak ipar," tersenyum sinis.

Sebenarnya hati Eliana terasa sakit saat Edward dengan mudahnya mengatakan jangan membenci Imel, seakan ini adalah kesalahan yang di lakukan oleh Eliana.

Melangkahkan kakinya tetapi Edward langsung menarik tangan Eliana."Eli, memang ini kesalahanku yang begitu percaya dengan ucapan Imel."

Eliana menghempaskan tangan Edward."Jangan pernah menyentuhku lagi Edward, karena bagiku kau hanya sisa sampah yang di pungut oleh kakakku,"

Edward menatap kesal ke arah Eliana lalu dia mencegkram tangan dengan kuat.

"Eli, jangan pikir kau bisa lepas dari perbuatanmu saat ini, heh sungguh menjijikan," Edward mencibir Eliana."Kau hanya anak adopsi dari keluarga Wijaya, aku sudah menyesal mengenalmu,"

Eliana menatap geram dengan ucapan yang di katakan oleh Edward lalu dia pun menampar Edward, Imel pun terkejut dengan tindakan Eliana yang berani menamparnya.

Plak...

"Eli....apa yang kau lakukan hah, kenapa kau menampar Edward," menghampirinya dengan sorot mata tajam.

Eliana terkejut sedangkan Edward tersenyum penuh kemenangan. Imel pun menjambak rambut Eliana sehingga dia meringis kesakitan.

"Akh.. lepaskan kak, ini sakit!"keluh Eliana.

"Heh! Kau bilang sakit, ini belum seberapa Eli, kau harus ingat jika kau itu hanya anak adopsi bukan bagian dari keluarga Wijaya. Kau tidak pantas menjadi Nona dari keluarga Wijaya," menghempaskan Eliana.

Eliana hanya bisa menahan sakit akibat jambakanyang di lakukan oleh Imel. Lalu Eliana tersenyum getir mendengar penuturan dari Imel.

"Heh, akhirnya aku tahu ternyata kalianlah yang menjebakku, sungguh naif sekali." air matanya sudah mentes membasahi pipinya.

"Heh, jika kau sudah tahu maka jangan mengganggu kehidupan kami lagi," ujar Edward menatap sinis.

"Dia tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi," suara seseorang.

Suara seseorang itu pun mengejutkan semuanya dan Eliana pun menoleh dia tidak mengenalinya, tetapi seseorang tersebut berjalan menghampiri Eliana lalu menyetil keningnya.

"Aduh.. sakit!" keluh Eliana.

"Kenapa kau diam saja saat di permalukan oleh mereka!" tunjuknya pada Imel.

Seketika wajah Imel pun pucat dia tahu betul seseorang yang ada di hadapannya ini tidak mudah untuk menyinggungnya, jangan menyinggungnya apa lagi menatap wajahnya yang selalu datar seperti itu.

Dan membuatnya bergidik ngeri, Eliana tidak tahu harus mengatakan apa, persetan! Dia memang tidak mengenalinya dan dari mana datangnya pria tersebut.

Eliana mengendikkan bahunya dia acuh tak acuh dan membuatnya semakin kesal, Tuan Muda tersebut menghembuskan nafas kasarnya melihat Eliana acuh tak acuh padanya.

"Kau..."ucapannya menggantung, dia memijat pelipisnya.

"Sudahlah Tuan tidak perlu di permasalahkan, ini adalah keluargaku jadi anda tidak perlu ikut campur," ucap Eliana dengan sinisnya.

Dia pun mengeram kesal kepada Eliana yang benar-benar mengacuhkannya, lalu menarik pergelangan tangannya dan membuat Eliana menoleh lagi.

"Ada apa Tuan? Kenapa kau menarik tanganku?" Eliana mengerutkan keningnya.

"Kau fikir urusan kita sudah selesai, tidak semudah itu sayang!" tersenyum dingin.

Sedangkan Imel dan Edward bingung dengan seseorang yang ada di hadapannya saat ini, mereka berdua saling pandang begitu juga dengan tamu undangan yang lainnya pun saling menatap tidak percaya.

Bersambung

Bertemu Lagi

"Dia tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi," ucap seseorang yang menghampirinya.

Semua mata tertuju padanya dan orang yang ada di sekitarnya pun sama terkejutnya dengan kedatangannya dan semua tamu undangan saling berbisik-bisik.

"Tampan sekali dia, aku ingin menjadi kekasihnya,"

"Wow pemeran utama telah datang."

Itulah bisik-bisik para tamu undangan tersebut, dia pun melangkah mendekati Eliana, Eliana mengerutkan keningnya.

"Kau tidak terluka 'kan?"tanyanya dengan nada khawatir.

Eliana tidak merespon apapun dia hanya menatapnya tanpa berkedip, dia pun menyentil kening Eliana lalu dia pun tersadar dan mengusap keningnya.

Lalu terdengar derap langkah kaki seseorang dan menghampirinya."Tuan Muda Vikram, apakah ada masalah? Apakah Eliana membuat masalah Tuan?"

Vikram Victor Valdes seorang Tuan Muda yang selalu bersikap dingin dan berwajah datar dan asistennya bernama Ronal dia lebih dingin dan lebih datar dari Vikram.

"Tidak ada Tuan James, kau tenang saja putrimu ini tidak akan membuat masalah," menatap datar ke arah Tuan James.

'Siapa dia tampan sekali'batin Imel.

Lalu Tuan James pun menghampiri Eliana dan menarik tangannya."Eli, Ayah sudah mengatakannya jangan pernah kau membuat masalah,"

Eliana hanya diam saja dia menundukkan kepalanya."Maafkan aku Ayah,"

Eliana berlari keluar dari gedung sambil meneteskan air matanya, sementara Vikram menatap kepergian Eliana yang semakin menjauh.

...*****...

Ke esokkan paginya Eliana sudah bersiap dengan pakaiannya dia akan pergi ke kantornya, keluar dari dalam kamarnya menuruni anak tangga. Sementar dia ruang makan sudah ada Nyonya Sinta dan Imel bersama Edward.

Eliana melangkahkan kakinya dia sama sekali tidak menoleh tetapi Imel memanggilnya."Adik, kemarilah kita sarapan bersama."

Eliana menoleh dan menatap datar." Tidak kak, aku harus pergi,"

"Eli, apa salahnya jika kau sarapan bersama dengan kakakmu dan ibu."ujar Edward.

"Tidak perlu, aku bisa sarapan di kantor dan juga terima kasih atas perhatian Kakak Ipar!" ucapnya dengan penuh penekanan.

Edward menatap Eliana dengan tatapan tidak sukanya."Eli, kau tidak perlu memanggilku seperti itu,"

"Sayang sudahlah, berarti Eli menghormatimu" cegah Imel.

Sedangkan Nyonya Sinta menatap sinis ke arah Eliana, Eliana tersenyum kecut mendengar ucapan dari kakaknya yang benar-benar berhati kejam.

"Benar apa yang di katakan kak Imel, aku harus menghormatimu."

Eliana tidak ingin berlama-lama berada di ruangan makan karena baginya akan terasa sesak dan luka di hatinya belum bisa di sembuhkan. Melangkah keluar masuk ke dalam mobil dan melajukan ke perusahaan.

Sepersekian detik kemudian mobil Eliana telah sampai di perusahaan lalu dia pun keluar dan melangkah masuk. Dan duduk di ruangannya lalu seseorang pun menggebrak meja Eliana.

Brak!!

"El, lu tau gak? Di kantor kita bakal kedatangan Pres..." belum selesai mengatakannya, Eliana sudah memotongnya lebih dulu.

"Gak tau!"ucapnya polos.

Fika adalah teman baik Eliana semasa kuliahnya jika Eliana mendapat masalah Fikalah yang akan membantu membereskan masalah Eliana.

"Haiish, gue belum selesai ngomongnya,"mendengus kesal.

Eliana menggelengkan kepalanya dan terkekeh melihat Fika yang sudah kesal padanya. Dan membuat Fika mengerucutkan bibirnya,

"Baiklah gue dengerin lu, cepetan ngomong," tutur Eliana.

"Dari gosip yang gue dengar sih, katanya bakalan ada persdir baru." ucap Fika.

Wajah Eliana biasa saja tidak ada respon apapun dan tentu saja membuat Fika semakin geram di buatnya.

"El, lu ngerti 'kan maksud gue?" tanya Fika memastikan.

"Lalu hubungannya sama gue apa Fik? Mau dia Presdir baru ataupun lama gak ada hubungannya sama gue 'kan!" jawab Eliana.

Fika pun menghembuskan napas kasarnya dia benar-benar mempunyai teman yang acuh tak acuh, tetapi bagaimana pun juga Eliana adalah sahabat terbaik baik Fika dan tentu saja dia akan mendukung apa keputusan Eliana.

Terdengar suara keributan dan suara teriakkan dari semua karyawan yang melihat ketampanan seorang Presdir baru. Begitu juga dengan Fika lalu dia bangun dari duduknya dan penasaran siapa Presdir baru tersebut sedangkan Eliana di fokus pada layar laptopnya.

"El, lu yakin gak bakal nyesel nih, gila tampan banget El," tutur Fika yang begitu tajam menatap Presdir tersebut.

Eliana tidak mengatakan apapun dan malah sibuk mengurus pekerjaannya, lalu Fika menoleh dan berdecak kesal melihat Eliana acuh tak acuh.

'El hidup lu udah miris banget, semoga lu bisa dapat kebahagiaan' batin Fika.

Fika tahu jika Eliana di khianati oleh mantan kekasih dan juga kakaknya karena berita yang beredar tentang dirinya sudah di ketahui oleh publik, dan sayangnya di saat pernikahan kakaknya Fika tidak bisa datang di karenakan ada urusan yang sangat penting.

Presdir tersebut pun melangkahkan kakinya menuju ruangannya tetapi tatapan matanya tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal. Dia pun menyuruh asistennya untuk membawa data karyawan ke ruangannya, sampai di depan pintu.

"Ronal, pergilah ke bagian HRD dan minta data-data karyawan, aku ingin tahu siapa saja yang memiliki kinerja bagus di perusahaanku ini."

"Baik Tuan,"

Ronal pun melangkahkan kakinya menuju HRD setelah meminta apa yang di inginkan Tuannya, Ronal pun kembali ke ruangan Presdir.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu di ketuk dan dia pun menyuruhnya masuk, Ronal masuk dengan membawa setumpuk data-data yang dia inginkan melihat Ronal yang membawa banyak keningnya berkerut.

"Astaga Ronal, apa yang kau lakukan hah!" menatap tidak percaya.

"Bukankah kau bilang ingin melihat data karyawan, dan aku pun membawanya Vik."jawab  Ronal.

Ronal memang sudah terbiasa di hadapannya temannya yaitu Vikram, dia adalah persdir di perusahaan VV grup dan Ronal adalah teman kuliah Vikram.

Vikram menepuk keningnya entah dia yang bermasalah atau Ronal yang sengaja."Haish..kau ini aku hanya minta data karyawan saja bukan berarti semua data Cleaning Servis juga Ronal."

"Sudahlah yang penting aku membawakannya dan aku akan kembali ke ruanganku dulu,"

"Tunggu, lebih baik kau di sini saja temani aku dulu,"

Ronal menghembuskan nafas kasarnya mau tidak mau dia pun harus menunggu Vikram menyelesaikan tugasnya, dan Vikram mulai mencari nama seseorang yang dia inginkan.Butuh waktu untuk mencarinya karena banyak sekali data yang di bawa oleh Ronal.

Sepersekian detik meja yang terlihat rapi kini sudah berantakan dengan kertas-kertas yang berisi data karyawan, Ronal hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku sudah menemukannya, kau panggil Eliana ke ruanganku sekarang!"titahnya sambil menatap datanya.

"Baiklah"

Ronal pun keluar dari ruangan Vikram dia masuk ke dalam pintu lift, entah bagian mana yang harus dia datanginya, karena dia sendiri lupa menanyakannya. Pintu lift terbuka dia mengedarkan pandangannya dan mulai berjalan menuju ruangan para karyawan lainnya dan mencari nama yang di maksud, setelah lama berputar-putar akhirnya dia pun sampai di depan ruangan lalu masuk dan memanggil nama tersebut.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!