NovelToon NovelToon

Forgive Or Say Goodbye

Suami dan Istri

"Saya terima nikah dan kawinnya Divina Angelina binti Dio Wijaya dengan mahar tersebut dibayar tunai!"

"SAH!"

Bisa kau bayangkan betapa bahagianya aku ketika hari itu. Di mana laki-laki yang sudah kucintai sejak awal SMA, dengan lantangnya mengucapkan kalimat sakral yang menandakan bahwa kami sudah sah menjadi pasangan suami istri itu.

Aku rasa dia gugup waktu itu, karena ketika aku mencium tangannya dan dia balas mencium keningku, dia tidak tersenyum sama sekali. Ada juga kemungkinan bahwa dia kelelahan karena mengurus semua acara saat itu.

Sudahlah, itu juga sudah dua tahun yang lalu.

*****

AUTHOR POV

Seorang wanita cantik keluar dari salah satu ruangan di rumah sakit. Wajah pucatnya terhiasi senyum lebar yang membuat cekungan dalam di pipi kirinya terlihat jelas.

Dia Divina, wanita cantik yang berusia 23 tahun. Istri dari seorang pebisnis yang begitu tersohor di beberapa negara. Wanita cantik yang statusnya masih dirahasiakan oleh sang suami, bahkan sampai usia pernikahan mereka 2 tahun, besok lebih tepatnya.

Tapi Divina tidak merasa keberatan, dia menganggap itu adalah bukti bahwa suaminya begitu mencintai dan menjaganya. Ya terbukti dengan tidak adanya kejadian yang yang membuat nyawanya terancam.

Divina melangkah keluar dari rumah sakit itu dan menuju parkiran. Dia masuk ke dalam mobil setelah sopir membukakan pintu untuknya.

"Bagaimana hasilnya, Nona?" tanya sopir paruhbaya yang sudah duduk di kursi kemudi. Dia menengok ke belakang di mana istri majikannya itu duduk.

"Sesuai yang diharapkan, Pak," jawab Divina tersenyum dan memperlihatkan sebuah foto ke sopir itu.

"Selamat, Nona. Semoga anugerah Tuhan ini membuat Tuan Muda semakin menyayangi Anda."

"Aamiin..... Ya udah, kita langsung pulang, ya, Pak."

Divina menyimpan hasil USG 4D itu ke dalam tasnya.

Mobil melaju membelah keramaian jalan raya yang memang bertepatan dengan jam makan siang itu. Divina ingin cepat pulang, dia ingin menyiapkan sesuatu untuk suaminya.

Sesampainya di rumah, Divina langsung menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Dia meletakkan tasnya, tapi sebelum itu mengambil hp dari sana. Dengan senyum yang masih mengembang, wanita cantik itu memencet satu dari tiga kontak laki-laki di hpnya itu.

"Halo." Terdengar suara seseorang setelah panggilan tersambung.

"Mas, nanti pulang cepat, ya. Divin mau....."

"Saya sibuk, dan jam 8 malam nanti harus berangkat ke luar kota."

Senyum Divina perlahan luntur, dia menggigit bibir bagian dalamnya.

"Hhmm, ya udah,. Nanti Divin susul ke kantor sebelum Mas berangkat, ya." Divin berusaha mengerti bahwa suaminya itu sibuk.

"Tidak usah. Kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan, aku tutup." Dan panggilan itu langsung terputus.

Divina memandang layar hpnya, di mana di sana terpampang nama laki-laki yang begitu dia cintai. Dia menghela napas panjang sebelum meletakkan hpnya di atas nakas.

"Oke, karena papa lagi sibuk, kita bikin kejutannya aja dulu." Divina tersenyum sambil mengelus perutnya.

Ya, Divina hamil. Setelah mencoba memeriksa dengan tiga testpack tadi pagi, dia kemudian memeriksakannya ke dokter. Hasilnya memang positif, dan ternyata sudah jalan 8 minggu.

Setelah dua tahun menikah dan selalu berdoa agar bisa mendapatkan momongan, akhirnya doanya terkabulkan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana senangnya kedua orang tua dan mertuanya ketika mendapat berita ini. Namun, dia ingin memberi tahu suaminya terlebih dahulu. Suaminya juga pasti akan senang mendengar dia akan jadi seorang ayah.

Divina akan membuat kejutan kecil untuk suaminya pulang nanti, kemungkinan suaminya hanya akan sebentar saja di luar kota. Divina dengan semangatnya membuat kejutan kecil itu. Setelah selesai, dia meletakkan di dalam lemari baju sang suami, di bagian paling bawah.

"Baiklah, sekarang ayo kita makan siang," ucap Divina pada dirinya sendiri dan keluar dari kamar. Dia meminta seorang pelayan untuk membuatkannya nasi goreng sosis untuk makan siang kali ini.

.

.

.

.

.

Bersambung.....

Revan Adiputra

Di ruangan kerja yang begitu luas, terlihat seorang laki-laki sedang duduk di kursi kebesarannya. Dia baru saja menerima telepon dari wanita yang merupakan istrinya. Dia meletakkan hp itu kembali di atas meja.

Laki-laki itu kemudian berdiri dan berjalan menuju dinding kaca di sana. Mata tajamnya mengarah pada jalan raya yang tampak ramai.

"Masuk!" ucapnya saat mendengar ketukan pintu. Dia tidak berbalik sama sekali.

"Sepuluh bodyguard tambahan akan tiba di rumah esok hari, Tuan Muda!" ucap laki-laki yang baru saja masuk.

"Pastikan mereka bekerja dengan baik!" balas laki-laki yang masih menghadap ke dinding oaca itu.

"Baik, Tuan Muda." Laki-laki itu lalu keluar setelah meletakkan beberapa berkas di meja sang Tuan Muda.

Ruangan kembali sunyi, laki-laki yang tersisa di ruangan itu kembali duduk di kursinya.

Revan Adiputra, pebisnis muda yang berumur 27 tahun itu adalah suami dari Divina. Laki-laki sempurna yang membuat Divina begitu bersyukur menjadi istrinya. Apalagi laki-laki itu adalah cinta pertamanya.

Revan mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Ada sebuah kebimbangan yang melanda hatinya. Nanti malam dia akan pergi ke luar kota untuk memantau proyek besar. Namun ada kekhawatiran yang bahkan dia tidak tahu apa itu di dalam hatinya. Pikirannya selalu tertuju pada istrinya.

"Sial!" umpatnya pelan ketika tangannya tanpa sadar meraih hpnya dan akan menghubungi istrinya.

Revan bingung, apa yang terjadi pada dirinya beberapa hari ini. Hati dan pikirannya selalu tertuju pada Divina, istrinya. Segala cara sudah dia lakukan agar tidak memikirkan gadis itu, namun sia-sia.

Sebenarnya tidak ada yang salah jika seorang suami memikirkan tentang istrinya. Namun bagi Revan itu berbeda. Laki-laki itu termenung, mengingat dua tahun lalu. Di mana dia menikahi Divina karena dijodohkan oleh orang tuanya.

Revan yang saat itu genap berusia 25 tahun, mengucap janji suci yang menandakan dia memiliki tanggung jawab atas istrinya. Seperti halnya kasus-kasus perjodohan kebanyakan, sama sekali tidak ada cinta di hatinya pada Divina.

Dia menuruti keinginan orang tuanya untuk menikahi Divina karena dia begitu dekat dengan kedua orang tua Divina. Dan lagi, ada banyak tujuannya yang dimudahkan karena pernikahan itu. Jadi bisa dibilang kalau Revan hanya memanfaatkan pernikahan ini untuk kepentingannya.

Sudah hampir dua tahun usia pernikahan mereka, Revan selalu menjaga jarak dari Divina. Sebisa mungkin dia tidak bertemu secara langsung dengan istrinya itu. Ada rasa bersalah yang besar dalam hatinya memperlakukan Divina seperti itu, namun dia juga tidak bisa berdekatan dengan istrinya tersebut.

Pernikahan, sama sekali tidak ada kata itu dalam kamusnya. Dia tidak suka terikat pada yang namanya status pernikahan. Menurutnya wanita itu menyusahkan, manja, dan banyak lagi pemikirannya tentang wanita yang membuatnya tidak ingin menikah. Namun karena kedekatannya dengan Dio yang merupakan papa Divina, dia merasa tidak enak jika menolak.

Revan dulunya mengira dengan cara dia menjauhi Divina, wanita itu akan menyerah. Namun dia tidak menyangka kalau wanita itu bertahan sampai dua tahun ini.

"Aku mencintainya?" tanya Revan pada dirinya sendiri. Selama beberapa hari ini dia juga selalu menanyakan itu pada dirinya.

"Ya, aku mencintainya." Akhirnya, hatinya tersadar walau butuh waktu yang cukup lama.

Revan menyadari bahwa tidak seharusnya dia menyia-nyiakan wanita tegar seperti Divina. Dia juga menyadari tentang pemikirannya yang salah tentang wanita.

Divina adalah istrinya, wanita yang tetap bertahan walau selalu dia acuhkan. Ternyata butuh waktu untuk Revan menyadari perasaannya sendiri.

*****

Revan sudah sampai di bandara, 15 menit lagi dia akan berangkat. Dia menatap layar hpnya, menunggu telepon dari Divina. Namun sudah lama menunggu, hpnya sama sekali tidak berbunyi.

"Sudah waktunya kita berangkat, Tuan Muda." Asistennya yang bernama Bobby, mengingatkannya pada waktu.

Revan menyimpan hpnya dan berdiri, merapikan kemejanya dan berjalan sambil melipat lengan kemejanya. Tanpa sengaja, dia menabrak seorang wanita. Sebelum wanita itu jatuh, Revan menangkapnya hingga tanpa sengaja memeluknya. Itu hanya refleksnya.

"Revan," ucap wanita itu membuat Revan segera melepas pelukan itu dan memberi jarak di antara mereka.

Wajahnya Revan mengeras setelah melihat jelas siapa wanita itu. Sedangkan wanita itu tersenyum lebar padanya.

"Aku tidak menyangka kita bertemu lagi," ujar wanita itu melangkah mendekat, namun segera dihalangi oleh Bobby. Terlihat kalau wanita itu merasa jengkel.

"Apa sih?!" seru wanita itu berusaha mendorong Bobby, namun gagal karena tenaga yang tak seimbang.

"Cindy," panggil Revan dengan raut wajah datar.

Merasa namanya disebut, wanita bernama Cindy itu tersenyum dan menatap Revan kembali.

"Menyingkir atau kepalamu pecah!" ancam Revan dengan aura mengintimidasi. Dia begitu muak melihat wanita di depannya ini.

"Revan, aku tahu kau hanya bercanda." Walau sedikit merasa takut, namun Cindy tetap tersenyum.

"Aku berbeda dengan yang lima tahun lalu," ujar Revan lagi yang langsung membuat senyum Cindy menghilang.

Setelah itu Revan melangkah pergi diikuti Bobby di belakangnya. Meninggalkan Cindy yang masih mematung. Dia tidak menyangka bahwa Revan sudah berubah, wajar saja karena sudah lima tahun berlalu dan karena kesalahannya juga.

Revan masuk ke dalam jet pribadinya dan duduk di samping jendela. Tidak menyangka akan bertemu dengan wanita bernama Cindy itu lagi.

Dulu saat masih kuliah, Revan dan Cindy adalah sepasang kekasih. Best couple pula di kampus mereka saat itu. Saat itu Revan menyembunyikan identitasnya sebagai anak kedua keluarga Adiputra, sehingga tidak banyak yang tahu dia siapa.

Semasa pacaran, Revan selalu memanjakan Cindy. Apapun yang Cindy mau, selalu dia penuhi. Revan sangat mencintai Cindy, bahkan hampir membuka identitasnya saat itu.

Namun Tuhan memperlihatkan kebenaran, sehari sebelum Revan ingin mengajak Cindy ke rumahnya untuk bertemu orang tuanya, laki-laki itu menangkap basah kekasihnya itu selingkuh di sebuah hotel.

Sejak saat itu, Revan tidak ingin berhubungan dengan wanita lagi. Dia hanya fokus pada pendidikannya. Sejak itu pula dia salah paham pada semua wanita, hanya karena satu wanita seperti Cindy. Bahkan pemikirannya itu sampai terbawa hingga dia menikah.

Revan memejamkan matanya untuk melupakan kenangan buruk yang sempat teringat itu. Dia tidak perlu mengingat wanita seperti itu lagi. Revan memutuskan untuk tidur selama perjalanan, sedikit lelah karena harus keluar kota malam-malam begini karena ada sedikit masalah pada proyeknya.

.

.

.

.

.

Bersambung.....

Luka

Divina terduduk di atas tempat tidur, tampak buliran air mata mengalir membasahi pipinya. Dia membuka jaketnya dan melemparnya ke lantai.

Apa sudah saatnya dia untuk menyerah? Menyerah akan perasaannya yang begitu besar namun tak terbalas ini. Dia berjalan pelan menuju ruang ganti dan membuka lemarinya. Diambilnya map coklat dari sela-sela bajunya yang tersusun rapi di sana.

Dibukanya map itu dan dikeluarkannya foto-foto di sana. Air matanya semakin deras, jatuh membasahi baju dan beberapa jatuh ke lantai. Semua foto itu memperlihatkan bagaimana bahagianya sepasang kekasih yang sedang bermain di pantai.

Sang pria tampan di foto itu terlihat menatap penuh cinta pada wanita yang dia peluk dari belakang. Dengan latar belakang matahari terbenam, suasana di foto itu begitu romantis.

Divina memasukkan kembali semua foto itu ke dalam map dan membuangnya ke tempat sampah. Rasanya begitu sakit melihat foto-foto itu. Seharusnya dia tidak perlu membuka kembali map itu, namun tubuhnya bergerak tanpa bisa dia cegah.

Divina menemukan map berisi foto-foto itu dari dalam laci meja kerja Revan, sekitar sebulan yang lalu. Revan tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam ruang kerjanya, namun Divina terlalu penasaran. Beberapa kali dia masuk ke sana dan mencari sesuatu yang mungkin disembunyikan suaminya, dan akhirnya baru bulan kemaren dia temukan. Foto yang merupakan kenangan suaminya dengan mantan kekasihnya. Atau masih kekasih?

Divina kembali ke tempat tidur, merebahkan dirinya di ranjang yang seringkali dia tiduri sendiri. Berbagai ingatan penuh luka memenuhi otaknya. Di mana di atas ranjang ini, di bulan kedua pernikahan mereka, Revan mengambil haknya di bawah pengaruh alkohol.

Tempat yang Divina tiduri sekarang, juga saksi di mana wanita itu sering menangis karena diabaikan sang suami. Setelah berhubungan pun, Revan akan segera membersihkan diri dan pergi ke kantor kembali. Selalu begitu, bahkan laki-laki itu akan berangkat ke kantor sebelum matahari terbit dan pulang lewat tengah malam. Terkadang juga laki-laki itu tidur di kantornya. Dan itu untuk menghindari Divina.

Dan hari ini, dia kembali terluka karena melihat suaminya memeluk seorang wanita di bandara. Apalagi wanita itu adalah Cindy, mantan kekasih Revan. Divina tentu kenal dengan Cindy karena Revan seringkali memposting kebersamaan mereka ke media sosial dulu.

Divina, Cindy, dan Revan dulunya satu kampus. Divina yang beberapa kali lompat kelas saat sekolah, akhirnya berkuliah pada umur 17 tahun. Dia merasa senang saat itu karena bisa satu kampus dan satu angkatan dengan Revan. Terluka di saat bersamaan ketika melihat sang pujaan hati telah memiliki kekasih dan begitu mencintainya.

Tangis Divina semakin mengeras ketika menyadari kebodohannya. Seharusnya dia sadar sejak awal kalau Revan sama sekali tidak mencintainya. Sadar bahwa laki-laki itu tidak akan pernah menerimanya dalam hidupnya.

"Jadi berita mereka putus itu bohong?" lirih Divina mengingat berita putusnya Revan dan Cindy dulu. Namun melihat mereka berpelukan di depan banyak orang tadi, Divina yakin mereka masih menjalin hubungan dan dia adalah orang ketiga dalam hubungan pasangan itu.

Divina tadi hendak melihat Revan berangkat, jadi dia menyusul ke bandara diam-diam. Namun yang dia lihat di sana membuat hatinya terluka. Sepasang manusia sedang berpelukan, ditonton oleh banyak orang yang ada di sana.

Jadi, apa keperluan ke keluar kota itu adalah keperluan mereka berdua? Bukan tentang pekerjaan?

Sudah cukup, Divina akan berhenti sampai di sini. Dia mendudukkan tubuhnya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya. Dia masuk kembali ke dalam ruang ganti dan mengambil koper. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia menyusun satu per satu pakaiannya ke dalam kopernya.

Tiga koper besar sudah penuh dengan semua barang-barangnya. Divina membawa koper-koper itu ke luar dan meletakkannya di samping meja riasnya. Setelah itu dia menghubungi seseorang.

"Pak, Divin bisa minta tolong?" tanyanya pada orang di seberang sana.

"Tentu, Nona." Orang itu menjawab dan Divina mengutarakan keinginannya.

"Apa Anda yakin, Nona?" tanya orang itu setelah mendengar permintaan Divina.

"Iya, Pak. Divin mohon bantuannya, ya." Divina mengatur napasnya agar suaranya terdengar normal.

Setelah orang itu menyanggupi, Divina mengakhiri panggilan tersebut. Dia duduk kembali di atas tempat tidur dan kembali menangis. Kisah cintanya akan berakhir menyedihkan.

Lelah menangis, akhirnya Divina memilih untuk tidur. Sambil mengelus perutnya, Divina berusaha menguatkan hatinya untuk menyambut hari esok. Dan besok, kehidupannya pastinya akan berubah.

*****

Sedangkan di tempat lain, Revan baru saja sampai di hotelnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membuka satu per satu kancing kemejanya.

"Kenapa Divina tidak menghubungiku? Biasanya dia akan menanyakan apakah aku sudah sampai apa belum." Revan mengambil hpnya dari saku celananya. Dibukanya, namun tidak ada panggilan atau pesan dari istrinya.

Perasaannya semakin tak menentu, ada sinyal seolah sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. Namun Revan mencoba menghilangkan perasaan tidak enak itu. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan kembali tubuhnya yang berkeringat.

.

.

.

.

.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!