"Nyonya sepuh, Tuan Muda kabur lagi." Telpon dari seorang pengawalnya membuat Oma Alima yang masih duduk santai terperanjat panik mendengarnya.
Pagi itu Oma Alima sebut saja, seorang ibu dari almarhum Suryo Pranoto komlomerat terkaya di negri ini yang sudah berusia tujuh puluh tahunan lebih kembali dipusingkan oleh tingkah cucu kandung semata wayangnya Ranan Aldiano Pranoto yang sering akrab dipanggil Al.
Lagi-lagi Al kabur dari mobil yang mengantarnya menuju kampus untuk membolos kuliah Semester awal. Tingkah Al yang selalu bermain-main dan suka berhura-hura membuat Oma Alima geram dibuatnya.
Al dibesarkan kan oleh Oma Alima dengan pengawasan yang ketat. Orang tuanya meninggal saat Ia masih berusia satu tahun. Meninggalkan kedua orang tua Al, membuat nya tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan manja.
"Cari anak pembangkang itu, dia harus menerima hukuman ku kali ini!" Oma Alima memerintah dengan tegas para pengawalnya itu. Oma Alima sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan cucunya yang sering sekali membuat semua orang gelimpungan dibuatnya.
"Tenang Oma, biar saya saja yang akan mengerahkan semua pengawal untuk menemukan bocah itu," timpal Dekha yang tengah duduk di sofa tak jauh dari sang Oma berdiri. Dekha sangat mengenal kepribadian adik angkatnya itu, hanya kesabarannya dan ketelatenannya lah yang membuat Oma Alima senang memiliki dirinya.
Radekha Wijaya namanya dia memiliki perawakan yang tak kalah tampan dari Al yang masih berusia dua puluh tahun jauh lebih muda darinya. Dia adalah putra salah satu anak pelayan di rumah mewah itu, orang tua nya juga sudah meninggal. Karena pengabdian dan pengorbanan orang tua Dekha itulah hingga akhirnya Oma Alima memutuskan mengangkatnya menjadi seorang cucu yang sekaligus merangkap menjadi pengawas dan pelindung seorang Al mengingat banyak bahaya yang sedang mengancam keselamatannya.
"Dasar anak payah, kerjaannya menyusahkan saja," Oceh Oma Alima melengos lalu duduk disamping Dekha di sofa setelah Ia memutus sambungan sepihak.
"Sabar Oma, namanya saja anak Muda," timbal Dekha terkekeh.
"Ish, Kau ini, sama saja dengan adik mu," gerutu Oma dengan gaya hendak memukul Dekha yang kini berada disampingnya. "Ya sudah, temukan anak itu, ancam dia dengan ancaman yang sama seperti sebelumnya!" Delik sang Oma.
"Oke Oma," jawab Dekha sembari mengulum senyum, karena Ia melihat mata tua itu sedang menahan marah. "Dekha pergi dulu," pamit Dekha lalu mencium punggung tangan wanita itu.
Dekha segera bergerak menyuruh semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Al. Al sengaja tidak mau mengangkat telpon dari Dekha.
Dekha dan anak buahnya menyisir ke beberapa tempat yang biasa menjadi pelabuhan Al saat kabur dari pengawasan, tapi belum juga menemukan keberadaan dari Al.
Lain halnya dengan Al, orang-orang tengah sibuk mencarinya, Ia justru melajukan mobil yang Ia bawa kabur dengan tertawa puas, Karena Ia bisa berhasil terlepas juga dari pengawasan yang membatasi ruang geraknya.
"Hahaha... terbebas juga hari ini, dasar nenek peyot, bisa-bisanya menyuruh orang untuk terus mengikuti dan mengawasi ku, emangnya aku ini anak kecil, apa? untung pengawal-pengawal itu bodoh semua hingga mudah ku kelabui," Oceh Al bangga sembari memonyongkan bibirnya.
Ia terus menyetir dan menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti alunan musik yang Ia setel lewat ponselnya melalui headsead otomatis yang terpasang ditelinganya.
"Dasar, ngapain sih Kak Dekha nelpon terus." Decak nya merasa terganggu, saat yang Ia dengar bukan lagi musik yang Ia setel, melainkan nada dering ponsel nya yang terus berbunyi akibat panggilan masuk dari Dekha yang tak pernah menyerah untuk terus menghubunginya.
"Pasti ini ulah nenek peyot itu, dasar kutil! kurang kerjaan aja ngikutin aku terus," Celetuknya lagi.
Al melirik layar ponselnya yang terus menyala sambil pokus mengemudi. Ia berusaha untuk tetap membiarkan agar Dekha berhenti mengganggunya.
Wajahnya tampak semakin kesal melihat Dekha yang ternyata tidak mudah menyerah. Sembari emosi, Al mengusap rambutnya dengan kasar.
Al yang tak tahan pun akhirnya terpaksa menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan dari Dekha.
📲 "Halo, ada apa, Til?" maki Al langsung menyemprot Dekha dengan panggilan yang sering Ia ucapkan pada Kakaknya.
📲 "Hey adikku tercinta, mau pergi kemana kamu?" goda Dekha dari sebrang telponnya sambil senyum-senyum sendiri. Ia sudah membayangkan wajah Al yang cemberut lucu saat kesal kepadanya saat ini.
📲 "Ck, suka sekali menggoda ku ya, awas kau!" Al melotot geram karena merasa diejek.
📲 "Cepat kembali kuliah!" perintah Dekha berpura-pura garang sambil memegangi perutnya menahan tawa agar ancaman nya yang sifatnya megertak tak ketahuan cucu manja itu.
📲 "Gak mau, ngapain kuliah? kita 'kan udah punya segalanya," tolak Al yang langsung meninggikan suaranya.
📲 "Ow, jadi mau main-main ni? ya sudah kembalikan semua barang yang kau gunakan saat ini!" ancam Dekha kemudian.
📲 "Enak saja, ini 'kan punya ku," gerutu Al semakin kesal.
📲 "Punya mu, kalau kau mau kuliah, kalau tidak Oma akan menarik paksa aset yang kau nikmati saat ini." Dekha mulai bersikap garang agar Al takut akan ancamannya.
Al terdiam, seketika nyalinya untuk kabur langsung menciut mendengar ancaman Dekha, Karena Ia lebih takut miskin dari pada dijaga ketat.
"Aah, Sial," decak Al yang langsung memukul stir mobilnya. Ia terpaksa harus kembali menyerah mendengar ancaman itu.
📲 "Bagaimana? apa kau sudah pikirkan? atau kau mau jadi gelandangan saja, ha?" tanya Dekha yang kembali terdengar suaranya dari layar ponsel.
📲 "Dasar Kutil, bisa nya cuma mengancam terus," timpal Al mendelik. Ia tak punya pilihan lain selain menurut dari pada gak punya uang dan memakai pasilitas mewah lagi, bisa lebih gila dia dibuatnya.
📲 "Bagaimana, sudah kau pikirkan?" Dekha mengulang lagi pertanyaannya untuk memastikan.
📲 "Iya, iya, aku kuliah sekarang, puas?"
📲 "Hehehe... bagus, awas kalau bohong!"
📲 "Iya iya, dasar kutil."
📲 "Bodo' amat, by."
Dekha langsung mengakhiri telponnya setelah mendapat kan jawaban dari Al.
Al yang masih diselimuti kesal pun mendadak terkejut saat seorang gadis tiba-tiba melintas didepan mobilnya.
"Aaaa... ." nampak nya gadis itu juga berteriak karena terkejut. Ia menyilang kan kedua tangan untuk menutupi wajah sambil menunduk.
Ssssttt!
Al seketika mengerem dengan cepat. Mobil Al berhenti hanya berjarak sejengkal saja dari tubuh gadis itu.
Gadis itu langsung duduk dan menunduk gemeteran dibuatnya sambil terisak menangis.
"Ibu, aku belum mau mati, huhuhu..," rancau gadis itu ketakutan. Ia tak berani membuka matanya karena ketakutan.
Al yang juga terkejut pun langsung berdebar-debar tak karuan. "Aku nabrak enggak ya? jangan-jangan orang itu mati lagi?" Al bertanya-tanya sendiri. Ia nampak bingung tak karuan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.
"Oma, aku gak mau dipenjara," ucap Al lirih dan gemetaran. Kali ini pasti Ia membuat kesalahan
Al tetap diam di mobilnya tampa berani memeriksa sedikit pun, Namun tiba-tiba seseorang lagi-lagi mengejutkannya ketika mengetuk jendela mobil nya ditengah kekhawatiran di dalam hatinya.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi," panggil orang itu.
"Aaa... hantu ." Al berteriak sekencang-kecang nya dan replek menutupi wajahnya dengan telapak tangan lalu pindah ke kursi sebelahnya, Setelah mendapati gadis yang mengetuk kaca jendela mobilnya terlihat mengurai rambutnya yang panjang dan samar-samar memakai baju putih.
"Mas, buka Mas, hig.. hig.. ." gadis itu terdengar terisak-isak rupanya.
"Ka_ kau siapa? Ka_ kau hantu ya?" tanya Al gagap.
"Enak saja, tega banget doain aku mati," gerutu gadis itu.
"Ka_ kau hantu yang ba_ baru saja ku tabrak 'kan?" tanya Al panik.
"Hey, Mas, buka dulu jendela mobilnya, aku mau minta pertanggung jawaban." gadis itu terus mengetuk-ngetuk kaca mobil milik Al sambil mengusap air matanya dengan perasaan kesal karena tak dihiraukan oleh Al.
"Ma_ mau apa? ja_ jangan bunuh a_ aku." Al semakin ketakutan mendengar ancaman gadis itu. " Hus, hus, pergi hantu, aku gak sengaja nabrak kamu," ucapnya lagi dengan cepat.
"Wah sialan! aku masih hidup Mas," gerutu gadis itu. Ia tak terima akan ucapan yang Al lontarkan barusan.
"A_ apa! ma_masih hidup? sungguh?" tanya Al mendadak tenang mendengar ucapan gadis itu.
"Iya, buka dulu!" timpal gadis itu dengan tenang.
"Bener, masih hidup?" Al berusaha memastikan.
"Iya, nyebelin banget sih," kecam gadis itu berkaca pinggang.
🙆❤️❤️❤️Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya! Kalau udah baca Karya recehan ku.💗💗💗🤭🤭🤭🤭 Like, komen and favorit nya dan jangan lupa juga tambahkan ke rak buku kalian agar bisa langsung 😄😄😄😄membaca part terbarunya, TERIMA KASIH, Love-love deh buat para reader ku🙏🙏🙏🙏🤟🤟🤟🤟
Al pun kembali duduk ketempat pengemudi dan perlahan menekan tombol untuk menurun kan kaca jendela yang tadinya tertutup rapat.
"hwaaa...," sentak gadis itu iseng menggoda memunculkan wajahnya kedalam mobil Al.
"AstaufiruLlah," teriak Al yang langsung mengusap dadanya karena terkejut.
"Ya ampun Mas, gitu aja kaget, banyak dosa ya Mas," tutur Gadis itu sembari terpingkal-pingkal melihat ulah Al.
"Ish, dasar kunti, Kamu ngagetin sih," dengus Al menimpali dengan bibir yang manyun.
"Kunti, kunti, kamu pikir aku hantu? Cepat Keluar Mas, kamu harus bertanggung jawab." Gadis itu terlihat mulai serius.
"Mau ngapain? bertanggung jawab soal apa? situ kan gak papa." Al mengkerut sedikit takut dibuatnya.
"Itu lihat! kue pesanan orang berantakan dan kotor, mana aku buru-buru mau kuliah lagi," tunjuk Gadis itu pada barangnya. " Ayo keluar!" paksa gadis itu lagi melotot geram.
"Iya, iya, aku keluar, masalah lagi ni." Al pun akhirnya mengalah dan keluar dari mobilnya. Benar juga, Al melihat semua kue gadis itu berserakan.
"Berapa harus ku ganti?" angkuh Al dengan sombongnya.
"Dasar orang kaya! sombong banget sih, belagu lagi," kecam gadis itu lagi.
"Ya udah sih, bilang aja berapa nominalnya? sepuluh juta? dua puluh juta?" decak Al dengan lagi-lagi menunjukkan kesombongnya sambil mengerakkan jari jemarinya.
"Kue ku gak semahal itu," ketus gadis itu sembari memunguti dua kotak kue yang berserakan.
Sesaat gadis itu berpikir untuk meminta uang yang lebih dari harga kue miliknya.
"ku kerjai saja laki-laki ini, seperti nya mudah dibohongi, enak saja ngatai aku kunti, huh! hitung-hitung rezeki nomplok."
"Lima juta," ucap gadis itu kemudian. "Sini uangnya sekarang!" sambil menengadahkan tangan kearah Al.
"Ya elah, lima juta doang ma kecil," ketus Al menganggap enteng nominal yang disebutkan gadis itu.
"Ya cudah cepat! aku ada mata kuliah ni, satu jam lagi." Gadis itu terus memaksa Al agar segera membayar supaya urusannya cepat selesai.
"oke, oke, tunggu sebentar, gak sabar banget sih." Al pun merogoh saku celana nya untuk mengambil dompet.
Ia terbelalak saat di dompetnya tak ada uang kes sama sekali.
"ahk sial ini pasti ulah Oma."
"Mana? ngaku nya kaya tapi dompetnya gak ada uangnya sama sekali, jangan-jangan mobil nya dapat dari hasil minjem, lagi, dasar songong!" gadis itu tampak sewot.
"Enak saja itu mobilku aku bisa beli rumah dan tanah yang kau tempati sekarang kalau aku mau, Uang ku Unlimited di kartu ATM ku, ayo kita ke bank dulu kalau gitu," timpal Al membulatkan mata sambil menggaruk pelipisnya. Ia merasa tak terima akan kecaman gadis di depannya.
"Kelamaan Mas, sini dompetnya." gadis itu langsung merampas dompet itu dari tangan Al.
"Eh, itukan dompet ku." Al berusaha mencegah tapi dompet itu sudah berpindah tangan.
"Aku tahu," dengus gadis itu. Ia pun mengambil KTP milik Al.
"Ini aku kembalikan setelah kamu bayar ganti ruginya." gadis itu kembali menyerahkan dompet itu dan menahan KTP milik Al.
"Tapi KTP ku?"n.
Gadis itu pun meraih tas gendong dipunggung nya dan menulis sesuatu di kertas lalu menyobeknya dan menyerahkan nya pada Al.
"Ini nomer ponselku atas nama Cinta Kania Almaira, hubungi aku setelah uangnya sudah ada, by." gadis itu pun langsung berlari meninggalkan Al yang masih tertegun bingung menatapnya.
"ahk, sial," sungut Al kesal sembari melayangkan tinjuan tanganya ke udara.
*********
Gadis itu berlari tunggang langgang menuju toko kue langganannya sambil terengah-engah.
Hos... hos...
gadis itu berusaha menyetabilkan nafas nya akibat berlari tadi.
"Cinta, mana kuenya?" tanya Ibu Mirna penjual toko yang tampak menelisik ke dua kotak kosong yang dibawa Cinta.
huf!
Cinta menghela nafas sebelum menjawab agar nafasnya bisa dikendalikan. "Maaf Bu, aku tadi hampir di tabrak orang, jadi kuenya tumpah," jawab Cinta menjelaskan.
"Gimana sih, aku nungguin dari tadi ni, banyak pembeli ku yang nanyain kue buatan mu, niat jual ke saya gak sih?" gerutu Bu Mirna.
"Maaf Bu, besok saya anterin lagi ya," Melas Cinta.
"Gak perlu, aku kecewa sama kamu," tolak Bu Mirna tiba-tiba.
"Loh, tapi kenapa Bu? saya kan cuma hari ini gak nyetor," tanya Cinta heran.
"Aku ada orderan dari lain yang lebih bertanggung jawab dari kamu," dengus Bu Mirna lagi. Ia pun meninggalkan Cinta tampa mau berbasa-basi lebih lama.
"Ya Allah, kalau kayak gini caranya, gimana aku bisa beli obat buat Ibu," keluh Cinta wajahnya terlihat menjadi sedih. Mengingat Ibunya sedang terbaring sakit tak berdaya.
"Bu, nitip kotak ini ya," teriaknya kemudian lalu meletakkan kedua kotaknya diatas meja tampa ada jawaban dari Bu Mirna.
Cinta pun memutuskan untuk pergi ke kampus naik angkot. Pikirannya sangat kalut saat tahu Bu Mirna langsung menolaknya secara tiba-tiba hanya karena tidak mengasok kue hari ini.
Universitas School Garden
Sesampainya di kampus, Ia pun bergegas turun dari bis. "Syukurlah aku bisa kuliah juga di kampus elit ini," seringai nya lagi sembari tersenyum saat melihat Gedung kampus elit yang menjulang keatas itu kini menjadi tempat kuliahnya.
Siapa yang tak bangga semua penghuni kampus ini adalah maha siswa dengan IQ tinggi dan anak-anak dari kalangan orang yang berada. Beruntung dirinya bisa memasuki kampus itu, sedangkan dirinya hanya dari kalangan menengah bawah.
Cinta bisa masuk ke kampus terbaik di negeri ini karena Beasiswa dari Pak Bupati setelah memenangkan kejuaraan Matematika tingkat Provinsi saat Lulus SMA.
"Ya Allah, mimpi apa aku? akhirnya bisa menginjakkan kaki di Universitas terbaik ini!" seru Cinta bernafas lega, Senyum manis nya lagi-lagi menghias dengan sempurna di sudut bibirnya.
Banyak siswa Universitas School Garden datang dengan mobil kebanggaan mereka. Pakaian mereka pun terlihat berkelas. Cinta mendadak menciut, melihat penampilan mereka dibanding dirinya yang biasa saja.
Semua mata tertuju padanya ketika langkah kakinya semakin masuk ke pelataran gedung mewah itu terdengar bisik-bisik mereka membuli nya dengan pandangan tidak suka. "Siapa itu? kok Pakaiannya norak banget," celetuk Mia tertawa mengejek
"Tukang sapu kalik, kalau gak orang nyasar," timpal Mikhaila ketua gank girly.
"Pacar kamu ya, Tom?" Kalina menggoda Tomky. Dia adalah salah satu teman Mikha yang menyenggol tangan Tomky tepat berdiri disampingnya.
"Enak saja, gak level, kucel gitu! Hahaha...." Tomky terbahak-bahak mengejek Cinta.
Cinta terdiam, dan tak menimpali ejekan mereka.
Ia pun dikejutkan oleh suara bariton pemuda yang agak dikenalnya.
"Woy bro, liatin apa sih?" tanya Al yang menghampiri Tomky dan Ilyas dengan nada berteriak. Ia sudah tiba di kampus lebih dulu dari Cinta beberapa menit yang lalu.
Ilyas pun mengarahkan pandangannya kearah Cinta.
Al yang penasaran, langsung ikut menoleh ke arah Cinta yang hanya mengenakan baju kaos putih dan celana jeans dan tas gendong yang sudah dilihatnya saat dijalan tadi dengan sangat sederhana. Rambutnya juga tergerai sedikit berantakan kerena mungkin kurang perawatan. Penampilan Cinta memang jauh berbeda dibandingkan siswa lainnya.
"jadi gadis itu kuliah disini juga."
"Al, kok liatnya gitu banget?" tanya Tomky. Ia memperhatikan Al terdiam memperhatikan Cinta.
Kedebuk!
Cinta terjatuh saat seorang cewek menjegal kakinya tampa Ia sadari. "Aduh!" sentak nya terkejut.
"Hahaha...." Para siswa itu kembali riuh menertawakan Cinta.
Namun, tiba-tiba sebuah tangan mengulur didepannya membuat yang lainnya saling melempar pandang. Cinta mendongak keatas Wajah yang ternyata seorang pria tampan.
"Ayo berdiri!" tukas Pria itu. Dia adalah Reyhan seorang pemuda yang terkenal berhati dingin namun sangat baik.
Cinta pun menyambut tangan pemuda itu dan langsung berdiri. "Makasih," ucap Cinta lirih.
"kamu harus tegas dan jangan mau ditindas, sekolahan ini elit dan katanya siswanya adalah pemilik IQ yang tinggi, tapi nyatanya etikanya sangat rendah dibanding kampus biasa, kau paham kan maksud ku?" lantang Reyhan mengucapkan kalimatnya kepada Cinta agar didengar semua siswa yang mengejeknya barusan.
"Iya Kak," jawab Cinta sambil tersenyum.
❤️❤️❤️Jangan lupa tinggalkan jejak ya reader kalau sudah mampir kesini❤️❤️ take like, comen and vote nya jangan lupa.
I love you reader!!!
Reyhan pun menggenggam tangan Cinta dan menariknya menuju taman yang lumayan sepi dari pandangan siswa lainya.
Al yang melihat perbuatan Reyhan pun mengkerutkan kening, Ia tak menyangka kalau Reyhan telah membela Cinta dari gunjingan yang lain, Ia tahu betul perangai seorang Reyhan dari sejak SMA, pasti apa yang Ia lakukan ada imbalannya mengingat Cinta adalah gadis yang lumayan cantik meski dari kalangan sederhana.
"Gadis itu ikut Reyhan, apa Reyhan tertarik akan menjadikanya salah satu target yang akan Ia campakkan selanjutnya? tapi kenapa harus gadis itu? rasanya gadis itu bukanlah levelnya?" Al bergelut dengan pikirannya sendiri.
Al menggaruk-garuk kepalanya yang lagi-lagi mendadak gatal, kebiasaan itu sering muncul saat Ia sedang panik atau memikirkan sesuatu.
"Kenapa Al?" tanya Tomky yang heran melihat wajah Al berubah-ubah.
"Oh enggak Tom, ayo kita ngantin dulu!"
Al pun merangkul Tomky dan Ilyas menuju kantin.
*****
Reyhan langsung menatap kearah Cinta yang digenggamnya sejak tadi. "Siapa nama mu?" tanya Reyhan. Reyhan tersenyum manis, manis bagaikan secawan madu, membuat Cinta terperangah menatap keindahan ciptaan Tuhan itu.
Wajah Reyhan sangat manis, dan suaranya begitu lembut, tapi Ia jarang tersenyum kepada orang lain, kecuali Ia menyukai lawan bicaranya. Sebenarnya banyak para gadis yang mengaguminya, tapi sikapnya yang dingin membuat gadis-gadis bingung mendekatinya, walaupun itu hanya topeng Reyhan untuk menarik rasa penasaran gadis-gadis itu.
"Hey, apa kau mendengar ku?" hallo." Reyhan melambai-lambaikan tanganya didepan wajah Cinta dan berusaha menyadarkan Cinta dari lamunannya.
"Astaga, gadis ini." Reyhan menyeringai sambil berkaca pinggang memperhatikan Cinta yang terus saja terpesona menatap wajahnya.
Sesaat, Reyhan terkekeh, entah mengapa? Ia merasa menyukai tatapan gadis itu kepadanya.
"mengapa Ia cantik sekali, kalau dipandang dari dekat, cantik yang alami."
Reyhan pun membiarkan Cinta yang masih tampak kesemsem kepadanya, sambil senyum-senyum sendiri.
Lama saling menatap Cinta pun menyadari perbuatan konyolnya. "AstaufiruLlah, apa yang kulakukan? aku pasti sudah tidak waras," gumam Cinta yang menahan malu sambil memukul keningnya. " Hehehe...." Cinta pun nyengir kearah Reyhan.
"Gak papa lama-lamain aja liatin aku," ucap Reyhan yang kembali tersenyum.
"Kakak kok punya senyum manis banget sih, kayak permen pengen di kemut? Eh, astaga." Cinta kembali memukul jidatnya saat menyadari ucapannya ngawur.
"Lucu banget sih kamu, O ya kenalin aku Reyhan." Reyhan pun mengulurkan tanganya yang disambut langsung oleh Cinta. "Siapa nama mu?" Reyhan kembali menanyakan nama gadis didepannya.
"Cinta Kak, Makasih ya Kak, udah bantuin aku tadi," ucapnya kemudian.
"It's oke, gak masalah." Reyhan pun meninggalkan Cinta yang masih menatapnya menjauh.
"Ah, dia manis sekali, aku bisa gila dibuatnya, jantungku deg, degan terus kenapa ni?" gumam Cinta girang senyum-senyum sendiri.
******
Sesampainya di kantin, Al terkejut, ternyata Dekha dan Anak buahnya sudah lebih dulu disana. Mereka memandanginya dengan tatapan tajam.
"Wah gawat ni, kenapa Kak Dekha ada disini?" gumam Al yang langsung berbalik. Perasaanya langsung takut saat melihat Dekha.
"Kenapa Al? ayo sarapan!" ajak Ilyas yang merasa heran melihat tingkah aneh Al.
"Ada kutil tu, bisa gawat kalau ketahuan gak ikut mata kuliah sekarang," lirih Al kesal.
Tomky dan Ilyas mengerti maksud Al saat melihat Dekha. "Oh, karna itu," goda Tomky yang mengulum senyum dan saling melempar pandang bersama Ilyas. "Oma Alima terlalu manjain kamu Al masak kemana-mana diikutin terus," imbuh Tomky terkekeh.
"Sialan Lo, emang gue suka di ikutin terus, aku bosan tau, dikatain orang Cucu manja Oma, cucu manja Oma." Al mengikuti ucapan orang yang selalu memanggilnya cucu manja Oma sambil menirukan bentuk bibirnya.
plok!
Sebuah tangan menepuk bahunya dari arah belakang.
"Apaan sih Tom? nepuk pundak aja kerjanya, dasar Tupok! emang gak sakit apa? ku balas baru tahu rasa lo," cerocos Al tampa mencari tau dulu siapa yang melakukannya.
"Apaan Tupok baru denger?" tanya Ilyas.
"Tukang namplok, tauk?" maki Al yang mendekatkan wajahnya ke Ilyas setengah berteriak..
"Ya ampun Al, banyak bahasa lo, Al, bikin kepalaku jadi puyeng," kelu Tomky. Keduanya pun berdiri didepan Al.
"Lho, kok kalian ada disitu, terus yang dipundak gue punya siapa?" Al mendadak panik saat menyadari ada kejanggalan.
Tomky dan Ilyas mengangkat bahu tanda tak mau memberi tahu, dan membiarkan Al melihatnya sendiri.
"Jangan-jangan... a... anu?" wajah Al berubah mengkerut semua saat ketakutan.
"Hahaha...." Tomky dan Ilyas terbahak-bahak melihat wajah lucu Al yang mengkerut lucu.
"Mau kemana lo bocah payah?" Dekha langsung melangkah kedepan Al, sedangkan tanganya masih tetap menempel dipundak Al.
"Hehehe, Kakak." Al langsung memasang muka cengengesan.
"Jangan coba-coba untuk bolos, kalau gak mau susah nantinya," gertak Dekha sambil memasang wajah dingin.
Drrrrttt!
Dekha segera menggeser tombol hijau pada ponsel yang sudah di pegang nya sejak tadi saat merasakan getaran panggilan masuk.
📲 "Ya Oma." Dekha melepaskan tanganya dari pundak Al dan membesarkan volume suara agar Al dapat mendengar percakapan mereka.
📲 "Mana bocah tengil itu? apa kau sudah menemukannya?" tanya Oma dari dalam layar.
Dekha menatap lekat wajah Al kemudian menimpali pertanyaan Omanya.
📲 "Al, ada didepan saya Oma."
📲 "Berikan pada bocah ingusan itu!" Oma terdengar masih geram rupanya. Al hanya terdiam dan mengambil alih ponsel yang diberikan Dekha.
📲 "Hey, bocah tengil, jangan coba-coba kabur ya kalau tidak mau melarat nanti," sembur Oma langsung tanpa memastikan lebih dulu Apakah ponsel itu sudah berpindah tangan.
Al pun mulai memikirkan aksi jitunya untuk merayu Oma yang sangat menyayangi nya itu.
📲 "O... ma." wajah dan suara manja itulah yang selalu dijadikannya alat agar Oma segera luluh. Mudah sekali Ia merayu wanita lansia itu jika sudah memasang wajah lucunya.
📲 "Aku tidak akan terpengaruh lagi." Oma sudah kapok setiap kembali memanjakan Al, Al selalu memanfaatkan kesempatan untuk kabur.
📲 "Oma, kenapa uang di dompet ku, Oma ambil? aku gak bisa jajan kan? Oma gak malu apa, cucu dari Oma Alima yang kaya-raya gak bisa beli makanan karena gak di kasih uang." Begitu lah cara Al mendapatkan kembali haknya dengan wajah melas yang dibuat-buat.
Tomky dan Ilyas yang mendengar dan melihat wajah Al saat memelas mencoba mengulum tawa. Mereka sebenarnya sudah paham, mengapa yang lainnya menyebutnya cucu manja Oma. Sifatnya memang selalu manja ketika berbicara pada wanita lansia itu.
Entahlah, tapi yang pasti hanya Dekha yang sangat mengenal kepribadian Al, Mungkin karena sejak bayi Al diperlakukan dengan sangat manja oleh Oma Alima. Karena Oma Alima tak ingin, Al kekurangan kasih sayang setelah orang tua nya meninggal.
Namun karena itulah Al jadi tak bisa mandiri dalam segala hal, Ia selalu memerintah orang lain jika membutuhkan sesuatu.
📲 "Oma, tolong suruh Kak Dekha memberi aku uang kes, aku mohon ya Oma!" melas Al. Bibir seksinya terlihat mengembung.
Tomky berdecak melihat kelakuan sahabatnya itu
📲 "Dasar cucu manja Oma," delik Tomky.
Bug!
"Aduh!" Kaki Al mendarat di betisnya hingga Ia terkejut.
Al melototi Tomky. "Awas Kau!" ucap Al lirih.
📲 "Oma... tolong ya Oma, aku tadi habis nabrak orang." Al memberi tahu apa yang menimpanya tadi pagi.
📲 "Apa, kenapa bisa? apa orang itu terluka parah?" terdengar suara Oma mulai panik setengah berteriak.
📲 "I.. iya Oma."
📲 "Dasar bocah payah, siapa orang itu? dimana dia tinggal? kalau kamu dipenjara bagaimana, ha? dasar bocah payah, kerjaannya nyusahin aja,"
Dekha pun langsung kaget dan melepaskan lipatan tangan di dadanya, Ia tak menyangka kalau Al sampai menabrak orang, karena lepas dari pengawasannya.
📲 "Ti.. tidak Oma, tapi aku merusak dagangannya, dia menuntut ganti rugi," terang Al kemudian. Dekha pun langsung menghela Nafas mendengar jawaban Al.
📲 "Kau ini, berapa dia minta ganti rugi?" tanya Oma yang nampak sudah tenang dari suaranya.
📲 "Lima juta Oma." Al memberi tahu Omanya tentang jumlah permintaan Cinta.
🙏🙏🙏Tinggalkan jejak ya kalau dah mampir Makasih😁😁😁
LIKE, COMEN AND VOTENYA
I love you full!!! ❤️❤️❤️❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!