NovelToon NovelToon

My Chosen Man

Anggap saja permulaan

...M.Y.C.H.O.S.E.N.M.A.N...

...Jika memang awal, bolehkan gue berharap happy ending...

...~Elena...

***

Elena Arabella, gadis bertubuh pendek dengan rambut sepinggang. Mata bulat ditumbuhi bulu mata yang lentik, pipinya gembul namun terlihat cocok diwajahnya. Otaknya pintar tapi sifatnya terlalu polos.

"Loh De, ngapain duduk disini. Kok ga masuk kelas sih?" tanya Elena dengan heran melihat sahabatnya yang sedang duduk di gazebo dekat taman.

"Gue lagi nungguin Arvel."

"Ngapain nunggu Arvel, bukannya kalian biasa berangkat bareng?" Elena langsung duduk disamping Dean yang semenjak tadi tak henti-hentinya memperhatikan siswa siswi yang berlaluan sambil berharap menemukan Arvel di sana.

"Gimana mau bareng Elena, dari malam tadi aja telepon gue ga diangkat." 

Dean menghela napas menahan kesal sambil mengingat kejadian malam tadi, ketika ia menghubungi Arvel sampai berpuluh-puluh kali namun tidak ada jawaban sama sekali dari kekasihnya itu.

"Arvel!" Dean langsung berlari menghampiri Arvel dan meninggalkan Elena di gazebo.

Mata Elena melihat ke arah Dean berlari dan pandangannya tertuju pada seseorang yang hampir 3 tahun ini masih saja menjadi pemilik hatinya.

Erlangga bratadika merupakan teman dari Arvel pacar Dean. 

Erlang dan teman-temannya berjalan ke arah Elena meninggalkan sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

“Pagi Neng Lele.” Sapa Eros yang berjalan didepan Erlang. Selalu saja, cowok itu memanggil Elena dengan sebutan lele. Emang Elena ikan.

Guntur menyikut lengan Erlang ”Awww sengat abang neng.”

“Abang rela kalau disengat Neng Lele”

“Sengat-sengat ashekhuyyy,” Eros dan Guntur terus mengoceh, sedang Erlang hanya acuh dan memakai jaket hitam dengan lambang burung Elang dibagian dada.

Dengan perasaan kesal, Elena hanya mampu menunduk ketika Erlang menatapnya sejenak lalu pergi ke kelasnya.

Elena memang menyukai Erlang, tapi ia sadar diri saat dulu usahanya untuk mendekati Erlang tak membuahkan hasil. 

Lagipula di Sma, Erlang adalah cowok yang diidolakan gadis-gadis.

Berkelahi, bisa dipastikan saat melihat permukaan kulit laki-laki itu yang terlihat membiru diberbagai sisi.

Elena melangkahkan kaki menuju kelasnya. Tak selang berapa lama Dean datang dan duduk di kursi samping Elena sambil menghempaskan tas yang dibawanya.

"Kenapa De, ada masalah lagi, berantem lagi?" tanya Elena sambil memegang bahu sahabatnya itu.

"Gue kesel Len, Arvel berantem lagi !" Dean memijit pelipisnya.

"Kan biasanya Arvel, Erlang sama teman-temannya juga berantem De?"

Avaregal, adalah nama genk yang dikelola Erlangga bratadika sebagai ketuanya. Tinggi, putih, mata yang tajam serta hidung yang runcing. 

Dan jangan lupakan tubuh yang besar, kuat serta lihai dalam olahraga basket menjadikannya sosok yang diidamkan oleh anak sma mawar merah.

Avaregal punya beberapa anggota inti yang pertama  Arvel dhananjaya, kaki tangan dari Erlang. Mirip ke bule-bulean keturunan Indonesia Amerika. 

Tubuhnya memang tak sebesar Erlang tapi kelihaiannya dalam main basket  dapat Erlang andalkan.

Aries mahawira, bendahara di Avaregal. Ia merupakan yang paling kaya, bahkan melebihi Erlang. Diusianya yang muda ia sudah mengelola beberapa club besar dijakarta. 

Ia juga sosok yang paling pintar bahkan sering menjadi lawan Elia saat ada uji tanding untuk membawa nama mawar merah ke olimpiade.

Eros naruna, sekretaris yang hobinya makan. Motto hidupnya adalah makanlah sebelum engkau tak bisa makan, meskipun begitu tubuhnya tak gemuk, katanya sih makanan yang ia makan dibagi dua sama cacing dalam perut. Heh, jijeyy.

Dan yang terakhir, sebenarnya bukan yang terakhir sih. Masih banyak lagi anggota avaregal, namun tak begitu  hits. 

Gunadhya Guntur, tak sesuai namanya Guntur adalah sosok yang humble katanya tapi playboy, cewenya dimana-mana.  Suka ngeghosting kaya orang buang kentut. Suka ngelepas ga mau tanggung jawab.

Perlu digaris bawahi ya gaes. Avaregal adalah nama tim basket yang merangkap menjadi nama genk. Bukan nama buat anak bermotor kaya anak jalanan atau anak gelandangan. Eh!

Sudah cukup perkenalan sama genk Avaregal sekarang pulang, eh maksudnya balik ke…

"Masalahnya Elena, kalau sekali lagi Arvel dan teman segenknya itu terlibat perkrlahian, mereka akan dikeluarkan dari sekolah ini!" mata Dean terlihat berkaca-kaca. Dia menghadap ke atas agar butiran air matanya tak menetas.

"Erlang juga ?"

"Menurut lo?”

Selama jam pembelajaran berlangsung, Elena tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Pikirannya disibukkan dengan oleh Erlang. Sampai bel berbunyi menandakan waktu istirahat.

Elena, Dean dan satu lagi sahabat Elena yaitu Jihan. Jihan adalah salah satu korban ghosting kang petir.

Mereka berjalan kea rah kantin dan tak sengaja melihat  seorang pria paruh baya beserta para ajudannya memasuki ruang konseling. 

Pria paruh baya tersebut merupakan orang yang mensponsori sekolah yang sekarang ini di tempatinya. Orang tersebut tak lain yaitu Handoko Bratadika ayah dari Erlangga Bratadika.

"Apa mereka benar-benar akan dikeluarkan ya?"

"Untuk Erlang kurasa enggak Len tapi untuk Arvel..." Jihan mengantup mulutnya saat mendapat tatapan tajam dari Dean.

Elena mengatup mulutnya dan berhenti untuk bertanya. Mereka sampai dikantin, hanya Jihan yang makan dengan lahap sedangkan Elena dan Dean sibuk memikirkan urusan perhatian. Hey, bukan hanya hati yang perlu asupan.

"De, sudah jam pulang. Lo mau bareng gue atau pulang sama Arvel?"

"Gue sama Arvel aja ya Len" Elena pun mengiyakan permintaan Dean dan keluar kelas menuju parkiran sedangkan Jihan sudah pulang terlebih dahulu karena ijin mau pulang kampung.

Terkutuk kau para penebar paku dijalanan. Tidakkah kau merasa iba melihat seorang gadis harus mendorong motor sendirian.

Elena terus bergumam, Moru yang ia kendarai pagi tadi dan masih terlihat baik-baik saja saat ia tinggalkan diparkiran tiba-tiba saja kehabisan nyawa, eh ralat kehabisan angin. Moru, adalah sebutan untuk motor kesayangan Elena motor biru.

"Bocor?" tanya cowo yang berada dibelakang Elena. Elena pun berbalik karena mengenali suara tersebut.

Erlang sedang duduk disamping mobil merahnya. Dengan tangan yang menyisir rambut kebelakang dan satunya lagi ia simpan di dalam saku celana.

"Woy Bocil, loe kok bengong!"

"Eng-enggak tau, tiba-tiba bocor. Padahal pagi tadi baik-baik aja"

"Ikut gue aja naik mobil daripada loe harus dorong motor. Lagian jarak bengekel juga jauh. Kalau masalah motor loe nanti gue suruh orang buat bawa ke bengkel"

“Hah, Beneran?”

“Ga, bohong gue.”

“Terus tadi apa?”

“Loe tuh selama ini pura-pura pinter atau sengaja bodoh sih?”

“Hah,”

“Ga ada kata selain hah ya?”

Elena semakin gugup, jantungnya serasa meloncat. Oh tuhan tolong kondisikan jantung Elena atau sekalian bikin Elena pingsan aja biar bisa digendong sama calon suami.

“Cepet, mau ikut gue atau ngga?”

“MAU!” teriak Elena.

Elena kurang-kurangin. Malu sama rumput yang bergoyang sampai mau merobohkan Dei saja .

“Mau.” Ralat Elena dengan anggun sambil meyelipkan anak rambut ke telinga.

Elena pun mengiyakan perkataan Erlang. 

Perasaan senang menyelimuti hati nya. Bagai bunga yang sedang bermekaran.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Hanya alunan musik dari radio mobil yang berbunyi.

Ku hamil duluan

Sudah tiga bulan

Gara-gara pacaran tidurnya berduaan

Elena bergidik dan pura-pura menengok ke luar kaca mobil.

Hmmmm Erlang berdehem "Alamat loe di mana?"

"Di perumahan Anggek Blok E No II" ucap Elena sambil memegang tas sekolahnya.

"Oke." Erlang kembali melajukan mobilnya menuju alamat yang diberitahu Elena. Mobil Erlang pun sudah memasuki pekarangan rumah Elena.

"Terimakasih ya Lang buat tumpangannya"

"Terima kasih loe diterima asal lo penuhi syarat dari gue" Erlang tersenyum licik sambil mematikan mobilnya.

"Syarat ? Emang harus pakai syarat ya Lang ?"

"Ya haruslah."

"Emang syaratnya apa Lang?" tanya Elena yang penasaran.

"Loe kan tau nilai gue di sekolah anjlok. Loe mau ngga jadi guru les gue. Loe juga kan pinter, ngga ada salahnya dong."

“Aries juga pintar” sok jual mahal, aslinya mau. MAU BANGET mah Elena.

"Loe nolak gue?" Erlang menyerngitkan alisnya.

Tahan Elena, jual mahal sedikit lagi. Strategi lo hampir berhasil. Dulu waktu lo ngejar-ngejar  Erlang justru membuat Erlang menjauh. Dean memang benar, harus jual mahal biar bikin cowok penasaran.

“Kenapa lo mau gue yang ngajarin lo?”

“Gue nolak buat jawab! Kalo lo ga mau its oke ."

“Eh...” kesempatan berlian Elena buat bisa dekat sama pangeran salju.

“Gue cabut!”

"IYA, GUE MAU" heh malu-maluin lagi.

"Oke, gue tunggu malam ini."

"Hah, malam ini? Apa enggak bisa besok siang?" ucap Elena yang terkejut akan pernyataan Erlang.

"Kalau bisa malam ini ngapain nunggu besok. Lebih cepat kan lebih baik." Erlang tersenyum tipis.

"Tapi gue ngga tau di mana alamat loe" ucap Elena dengan polosnya, bohong. Elena mah tau segalanya tentang Erlang. Sampai pakaian dalam pun kalau ditanya Elena punya jawabannya. Dasar bucin.

"Sini mana handphone loe"

"Buat apaan" Elena mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. Dan langsung direnggut oleh Erlang. Erlang pun mengambil handphone dari sakunya dan mengetik sesuatu di sana.

"Nomor loe sudah gue simpan di handphone gue. Nanti gue kasih alamatnya. Gue tunggu ya bocil. Ingat malam ini." terdapat penekanan diantara kalimatnya.

Belum Elena mengiyakan Erlang sudah menghidupkan mobilnya dan mengharuskannya turun secepat mungkin. Elena turun dari mobil dan membiarkan mobil Erlang berlalu tanpa ada sepatah kata pun.

“Dean, strategi lo berhasil. Erlang suka sama gue!” teriak Elena saat masuk ke dalam rumah. Ia mencium handphone yang tadi dipegang Erlang. Wangi tangan Erlang, Elena terkikik hingga menabrak pintu kamar.

Jika memang awal, bolehkan gue berharap happy ending.

***

Malam pun tiba, kini Elena sudah siap ke rumah Erlang dengan memesan taxi karena sepeda motornya masih di bengkel. Dengan perasaan berbunga-bunga Elena menuju ke rumah Erlang.

Ting nong

Elena sampai di depan pintu rumah Erlang sambil memencet bel. Tak lama keluar sosok pria yang saat itu ingin ditemui Elena.

"Yuk masuk." Erlang mempersilahkan Elena untuk masuk. Elena pun duduk di sebuah sofa yang berada di ruang tamu tersebut.

"Tunggu di sini, gue mau kedapur dulu." belum Elena mengiyakan sosok Erlang sudah pergi menuju dapur. Ia mengamati punggung Erlang yang semakin menjauh.

"Apa dia orangnya?"

"Hmmmm."

Menyelam terlalu dalam

...M.Y.C.H.O.S.E.N.M.A.N...

...Sikapnya membuat gue menyelam terlalu dalam hingga lupa bagaimana caranya mengapung...

...~Elena...

***

"Tuan muda hebat ya, baru tadi siang Tuan muda bilang kalau Tuan besar meminta agar mencari guru les. Tiba-tiba malamnya sudah dapat guru lesnya. Kalau dilihat-lihat juga orangnya cantik Tuan." Ucap bi Sumi, pembantu sekaligus pengasuh Erlang sejak kecil.

"Bocil gitu dibilang cantik, lagian dia teman di sekolah bi, orangnya pintar daripada belajar sama Aries. Yang ada bukan belajar, malah bikin ribut karena bawa beberapa dedemit.” Erlang terkekeh saat menyebut dedemit.

"Biar bibi saja yang membuat minumannya Tuan muda. Tuan muda temui temannya nanti takut kelamaan nunggu nya." Erlang membenarkan perkataan bi Sumi dan beranjak meninggalkan bi Sumi dan menuju ke ruang tamu.

Elena melihat-lihat sekelilingnya. Foto-foto Erlang terpampang jelas di dinding ruang tamu. Dari foto kecil hingga dewasa, foto keluarga yang terdiri atas Erlang, mamanya , dan papanya. Erlang merupakan anak satu-satunya dari keluarga Dinata.

"Ngapain loe bengong di depan foto gue. Loe terpesona liat kegantengan gue yang sudah ditakdirkan dari lahir." Elena yang terkejut pun langsung berbalik dan melihat Erlang yang sudah duduk di sofa sambil memangku tangan dan menatap Elena dengan menyeringai.

Elena yang merasa malu hanya bisa menunduk dan dengan cepat menuju sofa dan duduk berseberangan dengan Erlang.

"Enggak usah malu, nanti pipi lo tambah merah kaya cabe kiloan di pasar." sindir Erlang sambil menahan tawa. Elena hanya bisa memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Erlang.

"Silahkan diminum." ucap bi Sumi sambil meletakkan minuman di atas meja. 

Elena pun langsung mendongakkan kepalanya karena terkejut akan kedatangan bi Sumi yang tiba-tiba sudah di depan meja.

"I-iya bi."

"Hmmm... Lang gue sudah buatin jadwal buat les loe, nih jadwalnya." Elena menyerahkan jadwal yang telah ia buat di rumahnya sebelum ia pergi kerumah Erlang.

"Gue sih terserah loe aja maunya gimana."

"Oke." Elena memasukkan kertas tersebut ke dalam tasnya dan mengeluarkan buku matematika. "Hari ini kita belajar matematika ya Lang" menatap Erlang sambil membuka buku yang ia letakkan di atas meja.

"Kok matematika sih, gue paling males sama yang namanya menghitung !"

"Loe sendiri kan yang bilang kalau terserah gue mau ngajar apa. Kenapa sekarang loe yang sewot."

"Hmmmm..." Erlang menghembuskan napas kasar. Lalu berjalan mendekati Elena dan duduk di sampingnya.

Elena menjelaskan rumus matematika yang ia pelajari di sekolah. Karena terlalu fokus Elena sampai tidak sadar jika wajahnya dan wajah Erlang sangat dekat.

"Loe paham enggak?" Elena menoleh ke arah Erlang. Wajah mereka saling berhadapan hanya menyisakan beberapa centi dengan mata yang saling memandang. 

Elena merasakan napas Erlang menghembus mengenai pipinya.

Deg, Elena segera memalingkan wajahnya agar Erlang tidak melihat pipinya yang sudah memerah. Kuatkan Elena atas segala cobaan yang diberikan.

"Coba loe kerjain soal yang sudah gue buat tadi, nanti gue periksa kalau belum benar gue suruh ulang lagi." ucap Elena yang masih belum berani menatap Erlang. 

Elena merasakan kalau jantungnya berdebar sangat cepat seakan memaksa untuk keluar.

"Eh Bocil, kalau ngomong liat gue kali masa liat patung. Emang tuh patung bisa ngomong kalau di ajak bicara." Erlang menunjuk patung yang dilihat Elena yang kebetulan berada di ruang tamu.

"Gue haus, mau minum."

"Loe haus, mau minum. Nih gue ambilin apa mau sekalian gue minumin." Erlang menaikkan satu alisnya sambil menatap Elena.

Bluusshhh, pipi Elena kembali memerah. Bahkan lebih merah dari sebelumnya.

Oh tuhan, sampai kapan pertahanan jual mahal ini mampu Elena bentang. Temboknya saja mulai berlubang akibat serangan bertubi-tubi dari lawannya.

"Ngga perlu, gue bisa minum sendiri. Lagian apa guna nya tangan kalau enggak digunain." Elena mengambil gelas dari tangan Erlang dan langsung meminumnya.

Sikapnya membuat gue menyelam terlalu dalam hingga lupa bagaimana caranya mengapung

Tiba-tiba handphone Elena berbunyi tanda ada chat yang masuk.

Grup CLBK, bukan cinta lama bersemi kembali tapi cewak lugu bikin klepek hewww aslinya mah kalau jalan cuma liat beli kagak.

Dean : Woy! keluar yok temenin gue makan bakso mang mamat. Lagi pengen nih gue

Jihan : Ga bisa, gue sibuk beternak bekicot!

Elena : Bekicot mulu yang diternak, yang punya kapan hahaha

Dean : Gimana mau ternak, dighosting mulu shayyy

Jihan : Mulutnya dijaga ya, yuk bisa yuk DP duluan

Dean : Ade polos bang

Jihan : Sudah tertera dengan jelas, ANDA BERBOHONG

Dean : ah jadi ngelantur @Elena temenin gue ke warung mang mamat nanti gue traktir daun bawang

Elena : pelit amat sih, ga bisa De, gue sibuk

Jihan : lagaknya jomblo sibuk yang disibuk-sibukin

Dean : anda benar, cepetan dah gue mau otw nih

Elena : Enggak bisa De, gue lagi di rumah Erlang

JIhan : ngapain heh?

Dean : Iya woy ngapain

Jihan : @Elena

Dean :@Elena balas ngapa

Jihan :@Elena

JIhan : @Elena

Fokus Erlang yang sedari tadi mengerjakan tugas yang diberi oleh Elena pun teralihkan karena Elena yang senyum-senyum sambil melihat layar handphone nya.

"Handphone lo ngelawak?" Erlang mendekat sambil melirik sedang Elena dengan cepat menyimpan handphone nya ke dalam tas.

"Bu-bukan urusan loe, sini mana jawabannya." Elena mengadahkan tangan ke depan wajah Erlang.

"Nih, gue yakin benar semua tu jawaban." ucap Erlang dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya memperlihatkan bahwa dia merasa bangga dengan Deinya.

What! Semua soal yang ia berikan kepada Erlang dapat dijawabnya dengan mudah padahal soal yang ia berikan merupakan soal yang lumayan sulit.

"Loe kenapa liat gue sambil ngotot ".

"Loe kok bisa jawab semua soal dari gue sih, gimana caranya?" tanya Elena yang masih bingung dengan apa yang dilihatnya.

"Loe lupa ya Bocil, bukannya loe tadi yang ngajarin gue caranya. Gue itu sebenarnya pintar tapi karena gue males aja belajar jadinya nilai gue anjlok."

Setelah berdebat-debat kecil dengan Erlang dan malam pun semakin larut. Elena memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

"Loe naik apa tadi ke sini."

"Naik taxi." ucap Elena sambil membereskan buku-buku yang ada di atas meja.

"Biar gue antar."

"Enggak perlu Lang, gue naik taxi lagi aja." Elena hampr meleleh. Ia tak mampu berdekatan dengan Erlang lebih lama lagi.

"Bahaya kalau cewek pulang malam-malam sendian. Apalagi kalau ceweknya yang loe Pendek, kecil gampang banget buat diculik. Tinggal gendong terus masukin bagasi bawa kabur deh."

Elena bergidik ngeri membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.

"Loe tunggu disini dulu, gue ambil kunci mobil." Elena mengangguk sambil melirik ke arah Erlang yang berlari menuju lantai atas rumahnya.Tak selang berapa menit Erlang datang sambil membawa kunci mobil.

"Yuk." ajaknya kepada Elena.

Mereka pun masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan Elena  tertidur karena ngantuk yang melanda. Saat sampai dipekarangan rumah pun Elena masih tertidur.

Erlang mengamati setiap inci diwajah Elena. Tanpa disadari tangannya membelai rambut Elena dengan lembut. Bocil memang cantik. Benar kata bi Sumi.

Elena tiba-tiba terbangun karena merasakan ada sentuhan di kepalanya. 

Erlang yang melihat pergerakan Elena yang hendak membuka mata pun dengan cepat menarik tangannya yang sedari tadi membelai rambut Elena. Hampir ketahuan, Eh Erlang ngapaian woy!

"Akhirnya loe bangun juga, loe kira mobil gue penginapan yang seenaknya bisa loe tidurin. Kita sudah sampai, cepat keluar dari mobil gue!"

"Maaf gue ketiduran, makasih juga sudah ngantar gue pulang." Elena segera membuka pintu dan keluar dari mobil.

"Woy bocil, jangan lupa kirim nomor rekening loe. Nanti gue transfer gajih loe setelah satu bulan pastinya."

Elena yang sudah terlalu ngantuk dan malas untuk berdebat hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju rumahnya. Sesampai di kamar Elena langsung merebahkan tubuhnya di kasur dan langsung terlelap.

***

Sinar mentari pun masuk melalui celah-celah jendela kamar Elena. Jam menunjukkan pukul 06.25 Elena segera bangkit dan bersiap menuju sekolahnya.

Elena menuju sekolah dengan memesan taxi. Selama di dalam taxi Elena tak henti-hentinya tersenyum mengingat kejadian tadi malam, bahkan sopir taxi pun merasa horror. Cantik-cantik tapi kok…

Sesampai di sekolah Elena dengan cepat membayar taxi dan berlari menuju kelasnya dan sopir taxi pun merasa lega.

Saat hendak ke kelasnya, Elena bertemu dengan Erlang dan teman segenknya. Elena tersenyum dan berharap Erlang juga menyapanya. Tapi anehnya Erlang sama sekali tak meliriknya.

Ada apa dengan Erlang? apa ada yang salah dari gue?

Erlang suka Elena!

...M.Y.C.H.O.S.E.N.M.A.N...

...Salahkah jika gue berpikir loe suka sama gue, Erlang?...

...~Elena...

***

Sesampai di sekolah Elena dengan cepat membayar taxi dan berlari menuju kelasnya dan sopir taxi pun merasa lega.

Saat hendak ke kelasnya, Elena bertemu dengan Erlang dan teman segenknya. Elena tersenyum dan berharap Erlang juga menyapanya. Tapi anehnya Erlang sama sekali tak meliriknya.

Ada apa dengan Erlang? apa ada yang salah dari gue?

Elena melangkahkan kaki menuju kelasnya yang berada di lantai atas sambil terus menyimpulkan jika Erlang tak melihat keberadaannya tadi.

Sesampai di kelas Elena melihat Dean yang sedang duduk di kursinya dengan senyum-senyum melihat layar handphonenya. Sedangkan Jihan sedang mengerjakan pr dikursi belakang.

"Kayaknya ada yang lagi senang nih." sindir Elena sambil duduk di samping kursi Dean.

"Apaan sih Len, sok tau deh." ucap Dean sambil mencoba menahan senyum.

"Senyum-senyum sambil lihat layar handphone, ya jelas lah gue tau kalau loe lagi senang." ucap Elena sambil mencubit pipi Dean.

"Awwww... Sakit tau Len." Dean mengusap pipi bekas cubitan Elena sambil mengerucutkan bibirnya. Elena yang melihatnya hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Jangan cemberut dong nanti cantiknya hilang hahaha." Elena mengacak-acak rambut sahabatnya.

"Sekarang cerita apa yang membuat sahabat gue ini bisa senyum-senyum sendiri?" Dean yang masih merasa kesal karena Elena mencubitnya membalas menatap Elena dengan melototkan matanya.

"Hmmmm, enggak usah ngambek."

“Ikut gabung dong” Jihan mendekat dan meninggalkan pr, eh bukan pr ya, kalau pr kan pekerjaan rumah. Jihan mendekat dan meninggalkan tugas sebagai murid yang rajin.

"Jadi tadi Arvel chat gue katanya dia enggak dikeluarin dari sekolah." ucap Dean sambil menampilkan senyum lebar nya.

"Erlang juga kan?"

"Ya jelaslah." Serobot Jihan saat Dean mulai membuka mulut.

Elena mesem-mesem kesenengan. Ada tersirat rasa bahagia di hati Elena saat mendengar bahwa Erlang tidak keluar dari sekolahnya.

“Ciyeee uhuyy uhuyy slebew” Dean menyikut bahu Elena hingga hamper terjungkal.

"Tapi kenapa enggak dikeluarin De, kata loe kemarin itu kesempatan terkhir buat mereka?" tanya Elena dengan penuh selidik.

"Kata Arvel sih karena papanya Erlang. Loe sendiri kan tau kalau papanya Erlang adalah orang yang mensponsori sekolah kita. Mungkin gara-gara itu." Elena dan Jihan hanya menganggukkan kepalanya.

"Loe senang kan Erlang ngga dikeluarin?" goda Jihan kepada Elena.

"Apasih, biasa aja kok." Pipi Elena langsung memerah.

Biasa aja tapi kok pipi merah kaya udang rebus.

"Sekarang giliran loe yang cerita, kenapa bisa  loe tadi malam di rumah Erlang, Loe enggak macam-macam kan?" tanya Dean sambil tersenyum sinis kepada Elena.

“Wah bahaya nih?” Jihan ikut menimpali.

“Jurus jual mahal, ha ha ha”

“Beneran berhasil?”  Tanya Dean dan Jihan bersamaan.

Elena mengangguk dan menceritakan awal dari Erlang membantu nya sampai mengantarkannya pulang seusai les pada malam itu secara rinci.

"Bagus dong Len, ini bisa jadi awal pendekatan yang bagus buat loe." Dean menepuk-nepuk bahu Elena.

"Tapi Len, kok tiba-tiba Erlang mau loe jadi guru lesnya ya?" Jihan masih saja tak percaya

"Entahlah."

“lo ga curiga gitu. Tiba-tiba Erlang baik sama lo?”

Elena juga berpikir ada yang aneh dengan Erlang. Karena dulu Erlang tidak pernah berbicara dengannya walaupun Erlang tahu bahwa Elena menyukainya.

Elena menyukai Erlang sejak pertama kali melihatnya pada saat tanding basket antar kelas. Kelas Elena yang saat itu bertanding basket dengan kelas Erlang.

Mata Elena tertuju pada seorang cowok yang dengan gesitnya selalu memasukkan bola kedalam ring. Cowok tersebut adalah Erlang dan sejak itulah Elena menyukai Erlang.

Elena pun akhirnya memberitahu Dean kalau dia menyukai Erlang. Dean dengan ceplas-ceplosnya memberitahu Arvel yang saat itu sudah menjadi kekasihnya bahwa Elena menyukai Erlang.

Erlang yang mengetahui hal itu hanya menganggapnya sebagai hal yang biasa. Karena sudah biasa bagi Erlang disukai oleh siwi-siswi di sekolahnya.

***

Selesai jam terakhir Elena tidak langsung pulang. Elena merasa saki perut dan segera lari ke arah toilet. 

Selesai dari toilet, Elena melangkahkan kaki keluar dari sekolah. Tidak ada lagi siswa-siswi yang berkeliaran karena Elena terlalu lama di toilet. Ketika melewati parkiran, Elena melihat sosok yang ia kenali.

"Loe lama banget sih, sampai jamuran gue nunggunya!" ucap Erlang dengan tangan berlipat di dadanya sambil bersandar di pintu mobil.

"Loe nungguin gue?" tanya Elena yang masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Enggak, gue nungguin tu pak satpam sampai lahiran. Puas loe, ya jelas lah gue nungguin loe, Bocil!" sambil menunjuk satpam yang sedang makan dipos rondanya.

"Cepat masuk." Erlang membuka pintu mobil dan menyuruh Elena untuk masuk.

Elena langsung mengangguk dan masuk kedalam mobil. Mobil Erlang pun beranjak meninggalkan sekolah.

"Motor loe sudah diantar kerumah loe, jadi loe besok nggak perlu lagi naik taxi." jelas Erlang.

Elena tak mendengarkan perkataan Erlang. Pikirannya sibuk memikirkan perkataan Jihan tentang perubahan sikap Erlang yang berubah drastis.

Aneh memang, Karena dulu ketika Elena dengan terang-terangan menyatakan perasaannya seperti memberi minuman seusai Erlang tanding basket, menyiapkan bekal makanan untuk Erlang dan banyak lagi usahanya untuk mendekati Erlang.

Namun semua usahanya selalu saja diabaikan oleh Erlang. Hingga Elena memutuskan untuk menyukai Erlang dalam diam. Tapi disaat Elena memendam perasaannya Erlang malah mencoba mendekatinya.

ERLANG SADAR DAN MENYESAL TELAH MENGABAIKAN ELENA. ERLANG SUKA ELENA. Ya, jurus jual mahal yang membuat Erlang menyesal. Elena terus saja membuang pikiran buruk yang mulai menggerogoti.

Salahkah jika gue berpikir loe suka sama gue, Erlang?

"Cil, loe kok bengong sih!"

"I-iya apa Lang, loe ngomong apa tadi?" tanya Elena sambil menatap Erlang yang terlihat sedang kesal.

"Tau ah, males gue ngomong sama loe." ucap Erlang tanpa melihat ke arah Elena. Elena mengerucutkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil.

Sesampai di depan rumah Elena mengucapkan terima kasih kepada Erlang dan segera turun dari mobil.

"Eh Bocil, jangan lupa malam ini kerumah gue lagi. Awas lo kalau nggak kerumah gue." ancam Erlang sebelum Elena menutup pintu mobil.

"Iya bawel." Elena menutup pintu dan membiarkan mobil Erlang menjauh dari pandangannya.

***

Erlang merebahkan tubuh di kasur kamarnya sambil memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba dering handphone berbunyi.

Hallo

Bagaimana? tanya seseorang diseberang sana.

Sesuai perintah ucap Erlang

Bagus, sesuai kesepakatan kita

Hmmmm.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!