NovelToon NovelToon

Menikah Demi Papa

PENGENALAN TOKOH

Aluna Alexander usia dua puluh tahun, merupakan salah satu mahasiswa semester lima jurusan keperawatan di kampus terbaik yang ada di Jakarta. Merupakan anak tunggal dari pasangan Alexander dan Tiwi Yulianti. Ibunda Aluna sudah lama meninggal sejak dia berusia lima tahun, sehingga dia hanya diasuh oleh sang papa. Kehidupan Aluna sama seperti anak perempuan lainnya yang disibukan oleh kegiatan kuliah, tugas dan praktikum.

Bryan Smith usia dua puluh lima tahun. Seorang CEO sukses diusianya yang masih sangat muda. Memiliki wajah tampan, tinggi, berkulit putih namun cuek. Dia membantu daddy nya mengurus perusahaan dibidang art and design.

Alexander. Papa Aluna seorang guru Bahasa Inggris disalah satu lembaga bimbingan belajar terkenal di Jakarta. Berdarah London.

Reymond Smith. Daddy Bryan seorang pengusaha dibidang art and design. Merupakan seorang WNA yang saat ini sudah memutuskan untuk pindah kewarga negaraan.

Ayunda Smith. Mommy Bryan seorang ibu rumah tangga biasa yang memiliki hobi dibidang kuliner karena dulu pernah kuliah mengambil jurusan tata boga.

Shera Smith. Adik Bryan. Seorang siswa SMA Pelita Harapan Jakarta.

Rossa Dinata. Sahabat Aluna.

Eliza Kusuma. Pacar Bryan sekaligus musuh Aluna.

Pertemuan Pertama

Hari itu cuaca sangat cerah, matahari bersinar terang, langit berwarna biru, suara burung saling bersahutan seperti alunan melodi indah yang sangat menenangkan jiwa bagi para insan di bumi ini.

Disebuah rumah kecil tipe tiga puluh enam tinggal-lah seorang gadis beserta papah nya. Mereka hanya tinggal berdua karena sang mamah sudah meninggal sejak gadis itu berusia lima tahun.

Rumah itu nampak asri, banyak ditanami pepohonan dan bunga-bunga yang ditanam di dalam pot. Mulai dari mawar merah, angrek dan mawar putih. Semua itu koleksi tanaman Aluna karena dia sangat menyukai bunga. Ber - cat- kan tembok biru langit dan tersedia satu set kursi kayu jati lengkap dengan meja yang diletakan diteras rumah sebagai pemanis rumah. Nampak dari luar rumah itu sangat sederhana namun kehidupan mereka sangat bahagia karena mereka saling menyayangi satu sama lain.

Selama lima belas tahun Alexander melajang. Sebetulnya Aluna sudah berkali-kali meminta sang papah untuk menikah lagi tapi beliau tetap bersikeras untuk menolak bahkan Aluna sudah mengenalkan beberapa wanita yang sesuai dengan kriteria namun selalu gagal karena bagi Alexander kebahagiaan Aluna lebih penting daripada kebahagiaannya. Selain itu, Alexander pun sangat mencintai sang istri sehingga sangat sulit baginya untuk mencari pengganti.

Pagi itu, mereka berdua sedang menikmati sarapan bersama diruang makan yang menyatu dengan ruang TV namun disekat oleh rak buku sehingga dari depan ruang makan tersebut tidak terlalu nampak.

Sepuluh menit kemudian Aluna beranjak dari kursinya untuk segera membersihkan piring kotor bekas sarapan mereka. Alexander melanjutkan aktifitasnya dengan membaca koran di teras rumah dengan ditemani secangkir teh manis buatan Aluna. Setelah semua pekerjaan dapur beres, Aluna segera pamit untuk berangkat ke kampus karena hari itu ada praktikum medikal bedah sehingga dia harus segera bergegas agar tidak terlambat.

"Pah, aku berangkat kuliah dulu ya". Aluna berpamitan kepada sang papa yang sedang duduk diteras rumah.

"Iya Nak, hati-hati dijalan. Jangan terlalu ngebut ketika berkendara."

"Ok, papah ku sayang." Aluna bergegas pergi dan tak lupa mencium tangan dan memeluk sang papa.

Aluna menyalakan kendaraan roda duanya yang sebelumnya sudah dia panaskan terlebih dahulu. Kemudian dia melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

...****************...

Tiga puluh menit kemudian motor yang dikendarai Aluna sudah tiba dikampus. Ia memarkirkan kendaraannya di parkiran kampus khusus untuk mahasiswa keperawatan.

Ketika sedang berjalan memasuki perataran gedung Fakultas Keperawatan dari kejauhan Rossa berteriak memanggil Aluna dengan suara lantang seketika itu Aluna pun menoleh. Dengan berlari Rossa menghampiri Aluna.

"Woi Aluna, kamu kok jalannya cepat sekali seperti dikejar raksasa saja." Ucap Rossa ketika sudah menghampiri Aluna.

"Kamu apa-apaan sih Cha, kok teriak-teriak begitu. Berisik tau. Tuh dilihatin yang lain."

"Alah, bodo amat. Emangnya aku peduli."

Aluna hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ya begitulah sifat Rossa sahabat Aluna. Dia memang suka ceplas ceplos berbicara tapi hatinya baik. Dia selalu ada disaat Aluna membutuhkannya.

"Aluna, kamu sudah belajar untuk pre test medikal bedah?".

"Sudah, memangnya kamu belum Cha?".

"Sudah dong, aku kan anak rajin. Saking rajinnya sampai semua materi praktikum aku lupa semua." Ucap Rossa yang disertai gelak tawa Aluna.

...****************...

Ruang Praktikum Medikal Bedah

"Selamat pagi semua." Sapa Pak Budi dosen praktikum medikal bedah.

"Hari ini kita akan melakukan pre test terlebih dahulu. Baik, tolong kumpulkan semua buku modul dan catatan kalian kedepan. Sisakan alat tulis saja diatas meja." Dengan suara tegas Pak Budi memulai pre test pagi itu.

Tiga puluh menit berlalu dan pre test medikal bedah sudah selesai. Lagi dan lagi Aluna Alexander mendapatkan nilai sempurna. Aluna Alexander memang gadis pintar sehingga banyak orang yang merasa iri dengan nya namun dia tidak terlalu memusingkan semua itu karena baginya tujuan utama dia berada disitu untuk menuntut ilmu dan sesegera mungkin lulus, mendapatkan pekerjaan agar bisa membantu perekonomian keluarga. Apalagi usia papahnya saat ini sudah tak lagi muda.

Kegiatan praktikum medikal bedah berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam.

Satu setengah jam kemudian.

Aluna dan teman-temannya segera meninggalkan ruangan setelah Pak Budi mengakhiri kegiatan praktikum pagi hari itu.

"Aluna, habis dari sini kamu mau kemana? Ikut aku yo ke mall. Aku ingin membeli sesuatu untuk kado ulang tahun bunda."

"Waduh gimana ya, aku harus mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Inggris nih." Tutur Aluna dengan wajah serba bingung.

"Aih, kamu kenapa sih selalu saja memikirkan tugas kuliah. Sekali kali kita refreshing agar tidak stress dengan tugas kampus yang menumpuk. Ayo lah Aluna, untuk kali ini saja temani aku."

Dengan wajah memelas akhirnya Aluna luluh. Toh lagipula tidak ada salahnya dia meluangkan waktu sedikit untuk memanjakan diri walau hanya sekedar cuci mata di mall.

Aluna dan Rossa pergi ke mall dengan menggunakan mobil Rossa sedangkan motor Aluna dibawa oleh Roni sepupu Rossa yang kebetulan kuliah di kampus yang sama.

Sesampainya di mall, tempat pertama yang mereka tuju adalah toko pakaian khusus wanita. Disana mereka melihat-lihat pakaian yang terpajang di etalase dengan model, motif dan corak yang berbeda. Setengah jam berlalu akhirnya Rossa memutuskan membeli long dress warna maroon untuk sang Bunda. Sementara Aluna tidak membeli apa-apa padahal sebenarnya ada satu dress yang menarik perhatian hanya saja dia urung membeli karena harganya cukup mahal. Rossa sebenarnya sudah menawarkan Aluna agar membeli dress tersebut namun dia menolak karena merasa tidak enak hati. Dia tidak ingin di cap memanfaatkan kekayaan orang tua Rossa hanya untuk kepentingannya. Mau tidak mau akhirnya Rossa mengalah tapi dengan syarat agar Aluna mau di traktir makan siang di restoran jepang. Karena memang saat ini perut Aluna sudah lapar dengan senang hati dia menerima tawaran Rossa.

...****************...

Direstoran Jepang

"Irasshaimase." Ucap salah satu pegawai restoran itu ketika Aluna dan Rossa memasukinya.

"Aluna, kamu mau makan apa?"

"Aku mau beef hot ramen dan hot ocha saja Cha."

"Kalau saya, beef teppan dan ice lemon tea."

Kemudian seorang pegawai restoran mencatat pesanan Aluna dan Rossa.

"Ocha, aku ke toilet sebentar. Kebelet nih." Aluna sambil beranjak dari kursi menuju toilet yang ada di dekat restoran itu.

Karena sudah kebelet akhirnya Aluna berlari tanpa sengaja dia menabrak seorang pria yang kebetulan sedang berjalan di depan nya.

"Aduh, kalau jalan pakai mata dong". Ucap pria tersebut dengan nada kesal.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja." Ucap Aluna sambil membungkukan badannya sebagai tanda permintaa maaf.

"Maaf-maaf, memangnya ini mall punya nenek moyangmu hah?". Ucap pria itu masih dengan nada kesal.

"Astaga tuan, saya kan sudah minta maaf. Lagipula saya tidak sengaja menabrak anda."

Karena sudah tidak bisa menahan, akhirnya Aluna berlari meninggalkan pria tersebut. Sementara pria tersebut masih saja kesal bahkan dia ingin sekali menemui Aluna tapi dihentikan oleh Rudy asisten pribadi pria tersebut.

"Maaf tuan, sebaiknya anda tidak mengejarnya karena meeting kita dengan klien sudah hampir dimulai."

Dengan wajah kesal akhirnya pria tersebut menuruti perkataan asistennya.

Sementara Aluna sudah menuntaskan hajatnya dan segera menuju restoran tempat dimana dia dan Rossa makan siang.

"Woi beib, lama banget sih. Udah kelaparan nih cacing-cacingku di dalam perut."

"Iya maaf, tadi aku tidak sengaja menabrak seorang pria. Aku sudah meminta maaf tapi dia malah marah-marah."

"Eh, cowoknya tampan tidak? Terus kamu minta nomor ponselnya tidak?" Tanya Rossa dengan antusias.

"Ih, kamu tuh ngaco deh. Dia memang tampan tapi sayang jutek dan pemarah. Lagipula untuk apa aku meminta nomor ponselnya? Dia tuh bukan tipeku."

"Hati-hati loh, jangan terlalu benci nanti malah cinta." Goda Rossa sambil mencolek pipi kanan Aluna dengan jari telunjuknya.

"Amit-amit jabang bayi. Jangan sampai aku jatuh cinta kepada pria seperti itu. Bisa sial hidupku jika mencintai pria jutek dan pemarah seperti dia."

Rossa hanya tertawa melihat tingkah lucu sahabatnya.

Namun tanpa Aluna sadari, pertemuan pertama dia dengan pria itu akan terulang kembali bahkan kisah mereka akan menjadi ide cerita dalam novel ini.

Makan Malam Bersama

Kediaman Alexander

Sore Hari

"Aluna, nanti malam kita akan kedatangan tamu spesial jadi papa harap kamu tidak pergi kemana-mana. Tolong bantu papa menyiapkan jamuan khusus untuk tamu kita nanti." Ucap Alexander ketika melihat putri kesayangannya memasuki rumah.

"Loh kok dadakan sih pa, memangnya siapa yang hendak berkunjung kerumah. Apakah tamu agung sampai kita harus menyiapkan jamuan khusus?". Tanya Aluna sambil menuju westafel dapur untuk mencuci tangan.

"Sudah-lah, nanti juga kamu akan tahu siapa."

"Papa sudah membeli bahan makanan tinggal kita olah saja. Sudah sana kamu mandi dulu setelah itu bantu papa masak." Perintah Alex kepada Aluna.

"Baik pa." Jawab Aluna dengan memasang wajah cemberut.

Aluna segera memasuki kamarnya. Di dalam kamar mandi Aluna masih saja memikirkan pria tampan yang tidak sengaja dia tabrak di mall tadi.

"Sadar Aluna, mengapa kamu terus memikirkan pria menyebalkan itu? Memangnya tidak ada pekerjaan lain selain memikirkan dia hah?" Teriak Aluna sambil menunjuk-nunjuk dirinya di depan cermin.

Aluna menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Tanpa dia sadari segurat senyum terlukis diwajah cantiknya.

Hampir tiga puluh menit Aluna membersihkan diri dan setelah dirasa cukup akhirnya dia memutuskan untuk membantu Alexander yang sedang memasak.

"Pa, ini sayurannya sudah dicuci?"

"Sudah sayang, kamu tinggal mengoseng bumbunya saja. Itu bumbunya pun sudah papah uleg. Iga sapinya pun sudah papa rebus tadi pagi."

"Ok pa. Tapi ngomong-ngomong tumben papa masak sup iga sapi memangnya ini betulan tamu spesial ya pa?"

"Apa aku pernah bertemu sebelumnya?"

"Ayo-lah pa jawab pertanyaanku!" Rengek Aluna tapi tidak dihiraukan oleh Alex.

Akhirnya Aluna menyerah karena sekuat apapun dia merengek tapi pada akhirnya dia akan kalah. Alex hanya terkekeh melihat tingkah manja putri semata wayang.

Sup iga sapi merupakan menu mewah bagi keluarga Alexander. Tidak setiap hari atau minggu mereka bisa mengkonsumsi menu tersebut. Hanya di hari istimewa saja mereka akan menghidangkan menu tersebut.

Tiba-tiba bayangan Tiwi mendiang istri Alex terlintas begitu saja dipikirannya. Kalau melihat sifat manja Aluna mengingatkan dia kepada istri tercinta yang sudah lama pergi untuk selama-lamanya.

"Sayang, lihatlah putri kita semakin hari semakin menggemaskan. Sifat manjanya mirip kamu. Aku beruntung karena kamu sudah menitipkan dia kepadaku. Menjadi pengobat rindu disaat aku merindukanmu." Ucap Alex di dalam hati.

...****************...

Malam Hari

Tepat pukul tujuh malam, akhirnya tamu yang ditunggu sampai. Sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah Aluna.

tok tok tok

"Assalamu alaikum."

"Wa'alaikum salam."

ceklek

"Halo selamat malam. Apakah Pak Alex ada?" Tanya seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Reymond Smith sahabat Alex ketika mereka masih tinggal di London.

"Oh halo om, papa ada di dalam. Silahkan masuk." Aluna membukakan pintu dan mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam.

Kemudian Aluna memanggil papanya dan kemudian menuju dapur untuk membuatkan minuman.

Sementara itu diruang tamu, Alex dan Reymond sudah berbincang-bincang. Mereka mengobrol tentang masa lalu, awal pertemuan mereka di London sampai membahas perjodohan anak-anak mereka.

Aluna yang sudah selesai membuatkan minuman tanpa sengaja mendengar pembicaraan papa dan om Reymond. Dia melangkah menuju ruang tamu sambil menyodorkan minuman. Alex menoleh dan mempersilahkan Aluna untuk duduk.

"Sebelumnya papa ingin memperkenalkan sahabat papa ini. Namanya om Reymond. Dulu kamu sering ketemu dengan om Reymond ketika kita masih tinggal di Yogyakarta. Bahkan kamu sering menginap dirumahnya dan bermain dengan Bryan sampai sore. Kamu kalau sudah dimarahi mamahmu pasti kaburnya ke rumah om Reymond."

Alex dan Reymond tertawa mengenang masa lalu ketika Aluna masih kecil.

Aluna nampak tersipu malu mendengar cerita kedua sahabat itu. Tak lama, Alex memasang wajah serius dan menyampaikan maksud dan tujuan Reymond datang kemari.

"Aluna, kedatangan om Reymond kesini bukan hanya untuk bersilaturahmi kepada kita nak. Namun ada tujuan lain yang ingin disampaikan oleh nya."

Aluna nampak bingung dengan perkataan papa.

"Memangnya a-ada a-apa pa?" Tanya Aluna dengan gugup.

"Begini Aluna, kedatangan om kesini ingin melamarmu untuk menjadikanmu sebagai istri dari putra om."

"Om dan papamu sudah setuju untuk menjodohkan kalian sejak kecil. Karena om rasa kamu sangat cocok untuk menjadi menantu di keluarga Smith."

"Om tidak ingin anak om menikahi perempuan sembarang yang tidak jelas asal usulnya." Ucap Reymond panjang lebar.

Aluna hanya bisa mematung, tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh papa dan om Reymond.

Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, Aluna mulai berkata.

"Ehem, mohon maaf om. Apakah om yakin kalau saya merupakan calon yang tepat untuk putra om?"

"Apakah om yakin, putra om akan menerima perjodohan ini?" Tanya Aluna dengan sungguh-sungguh.

"Tentu saja om yakin, om sudah menanyakan perihal ini kepada nya."

"Begini om, Aluna kan masih kuliah dan masih tiga semester lagi baru lulus. Usia Aluna pun masih muda. Aluna takut tidak bisa menjadi istri dan menantu yang baik."

"Kamu tidak usah khawatir, kami tidak memaksamu untuk putus kuliah bahkan kami akan menanggung semua biaya kuliahmu sampai lulus. Kalau kamu mau, kami pun akan membiayai program profesi ners mu."

"Ehm, om. Apakah Aluna boleh memikirkannya terlebih dahulu? Jujur saja om, ini terlalu mendadak. Kalau om tidak keberatan tolong beri waktu untuk menjawab."

"Baiklah, kalau kamu mau begitu. Om akan menunggu jawabanmu nak. Jawab Reymond seraya tersenyum.

"Papa harap kamu tidak mengecewakan kami nak." Ucap Alex sambil mengusap rambut Aluna.

"Oh iya aku hampir lupa. Mohon maaf ya Lex, istri dan anakku tidak bisa kesini. Saat ini mereka sedang ke Bandung. Mertuaku mendadak dilarikan ke rumah sakit tadi sore jadi hanya aku yang datang kesini."

"Tidak apa-apa. Aku bisa memakluminya."

"Mertuamu memang sakit apa Rey?"

"Aku juga belum tahu pasti, tadi sore Merlin hanya mengabarkan bahwa mertuaku jatuh pingsan dan segera dibawa ke rumah sakit."

"Oh begitu." Jawab Alex sambil menganggkukan kepala tanda mengerti.

"Sudah waktunya makan malam, mari Rey makan bersamaku." Ajak Alex kepada Reymond.

Alex, Reymond dan Aluna menuju ruang makan. Nampak Aluna sedang menuangkan nasi ke piring masing-masing. Menuangkan sup dan meletakan lauk pauk.

"Lex, sup buatanmu masih terasa nikmat sama seperti zaman dulu." Puji Reymond sambil menyeruput sup buatan Alex.

"Ha-ha-ha, kamu bisa saja Rey. Aluna juga bisa membuat sup seperti ini loh. Hanya saja untuk acara se-penting ini aku tidak ingin membiarkannya memasak sendiri. Takut terlalu asin rasanya." Alex sambil melirik Aluna.

Bagi Aluna ucapan papa nya seperti mengandung akan makna yang sulit diartikan.

"Wow, kapan-kapan aku akan datang berkunjung lagi kesini mengajak istri dan anak-anak ku juga untuk ikut mencicipi sup buatan Aluna." Reymond menyantap sup itu dengan lahap.

"Boleh, silahkan. Akan aku pastikan masakan Aluna akan lebih nikmat dari buatanku karena dimasak dengan penuh cinta khusus untuk mertua dan suami."

Alex dan Reymond tertawa bersama sementara Aluna hanya memperhatikan tingkah laku dua sahabat itu.

"Belum juga aku memberikan jawaban, kenapa papa sudah berkata seperti itu? Hufh, sudahlah Aluna. Biarkan papamu senang malam ini." Batin Aluna berkata. Kemudian dia melanjutkan makan malam dalam hening.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!