NovelToon NovelToon

Istri Rasa Simpanan

Sebuah Kenyataan.

Setiap wanita pasti mengharapkan sebuah pernikahan bahagia atau saling mencintai saat hendak menjalin ikatan suci sebuah pernikahan namun tidak buat diri ku.

Semua itu bertolak belakang, di rumah aku sebagai istri dan di kantor sebagai sekretaris dengan kata lain antara bos dan bawahan.

Aku sering juga mendengar desas desus kalau dia suka keluar masuk club dan pulang pagi atau dini hari.

Bahkan aku pernah di bawa ke sana juga buat bertemu klien dan lebih sakit lagi di saat status istri yang aku punya tidak bisa berbuat lebih saat suami ku di sodorkan wanita cantik dan seksi dan lebih sakit lagi dia tidak menolak sama sekali dan alhasil aku pulang sendiri dengan luka di dada yang kian hari kian menganga.

Aku tidak tau harus berbuat apa lagi? Mau pergi tapi tidak bisa, mau berontak aku tidak punya keberanian sama sekali, ingin protes tapi sama siapa?, mau menangis pun air mata ini tidak bisa keluar lagi.

Tuhan kenapa begitu sakit rasanya, apa boleh aku sedikit berharap jika suatu hari suami ku berubah atau paling tidak sebelum aku menutup mata.

Aku juga mau di sayangi dan juga di cintai oleh suami sendiri.

Aku juga ingin marah saat ada wanita lain mendekati atau ada orang menyodorkan wanita buat suami ku habis kan malam bersama.

"Kenapa masih begitu sakit padahal ini bukan hal baru lagi,"

Setelah cukup lama terlena akhirnya aku terlelap entah jam berapa aku tidak tau.

Saat malam yang sunyi pintu kamar terbuka masuk lah seseorang.

"Maaf, dan hari itu akan tiba sebentar lagi,"

Membelai lembut kepala itu tidak lupa mengecup sayang pipi mulus yang terasa beda sebab ada sedikit sisa air mata yang mengering.

\=\=\=\=\=

Perkenalkan nama ku adalah Grizella Hanna Inggrid, aku berusia 21 tahun akhir dengan tinggi 151 cm bisa di masukkan kategori mungil atau pendek sih dan aku baru tamat kuliah dan sekarang mau mencari pekerjaan buat menyalurkan ilmu yang aku dapat selama melakukan pendidikan.

Aku merantau di kota besar ini, dan aku memiliki seorang sahabat yang bernama Alfanan, biasa di panggil Alfa ya dia adalah laki laki tapi tidak salah bukan jika perempuan dan laki laki bersahabat.

Tidak ada larangan juga dan ada orang bilang kalau laki laki dan perempuan sahabat pasti tidak murni bakal ada udang di balik batu.

Ya kan udang memang tinggal di balik batu, coba saja pergi ke sungai dengan aliran tenang yang terdapat banyak batu berukuran kepalan tangan lalu coba angkat pelan pelan batu itu pasti ada udang.

Kalau tidak percaya juga tidak apa sebab aku udah buktikan sendiri.

Jadi tidak salah istilah itu.

Ok balik ke Grizella lagi.

Ya mereka sudah lama sahabatan sejak mulai masuk di salah satu kampus ternama di kota itu dan mereka mulai akrab tanpa di duga.

Tapi kata orang kalau sahabatan beda jenis kelamin akan perempuan baper duluan apa lagi kalau yang laki laki sering ngasih perhatian dan malah di salah artikan.

Tidak semua itu juga, persahabatan laki laki dan perempuan berakhir dengan kata baper bawa perasaan atau terlibat status friend zone.

Tapi memang iya kebanyakan jika bersahabat beda jenis kelamin memang berakhir seperti itu tapi jika sesama perempuan bisa juga terlibat suka sama cowok yang sama maka jangan salah kan mereka yang bersahabat semua itu tergantung sama diri pribadi orang itu sendiri.

Aku lagi berusaha melamar pekerjaan di berbagai perusahaan sudah banyak aku masukkan lamaran dan semoga aja di terima salah satu perusahaan itu, aammiinn.

Aku juga pengen nanti kalau punya pasangan lebih tepatnya suami yang mencintai aku, keluarga ku dan pasti aku juga menerima dia sebagai mana dia menerima ku termasuk keluarga dia juga.

Dulu aku pernah berangan punya suami seorang pengusaha kaya, bos besar, sayang keluarga dan tidak suka lirik sana sini kalau sudah punya tambatan hati, semoga saja ya.

"Hah tolong kapan pengangguran ini berakhir dan kalau bisa dapat paket komplit seperti dapat kerja sama calon suami, yakin deh aku nggak bakal nolak, "

Tamak tidak sih jika aku minta gitu, tapi tidak ada salah nya juga, kita sebagai manusia hanya bisa berdoa serta berharap yang terbaik tapi semua itu balik lagi sama pemilik alam ini.

"Mau pulang yang di tanya calon mantu, ah di kira mantu bisa di beli di warung udah dari dulu aku lakukan terus aku pajang di rumah biar nggak di tanya tiap kali pulang.

Calon suami mana? Calon suami tolong kelamaan berkelana di pelukan perempuan lain yang di sini lagi nunggu tau nggak sih,"

Aku pusing sama semua ini, usia masih kecil gini tiap pulang ke rumah yang di tanya calon mantu dan bikin kesal nya tuh calon suami masih betah aja sama yang lain, kan bikin kesal ngajak gelud.

\=\=\=\=\=

Seorang lelaki tampan dengan sejuta pesona serta mempunyai daya pikat kuat hingga bagi kaum hawa yang melihat akan langsung jatuh hati, tidak apa langsung jatuh hati dari pada jatuh dalam parit.

Setiap langkah kaki nya penuh dengan aura kepemimpinan, mata elangnya yang jeli setiap apa yang dia lihat, mempunyai insting kuat terhadap sekitar.

Ketampanan yang di atas rata rata membuat dia banyak di gilai para wanita tapi tak pernah dia tanggapi hanya di anggap angin lalu saja.

Tapi jangan sampai gila beneran juga.

Kadang ada yang menganggap dia suka sesama jenis kerena tidak pernah terlihat sama perempuan atau di gosip kan punya kekasih namun orang yang menggosipkan itu tidak bertahan lama saat pagi menjelang hilang entah kemana.

Namun ada juga gosip yang beredar kalau dia suka gonta ganti wanita tiap malam, jadi berita ini mana yang benar.

Sudah lah biar saja mereka punya asumsi sendiri.

Perkenalkan dulu si tampan nan berwibawa kita ini yaitu Devano Keandra Smith, pria dewasa tapi belum tua dan tidak masih muda juga dengan usia 29 tahun dengan tinggi 180 cm, jika di teliti lagi maka pria dengan usia segitu bisa di bilang kategori lagi hot hot nya.

Dia adalah bos besar pimpinan perusahaan Evil's Corp.

Siapa yang tidak kenal sama sama Vano, cara dia dalam memimpin perusahaan tidak bisa di ragu kan lagi.

Dan juga bagi yang ingin bekerja sama dengan perusahaan nya tidak perlu harus dari kalangan perusahaan besar atau yang sudah berjalan lama tapi tergantung sama kwalitas perusahaan itu sendiri, dengan kata lain siapa saja boleh mengajukan proposal kerja sama.

Meleleh tidak sih jika berada di samping dia.

Dia biasa di panggil dengan sebutan tuan Vano dia jarang bicara dan akan bicara jika perlu saja kalau itu dia ingin, sombong banget.

Setiap ada acara penting di perusahaan atau meeting dengan kliennya akan di wakilkan oleh asisten pribadi yang selalu setia menemani dia siapa lagi kalau bukan Rendra, tapi ini bukan asisten pribadi biasa dia bisa melakukan apa pun buat tuanya dan juga bisa melakukan apa saja tanpa harus di suruh hanya perlu melihat dari sorot mata atau gerak badan yang orang lain tidak tau jika itu sebuah perintah.

Itu asisten punya indra keenam atau bisa bicara lewat jalur telepati, entah cuma mereka yang tau.

Vano sendiri hanya mempunyai orang tua tunggal yaitu mommy nya saja sedangkan sang daddy lebih di sayang sang pencipta hingga dengan begitu cepat meninggalkan Vano, mommy dan adik perempuan Vano bernama Stevani yang masih kuliah.

Sampai di umur Vano yang hampir menyentuh angka tiga dia masih betah sendiri, banyak yang menyukai tapi bagi Vano adalah mau menerima dia sebagai seorang pria bukan tanpa embel mau sukses, karena harta, karena ketampanan tapi tulus dari hati dan satu lagi menerima mommy dan Steva adik nya.

Karena bagi Vano kebahagiaan dia ada pada kedua perempuan tercinta nya jika mereka bahagia maka Vano bisa tenang dan mencari kebahagiaan sendiri.

Namun bagaimana perempuan aku mau mendekati Vano jika dia saja terkenal dingin untuk siapa saja yang mau mendekati atau menjaga jarak sama lawan janis sehingga kesempatan buat mendekati dia juga kecil dan juga harus berfikir ulang jika masih ingin hidup tenang.

Hingga suatu hari terjadi insiden yang menyebabkan seorang wanita cantik bertubuh mungil harus terperangkap dalam lingkaran Kehidupan Vano dengan kesalahan yang tidak sengaja di buat.

"Ren kamu pasti kan dia masuk dalam sebuah perjanjian yang mana dia sendiri tidak tau bagaimana bisa lepas dari perjanjian itu, dan untuk caranya kamu fikirkan menggunakan otak mu itu,"

Entah itu suatu keberuntungan atau kesialan bagi wanita itu namun yang jelas mungkin setelah hari itu Kehidupan tenang jarang akan dia rasakan.

"Kalau gitu jadi kan istri tuan saja dan berarti dia tidak akan bisa lepas dari tuan,"

Apakah itu sebuah jawaban atau Ren lagi menggali lubang kubur sendiri yang jelas kata yang di ucapkan Ren sudah berhasil merubah ekpresi wajah Vano.

"Jika hari itu tiba, maka jangan harap kamu bisa lepas dari genggaman ku, liat aja,"

Kedua orang itu lagi berada di mansion Vano yang di huni bersama Rendra sebab dia tidak mau saat membutuhkan Rendra harus menunggu dulu.

Sedangkan mommy dan Steva tinggal terpisah karena jarak yang cukup memakan waktu jika tinggal bersama saat mau ke perusahaan tapi Vano sering pulang juga.

Tapi ada satu hal yang harus di terima perempuan kelak jika menjadi istri Vano atau yang sudah berada dalam genggaman Vano yang mana harus bisa bertahan di satu posisi yang mana posisi itu hampir semua perempuan tidak mau.

TBC.

Devano.

Devano atau Vano sama saja panggilan beda itu hanya sebatas panggilan tidak bisa merubah segala nya termasuk sifat irit bicara Vano sama orang baru atau orang lain.

Bisa di katakan dia sombong namun kembali lagi sebab dia melakukan itu tidak merugikan orang maka dia merasa bodo amat sebab si amat tidak bodoh lagi.

Perawakan yang nyaris sempurna di tambah dengan kekayaan yang melimpah maka kesombongan dia tidak di ragu kan lagi tapi itu semua jika di lihat sekilas mata bagi orang baru yang menemui dia.

Walau dia punya sifat demikian tapi jangan salah dia sangat royal terhadap karyawannya.

Jika ingin mendengar suara Vano sama saja seperti menginginkan sebuah mutiara yang mana kita harus menyelam ke dasar lautan lalu mencari lagi di dalam pasir yang menutupi kerang sebab mutiara hanya ada di sebuah kerang.

Di setiap langkah kaki Vano maka selalu ada Rendra yang selalu setia menemani.

Ibarat kata dimana ada Vano maka di belakang nya selalu di ikuti sama Rendra.

Bahkan jika ada orang yang meminta tolong sama Ren maka tidak akan di gubris sebab di pendengaran Ren hanya ada suara Vano maka hanya akan menuruti perintah Vano.

"Ren jadwal hari ini apa? "

Ya Vano hanya akan mengeluarkan suara saat bersama Ren saja jika di depan orang lain seperlunya saja.

"Meeting dengan perusahaan Y tuan,siang makan siang bersama serta untuk tanda tangan kontrak kerja sama yang sudah di sepakati sebelum nya dan sorenya kunjungan ke lokasi proyek pembangunan apartment,"

Jelas Ren menjabarkan kegiatan Vano satu hari ini dan juga.

"Apa lagi?"

Vano tau ada yang kurang dari penjelasan Ren, sebab Vano jarang hampir tidak pernah pulang cepat jika tidak perlu.

"Dan malam tuan Randi mengajak bertemu di sebuah club tuan,"

Walau sudah sering ini terjadi entah mengapa Ren merasa takut buat mengasih tau.

"Saya sudah tau Ren, dan siapkan seperti biasa sebab dia tidak akan datang sendiri,"

Ini yang Vano suka dari mereka yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Evil's group milik Vano.

Namun ada satu hal yang tidak ketahui oleh semua orang dan itu tetap menjadi rahasia mereka berdua.

"Siap tuan,"

Setelah itu Ren keluar melanjutkan pekerjaan yang belum selesai.

Ruangan mereka bersebelahan hingga saat Vano butuh Ren tidak perlu menunggu lama.

Waktu terus bergulir dan kini sudah menunjukkan jam makan malam.

Baik Vano atau Ren sedang bersiap untuk datang ke sebuah club atas undangan tuan Randi.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah selesai bersiap dan akan berangkat segera ke sana.

Sampai di tempat yang sudah di janji kan mereka masuk ke dalam ruangan VIP buat bertemu Randi yang sudah menghubungi Ren tadi.

"Selamat malam tuan Vano, silahkan duduk,"

Randi menyambut ramah kedatangan Vano sambil mengulurkan tangan namun tidak di sambut Vano melainkan Ren saja sebagai bentuk menghargai klien.

Sombong sekali, kesal Randi dalam hati.

"Malam tuan Randi,"

Ya seperti biasa hanya Ren yang akan bicara serta menyampaikan hasil keputusan setelah melihat ke arah Vano.

"Baik lah kalau begitu langsung saja tuan Vano kita mulai,"

Mereka membincangkan kerja sama yang sudah mulai berjalan serta membahas beberapa hal hingga mereka sama sama mencapai kesepakatan yang mana akan menguntungkan kedua belah pihak.

"Baik lah tuan Vano makasih buat waktu nya dan sebagai jadi nya kerja sama kita saya ada hadiah buat tuan,"

Tidak lama masuk seorang wanita cantik berpakaian seksi ke sana lalu duduk di samping Randi.

"Kamu layani tuan Vano jangan buat dia kecewa,"

Perintah Randi pada wanita itu.

"Baik tuan,"

Balas dia singkat.

"Bagaimana tuan? dan saya jamin dia masih ori,"

Setelah merasa cukup berbincang mereka menyelesaikan obrolan dan Vano pergi bersama Ren serta wanita tadi.

"Ren kamu tau apa yang harus kamu lakukan,"

Sampai di mobil mereka melaju meninggalkan club itu yang mana wanita itu ikut bersama.

Di dalam mobil.

"Nona tau apa tugas nona sekarang?,"

Tanya Ren pada wanita itu.

"Tau tuan, buat melayani tuan Vano,"

Ya memang itu yang di jelaskan Randi tadi pada dia, jadi sudah tau tugas dia sekarang.

"Baik lah saya harap nona tidak buat saya kecewa, anda tau kan apa akibat jika sudah berani membuat tuan Vano walau hanya sedikit kesal,"

Ren hanya ingin yang terbaik buat tuanya.

Tidak ingin ada kesalahan sedikit pun.

Sebab tempramen Vano sangat tinggi jika sudah ada yang berani mengusik.

"Baik tuan,"

Dia juga sadar apa tugas nya dan juga sudah mendapatkan bayaran sebelum masuk ruangan club tadi.

\=\=\=\=\=

"Bagaimana Ren?"

Sejak malam itu sudah beberapa hari juga berlalu.

Semua masih berjalan dengan normal seperti biasa.

"Semua sudah saya urus tuan dan saya yakin dia tidak berani lagi mengusik,"

Ya inilah Ren, jika bicara sama Vano jalur telepati juga bisa.

"Sekarang kita pulang Ren, mama sudah tidak sabar buat ngomel,"

Dengan patuh Ren ikuti dan siap mengantar Vano menuju rumah nyonya Smith.

Sampai di sana Vano sudah di sambut sama nyonya Smith yang lagi berdiri di tepi teras.

"Sore mom,"

Walau di luar Vano sombong terhadap siapa saja tapi jika berhadapan sama sang mommy nilai kesopanannya sangat lah tinggi.

Namun beribu sayang tidak ada yang tau hanya mereka bertiga saja bahkan di depan keluarga besar pun tidak pernah Vano perlihatkan.

"Aduh anak ganteng mommy datang juga, mommy kira nggak tau jalan pulang lagi.

Ayo masuk, Ren ke dalam sana sebelum dia ngamuk,"

Dengan patuh Ren segera masuk dan menuju halaman belakang.

Sedangkan Vano di ajak mommy duduk di ruangan keluarga.

"Gimana udah dapat mantu mommy?"

Nah kan ini yang paling Vano malas, ingin rasanya tidak pulang tapi tidak mau jadi anak durhaka juga.

"Nggak ada yang jual mom,"

Hingga Vano dapat satu cubitan maut yang mendarat sempurna di pinggang Vano.

"Bukan di beli tapi di cari Vano, purcuma punya wajah ganteng nggak ada dua gini kalau nggak laku.

Malu sama Ren,"

Dengus mommy yang kesal sama anak kesayangannya ini.

"Itu juga masalah nya mom, yang di cari itu saat kita punya tapi menghilang baru di cari.

Tapi kalau gini beda cerita,"

Tidak salah dia jadi pengusaha sukses di usia muda kalau punya mulut sangat pintar buat menjawab.

"Tau ah mommy pusing dengar jawaban kamu yang itu mulu.

Mending mommy masak, ingat jangan lupa pesan mommy.

Kalah tender nggak seberapa sakit tapi di langkahi adik apa lagi asisten sendiri itu yang nyes,"

Tinggal Vano di sana sendiri lalu memutuskan buat ke kamar membersihkan diri.

Masalah jodoh nanti di fikirkan lagi, yang terpenting mandi dulu.

Di halaman belakang.

"Sorry,"

Lirih Ren duduk di samping wanita cantik yang lagi asik membaca buku.

Sapaan Ren saja tidak dia jawab atau melihat ke arah Ren.

Menggenggam tangan mungil itu yang bahkan jika di lihat tangan itu tertelan sama tangan besar Ren.

"Jangan marah dong,"

Ya siapa saja yang dingin, jutek, sombong di luar tapi akan tetap lembut sama orang terkasihnya termasuk Ren.

Ya mereka sudah menjalin hubungan sejak wanita cantik itu masih duduk di bangku menengah atas kelas dua hingga sekarang kuliah semester lima lebih kurang sudah berjalan empat tahun.

"By jangan diam aja dong,"

"Beb,"

Ini yang paling Ren malas sikap diam dia tapi untung sayang.

Hubungan mereka terjalin bukan Ren memanfaat kan posisi dia sebagai asisten Vano tapi itu murni perasaan tulus Ren buat dia tidak ada maksud terselubung.

"Besok jam tujuh Steva tunggu,"

Akhirnya buka suara juga meski besok Ren harus mutar otak agar bisa pulang cepat.

"Iya beb besok pasti aku datang,"

Ren cukup paham waktu mereka sedikit jadi sebisa mungkin akan Ren usahakan pujaan hatinya tidak kecewa.

Selama ini hubungan mereka lancar hanya terkendala waktu berjumpa yang singkat.

Dan juga kadang Steva memanfaat kan mommy menyuruh Vano pulang agar bisa bertemu Ren, licik tidak sih tapi dia adik Vano jadi tidak perlu heran lagi.

Saat makan malam mereka berempat sudah mengambil posisi duduk di kursi meja makan dengan Ren duduk di sebelah Steva.

Selesai makan.

"Kak Steva mau ngomong,"

Kini mereka lagi duduk di ruangan keluarga dengan di temani minuman serta buah.

"Iya kakak tau, tapi ingat jangan pulang malam.

Berangkat sore aja,"

Vano sudah tau segala hal tentang Steva, makanya sudah bisa di tebak apa yang mau Steva bilang.

Awal mula Ren membahas perasaan nya terhadap Steva pada Vano bukan perkara mudah mendapatkan restu harus melalui rintangan dulu namun hanya Ren saja sebab Vano tidak mau adik nya di sakiti dan hubungan nya sama Ren berantakan.

Ren bisa membuktikan semua itu setelah satu tahun menjalani tantangan hingga akhirnya hubungan sama Steva terjalin.

"Makasih kak, Steva sayang kak Vano,"

Langsung saja Steva memeluk Vano tidak lupa mengecup sekilas pipi Vano lalu menjaga jarak sedikit jauh dari jangkauan Vano agar jidat Steva tidak kena jitak karena Vano paling malas kalau di cium.

Kalau mencium mau kali ya, ya jelas mau lah ya kali tidak mau.

"Van nggak malu sama Steva?"

Sanggah mommy bahagia melihat anak nya akur.

"Nggak mom, Vano kan pakai baju,"

Ya kali tidak ngerti kata sindiran, dasar Vano kepala batu jadi bodo amat.

"Iya lah masih pakai baju, orang tukang buka nya belum punya.

Udah mommy mau tidur, pusing,"

Meninggalkan ketiga anak muda yang beda isi kepala itu.

Yang sepasang sibuk curi pandang dan satu nya lagi tidak peduli sekitar.

"Biasanya kan buka baju sendiri, mommy mulai aneh,"

Ikut masuk ke kamar juga namun sebelum itu.

"Jangan malam malam tidur nya, besok kuliah,"

Memperingati Steva agar segera tidur juga.

"Ya udah by aku antar ke kamar,"

Steva hanya nurut saja di antar Ren.

Sampai di depan kamar Steva Ren menghentikan langkah begitu juga Steva lalu sebelum Steva masuk Ren meninggalkan kecupan selamat malam di kening Steva.

"Mimpi indah, night beb,"

Setelah cukup itu Ren berlalu menuju kamar yang biasa dia tempati di rumah ini.

Grizella.

Grizella, nama yang cukup Indah serta cocok dengan paras cantik ini.

Griz nama panggilan ku, sudah beberapa tahun tinggal di sini.

Cukup membuat aku betah namun rasa rindu keluarga yang jauh di sana jauh lebih besar juga.

Bahkan aku sempat berfikir buat kuliah di dekat rumah saja tapi impian ku sejak dulu kuliah di universitas itu jadi segala hal yang harus aku hadapi dengan sabar termasuk rasa rindu keluarga.

"Griz lo udah lamar di mana aja?"

Alfa itu panggilan akrab ku, dan mereka tinggal di salah satu kosan tapi tidak gabung.

Kinan kos di khusus perempuan meski mereka hanya di pisahkan oleh dinding saja.

"Di beberapa perusahaan Al dan mudahan aja ke terima ya.

Capek tau harus bolak balik ngantar lamaran tapi di tolak,"

Dengus ku yang paling anti sama ngirim banyak lamaran namun yang di dapat penolakan.

Ibarat kita mengungkapkan perasaan kita pada orang yang di taksir dan malah doi menolak nyesek nggak tuh.

"Aamiin, doain gue juga ya moga ke terima di satu tempat yang sama biar kita bisa bareng terus,"

Alfa sudah sangat akrab sama aku, kalau orang yang tidak tau akan mengira kami adalah sepasang kekasih.

Alfa juga tak jarang ngajak aku jalan kalau kami sama sama punya waktu luang.

" Bosen tau Al tiap hari liat tuh wajah,"

Canda ku yang suka melihat wajah tampan itu memberengut kesal.

Ya Alfa memang tampan dan aku tidak pungkiri itu tapi tetap saja hati ku tidak berdebar saat bersamanya.

Aku juga tidak tau, apa Al tidak masuk salah satu tipe ku atau aku yang tidak bisa menaikkan derajat Al dari sahabat menjadi kekasih misalnya.

Ya namanya juga perasaan tidak bisa di paksa pada siapa akan berlabuh.

Juga seperti itu dia seperti tidak memendam rasa pada ku makanya persahabatan kami sampai sekarang langgeng.

"Gue nggak tuh Griz gimana dong.

Kalau kita beda tempat kerja ntar lo kangen gimana?"

Menaik turun kan alis menggoda ku tapi aku tidak tersipu atau bersifat malu malu saat di puji lawan jenis mungkin beda lagi kalau aku menaruh rasa sama orang itu.

"Jangan terlalu percaya diri, kenyataan pahit lo Al,"

Aku juga tidak akan termakan sama gombalan Al yang receh itu.

Sudah terbiasa.

"Gue kurang apa sih Griz? sampai lo nggak naksir ama gue?"

Heran Al yang mana aku biasa saja saat Al gombali tapi memang itu kenyataan dan aku tidak mau pura pura tersipu hanya demi membuat Al senang.

Aku kan orang nya jujur, gimana lagi coba.

"Lo nggak ada yang kurang Al, ya hati gue aja yang biasa saat bersama lo atau lo gombali,"

Jujur itu menyakitkan tau dan aku tau secara tidak langsung aku sudah menyakiti Al tapi bukannya itu lebih.

Dari pada membuat orang bahagia di atas kebohongan.

Tapi Al juga tak apa, dia tau kok aku orang nya memang jujur demi kebaikan.

Bahkan Al pernah bertanya tipe ideal cowok idaman aku.

Aku hanya menjawab yang penting bisa membuat aku berdebar meski hanya sekedar dia tatap saja.

Simple bukan tapi itu sudah cukup.

"Kalo lo gue liat sedekat ini lo berdebar tidak?"

Al mulai resenya, mendekatkan wajahnya sama aku.

Tapi bukannya aku berdebar malah pingin ketawa.

"Udah deh Al nggak mempan tau.

Bukannya berdebar gue malah mau getok pala lo,"

Mendorong jidat Al sedikit kuat agar menjauh.

Risih saja gitu, aku tidak bisa memaksa debaran ini bukan dan sampai kapan pun tidak bisa.

Aku juga tidak tau apa niat Al sebenarnya melakukan itu, ingin menguji saja atau dia beneran suka.

Ntah lah cuma Al yang tau.

"Jangan di getok Griz tapi di sayang masa tega sama sahabat sendiri,"

Memperbaiki posisi duduk.

Saat ini kami lagi berada di taman dekat kos kosan itu.

Tidak terlalu besar namun cukup nyaman buat bersantai.

"Tangan gue suka gatal kalau megang lo lama lama Al,"

Hah alasan apa itu, mana ada cuma ngelus bikin gatal emang ngelus guguk apa.

Jahat sekali aku jadi sahabat, sorry ya Al kekeh ku dalam hati.

Uh sahabat rasa saudara yang selalu ada buat aku bahkan Al sering bayarin makanan aku di kantin kan makin sayang Al.

Semua rasa kagum ku pada Al hanya ku simpan dalam hati sebab aku hanya menganggap Al sebatas sahabat tidak bisa lebih.

Ada Al di sisi ku saja aku sudah bahagia dan aku tidak mau merusak semua.

"Enak aja lo kira gue guguk,"

Dengus Al tidak suka di samai sama guguk, padahal tampan gini.

Al sama aku sama, sama sama merantau disini.

Kami dari keluarga cukup mampu hanya saja jauh dari mereka semua.

Di kota asal ku juga ada kampus bagus bagus hanya saja aku ingin hidup mandiri serta pengen merasakan bagaimana rasanya jauh dari keluarga.

Awal di sini rasanya sangat berat apa lagi di sini aku melakukan semua serba sendiri.

"Gue nggak bilang gitu ya Al,"

Elak ku meski dalam hati juga anggap itu tadi.

"Tapi lo tenang aja lo bukan tipe gue juga kok.

Jalan yuk Griz, bosen tau duduk aja,"

Ajak Al pada ku, iya aku juga mulai merasa bosan dan kapan lamaran kerja kami ada kabar.

"Yuk kalau seperti biasa,"

Setuju ku langsung berdiri berjalan duluan.

Kami jalan jalan menggunakan motor gede Al yang dia bawa dari rumah.

Tujuan kami kali ini tidak tau kemana Al akan mengajak ku.

Aku ikut saja asal di bayarin.

Ternyata Al mengajak ku kesebuah restauran yang cukup mewah tapi ada satu kesalahan yaitu kami salah kostum.

Tapi kami cuek saja masuk ke sana dengan Al menggandeng ku.

Baru melewati pintu masuk aku tidak sengaja menabrak seseorang mau keluar dari restauran ini.

Ini dada apa dinding keras amat, untung tampan kalau nggak,dumel ku dalam hati.

Aku melihat orang yang menabrak ku sangat tampan dengan tinggi melebihi ku.

Jika di bandingkan aku hanya sebatas bahunya saja.

Orang itu hanya melihat ku acuh dengan alis bertaut.

"Sorry om,"

Aku tidak tau siapa yang salah di sini, tapi tidak salah kan kalau minta maaf duluan.

Dia tidak menjawab hanya melirik ku lalu setelahnya pergi dari sana tanpa berkata apa pun.

Bisu apa? kesal ku.

Pakaian dia rapi lengkap dengan jas bisa di tebak kalau dia seorang bos kalau di lihat dari sifat sombongnya.

Aku meneruskan langkah ku masuk dan duduk dekat jendela sambil menikmati suasana luar yang tembus pandang dengan dinding kaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!