NovelToon NovelToon

Embun Dari Surga

Talia Arifin

"Talia Arifin"

Seorang mahasiswi tingkat akhir berusia 21 tahun yang sedang melaksanakan studinya di Universitas ternama di kota XX.

Gadis idaman para pria yang mempunyai paras cantik menawan, body oke, santun, ramah terhadap siapa saja. Anak dari pasangan Bramanto arifin dan Lusiana arifin. Sesuai namanya "Talia Arifin yang berarti embun dari surga" orang tua Talia sangat mencintai dan menyayangi anak semata wayangnya ini. Begitu besar dan berat sekali perjuangan Bramanto dan Lusiana untuk mendapatkan Talia. Karena Lusiana sebelumnya divonis oleh dokter susah memiliki anak dikarnakan ada penyumbatan pada kedua tubanya. Tetapi mereka tidak menyerah, mereka berjuang dengan berbagai proses. Hingga akhirnya hadirlah Talia di muka bumi ini sebagai embun penyejuk dari surga bagi kehidupan mereka.

Tepat hari ini tanggal 25 september 2021 Talia merayakan hari ulang tahunnya yang ke 21 bersama papa dan mamanya.

Senyum manis tersungging di bibir gadis itu. Rona wajah bahagianya terlihat jelas sekali.

"Happy b'day Talia. Happy b'day talia.

Happy b'day, Happy b'day, Happy b'day Talia."

Suara mama dan papa mengisi rungaan menyanyakin lagu selamat ulang tahun untuk putri tercintanya. Talia yg melihat itu langsung menghambur memeluk kedua orang tuanya.

"Selamat ulang tahun ya sayang.." ucap mama dengan penuh kasih sambil mencium pipi Talia. Papa mengelus lembut rambut Talia," Selamat ulang tahun putri kecil papa" .

"Terima kasih mah, pa.., tapi pah Talia bukan anak kecil lagi, sekarang aku sudah berusia 21 tahun pah.. papa ini masih saja menganggap Talia anak kecil" protes Talia tidak terima dengan perkataan sang papa.

Papa tertawa renyah "Hahahaha.. iya iya sayang, Talia sudah dewasa sekarang, tapi bagi papa kamu tetap putri kecil papa yang akan selalu papa jaga".

Mama hanya tersenyum melihat kelakuan kedua orang yang dicintainya. "Ohh iya sayang, papa dan mama punya kado istimewa buat kamu" sembari menarik tangan Talia lembut untuk mengikutinya ke halaman depan rumah.

Tak percaya dengan apa yang ada dihadapannya, Talia sangat antusias melihat apa yang ada didepannya. "Pah mah, ini buat Talia?" sambil memegang mobil BMW i8 yang mewah dan sporty di depannya.

"Iya sayang, buat kamu. Dijaga baik-baik ya, jangan kebut-kebutan dijalan" kata mama yang bahagia melihat reaksi putrinya.

"Syukurlah kalo kamu suka Talia" papa menimpali.

"Suka.. suka banget.. Talia suka banget mah, pah. Makasih ya, Talia sayang banget sama mama dan papa" sambil memeluk erat kedua orang tuanya. "Jadi sekarang kalo kekampus aku gak perlu diantar papa atau naik taksi lagi". ujar Talia.

Begitulah kebahagian keluarga ini, walaupun mereka kaya raya, tetapi mereka mendidik Talia hidup sederhana, selama ini mereka menerapkan cara berbagi kepada sesama, mengajarkan Talia selalu menghormati siapa pun tanpa memandang status sosialnya.

Keesokan harinya, dengan semangat 45 Talia bangun pagi-pagi sekali ingin mencoba mobil barunya.

Derap langkah kaki Talia terdengar oleh mama yang sedang dibantu bik sumi menyiapkan sarapan di meja makan " tumben anak mama gak perlu dibangunin, pagi-pagi uda nongol sendiri".

"Iya donk mah.. Talia udah gak sabar mau coba mobil baru, kebetulan ada kuliah pagi hari ini. Papa mana mah?" Tanya Talia yang bingung tidak menemukan keberadaan papa, biasanya papanya jam segini sudah ada dimeja makan duluan.

"Papa jam 5 subuh tadi berangkat sayang, ada urusan bisnis di luar kota, jadi berangkatnya harus pagi-pagi sekali".

Dengan lahap Talia menghabiskan nasi goreng buatan mama. Nasi goreng buatan mama memang sarapan favoritnya. Dulu waktu masih Sekolah Dasar Talia selalu meminta dibuatkan nasi goreng buatan mama sebagai bekal makannya. Karena jarak sekolahnya dan kantor papa yang berlawanan arah, mengharuskan Talia pagi-pagi sekali diantar papa ke sekolah, dan tidak sempat sarapan.

Selesai sarapan Talia mencium tangan mama "Ya sudah deh mahh, aku pamit mau kekampus".

"Iya sayang hati-hati ya".

" iya mah".

Sesampainya dikampus suasana dikampus masih sepi, hanya beberapa orang yang terlihat sudah ada di kampus dengan kesibukannya masing-masing. Jam menunjukkan pukul 06.30, talia kepagian karna terlalu bersemangat ingin mencoba mobil barunya. Talia memarkirkan mobil mewah itu di parkiran yang sudah di sediakan oleh pihak kampus, disini memang kampus ternama. Rata-rata mahasiswa dan mahasiswinya adalah kelas menengah ke atas. Jadi kalau menggunakan mobil mewah adalah hal biasa.

"Pagi cantik" sapa Kaab saat melihat kekasihnya.

"Oohh, pagi Kaab, kamu udah dikampus aja pagi-pagi gini? Bukannya gak ada jadwal pagi ya?"

"Iya sayang, aku pagi-pagi kesini khusus mau ketemu sama kamu" jawab Kaab. "Selamat ulang tahun ya my honey.. love you" ucap Kaab sembari mengecup kening Talia.

"Terima kasih sayang, love you to" perhatian seperti ini membuat senyum bahagia tertaut di bibir manis Talia. Ya, dia Kaab Hamdan kekasih Talia, pria dengan tinggi 170cm, idola kampus ini. Banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanan Kaab. Tetapi hanya Talia yang ada di hati Kaab sampai saat ini. Mereka sudah menjalin kasih sekitar 1 tahun tanpa sepengetahuan orang tua Talia. karena papa dan mama sangat ketat sekali kalau menyangkut asmara putrinya.

Kaab terlihat mencari sesuatu di dalam saku celananya, menemukan yang dicari ia langsung membukanya. "Buat kamu sayang, boleh aku pakaikan?" sebuah kalung cantik dengan liontin berbentuk hati Kaab berikan kepada Talia.

Wajah Talia langsung merona, betapa romantisnya Kaab, baru kali ini ada seorang pria memberikannya hadiah, karena memang Talia baru kali ini berpacaran. Walaupun Talia merupakan gadis berparas cantik, putih dan menarik. Tapi ia selalu membatasi diri kalo menyangkut hubungan dengan lawan jenis. Hanya dengan Kaab gadis ini mulai menjalani hubungan serius. Dengan wajah agak tertunduk dan merona Talia menganggukkan kepalanya. Sigap Kaab memakaikan kalung itu di leher putih dan jenjang Talia. Talia sedikit mengangkat rambutnya yang memang saat itu di gerai. Kaab mendekatkan dirinya, melingakarkan tangannya sampai ke belakang leher kekasihnya. Dengan jarak sedekat itu membuat jantung Talia berdegup kencang, walaupun sudah bisa di bilang cukup lama menjalin hubungan bersama Kaab, sampai sekarang Talia masih belum bisa mengendalikan degub jantungnya seperti saat sekarang ini. Aroma woody, black pepper, dan citrus terhirup di indra penciuman Talia. Ini menonjolkan sisi maskulin Kaab yang bisa membuat setiap wanita jatuh hati.

"Suka?" tanya Kaab.

"Iya suka, terimakasih Kaab"

"Makin cantik deh pakai kalung pemberian aku" Kaab memuji Talia.

"Apaan sih kamu, aku kan memang cantik dari lahir. Jadi mau pakai apa aja tetap cantik" Talia gak mau kalah.

Dengan gemas kaab mencubit pipi Talia. "aduhhh... Kaab, sakit tau"

"Abisnya gemes sih, kalau gak ingat lagi dikampus uda aku cium hehehe" ujar Kaab tanpa basa basi.

"Iihh.. dasar pagi-pagi uda mesum"

Kaab tersenyum melihat kekasihnya yang memang dia cintai "sayang kapan kamu kenalin aku ke mama papa kamu?". Pertanyaan ini yang selalu Talia ingin hindari, dia masih begitu takut memperkenalkan Kaab ke mama dan papa. Takut akan reaksi mereka. takut mereka tidak setuju. Takut mama dan papa menyuruh Talia pisah dengan Kaab.

...----------------...

Kasih dukungan kalian ya di novel pertama aku. Jangan lupa like, vote, koment dan tambahkan ke favoridmu

Hadiah dari Andin

"Sayang kapan kamu kenalin aku ke mama dan papa kamu?"

Pertanyaan itu membuat Talia gugup, dia selalu mengelak dan beralasan setiap Kaab menanyakan hal yang sama. Bukannya Talia tidak mau mengenalkan Kaab, tapi ia tau betul karakter papa. Papa tipe orang yang selektif, tidak sembarang teman lelaki boleh Talia bawa ke rumah. Terlebih lagi ini kekasihnya. Talia merasa belum siap. Papa dan mama berpesan agar Talia selalu menjaga diri, menjaga pergaulan, hingga saatnya nanti ia akan memperkenalkan calon suaminya kepada mereka, orang yang benar-benar Talia yakini akan menjadi pelabuhan hatinya selamanya.

"Eemm.. ah.. gini Kaab.. aku.. " Talia terbata-bata saking gugupnya.

"Haiii, pagi Lia.." sapa Andin yang tiba-tiba datang dan merangkul bahu Talia. "Aahh, ada Kaab juga, pagi Kaab. Kalian ini masih pagi uda berduaaan aja, hayooo ngapain?" tanya Andin jail.

Andin adalah sahabat Talia dari mereka berada di jenjang Sekolah Menengah Atas, sampai akhirnya mereka mengambil jurusan yang sama yaitu Ekonomi. Alasan Talia dan Andin sama, mengambil jurusan itu karena bagi mereka Ekonomi adalah jendela dunia.

Ekonomi adalah jantung dari banyak masalah sosial yang dihadapi dunia, termasuk pengangguran, inflasi, kemiskinan, polusi, perawatan kesehatan, hak asasi manusia, juga ketidaksetaraan gender dan ras. Mereka berdua solidaritasnya tinggi, sehingga ingin membuat perekonomian indonesia membaik.

Berbeda dengan Kaab yang mengambil jurusan Teknik sipil.

"Apaan sih Din, kami cuma lg ngobrol doang kok" jawab Talia. Kaab hanya membalasnya dengan senyuman.

"Lia ayo kita ke kelas, gue belum selesaikan tugas dari Pak Syukur. Sekalian liat punya loe ya, hehehe" kata Andin sambil ngengir.

"Huuu dasar loe Din, kemana aja kok tugas dari minggu lalu belum selesai, dasar males" Talia pura-pura kesal, padahal ia tau betul begitulah kebiasaan sahabatnya ini.

"Bukan gitu Lia, gue kemaren-kemaren lagi sibuk sama gebetan baru gue. Sibuk kencan maksudnya"

"Loe beneran jadian sama Alex Din? bukannya loe baru PDKTan 1 minggu?" heran Talia sama sahabatnya satu ini.

"Yaaa gitu deh, loe kaya ga tau gue aja Lia" jawab Andin sekenanya.

Kehidupan Andin memang berbeda sekali dengan Talia. kehidupannya bebas, tanpa ada larangan. Andin dari keluarga broken home, dia memilih hidup sendiri dari pada ikut mama atau pun papanya.

Tidak ada yang Andin pilih. Papa yang meninggalkan mereka terlebih dulu karena perselingkuhan, tergoda oleh ja**ng sialan. Atau mama yang kini sudah menikah lagi dengan lelaki pilihanya, untuk melupakan sakit hatinya kepada papanya.

"Ya sudah Kaab aku tinggal dulu ya, kita sambung lagi nanti"

"Oke sayang, nanti malam kita jalan ya? aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" jawab Kaab sambil tetap memberikan senyuman hangatnya kepada Talia.

"Iya sayang nanti aku kabari, bye.." Talia melambaikan tangannya. Kaab tersenyum, mereka pergi meninggalkan Kaab yang masih setia di tempatnya.

Untung aja Andin datang tepat waktu, batin Talia. Sesampainya di ruang kelas, Andin langsung menyalin tugas-tugasnya yang belum ia selesaikan.

"Ohh iya Lia, gue lupa ngucapin.. selamat ulang tahun ya Lia sayang, sahabat terbaik gue doa yang terbaik buat loe" sembari memberikan pelukan hangat kepada sahabatnya. "Nanti pulang ngampus kita ke mall, kadonya loe pilih sendiri deh, gue yang bayarin, hihihi.."

"Makasih sahabat gue yang bawel, beneran ya ntar gue pilih yang mahal-mahal"

"Eeiittt.. cuma boleh satu pilihan lho ya, gak lebih dari satu, bisa jebol dompet gue nanti". Hahahahaha.. mereka tertawa bersama.

Tidak berselang lama kelas mulai ramai, pelajaran pun dimulai. Saat waktu menununjukkan pukul 12.00 Wita, tanda jam kuliah sudah selesai.

"Aahh, akhirnya selesai juga. Dua mata kuliah tanpa jeda, pusing kepala gue. Mana dari tadi perut meronta-ronta minta di isi, Lia kekantin yukk? gue laper banget nih" kata Andin yang sedari tadi menahan lapar, perutnya sudah berbunyi minta di isi.

"Yukk gue juga lapar".

Sesampainya dikantin mereka langsung memesan menu terenak disini, soto ayam mbah min. Suasana kantin ramai sekali, karena memang saat ini adalah jam makan siang.

Pesanan mereka datang, tanpa basa basi Andin melahapnya dengan cepat. "uhukk.. uhukk.."

"Pelan2 din, gue gak bakalan minta makanan loe kok" kata Talia yang melihat sahabatnya itu melahap makanan yang ada du hadapannya seperti orang yang gak dikasih makan seminggu.

"Gue laper banget Lia, tadi pagi belum sempat sarapan"

Talia hanya geleng-geleng melihat sahabatnya itu, juga merasa kasian karena Andin harus tinggal seorang diri di apartementnya. Sedangkan Talia masih bisa merasakan hangatnya kasih sayang papa dan mamanya. Pagi hari sarapan selalu tersedia di meja makan, Talia tinggal menyantapnya saja.

Selesai menyantap makanannya mereka menuju parkiran, karena Andin sudah berjanji akan memberikan hadiah pilihan talia sendiri.

"Widihh.. mobil baru loe Lia" Andin berseru melihat Talia menuju mobil putih sporty miliknya.

"Iya hadiah dari mama dan papa"

"Jadi loe bukan anak manja lagi kan ya? yang mesti diantarin papa kemana-mana, hahaha"

"Resek loe Din, papa besikap begitu karna sayang sama gue"

"Iya sih gak kayak mama dan papa gue, aachh.. jadi melaow kan, udah aaahh, ayo cabut, kita pakai mobil masing-masing aja ya? biar pulangnya bisa langsung"

"Oke siap" jawab Talia.

Sesampainya di tempat tujuan, Mall termegah di kota XX. Talia dan Andin jalan-jalan mengitari mall ini, mau cuci mata dulu kata Andin.

"Loe mau gue beliin apa Lia?"

"Eehhhmmm apa ya?" Talia terlihat berfikir sejenak.

"Buruan, pake acara bingung segala"

"Iya.. iya.. bawel. Beliin gue jam tangan aja deh Din"

"Oke cuss ke toko jam"

Di toko jam tangan Talia terlihat asik memilih-milih. Sampai akhirnya pilihanya jatuh ke jam bermerek Omega. Sebuah jam tangan mewah keluaran Swiss. Dengan desain bagian deal-nya dihiasin oleh berlian, dan tentunya dilengkapi dengan strap berwarna rose gols yang cantik. Pilihan gadis ini memang selalu modis.

"Din, yang ini bagus. Mba bisa liat yang ini" kata Talia sambil menunjuk jam bermerek omaga itu. Penjual langsung mengeluarkan jam yang Talia minta.

"Iya bagus, harganya juga bagus." respon Andin melihat jam pilihan sahabatnya itu.

"Jadi gimana, setuju gak?"

"Iya deh, apa sih yang gak buat loe Lia, biar kata gue harus lebih hemat bulan ini. Buat loe gue kasih deh"

"Hehehe.. makasih ya Din"

Talia terlihat bahagia sekali, mendapat jam tangan yang sangat elegant itu dari sahabat baiknya. Meskipun Andin terlihat tidak diurus oleh kedua orang tuanya. Kebutuhan finansialnya justru sangat berlebih. Dia mendapat uang saku doble tiap bulannya. Di kirimi oleh papa, juga di kirim oleh mamanya. Jadi uang saku bulanan Andin lebih banyak dibandingkan Talia.

Hanya jam tangan seperti itu kecil baginya.

Kaab Romantis

Merasa puas jalan-jalan dengan Andin, Talita menghubungi Kaab untuk menjemputnya di apartement Andin.

Dering ponsel Kaab berbunyi saat ia sedang bersantai di dalam kamarnya sembari mendengarkan lagu favoritnya. "Hallo sayang, gimana jadi kan nanti aku jemput?"

"Iya sayang, jemput di tempat biasa ya? Di apartement Andin"

"Oke, samapai ketemu nanti, bye.."

"bye.."

Sebelumnya Talia sudah menghubungi mama kalau akan pulang terlambat karena merayakan ulang tahunnya bersama sahabatnya Andin. Mama sangat mengenal Andin, jadi mama memberi izin kepada Talia. Ya, Talia sedikit berbohong. Memang benar ia dengan Andin merayakan ulang tahunnya, tapi itu tadi sore. Malamnya ia gunakan untuk bertemu dengan Kaab.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 19.00 Wita. Seharusnya Kaab sebentar lagi datang. Talia sudah bersiap-siap, sudah mandi dan dandan yang cantik. Di apartement Andin selalu tersedia baju ganti Talia karena memang ia sesekali menginap di situ untuk menemani Andin.

Berbalut dress selutut berwarna biru laut dengan pita di bagian pinggang. Rambut panjangnya yang diurai rapi. Talia terlihat begitu cantik dan menawan.

Ting tong.. Ting tong..

Bel berbunyi, Talia sudah tau siapa yang datang. Bergegas dia bepamitan ke Andin. "Din, gue jalan dulu ya? Sepertinya Kaab uda di depan tuhh"

"Oke Lia, ingat pesan gue jangan balik terlalu malam, ntar kalau di telpon sama mama Lusi gue yang bingung mau jawab apaan"

"iya.. iya.. selalu bawel.. daahhh.." Talia melambaikan tangannya kepada Andin. Kemudian ia segera membuka pintu, terlihat Kaab yang sudah rapi di sana. Menggunakan kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana jins panjang. Menambahkan kesan cool pada lelaki itu.

"Yukk langsung jalan" ujar Talita.

Mereka berjalan menuju lift apartement itu, yang letaknya tidak jauh. Sesampainya di parkiran mereka menggunakan mobil Kaab.

Chevrolet Camaro yang sangat identik dengan mobil yang ada pada film Transformers. Body berwarna kuning dikombinasikan warna hitam, desain sangat sporty sangat cocok dengan Kaab.

Kaab melajukan mobilnya di tengah hiru pikuk kota XX yang sangat ramai.

"Sebetulnya kita mau kemana Kaab" tanya Talia yang penasaran, karena Kaab dari tadi belum memberi tahunya arah dan tujuan mereka.

"Tenang aja sayang kamu pasti suka tempatnya"

Talia menurut saja tanpa bertanya lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama mobil yang mereka kendarai sampai di sebuah kafe area perbukitan. Pemandangan di sana sangat indah. Gemerlab lampu kota XX terlihat dengan jelas. Udara di sini juga sangat sejuk, terlihat taman bunga yang dihiasi cahaya lampu. Sungguh indah.

Talia di buat takjub akan pemandangan sekitarnya. "Wahh Kaab.. aku tidak tau kalo di kota kita ada kafe sebagus ini, sungguh indah"

Kaab tersenyum, dia senang melihat Talia bahagia. Mereka turun dari mobil, menggandeng erat tangan kekasihnya menuju tempat yang sudah dia persiapkan.

Sebelumnya Kaab sudah memesan privat tempat ini hanya untuk mereka berdua. Menyiapkan makan malam romantis untuk Talia. Meja makan disusun dengan rapi, bernuansa putih. Cahaya lilin menghiasi sekitarnya.

Talia tidak menyangka Kaab mempersiapkan semua ini hanya untuknya. "Kaab kenapa kamu mempersiapkan hal semanis ini?"

"Kenapa? kamu gak suka sayang?"

"Bukan begitu, ini sangat indah. Aku bahagia sekali. Beruntung aku menjadi kekasihmu Kaab"

"Kamu salah Talia, aku yang beruntung bisa bersamamu. Aku harap hubungan kita serius sampai ke pernikahan"

"Kamu tidak sedang melamarku kan Kaab?"

"Hahahahaha" lelaki itu tertawa mendengar pertanyaan polos dari kekasihnya. "Tidak sayang, tapi kalau kamu beranggapan seperti itu baiklah sekalian saja aku melamarmu". Segera ia berlutut di hadapan Talia.

"Gak lucu Kaab, kita masih kuliah. Aku baru lulus tahun depan. Dan kamu, baru akan melaksanakan sidang akhir bulan depan"

Kaab berdiri dari posisi berlututnya. "Iya sayang aku tau, tapi bagiku hubungan ini sangat berarti. Aku sangat mencintaimu". Mendekatkan dirinya ke pada Talia. Kaab memeluk erat pinggang Talia yang ramping. Mulai ******* bibir seksi gadisnya dengan lembut. Talia tak tinggal diam, dia membalas ******* Kaab. Merasa ada balasan, Kaab memperdalam lumatannya pada bibir seksi Talia. Agar ia bisa menikmati bibir indah ciptaan tuhan itu.

"Kruukkkk... krruuukkkk... "

Kaab menghentikan lumatannya dan tertawa. "Hahahaha kamu lapar sayang? Ya sudah makan dulu yuk"

Pipi talia merona merah, bagaimana bisa disaat-saat yang tidak tepat perutnya berdemo minta di isi. "Maaf sayang" jawab Talia dengan kepala tertunduk malu.

Kaab tersenyum "Gak papa, kita makan dulu yuk keburu makanannya dingin"

Mereka menuju meja makan, disana sudah tersedia berbagai hidangan khas indonesia. Ada sate ayam, soto, gulai kambing, nasi goreng, dan masih banyak lagi.

Talia heran ini beneran makan berdua, apa makan untuk orang satu kampung. Banyak banget hidangannya.

"Ini gak salah? Buat kita berdua aja kan?"

"Iya buat berdua aja sayang, kamu pilih aja yang kamu suka. Maaf aku gak tau makanan favoritmu." Merasa bersalah Kaab yang belum begitu tau tentang Talia. Hanya sedikit hal-hal yang Kaab tau tentang kebiasaan gadis itu, begitu juga sebaliknya. Mereka hanya sering bertemu di kampus, menghabiskan waktu di kampus bersama. sangat jarang ada moment dimana bisa jalan bersama. Paling-paling sebulan hanya sekali atau dua kali mereka jalan bersama.

"Gak papa sayang, semua aku suka kok. Aku gak pilih-pilih soal makanan. Apa yang tersaji ya aku makan. Tapi kalo sebanyak ini, aku gak sanggup. Sisanya kita berikan ke para staf kafe aja ya?". Talia selalu memperdulikan orang sekitarnya, dipikirnya dari pada mubazir, lebih baik di berikan ke pada orang.

"Iya sayang terserah kamu aja"

Selanjutnya mereka makan bersama sambil bercerita tentang kebiasaan masing-masing. Biar lebih dekat satu sama lain. Selesai makan Kaab mengajak Talia ke taman bunga, dihiasi lampu yang tidak begitu terang.

Menggenggam tangan Talia erat, seakan tak mau kehilangannya. Kaab berjalan menyusuri taman bunga.

"Oohh iya gimana kabar papa kamu kaab? apa sudah baik-baik saja?"

"Ya, sudah mendingan setelah oprasinya berjalan lancar waktu itu". Ayah kaab habis menjalani oprasi penambahan ring pada jantungnya. Papanya sudah sakit-sakitan tidak seperti dulu lagi.

Kaab berusaha keras supaya cepat lulus dan mulai membantu perusahaan papanya. Karena Kaab anak lelaki satu-satunya. Jadi hanya lelaki ini harapan papanya. Adik kaab masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Titip salam ya buat mama dan papamu Kaab"

"Iya nanti pasti ku sampaikan"

Talia memang pernah diajak Kaab main kerumahnya dua kali, pertama mengenalkannya terhadap orang tuannya, dan yang terakhir menjenguk papa sebelum melakukan oprasi.

Dering ponsel Talia berbunyi, Talia merogoh tas selempang yang ia gunakan. Mencari keberadaan benda pipih itu. Tertera di layar ponsel nama Andin.

"Lia, loe kemana aja sih? uda jam segini belum balik-balik? mama loe nelponin gue nyariin loe"

Gawat, Talia sampai lupa waktu saking asiknya bersama Kaab.

Harus bilang apa ia kepada mama..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!