..."Aku tidak tahu harus bagaimana menceritakan ini semua. Aku selalu berharap bahwa semua ini hanyalah bagian dari mimpi burukku saja. Tapi mimpi buruk ini seakan berjalan tiada akhir. Hingga aku menyadari, kalau semua yang aku alami adalah kenyataan pahit yang harus aku terima. Bukan hanya aku yang memiliki kisah mengerikan ini. Seluruh umat manusia pun mengalaminya. Bahkan tak banyak dari mereka yang beruntung. Dan jika kalian berfikir aku seorang pecundang atau pengecut, maka kalian salah."...
...(Jason)...
Pagi buta, **Jason** terbangun dari tidurnya. Suara bising dan keributan terdengar di luar rumahnya. Entah keributan apa lagi yang terjadi di komplek rumahnya ini. Sebelumnya ada anak-anak berandal yang melakukan penyerangan terhadap salah satu orang, dan memancing orang lain yang tinggal di komplek perumahan ini untuk keluar dari rumah mereka masing-masing.
**Jason** yang hanya tinggal dengan kakaknya pun langsung mencari dimana keberadaan kakaknya itu. Dia mencari kesana kemari, bahkan kamarnya pun kosong. Hingga saat dia sampai di dapur, **Jason** barulah melihat kakaknya yang sedang memukuli kepala seseorang hingga hancur. **Jason** begitu kaget melihat hal itu.
"Hey! Roland! Gila! Apa yang kau lakukan?!" tanya **Jason** dengan penuh kebingungan. Dia kaget melihat **Roland** yang sudah berlumuran darah.
"Jason! Jason! Dengarkan aku! Kau tidak akan mengerti dengan semuanya. Aku akan menjelaskan semuanya nanti! Sekarang ambillah tas mu dan kemasi semua senjata kita!" ucap **Roland** pada **Jason**.
**Jason** hanya termenung, dia seakan tidak percaya kalau kakaknya sesadis itu memukuli orang. **Jason** tidak pernah tahu kalau kakaknya akan bermasalah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, **Roland** adalah kakaknya. Setiap **Jason** memiliki masalah, Roland satu-satunya orang yang masih peduli dengannya.
"Jason! Jangan melamun! Cepat pergi ambil semua senjatanya!"
**Jason** pun panik dan langsung menuju kamarnya untuk mengambil tas yang berukuran besar dan yang kecil. Dia mengambil beberapa baju. Setelah itu dia mengambil semua senjata dan amunisi yang **Roland** simpan di bawah ranjang milik **Jason**. Semua senjata itu didapatkan secara legal, karena **Roland** adalah seorang tentara. Sehingga dia mudah untuk mendapatkan senjata sebanyak itu.
"Sudah Roland! Ayo kita pergi!" ucap **Jason** sembari memberikan sebuah Shotgun untuk **Roland**. Sedangkan **Jason** sendiri memakai sebuah pistol.
Awalnya **Jason** berfikir kalau rumahnya diserang oleh komplotan **Gangster**. Namun saat ia dan **Roland** keluar dari rumah, dia baru mengetahui kalau ternyata keributan itu disebabkan oleh orang-orang yang berubah menjadi aneh. Atau lebih tepatnya, mereka adalah **Zombie**. Mereka berdua lalu mulai menyerang siapa pun yang ada dihadapan mereka.
Karena hampir seluruh orang yang ada di tempat itu sudah berubah akibat gigitan **Zombie** yang lain. **Jason** yang panik pun menembak ke semua arah, karena puluhan **Zombie** sekarang mengejar mereka. Tiba-tiba datanglah sebuah mobil lapis baja yang biasa dipakai oleh para tentara saat sedang berperang. Ternyata itu adalah teman-teman Roland yang berhasil selamat dan mencuri mobil di markas mereka.
"Roland? Kau tidak tergigitkan?" tanya salah satu temannya yang bernama **Bety**.
**Bety** hanya berhasil membawa **Sam** dan **Lory**, karena keadaan di markas sudah sangat kacau balau. Para **Zombie** membabi buta menyerang setiap orang yang ada di hadapan mereka. Bahkan tiga teman Roland ini tidak sempat menolong keluarga mereka, karena sudah terlambat.
"Lalu bagaimana denganmu Jason?" tanya **Sam**.
**Jason** menjawabnya dengan terbata-bata karena dia masih sangat ketakutan.
"A.. Ak.. Uuu...."
"Jason. Tenanglah. Kita akan selamat. Oke?" ucap **Roland** berusaha menenangkan adiknya.
"Adikku juga aman Sam. Dia masih panik karena dia baru saja melihat aku membantai orang." ucap **Roland** kepada **Sam**.
"Baguslah kalau begitu. Aku harap kau tidak sama dengan komandan kita." ucap **Lory**.
"Kenapa memangnya? Apa yang terjadi pada komandan?" tanya **Roland** penasaran.
"Dia tidak beruntung Roland. Keadaan saat ini benar-benar kacau. Hanya komandan kita satu-satunya orang yang mengetahui apa penyebab dari semua ini. Bety sempat membawa tas komandan dan membuka. Semua berisi tentang dokumen rahasia tentang sebuah penelitian di sebuah negara. Mereka menemukan adanya virus jenis baru akibat sebuah banjir yang melanda negara mereka akhir-akhir ini." jelas **Sam** pada **Roland**.
"Benar Roland. Sebelum menembak dirinya sendiri, dia berpesan kepada kami untuk menemuimu. Dia memberikan sebuah kode." ucap **Bety**.
"Apa kodenya?"
"H.P.C, kau ingat sesuatu?"
"H.P.C? Tunggu! Aku ingat! Aku pernah mendengar ada sebuah pasukan rahasia yang dibentuk untuk sebuah misi penanggulangan virus berbahaya. Mereka para prajurit yang sangat terlatih. Mereka ditugaskan untuk membuat sebuah senjata penawar yang bisa ditembakkan melalui udara. Awalnya kesaksian mereka ditolak di pengadilan militer karena belum cukup bukti yang menunjukkan adanya virus berbahaya dari peristiwa banjir dua tahun lalu. Virus itu memang sengaja dibawa oleh sebuah kapal dagang, dalam bentuk sebuah senjata. Yang memesan senjata itu adalah para pembelot negara, yang memang sudah bekerja dengan beberapa mantan ilmuwan di negara kita. Semua ini berawal dari misi terakhir kita di **Negara** **Sanda**. Mereka ingin menuntut balas atas kekalahan itu." jelas **Roland** kepada teman-temannya.
"Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami soal itu?" ucap **Bety**.
"Hampir semua orang tidak percaya dengan ucapan para prajurit H.P.C saat itu. Bahkan hanya komandan kita satu-satunya orang yang membela mereka dalam persidangan agar mereka tidak ditahan. Dan komandan pernah mengatakan sesuatu kepadaku, kalau H.P.C sedang berusaha keras untuk membuat penawarnya."
"Apakah kau yakin Roland? Apa kau berfikir mereka semua beruntung seperti kita setelah melihat semua kekacauan ini?" tanya **Sam** dengan kesal, karena tak percaya dengan semua yang **Roland** ucapkan kepada mereka.
**Roland** pun berusaha meyakinkan semua teman-temannya. Termasuk dengan **Jason** adiknya yang masih ketakutan. Dia memberitahu kalau **H.P.C** adalah sebuah singkatan dari **Human Protection Command**. Kebanyakan anggotanya adalah para mantan veteran. Dan satu-satunya orang yang saat ini mengetahui dimana lokasi kelompok itu hanyalah **Roland**, karena komandan mereka telah mati.
Roland pernah diajak oleh komandan mereka untuk mengawalnya bertemu dengan pimpinan **H.P.C** yaitu **Dennis Libera**. **Dennis** adalah seorang veteran tentara yang dikatakan adalah gurunya para ahli penyakit di negara ini. Dia sudah melewati berbagai misi berbahaya, sehingga dia sangatlah dihormati oleh banyak orang. Dan dia mampu membentuk sebuah pasukan beserta markasnya tanpa dicium oleh pemerintah.
Dulu banyak orang yang menganggap Dennis adalah orang gila. Namun sekarang semuanya telah terbukti. Bahwa **Dennis** mengatakan semuanya dengan alasan kuat yang sengaja ditutupi oleh pemerintah. Alasan menutupi semua itu adalah, agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Karena setelah beberapa hari pernyataan yang dikeluarkan oleh **Dennis** di media, membuat sekelompok orang yang percaya dengan hal itu melakukan bunuh diri secara masal.
Hal itu pun membuat Dennis sempat ditahan oleh pemerintah. Dan sebenarnya **Dennis** telah dijatuhi hukuman mati. Tapi dia berhasil dibebaskan oleh sahabatnya sendiri yaitu komandan dari **Roland** dan juga kelompoknya yang menyebut diri mereka sebagai **Human** **Protection Command**. Yang artinya **Komando** **Perlindungan Manusia**. Mereka memiliki misi untuk melindungi orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh.
Orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh bukanlah orang yang ber-uang atau pun pejabat negara. Melainkan mereka yang memiliki keyakinan sama dengan kelompok ini. Memang, banyak sekali pejabat negara yang secara diam-diam mendanai mereka demi kelangsungan hidup umat manusia. Meskipun pada akhirnya mereka pun harus berhadapan dengan waktu yang jauh lebih cepat dari perkiraan mereka.
Mereka harus dihadapkan pada sebuah kenyataan, bahwa mereka tidak bisa mencegah datangnya sebuah bencana. Mereka hanya bisa menanggulangi bencana itu sendiri, setelah bencana itu terjadi. Sekarang, semua orang harus mempertahankan nyawa mereka dengan sekuat tenaga. Semua akibat dari kesombongan orang-orang, yang menganggap bahwa masalah itu hanyalah masalah biasa. Mereka tidak percaya dengan sebuah bencana yang sebenarnya sudah menunjukkan gejalanya.
Banjir itu datang membawa sebuah berita, bahwa ada sekelompok orang yang menginginkan kehancuran. Namun karena mereka tidak pernah mau mempelajari sebuah keadaan, maka sekarang keadaanlah yang pada akhirnya menyadarkan mereka semua. Uang dan harta sudah tidak lagi berarti bagi mereka. Sekarang setiap orang harus berjuang dengan kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki. Mereka harus mencari makanan, minuman yang bersih, senjata dan juga amunisi untuk melindungi diri mereka.
Banyak orang yang mati karena kebodohan mereka sendiri. Karena tidak kuat menahan lapar dan haus, mereka pun mengkonsumsi makanan dan minuman yang sebenarnya sudah terinfeksi. Orang-orang mulai merasakan putus asa atas bencana yang terjadi. Banyak dari mereka yang memilih menjadi santapan **Zombie**, karena bagi orang yang sudah putus asa, mati jauh lebih baik dari pada harus hidup dalam ketidak pastian. Pemerintahan juga sudah kacau balau karena bencana ini.
Untuk seorang **Jason**, dia beruntung karena memiliki seorang kakak yang menjadi seorang tentara. Kalau tidak, maka nasibnya akan lebih buruk. Sama dengan orang-orang umum di luar sana yang sedang berjuang membasmi para **Zombie** dengan kemampuan mereka yang terbatas. Mereka tak tahu arah dan tujuan. Tidak seperti **Roland** yang mengetahui kemana dia harus pergi menyelamatkan diri. Namun disinilah seorang **Jason** memulai petualangannya.
Ia tidak tega saat melihat ada seorang ibu bersama tiga anaknya yang sudah remaja dikejar oleh para **Zombie**. **Jason** menghentikan mobil yang dikendarai oleh **Sam**. Dia kemudian turun dengan membawa sebuah pistol. Karena memang **Jason** suka sekali berlatih menembak bersama kakaknya **Roland**, maka dengan tiga letupan peluru yang mendarat tepat di kepala, sudah mampu menumbangkan tiga **Zombie**. Semua orang yang ada di dalam mobil pun heran dengan **Jason** yang tiba-tiba berubah menjadi ganas.
Dia melumpuhkan para **Zombie** hanya dengan waktu kurang dari tiga puluh detik. Dan dia telah berhasil menyelamatkan empat nyawa. **Jason** pun memberikan pistol itu beserta dua magazin untuk anak laki-laki dari ibu itu.
"Bolehkah kami ikut denganmu?" tanya anak laki-laki itu.
"Aku tidak bisa membawamu. Maafkan aku. Ambillah dua magazin dan pistol ini untuk menjaga ibu dan kedua adikmu. Kau adalah anak laki-laki, sama sepertiku. Kau tidak bisa menyelamatkan keluargamu jika hanya lari dan bersembunyi. Kau paham? Suatu hari kita akan bertemu lagi. Dan aku akan mengambil pistolku kembali." kata **Jason** kepada anak laki-laki itu.
Dia pun tersenyum dan meninggalkan mereka. **Jason** kembali masuk ke dalam mobil. Mereka pun langsung bergegas pergi dari kota itu. **Roland** dan teman-temannya saling memandang satu sama lain. **Roland** seperti ingin mengatakan sesuatu kepada **Jason**, tapi bibirnya seakan kaku. Dia kemudian memeluk adiknya itu dengan sangat erat sembari menangis. **Jason** pun bertanya-tanya dalam hatinya.
"Apa yang terjadi pada kakakku? Dia tidak pernah menangis. Kenapa sekarang dia bersikap seperti anak kecil?"
**Jason** pun mencoba bertanya kepada **Roland**. Dengan terbata dan dengan nada yang pelan **Roland** menjawab,
"Aku sudah gagal menjadi kakakmu Jason."
"Apa yang kau bicarakan Roland? Kau adalah kakak yang selama ini sangat menyayangiku, menjadi pengganti ibu dan ayah sejak mereka tiada. Kenapa sekarang kau merengek seperti anak kecil? Aku tidak pernah melihatmu seperti ini."
"Dengar Jason. Aku mengajarimu bagaimana cara memukul orang. Bagaimana cara menembak. Dan bagaimana caranya menghadapi situasi yang sedang genting seperti ini. Tapi aku tidak pernah mengajarimu untuk menolong orang lain. Aku bahkan hanya menyuruhmu diam di rumah dan mempelajari buku-buku sialan itu. Kau tidak punya banyak teman. Karena kau lebih banyak menghabiskan banyak waktumu dengan komputer dan buku. Kau juga lebih banyak waktu denganku saat aku tidak bertugas. Saat kau turun dari mobil ini, aku merasa seakan telah gagal menjadi kakakmu. Aku bisa menembak para Zombie itu dengan semua senjata dan amunisi yang aku miliki. Tapi aku tidak melakukannya. Aku memang seorang pecundang." ucap **Roland** menyesali semuanya.
Selama ini **Jason** sering dikurung di dalam rumah oleh **Roland** karena **Jason** sering dibully oleh teman-temannya di sekolah. **Roland** tidak mau kehilangan adik yang sangat ia cintai itu. Namun sekarang **Roland** sadar kalau selama ini caranya sudah salah. Dia sudah **Over Protective** kepada adiknya itu. Sehingga akibatnya, sekarang **Jason** hanya memiliki satu orang sahabat yang setia kepadanya. Meskipun sedikit idiot, tapi sebenarnya sahabat **Jason** ini adalah orang yang jenius. Karena dia bisa membuat senjata peledak, seperti **Roland**.
"Dengar Roland. Aku tidak pernah menyalahkan sikap kerasmu kepadaku. Sekarang aku telah merasakannya sendiri. Andaikan kau tidak mengajariku bagaimana caranya menembak, aku pun tidak akan pernah menyelamatkan orang itu. Tapi bicara soal teman, aku justru memiliki seorang sahabat. Satu-satunya orang yang mau bergaul denganku. Dan aku harap kau tahu apa yang aku bicarakan." jawab Jason.
**Sam**, **Bety**, **Lory**, dan **Roland** pun saling menatap. Mereka semua tahu apa yang Jason maksud. Jason ingin menyelamatkan sahabatnya itu. Karena hanya dia satu-satunya orang yang peduli padanya.
"Dengar Jason, aku tahu maksud dari ucapanmu. Dan aku tahu bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang ada bersamaku sebelumnya. Aku tidak bisa menyelamatkan mereka Jason. Mereka telah menjadi salah satu dari makhluk sialan itu. Jika kau bermaksud ingin menyelamatkan satu-satunya sahabatmu, kami semua akan membantumu. Kita akan menyelamatkan sahabatmu itu." ucap **Sam** pada **Jason**.
"Siapa namanya Jason?" tanya **Roland**.
"Namanya Billy. Dia juga bisa membuat petasan sepertimu. Aku yakin dia akan sangat membantu kita nantinya." jawab **Jason**.
"Ya! Tentu saja Jason! Kita akan menyelamatkan Billy!" ucap **Roland**.
"Ya! Terimakasih semuanya!"
**Jason** pun merasa sangat senang karena mereka semua mau membantunya untuk menyelamatkan **Billy**. **Jason** terus berdoa untuk sahabatnya sepanjang perjalanan. Berharap kalau **Billy** masih menjadi sahabatnya, bukan menjadi salah satu bagian dari para **Zombie** itu.
Berjam-jam Jason dan kawan-kawan menuju rumah Billy. Berbagai hal mengerikan sudah mereka alami. Hanya dalam waktu beberapa jam mereka sudah terbiasa dan bisa mengendalikan setiap situasi. Sebenarnya rumah Billy tidak terlalu jauh. Hanya berjarak beberapa kilo meter saja dari tempat tinggal Jason. Tapi mereka selalu mampir di toko makanan, tempat pengisian bahan bakar, dan juga toko penjualan senjata api.
Semakin banyak mereka menghabiskan waktu di jalanan, maka akan semakin banyak juga amunisi dan senjata yang mereka butuhkan. Bagi mereka makanan tidak terlalu penting, karena mereka bisa mendapatkannya di semua tempat, bahkan di setiap rumah yang mereka lewati. Tapi tidak dengan senjata dan amunisi. Dalam situasi seperti ini, semua orang membutuhkannya. Bahkan saat sampai di beberapa toko penjualan senjata pun, sudah banyak senjata dan amunisi yang dijarah oleh penduduk.
"Hari sudah mulai malam. Kita harus bergegas untuk ke rumah Billy, barulah setelah itu kita mulai bersenang-senang." ucap Roland.
"Hanya tinggal beberapa rumah lagi kita akan sampai di rumah Billy. Pasti banyak Zombie juga di tempat itu. Karena yang aku tahu, tempat tinggal Billy selalu ramai. Aku pernah ke tempat ini beberapa kali, dan tempat ini tidak pernah sepi." ucap Jason.
"Apa ada jalan pintas untuk sampai ke rumah Billy? Jas?" tanya Sam pada Jason.
"Kita bisa melewati atap rumah warga jika mau. Karena menurutku itu adalah salah satu cara yang aman untuk selamat, jika banyak Zombie disana." jawab Jason.
"Oh.. adikmu semakin pintar saja Roland." ucap Lory sambil tertawa.
Mereka akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran dari Jason. Mobil mereka diparkirkan tepat di depan sebuah rumah yang akan mereka naiki. Satu persatu dari mereka pun mengikuti Jason naik ke atap menuju rumah Billy.
"Oh sialan kau Jason." ucap Bety kesal.
"Kenapa Bety? Apakah kau sudah bosan hidup? Kita sedang di komplek yang dipenuhi Zombie ganas. Lihat, mereka semua sedang kelaparan." jawab Sam kesal.
"Sssssttt!!! Dua rumah lagi, kita akan sampai. Aku harap kalian bisa saling mengerti." ucap Jason pada mereka.
Mereka pun diam dan kembali mengendap-endap untuk masuk ke rumah Billy. Rumah itu terlihat kosong. Tapi pintu depannya sudah hancur, seperti terkena sebuah ledakan hebat. Sam dan Lory berjaga di dekat pintu, untuk mengantisipasi jika ada Zombie yang tiba-tiba datang. Sedangkan Bety dan Roland ikut dengan Jason untuk memeriksa setiap tempat di rumah ini. Tapi tetap saja mereka tidak menemukan apa-apa, selain sebuah tas kecil yang biasa Billy bawa kemana-mana.
Kamar Billy juga terlihat sangat berantakan. Jason kemudian membuka tas itu, untuk mengecek semua isinya. Akhirnya dia menemukan jawaban dimana keberadaan Billy saat ini. Billy ternyata juga sengaja meninggalkan tas itu untuk Jason. Karena Billy sudah yakin, pasti Jason akan datang ke rumahnya. Karena hanya dia dan keluarganya yang menerima Billy dengan baik. Dalam sebuah surat Billy berkata,
..."Jason, aku mungkin berkhayal kalau kau akan datang. Aku hanya berharap kau masih baik-baik saja saat membaca surat ini. Orang-orang gila itu telah menggigitku. Tapi aku berhasil sembuh karena pamanku akhirnya datang dan memberiku sebuah obat. Aku juga meninggalkannya untukmu. Paman membawaku ke sebuah tempat, entah dimana. Tapi aku mendengar ayah dan ibu mengatakan H.P.C. Berjuanglah sahabatku. Aku tunggu kau disana."...
Setelah mengetahui kalau surat, obat dan juga beberapa petasan itu ditujukan untuknya, Jason merasa senang karena sahabatnya dalam keadaan yang baik-baik saja. Apalagi dia tahu kalau Billy juga mendatangi H.P.C. Itu berarti keluarga Billy juga telah mengetahui sesuatu.
"Bagaimana Jas?" tanya Roland.
"Billy dan keluarganya mendatangi H.P.C. Dia tergigit, tapi bisa sembuh karena obat ini." jawab Jason.
"Bagus! Sekarang ayo kita pergi!" ucap Bety.
Mereka semua kembali naik ke atap untuk menuju mobil. Tapi sialnya, Bety yang terus mengoceh sambil berlari, membuat puluhan Zombie di tempat itu menyadari keberadaan mereka. Sehingga mau tidak mau mereka juga harus berlari melewati atap rumah yang sebenarnya itu adalah jalan paling buruk yang pernah ada. Genteng setiap rumah yang mereka pijaki pun sudah ada yang hancur, karena mereka berlari.
Belum lagi dengan Bety, Sam, dan Lory yang memakai sepatu tentara. Ditambah lagi dengan Bety, entah apa yang dia pikirkan. Dia berhenti saat seharusnya dia hanya perlu melompat agar bisa masuk ke dalam mobil dengan cepat. Bety justru memilih untuk menembaki semua Zombie yang ada. Hal itu memancing jumlah Zombie menjadi semakin banyak dan semakin ganas menyerang mereka. Sam yang kesal pun menyalahkan Bety atas semua ini
Akibat ulahnya, sekarang posisi mereka terjepit. Meskipun para Zombie itu tidak bisa naik ke atap, tapi tetap saja mereka sangatlah mengerikan. Mereka berempat harus menembak satu persatu Zombie yang datang. Menembak secara bergantian agar serangan mereka tidak berhenti. Lalu Sam pun melompat ke mobil. Para Zombie pun mulai mengerumuni Sam. Untunglah Sam bisa masuk melalui atap mobil. Langsung Sam tancap gas untuk memancing mereka.
Sam mencari celah yang bagus agar teman-temannya bisa lolos. Cara itu pun berhasil, sehingga semuanya bisa kembali masuk ke dalam mobil dengan selamat.
"Dengar Bety! Jika kau berani melakukan itu lagi, aku akan menghadiahkanmu pada mereka. Kau pikir ini lucu? hah?!" ucap dengan memarahi Bety.
"Sam. Sebaiknya kita pergi dari sini. Cepat!" perintah Roland.
"Ya!"
Mereka akhirnya berhasil lolos dari kejaran para Zombie yang kelaparan itu. Namun Sam masih sangat kesal dengan Bety, karena tingkahnya sudah membahayakan mereka semua. Bety hanya diam tak berani berkata apa-apa. Dia lalu mengambil sebatang rokok dan menghisapnya.
"Berikan padaku!" kata Sam sembari merebut satu bungkus rokok dengan koreknya dari tangan Bety.
Tak diduga, Jason juga mengambil sebuah rokok yang sudah hampir patah dari dalam sakunya. Roland hanya diam tak mau mengatakan apa pun, karena dia tahu Jason sedang menanggung beban berat. Mungkin dengan sebatang rokok, dia bisa sedikit meringankan bebannya walau hanya sesaat. Sepanjang perjalanan mereka juga tidak banyak mengobrol. Sesekali mereka berhenti di suatu tempat untuk menjarah makanan, minuman, bahan bakar dan juga senjata.
Perjalanan semakin lama semakin melelahkan. Sam dan Roland bergantian menyetir, karena mereka tidak bisa terus menerus berhenti di suatu tempat terlalu lama. Meskipun ini adalah mobil lapis baja, tapi mereka harus tetap berhati-hati. Karena ada salah seorang wartawan yang memberitakan melalui sebuah stasiun radio, bahwa virus ini semakin mengganas. Banyak juga ditemukan Zombie yang sangat liar. Dan anehnya, mereka jauh lebih cerdas dan kuat.
Di sisi lain, **Billy** sudah ada di markas pasukan **H.P.C**. Ternyata anak yang dianggap idiot itu sangat dibutuhkan disana. Karena **Billy** mampu membuat peledak dan juga senjata. Bahkan **Billy** tahu bahan-bahan sederhana yang mudah didapatkan untuk membuat peledak. **Billy** terus berdoa untuk sahabatnya **Jason**. Dia sangat berharap kalau **Jason** akan datang ke tempat ini.
**Billy** bertanya kepada pamannya yang sama-sama seorang tentara seperti **Roland**, kakaknya **Jason**. Dan ternyata tidak semua anggota militer mengetahui lokasi markas **H.P.C** ini, karena kebanyakan orang tidak mempercayai kelompok ini. Bahkan banyak yang menganggap kalau merekalah dalang dibalik semua peristiwa ini. Padahal, mereka semua adalah pahlawan bagi seluruh umat manusia.
**Dennis**, dia juga sudah mengantisipasi semua hal yang sekiranya akan terjadi jika para **Zombie** menyebar luas ke seluruh wilayah. Yaitu dengan membuat sebuah kebun dan juga melindungi sumber mata air agar mereka tidak kekurangan logistik makanan dan minuman. Meskipun markas ini berada di bawah tanah, tapi tanaman mampu tumbuh dengan sangat baik di tempat ini. Begitu juga dengan sumber mata air yang dikelola dengan pengawasan yang sangat ketat.
Proyek ini membutuhkan waktu sekitar lima tahun, karena **Dennis** dan para donatur yang membiayai proyek ini harus bekerja secara diam-diam. Jika pemerintah mengetahui mega proyek ini, maka mereka tidak bisa berkutik. Tapi takdir benar-benar berpihak kepada mereka. Sekarang merekalah yang menjadi harapan satu-satunya umat manusia. Karena **Dennis** selalu bertindak cepat dan tertata untuk menanggulangi suatu keadaan.
Semua orang yang ada di tempat ini bekerja dengan kemampuan mereka masing-masing. Bahkan seorang kutu buku pun bisa berguna di tempat ini. Mereka yang biasa menulis akan diikutkan bersama dengan para ilmuwan untuk mencatat semua hal yang mereka dapatkan. Ada juga yang diperintahkan untuk bekerja menulis semua hal yang terjadi di tempat ini. Baik hanya aktivitas biasa, atau pun misi pembersihan para **Zombie**.
Agar kisah perjuangan mereka tidak hilang begitu saja nantinya. **Dennis** juga memberikan misi kepada kelompoknya untuk mengumpulkan material untuk memperluas tempat ini, agar mereka bisa menampung orang lebih banyak lagi. Dennis memilih setiap orang yang memiliki keberanian untuk bertempur di jalanan. Nantinya mereka akan diberi misi untuk menyelamatkan orang-orang yang masih terjebak di luar sana.
Mereka yang sudah menjadi **Pasukan H.P.C** juga akan ditempatkan di pos-pos penting. Karena sekarang, militer sudah tak bisa lagi diandalkan. Pemerintahan sudah kacau dan para tentara sudah tidak terkendali. Belum lagi dengan mereka yang memang sudah terinfeksi dan berubah menjadi **Zombie**. Untuk orang hanya tergigit, masih disembuhkan dengan sebuah obat yang mereka buat. Tapi untuk para **Zombie**, mereka harus dibunuh.
"Sampai sekarang aku dan para ilmuwan masih belum tahu senjata apa yang layak untuk menghentikan penyebaran virus ini. Aku khawatir dengan negara lain yang memiliki senjata nuklir." ucap **Dennis** kepada **Billy**.
"Kenapa Komandan?"
"Nuklir memang bisa menghancurkan Zombie itu. Tapi tidak bisa menghentikan penyebaran virusnya. Justru virus itu akan menguap melalui udara dan bisa menyebar ke seluruh dunia. Itulah yang saat ini kami khawatirkan. Semoga Jason dan Roland bisa cepat sampai kesini. Aku sangat membutuhkan mereka. Meskipun Jason seorang penakut, tapi dia orang yang mudah dilatih."
"Jadi kau mengenal mereka? Jason adalah sahabatku. Aku yakin Jason datang ke rumahku. Aku meninggalkan satu suntikan vaksin untuknya dan juga sebuah surat."
"Bagus sekali Billy. Dia pasti akan segera sampai ke tempat ini. Jason pernah ke tempat ini satu kali. Sedangkan kakaknya Roland, dia sudah sering datang ke tempat ini bersama Komandan Sora. Hanya orang-orang seperti kau dan mereka yang percaya kepadaku, juga dengan bencana besar ini. Banyak orang di luar sana yang menganggap kalau akulah yang menyebabkan semua ini. Padahal aku sudah memperingatkan mereka sejak dari dulu."
"Tidak apa-apa komandan. Komandan sudah berusaha menyelamatkan mereka. Aku melihat banyak sekali orang yang tidak beruntung dalam peristiwa ini. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang dulu menganggap penemuanmu ini gila."
"Kau benar Billy. Aku harus rela kehilangan keluargaku demi semua membangun semua ini. Tapi aku bersyukur karena dulu keluargaku mengusirku dari rumah. Jika tidak, aku mungkin sudah menjadi santapan makhluk-makhluk mengerikan itu. Sebaiknya kau beristirahat Bill. Jika Jason sudah tiba, aku akan memberitahumu."
"Terimakasih Komandan. Aku mungkin akan beristirahat nanti saja. Aku ingin berdoa untuk sahabatku."
"Oh, ternyata kau orang yang sangat religius."
"Paman yang selalu mengajariku untuk berdoa."
"Bagus. Aku tinggal dulu. Masih banyak pekerjaan yang aku selesaikan."
"Silahkan Komandan."
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Dibalik perilaku **Billy** yang sedikit aneh, dia ternyata adalah anak yang sangat religius. Keluarganya selalu mengajarkan kepada anak-anak mereka tidak melupakan kewajiban mereka sebagai umat beragama dalam kondisi apa pun. **Billy** seakan tidak lelah untuk mendoakan sahabat terbaiknya itu. Meskipun ada perasaan khawatir mengenai keselamatan **Jason**, tapi **Billy** tetap yakin kalau sahabatnya akan sampai ke tempat ini dengan selamat.
Dia juga membuat sebuah senjata, khusus untuk **Jason**, sahabatnya. Dia ingin memberikan senjata itu sebagai hadiah jika **Jason** berhasil selamat dari bencana ini. Karena perjalanan untuk sampai ke tempat ini memerlukan waktu berhari-hari. Jika kondisi di luar sudah bertambah kacau, maka kemungkinan besar dalam waktu satu bulan **Jason** baru sampai ke markas ini.
Sesekali **Billy** duduk di ruang cctv agar ia bisa tahu kalau Jason sudah datang ke tempat ini. Berhari-hari dia menunggu kedatangan sahabatnya itu. Dia sama sekali tidak putus asa. Dia juga tidak tinggal diam begitu saja. Billy juga mencari informasi dari beberapa pasukan yang berjaga di pos, untuk menanyakan keberadaan **Jason** dan kakaknya.
Menurut informasi yang ia dapat, lokasi tempat tinggal **Jason** sudah bisa dibilang cukup aman. Karena para pasukan **H.P.C** sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah itu. Para pasukan **H.P.C** juga membuat kamp untuk menampung para penduduk yang selamat. Karena markas utama mereka tidak akan cukup jika harus menampung mereka semua. Mereka juga mulai memperbaiki jaringan internet dan juga membuat pembangkit listrik untuk membuat situasi menjadi semakin aman.
Dengan penerangan yang ada, mereka bisa mengawasi setiap tempat dengan mudah. Dan dengan adanya jaringan internet, maka komunikasi mereka juga akan semakin mudah. Mereka juga mulai menempati setiap stasiun radio yang ada di kota ini, agar mereka bisa mengarahkan orang-orang yang selamat untuk menuju ke kamp penyelamatan.
Memang semuanya tak harus berjalan dengan harapan. Terkadang perjalanan ini terasa sangat menyenangkan, karena mereka dengan leluasa bisa menembaki para Zombie yang lewat. Tapi ada saatnya juga mereka harus menghadapi Zombie yang jumlahnya ratusan. Bahkan sampai memenuhi jalanan. Sebenarnya perjalanan kurang dua hari lagi untuk sampai ke markas H.P.C, tapi mereka terhambat karena mobil lapis baja yang mereka gunakan kehabisan bahan bakar.
Jarak mereka dari tempat pengisian bahan bakar sangat jauh. Sangat tidak mungkin untuk mereka mendorong mobil itu untuk sampai ke sana. Bisa-bisa mereka mati di tengah jalan. Akhirnya dengan terpaksa mereka harus memotong jalur dengan melewati beberapa desa dan kota. Bukan hanya itu saja, mereka juga harus melewati daerah perbukitan agar mereka bisa selamat dari kejaran para Zombie. Karena menurut Sam, Zombie lebih banyak di kota dari pada pedesaan, apalagi hutan.
Dengan bermodalkan peta yang mereka miliki, mereka berlima pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka masih harus menempuh perjalanan yang sangat jauh. Untungnya mereka semua bisa membawa semua logistik dengan masing-masing tas yang mereka bawa. Banyak sekali tas berukuran besar yang ada di dalam mobil lapis baja itu. Jadi mereka tidak kebingungan untuk membawa semua logistik yang telah mereka kumpulkan.
Setelah berjam-jam berjalan, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak, untuk makan dan minum. Mereka harus mengembalikan tenaga mereka, karena mereka sama sekali tidak tahu secara pasti bagaimana keadaan di jalur yang mereka pilih. Entah kenapa Jason merasa tidak nyaman berada di jalan ini terlalu lama. Meskipun ini jalan setapak, dan sudah pasti jarang dilewati orang karena jalan ini ada di sebuah tempat yang terpencil, tetap saja Jason merasa ada yang tidak beres.
Menurutnya, tempat ini terlalu aman untuk mereka. Sangat sunyi dan sepi. Jika tidak ada binatang buas, maka sudah pasti ada makhluk yang paling buas, yaitu Zombie. Jason mencoba memperingatkan Sam, tapi dia menenangkan Jason dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Baru saja Sam mengatakan hal itu, tiba-tiba muncul seekor anjing yang sudah berubah menjadi sangat mengerikan. Anjing itu telah berubah menjadi Zombie.
Jason langsung memukul kepala anjing itu dengan senjata AK-47 yang ia bawa. Lalu Bety menembak lagi kepala anjing itu untuk memastikan kalau anjing itu sudah mati. Namun lagi-lagi Bety melakukan hal yang mendatangkan masalah. Suara tembakan dari senapan AK-47 yang digunakan Bety memancing beberapa Zombie datang ke tempat itu. Dan anehnya, gerombolan Zombie yang datang kali ini jauh lebih kuat. Karena saat Jason menembak kepalanya, Zombie itu masih bisa bertahan. Hingga Jason pun harus menembaknya berkali-kali.
Mereka semua langsung mengambil tas masing-masing yang mereka bawa, dan lari sekencang mungkin yang mereka bisa. Karena Zombie yang datang semakin banyak. Entah para Zombie ini datang dari mana. Yang jelas, mereka cukup kewalahan karena para Zombie ini jauh lebih cepat dan lebih kuat. Mereka berlarian tak tentu arah. Jason bersama Roland, kakaknya. Lory bersama Sam. Sedangkan Bety entah lari ke arah mana. Mereka semua terpisah. Dan kesialan menimpa Bety yang terpojok di sebuah tebing, dia mau tidak mau harus melompat ke sebuah sungai.
Tapi para Zombie yang mengejarnya juga ikut lompat. Bety pun menghilang terbawa arus sungai yang mengarah entah kemana. Jason dan Roland berhasil selamat karena menemukan sebuah gua. Lory dan Sam masih harus berlarian karena jarak Zombie itu sangat dekat dengan mereka. Mereka berlari sembari menembak agar para Zombie itu sedikit lamban. Hingga mereka bertemu dengan seorang kakek tua yang membawa anjingnya. Mereka ditolong oleh kakek tua itu untuk masuk ke gubuknya dan bersembunyi di sana.
Kakek tua itu terlihat sudah sangat kelelahan karena sudah berhari-hari dia hanya berjuang bersama anjing kesayangannya. Dia hanya bisa bersembunyi di gubuk kecil ini agar para Zombie itu berhenti mengejarnya.
"Kenapa kau sendirian orang tua? Aku Sam. Dan ini temanku Lory."
Mereka pun berkenalan, dan kakek itu bernama Patrick. Dia terjebak di gubuk ini karena semua orang di desanya sudah terinfeksi dan telah berubah menjadi Zombie. Termasuk istrinya.
"Aku minta maaf Tuan Patrick. Apakah desamu dekat dari sini?" tanya Sam kepada Patrick.
"Tidak terlalu jauh. Tapi jika kau ingin pergi ke sana, itu artinya kau sudah bosan hidup. Akan lebih aman jika kita tetap berada di tempat ini. Aku masih punya beberapa makanan dan aku juga punya banyak sekali minuman jika kalian haus." jawab Patrick.
"Kami juga membawanya. Kau masih punya banyak amunisi?" tanya Lory.
"Aku hanya memiliki satu amunisi. Sebenarnya dua. Hanya saja yang satunya sudah aku gunakan untuk menembak istriku. Dan yang satu ini untuk jaga-jaga jika dalam keadaan terdesak."
"Baiklah. Kami berdua memiliki banyak amunisi. Tapi kami tidak punya makanan. Kami juga beberapa senjata siap pakai. Jika kau mau membantu kami mencari teman-teman kami, mungkin kita bisa berbagi banyak hal." ucap Sam pada Patrick.
"Aku sudah tua, anak muda. Kalian masih bisa berlari kencang. Aku hanya akan merepotkan kalian."
"Jangan pernah kehilangan harapan Tuan Patrick. Satu demi satu manusia akan habis, dan akan berubah menjadi Zombie. Tapi jika kita bersatu, selemah apa pun kita, kita pasti bisa selamat." ucap Lory.
"Aku sudah bertemu dengan puluhan orang. Kebanyakan dari mereka hanya memanfaatkan orang tua sepertiku sebagai umpan agar mereka bisa membunuh para Zombie itu."
"Dengar Tuan Patrick. Kau tidak bisa menyamakan kami dengan mereka. Kami mengalami nasib yang tidak ada bedanya denganmu. Kami kehilangan keluarga kami dan juga teman-teman kami. Tolonglah Tuan Patrick, jadilah orang tua untuk kami berdua, dan juga semua teman-teman kami. Orang tuaku sudah menjadi salah satu dari mereka. Aku mohon." ucap Sam memohon agar Patrick mau ikut dengan mereka.
Patrick pun akhirnya menyetujui, dia mengambil tasnya dan mengemas semua barang-barangnya. Agar anjingnya tidak berisik, Patrick memasangkan masker untuk anjingnya itu. Anjing itu begitu penurut, bahkan saat mereka akan pergi, anjing milik Patrick yang memancing para Zombie itu. Dia begitu cerdas dalam mengalihkan perhatian mereka. Bahkan dia berhasil selamat dari kejaran puluhan Zombie yang mengejarnya.
Kemudian mereka bertiga mencari dimana tempat yang sekiranya bisa dijadikan tempat persembunyian. Hingga sampailah mereka pada sebuah gua kecil. Jason dan Roland masih ada disana. Begitu Jason dan Roland menyadari kalau Bety tidak bersama Sam dan Lory, mereka pun mulai panik. Karena khawatir jika Bety sampai menjadi santapan para Zombie ganas itu. Mereka menyusuri hampir semua tempat, tapi tidak menemukan apa-apa.
Anjing cerdas milik Patrick yang bernama Laska selalu mengarahkan mereka ke sebuah jalan yang menuju ke sungai. Hingga ditemukanlah jejak beberapa kaki di tempat itu. Dan dilihat dari jejaknya, itu adalah jejak sepatu yang dipakai oleh Bety. Namun ada lagi beberapa jejak kaki, yang sudah jelas itu adalah jejak para Zombie. Laska juga memberikan sebuah tanda kepada mereka, dengan mendorong sebuah batu kecil ke arah sungai yang ada di depan mereka.
"Dia pasti jatuh ke sungai, bersama para Zombie yang mengejarnya. Anjingku Laska, dia tidak pernah salah dalam membaca situasi, karena itulah sampai sekarang aku masih hidup." ucap Patrick kepada mereka.
"Lalu bagaimana sekarang Tuan Patrick?" tanya Sam padanya.
"Tidak ada cara lain, kita harus menyusuri sungai untuk menemukan teman kalian. Aku yakin dia masih selamat, karena dengan menghanyutkan diri ke sungai, dia pasti sudah tahu setiap resiko yang akan dia hadapi."
"Ya Sam! Tuan Patrick benar. Aku yakin kalau Bety masih hidup." kata Jason.
"Baiklah. Tuan Patrick akan menuntun kita. Jason, Roland, kalian berdua di depan. Aku dan Lory akan dibelakang Tuan Patrick. Dia harus dilindungi. Karena hanya Tuan Patrick yang tahu setiap sudut hutan ini. Jika sampai ada Zombie yang menyergapnya, maka tamatlah kita semua." ucap pada teman-temannya.
"Baiklah."
Mereka mulai kembali berjalan untuk mencari jalur agar sampai ke bawah. Tapi karena medan yang mereka lalui sangatlah sulit, maka perjalanan mereka pun harus sangat berhati-hati. Jalur ini memberikan mereka banyak sekali keuntungan, walau pun sangat sulit untuk mereka lewati. Karena dengan melewati jalur ini, mereka sudah di jamin aman dari para Zombie. Hanya Tuan Patrick yang mengetahui jalur berbahaya seperti ini.
Dulu, saat Tuan Patrick masih muda, dia sering sekali pergi berpetualang dengan istri dan keluarganya. Sehingga dia tahu jalur mana yang sering dilewati orang-orang, dan jalur mana yang sama sekali tidak diketahui. Mereka terus berjalan dan berjalan demi menemukan keberadaan Bety. Melihat Tuan Patrick yang sudah sangat kelelahan, mereka semua memutuskan untuk beristirahat, sekaligus untuk mengisi perut mereka.
Mereka juga berbagi cerita dan pendapat mereka masing-masing atas peristiwa yang telah mereka alami. Di mulai dari Jason yang merasa mual jika ingat dengan kakaknya yang membantai satu Zombie di pagi hari. Begitu juga dengan Jason yang akhirnya mulai terbiasa untuk membantai setiap Zombie yang ia temui. Jason mengatakan kalau dia sangat merindukan sahabatnya, Billy. Karena Billy satu-satunya orang ada saat dia mengalami masa sulit.
Sam, dia bercerita kalau malam hari sebelum kejadian, dia mendapatkan sebuah paket berupa obat untuk menangkal virus berbahaya ini, dan juga sebuah surat yang mengatakan kalau obat itu adalah sebuah vaksin yang dibuat oleh H.P.C. Namun ayah, ibu, nenek, dan juga adik-adiknya menganggap semua itu adalah lelucon untuk menakuti semua keluarga mereka. Tapi karena Sam ini suka sekali menggunakan obat-obatan seperti obat penenang, dia pun mencoba menyuntikkan vaksin itu ke tubuhnya.
Saat ia terbangun dari tidurnya, Sam melihat kalau adik-adiknya sedang menyantap ayah mereka sendiri. Sedangkan ibu dan neneknya bersembunyi di gudang. Namun kesalahan mereka adalah, mereka meminum sebotol air yang tidak tahu itu air apa. Sampai akhirnya neneknya Sam berubah menjadi Zombie dan berhasil menggigit ibu Sam. Saat mengetahui kalau adik-adiknya sudah berubah menjadi monster, dia pun langsung mengambil Shotgun untuk menembaki mereka.
Kemudian Sam mengambil obat yang ia dapat semalam. Tapi Sam terlambat, karena virus itu dengan cepat menyebar ke tubuh ibunya. Mau tidak mau, suka tidak suka, Sam harus membunuh ibunya sendiri. Dan yang terakhir ia bunuh adalah neneknya yang sangat menyayangi Sam dan satu-satunya orang yang mampu mendidik Sam saat ia masih kecil. Sam kecil pernah ditelantarkan oleh orang tuanya, karena dia adalah anak yang nakal. Namun ditangan neneknya, Sam menjadi anak yang penurut dan bahkan berprestasi.
Berbeda lagi dengan Lory, dia sama sekali tidak mau menembak keluarganya. Dia hanya menjebak mereka ke ruang bawah tanah yang ada di rumahnya. Lory juga tidak akan menembak Zombie atau siapa pun jika tidak dalam keadaan terpaksa. Jika dia masih bisa lari, dia lebih memilih lari dan menyelamatkan diri. Meskipun sudah lama menjadi seorang tentara, tapi Lory adalah satu-satunya orang yang paling sedikit melakukan pembunuhan. Lory adalah ciri khas orang yang memang harus di desak dalam beberapa hal.
Tapi bukan berarti Lory ini seorang penakut. Lory masih merasa bersalah saat dia menjalankan misi bersama Bety. Yang dimana Lory mengendalikan Drone, hingga dia menewaskan puluhan wanita dan anak-anak. Sejak saat itu Lory memilih untuk tidak lagi membunuh kecuali dalam situasi yang genting. Sedangkan Roland, dia seperti tidak mau menceritakan apa pun. Dia masih belum bisa tenang dan menerima sepenuhnya atas apa yang ia alami.
Roland juga menyesal karena sebagai seorang tentara yang terlatih dalam membunuh, dia sama sekali tidak memikirkan cara untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di dekatnya. Ia bahkan tidak tahu bagaimana nasib teman-temannya yang hidup di jalanan. Padahal Roland sudah diberitahu mengenai penemuan Dennis dan kelompoknya yang menemukan sebuah virus jenis baru dari sebuah senjata biologi milik para penjahat.
Karena Roland juga sama dengan orang-orang pada umumnya, yang menganggap kalau Dennis dan kelompoknya sudah tidak waras. Dia juga sering adu argumen dengan komandannya sendiri, karena diam-diam komandannya memilih untuk memberontak kepada pemerintah dengan membantu Dennis dan kelompoknya untuk mendapatkan semua logistik yang mereka butuhkan. Terutama senjata dan amunisi.
Untungnya, Roland tidak pernah melaporkan hal itu kepada siapa pun. Karena biar bagaimana pun, komandannya adalah orang baik dan selalu empati kepada setiap anggota pasukannya. Roland juga telah diberi kewenangan untuk mengatur semua kinerja para anggota pasukan yang lain. Perjalanan Roland tak pernah bisa lepas dari komandannya itu. Walau pada akhirnya sang komandan juga harus tewas atas kerusuhan ini.
Roland berjanji akan selalu menjaga teman-temannya. Jika bencana ini telah usai, dia juga berjanji akan memberikan kebebasan penuh kepada adiknya, Jason. Jason bisa berteman dan bermain dengan siapa pun yang ia suka, asalkan Jason tahu batasan. Roland juga ingin berhenti dari militer, dia ingin membuka usaha sendiri. Membuka sebuah restoran, seperti apa ia impikan selama ini. Dia tidak mau lagi menjadi orang yang ditakuti, karena jabatannya sebagai seorang tentara. Dia ingin hidup seperti orang biasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!