NovelToon NovelToon

Malam Pertama Dengan Pria Misterius

Malam Pertama Dengan Pria Misterius

Ini adalah undangan pesta ulang tahun sahabatku Vanya, di sebuah Caffe ternama di ibu kota, dengan balutan dress terbuka dari bahan satin berwarna biru tua dengan panjang di atas lutut membuatku merasa cantik dengan rambut panjang digerai dan sebuah heels yang membuatku merasa penampilanku sangat sempurna malam ini.

"Hai sayang" sapaku pada Vanya, kami saling berpelukan tamu sudah banyak yang datang.

"kau sendiri Kena?" aku mengangguk seraya tersenyum, karena banyak tamu yang menyapa Vanya, aku memilih duduk disebuah kursi yang masih tersisa.

"nona minuman mu" aku mengambil asal minuman yang dibawa bartender padaku, dan menegaknya hingga tandas.

setelah beberapa menit aku ingin ke toilet ingin rasanya buang air kecil dan melepaskan beban ini. aku berjalan menuju bartender dan bertanya dimana toiletnya.

"toilet umum sedang rusak, didalam kamar ini ada toilet disebelah kanan" aku mengangguk lalu segera masuk kedalamnya, setelah berkali kali buang air, rasanya beban itu belum hilang ada rasa panas dan sedikit pusing didalam tubuhku.

"sudah selesai?" sebuah pertanyaan yang membuatku terkejut, seorang laki laki dengan kemeja setengah terbuka menghampiriku.

"maaf tuan tadi aku ingin buang air kecil dan..."

"haruskah kita mulai?" pertanyaan yang membuatku berpikir keras tapi otaku buntu, aduh sebetulnya aku seorang manager di perusahaan kenapa jadi bodoh seperti ini.

"diamu sebagai jawaban ya" dia mulai membelai wajahku dan tangan lainnya merangkul pinggangku.

"apa yang akan kau lakukan?" sebuah pertanyaan yang tidak berguna.

"mari nikmati malam ini bersama" dia membawaku berbaring di atas ranjang dan entah sejak kapan dia menyentuh ku, aku terlena dibuatnya bahkan tubuhku meminta lebih sangat ingin sesuatu yang lebih.

hingga sesuatu melesak masuk kedalam tubuhku aku menangis namun begitu menikmatinya, ia berpacu pada kecepatan yang dikendalikan tubuhnya.

cengkraman kuat kuku kuku panjang milikku membuat pundaknya sedikit terluka namun tak membuatnya menyudahi kegiatan kami, ya kami aku dan dia sama sama menikmatinya...[]

aku mengerjapkan mataku, kamar yang begitu asing membuatku tersadar bahwa sesuatu yang fatal telah terjadi.

tangan kekar yang melingkar di perutku membuatku tersadar bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi, tapi nyata. jadi? aku sudah tidak perawan?

aku menelan ludah apa yang harus aku katakan pada papah? haruskah aku katakan bahwa anaknya yang hampir menjadi perawan tua ini sudah tidak perawan sebelum menikah? ah tidak! itu bodoh bunuh diri namanya!

perlahan aku turun dan memunguti pakaianku yang berserak dilantai. oh Tuhan suara dengkuran halus itu membuatku ingin membunuhnya tapi aku tidak ada waktu untuk melakukannya. hari ini harus bertemu Client tepat jam 11 nanti.

aku melirik arloji ku sebentar sudah jam 8 pagi, aku langsung melesak masuk kedalam kamar mandi membasuh wajah dan memakai pakaianku di sana, berharap lelaki itu tidak bangun mendengar langkah kaki ku, bisa mati aku jika dia bangun.

dengan cepat aku keluar kamar itu, ada beberapa bartender yang memperhatikan ku dan aku mengabaikannya, masa bodoh dengan mereka aku ingin cepat pergi dari tempat sialan ini! semua gara gara Vanya seandainya dia tidak memaksaku untuk datang semua ini tidak akan pernah terjadi!

akan aku beri pelajaran manusia satu itu! dia harus merasakan pembalasan kejam dariku ah! sial! Tuhan ampuni hamba mu ini yang sudah tidak suci lagi aku mengutuk diriku sendiri atas perbuatan dosa besar ini.

Pria Bermata Coklat

Tubuhku terasa ngilu saat guyuran air shower menghujani tubuhku, ada perasaan sakit yang menjalar mengingatkanku pada seseorang.

pria itu tubuh kekarnya yang mengunci tubuhku, mata elang berwana coklat bagai hipnotis yang membuat tubuhku pasrah padanya.

aku menggeleng kuat, tunggu bukan ini yang ku mau?

tanda merah yang dibuatnya membuatku bergidik ngeri, harus aku akui aku menyukainya, dia yang menyentuhku untuk pertama kalinya dia yang mengajariku hal baru, ah sudahlah.

14.30

Aku Kenara Adeandra terbiasa dipanggil Kena seorang perempuan berusia 29 tahun yang kata orang aku adalah perawan tua, ah sebuah julukan yang sangat aku benci sebetulnya tapi memang sampai saat ini belum ada lelaki yang membuatku tertarik, tidak bukan aku memiliki kelainan hanya saja trauma pada masa lalu membuatku enggan mengulangnya lagi.

"Kena!" suara itu menghentikan langkahku. Vanya dia sedikit berlari kecil ke arahku.

"kau kemana semalam?" tanya nya tanpa merasa berdosa! oh Tuhan harus aku apakan hambamu yang satu ini.

"kau mencari ku?" tanyaku sedikit malas.

"iya, kau tahu papamu over protective" yes! itu alasanku dijauhi teman laki laki, perlahan mereka hilang bagai telan bumi.

"aku tidur" jawabku jujur memang tapi setelah kegiatan ITU.

aku yang tengah berada di sebuah Mall mengalihkan pandanganku saat seseorang mendekat kearah kami, seorang laki laki berbadan tegap wajah tampan dengan rahang kokoh ah aku yakin perutnya seperti roti sobek.

"eh kenalin, Rey! sepupuku" ujar Vanya, aku menjabat tangan lelaki itu yang sudah terulur ke arahku.

"Rey" Tunggu! suara itu "kenapa?" aku menggeleng cepat saat lelaki itu bertanya.

"Kena"

setelah berdebat dengan perempuan berambut sebahu berkulit putih bertubuh biola spanyol itu akhirnya aku mengikuti keinginannya, pergi untuk mencari gaun pengantin untuknya.

"kau tidak mau mencobanya?" aku menoleh pada asal suara Rey! lelaki itu.

"untuk apa?" tanyaku sedikit malas.

"untuk kita!" modus laki laki yang sudah sering kutemui, ah sudahlah palingan di php in terus ditinggalin.

"aku mau bertanggung jawab" aku menghentikan aktivitasku yang sedang meraba detail gaun pengantin di hadapanku.

"untuk?" aku membalikan tubuhku, sedikit mendongkak dan menatap kedua matanya, tunggu! matanya.

"*tolong pelan!" kataku saat sesuatu akan melesak masuk kedalam inti tubuhku.

"tenanglah, harus tenang dan rileks supaya tidak sakit" katanya, suara parau dengan suhu tubuh yang panas menandakan bahwa lelaki itu tengah menahan sesuatu yang sangat sulit dikendalikan.

jemari lentik dengan kuku yang sedikit panjang mencengkram seprei, wajahnya mengdongkak matanya terpejam.

"agh*"

"hey" sebuah tepukan di pundaku mengembalikan ku dari memori semalam. Ku tatap kedua mata itu dan mencari sesuatu.

"KAU!"

"mari menikah"

"JANGAN PERNAH MUNCUL LAGI DI HADAPANKU!" teriakan ku mengalihkan pengunjung butik, lelaki itu sedikit terkejut dengan sikapku.

"Aku bersumpah, jika bukan kau yang menghilang maka aku yang akan hilang" pelan namun tegas, dia hanya diam seorang penjaga datang namun dia memberikan kode, entah untuk apa.

"permisi" kataku, aku melangkah melewati tubuhnya namun lenganku dicekal menyeret ku masuk kedalam kamar pas dengan cepat.

"kau mau apa, lepask..." kataku namun mulutku dibekap oleh tangan besarnya, ****!!

"aku tidak memintamu masuk kedalam kamarku semalam, tapi kau yang masuk dengan sukarela" APA! APA DIA BILANG!!

"dasar lelaki gila" umpat ku, saat tanganku meraih knop pintu tubuhku mematung saat Rey memelukku dari belakang.

"lepas! aku mau pergi" kataku, tapi tak ada respon hanya ada deru nafas ditelinga ku, pacu jantung yang semakin cepat membuatku seakan tidak bisa bernafas saat bibir itu menyentuh kulit leherku. sial!

"*agh"

"kau sangat sempit" dia berpacu dengan cepat, lalu membalik tubuh perempuannya, menindih tubuh telungkup itu.

"kau lelah"

"sedikit"

"kau hebat! mari lanjutkan*"...[]

aku menggeleng cepat berharap kegiatan semalam tidak lagi menari didalam otaku, oh Tuhan aku harus apa?

aku membalikan tubuhku, lidahku keluarga saat tatapan mata kami beradu, dia menghipnotis kesadaran ku.

bibir kami beradu, aku diam tidak membalasnya namun, ada sesuatu yang membuatku ingin lebih, aku meraihnya mengalungkan tanganku dilehernya.

"kau menyukainya? " aku memalingkan wajahku malu!

"kau malu? menikahlah denganku, biarkan aku bertanggung jawab atas perbuatan ku semalam"

"untuk apa? bukankah aku tidak lebih dari perempuan panggilan bagimu?" aku menatapnya nyalang, entah rasa kesal dan marah tiba tiba muncul dan memenuhi relung hati.

"tidak! bukan seperti itu"

"ini pertemuan terakhir kita" aku mendorong tubuh itu, dan meninggalkannya.

"Kena? kau disini?" sofia, kenapa harus bertemu dengan perempuan iblis ini.

"bukan urusanmu" aku melenggang pergi.

"REY! SAYANG KAMU KEMANA AJA" aku menghentikan langkahku, dia berbicara seperti ingin aku mendengarnya.

sebuah cermin di hadapanku memantulkan apa yang terjadi di belakangku, sofi bergelayut manja pada Rey! dasar perempuan murahan! dasar lelaki bajingan!

LELAKI BAJINGAN

"kau kenapa?" aku yang tengah duduk sambil memainkan ponselku dengan malas, semakin malas mendapatkan pertanyaan itu dari Vanya.

"kau sudah selesai? kita bisa pulang sekarang" aku enggan berlama lama ditempat ini.

"tunggu, mobilku di bengkel aku numpang mobilmu ya" pintanya, aku menghela nafas kasar apa gunanya jasa taksi di muka bumi kalau manusianya hanya ingin menumpang, gratisan.

setengah perjalanan, lampu merah membuatku sedikit kesal.

"kau cantik, kenapa tadi pagi meninggalkanku begitu saja?" memori saat rey menciumku dibutik tadi membuat emosiku labil, aku marah, kesal, kecewa tapi menginginkan lebih.

TIIIIIN

"weh gila, kau kenapa?" tanya Vanya terkejut, aku pun sama, kenapa aku bisa memukul setir kemudi hingga membunyikan klakson.

"aku benci REY" kataku, menatap nyalang pada Vanya, sedangkan wanita itu membulatkan matanya seolah bertanya ada apa.

"sial! aku bahkan sangat membencinya Vanyaaaa" kataku lagi.

"kau kenal REY? dia baru pulang dari Amerika kemarin, setelah 17 tahun tinggal di sana" what?

"REY? dia tidak tinggal di jakarta?" tanyaku penasaran.

"iyaaa, dulu kuliahnya di Singapore abis itu terusin usaha keluarga di Amerika" jelasnya, jadi?

"sofi?"

"kau cemburu sama sofi?" aku berdehem, seolah tak mendengar pertanyaan Vanya.

"ayolah Kena, kau tidak bisa menutupi apapun dariku katakan apa yang terjadi semalam?"

"menurutmu?"

"kau tidak bisa menutupi sepenuhnya kissmark di lehermu itu, dan kau bilang benci Rey"

"kami tidur bersama puas?" kataku dengan geram, Vanya hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O.

"hah? tunggu tidur bersama? ngapain? main bola? gol engga?" anjir punya sahabat keturunan bar bar begini amat...[]

"ayo masuk aku punya wine" aku menerima tawaran Vanya, tidak ada salahnya minum anggur malam ini, setelah memarkirkan mobil dengan aman aku mengikuti langkah kakinya.

Tit Tit Tit Tit Tit Tik Ceklek

suara pin dan pintu terbuka, aku membuka blezer dan menaruhnya di atas sofa, membuka 2 kancing teratas kemeja putihku.

"waw sexy baby" aku mencebik kesal. Vanya, dia seperti menyukai perempuan.

"tingkat tidak normalmu lebih dari 80%" kataku sambil berjalan mengikutinya.

"perempuan normal juga bakal kagum sama keindahan perempuan lain, dan itu wajar" ujarnya, membela.

"terserah" kataku malas.

"aku tuangkan" ujar Vanya, kami duduk di bangku bar mini milik vanya, bersebelahan dengan dapur minimalis yang sangat keren.

"jadi, sofi itu mantannya Rey tapi kayaknya sih belum bisa move on ya" jelas Vanya tanpa ku minta.

"terus gimana? kau sudah tidur dengan Rey semalam, dan kalian bertemu lagi tadi" aku mengangguk, Vanya menyesap wine di gelasnya.

"dia memintaku untuk menikah dengannya tadi" kataku.

"benarkah?"

"sebagai bentuk tanggung jawab" kataku, Vanya kembali menyesap wine di gelasnya.

habis 6 gelas, rasanya sedikit pening dan ingin segera terlelap.

"kenapa? mabok?" tanya Vanya, aku menggeleng lemah.

"ngantuk, numpang tidur ya dikamar biasa" kataku, Vanya mengangguk dan aku langsung bergegas pergi ketempat itu, kamar yang biasa aku tempati.

"hmmm Vanya mengganti parfumnya" kataku saat masuk kedalam kamar bernuansa biru laut, menutup pintu lalu mengambil posisi nyaman untuk tidur di atas kasur king size.

"kau mabuk?"

"hmmmmmm"

"kenapa masuk kamarku?"

"ini kamarku" siapa yang menggangguku? ah sudahlah tapi rasanya tubuhku sangat membutuhkan jasa pijat.

aku menoleh mencari asal suara, manusia atau setan yang tadi berbicara denganku? masa bodo lah.

"hey kau, bisakah memijit punggungku? rasanya pegal" kataku, tak ada sahutan aku yakin jika tadi adalah setan yang sudah menghuni kamar ini selama aku tidak menempatinya.

"kau setan rupanya, hem mengingatkanku pada bajingan itu ah, aku harap dia segera menghilang dari bumi ini dan enyah dari kepalaku, Tuhaaaaan kenapa harus ada wajahnya di kepalaku"...[]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!