NovelToon NovelToon

Love Story: Gabrielle & Eleanor

Aku Mencintaimu, Pria Tampan

Euugghhhhh

Terdengar lenguhan pelan dari seorang wanita cantik yang sedang asik bergelung di bawah selimut tebal. Di samping wanita cantik tersebut, ada seorang pria tampan yang tengah menatapnya penuh cinta. Dialah Gabrielle, pewaris dari keluarga Ma yang tergila-gila pada istri kecilnya.

"Good morning, my wife,"

Elea tersenyum seraya mengerjapkan mata. Hari-harinya selalu berwarna setiap kali melihat senyum manis suaminya ketika bangun tidur.

"Selamat pagi juga, suamiku."

Tidak terasa sudah satu bulan sejak dia melakukan operasi ginjal. Berkat pengawasan ketat dari dokter Jackson dan juga dokter Reinhard, Elea akhirnya bisa sembuh dengan cepat. Dan hari ini rencananya dia akan berangkat ke kampus. Tentunya dengan pengawasan dan pengaturan yang sangat ketat dari dokter dan suaminya.

Ah, hatiku meleleh. Kenapa kau terlihat semakin manis sih jika menyapaku seperti itu, Elea. Kau tahu tidak saat kau menyebut kata suamiku, di dalam hatiku langsung muncul banyak bunga. Kau membuatku jatuh cinta terus-menerus, sayang.

"Ah, apakah susu ini untukku?" tanya Elea sambil menunjuk gelas yang ada di atas meja. Dia kemudian bangun dan menyender ke kepala ranjang.

"Iya. Aku yang membuatnya khusus untukmu" jawab Gabrielle kemudian mengambil gelas susu lalu memberikannya pada Elea. "Minumlah."

Elea mengangguk. Dia kemudian meneguk susu tersebut perlahan-lahan. Tenggorokannya terasa sangat hangat, sama seperti tangannya yang kini sudah berada di dalam genggaman tangan suaminya yang kekar.

"Sayang, apa aku boleh mengantarmu pergi ke kampus? Aku tidak mau melewatkan kesempatan bagus ini," tanya Gabrielle sambil terus menciumi punggung tangan istrinya. Lembut.

"Tidak mau melewatkan kesempatan apa tidak mau aku dilirik pria lain, hm?" sahut Elea yang menyadari kalau suaminya sedang mencari alasan.

"Dua-duanya, sayang."

Gabrielle mendekatkan wajahnya ke bibir Elea saat dia melihat ada bekas susu tertinggal di sana. Tanpa merasa geli, Gabrielle langsung menjilat sisa susu tersebut kemudian menelannya. Dia tertawa melihat reaksi Elea yang tersipu sambil terus menatapnya tak berkedip.

"Terpesona?"

"Aku bahkan setiap hari selalu terpesona padamu, Kak."

"Sungguh?"

"Iyalah. Tidak mungkin aku terpesona pada pria lain selain suamiku. Karena suamiku adalah paket yang sangat lengkap," jawab Elea kemudian menarik dasi suaminya agar kembali mendekat. "Aku mencintaimu, pria tampan."

Cup cup cup

Gabrielle tertawa lebar saat wajahnya mendapat hujan ciuman dari istrinya. Dia menyukai hal ini, benar-benar sangat menyukainya. Gabrielle kemudian membopong tubuh Elea lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Dia lalu mendudukkannya di atas wastafel.

"Kak, kau kan sudah mandi. Nanti bajumu basah," ucap Elea sambil menggoyang-goyangkan kaki seperti anak kecil.

"Asalkan basah bersamamu aku rela, sayang."

Elea terkekeh mendengar kata-kata tersebut. Sedikit ambigu, tapi membuat perasaannya membuncah. Dia duduk sambil terus memperhatikan suaminya yang tengah mengisi bathup dengan air hangat.

"Kak Iel,"

"Apa sayang?"

"Kenapa kau terlihat begitu keren sih saat mengisi air ke dalam bathup? Aku kan jadi tidak bisa berpaling darimu."

Gabrielle langsung berbalik menatap Elea begitu mendengar ucapannya. Merasa tersanjung, itu sudah pasti.

"Sejak kapan istriku jadi pintar menggombal, hah?" tanya Gabrielle gemas.

Elea terkikik. Dia turun dari atas wastafel, melepaskan satu-persatu pakaiannya kemudian berjalan mendekat ke arah sang suami. Sambil menjinjitkan kaki, Elea mengelus pipi suaminya dengan lembut.

"Sejak aku mengenal Kakak, aku seperti menemukan hidup yang baru. Bersama Kakak aku bisa menjadi diriku sendiri, termasuk menjadi istri yang pandai menggombal. Terima kasih sudah mengajariku banyak hal, Kak. Aku sangat mencintaimu."

Hati Gabrielle kembali dibuat meleleh oleh kata-kata yang keluar dari mulut istrinya. Andai saja kalian bisa mendengar, saat ini detak jantungnya tengah berpacu dengan sangat cepat. Lagi-lagi Gabrielle tidak bisa mengkondisikan perasaannya setiap kali bersama Elea. Sayang, saat ini dia belum boleh menyentuhnya. Gabrielle masih harus berpuasa untuk beberapa waktu ke depan sampai keadaan Elea benar-benar pulih seperti semula.

"Mandilah. Aku akan keluar dulu untuk memilihkan pakaian untukmu. Jangan lama-lama, nanti kau masuk angin," ucap Gabrielle berusaha menghindar dari desakan si junior yang sudah berada dalam tegangan tinggi.

"Belutnya sudah berdiri ya Kak?" ledek Elea sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Elea, jangan menggodaku."

"Mau pakai cara lain tidak? Kak Levi bilang ada jalan keluar untuk membujuk si belut itu supaya berhenti meronta,"

Jakun Gabrielle bergerak-gerak saat mendengar tawaran menggiurkan tersebut. Namun dia segera menepis bayangan kenikmatan itu saat teringat dengan sesuatu. Gabrielle tidak ingin egois. Dia tidak mau hanya dia saja yang dipuaskan, sedangkan Elea tidak.

"Kak Iel mau tidak?" tanya Elea lagi.

"Sayang, yang dibilang Levi itu memang benar. Tapi aku tidak akan melakukannya. Karena apa? Karena aku tidak mau merasakan semua itu sendirian. Kau istriku, aku mencintaimu sebagai pelengkap hidup, bukan sebagai pemuas n*fsu. Daripada harus egois hanya untuk sebuah pelepasan, lebih baik aku menderita bersamamu. Kau sakit karena luka bekas operasi, maka biarkan aku ikut menanggung rasa sakit dengan cara seperti ini. Kau ingat kan pada janji yang dulu kita ucapkan di hadapan Tuhan?" jawab Gabrielle bijak.

Elea mengangguk. Matanya sampai berkaca-kaca ketika dia dan suaminya mengulang kata yang di ucapkan saat pemberkatan di gereja dulu.

"Di hadapan Tuhan dan para saksi, kami berjanji akan selalu bersama dalam suka dan duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, dan akan saling mencintai hingga akhir hayat."

Gabrielle kemudian menyeka airmata yang menetes di pipi istrinya. Dia tersenyum, bahagia karena memiliki istri seperti Elea.

"Aku hanya akan mencintaimu, Elea. Selamanya."

"Aku juga, Kak. Terima kasih sudah memberiku cinta sebesar ini."

Elea benar-benar merasa sangat terharu akan sikap Gabrielle yang lebih mementingkan perasaannya ketimbang kebutuhannya sendiri. Entahlah, rasa ini sangat sulit untuk di gambarkan dengan kata-kata.

"Sayang, kau bisa masuk angin jika tidak segera mandi. Kita lanjutkan nanti saja ya acara mesra-mesraannya," ledek Gabrielle sembari memeluk erat tubuh polos istrinya.

"Iya Kak."

Dan seperti biasa, Elea akan langsung patuh pada perintah suaminya. Dia bergegas masuk ke dalam bathup kemudian mulai membaluri tubuhnya dengan busa. Sedangkan Gabrielle, dia menatap lama ke arah Elea sebelum melangkahkan kaki keluar dari sana.

Tuhan, tolong jaga cinta kami berdua hingga maut memisahkan. Aku tidak akan sanggup untuk hidup lagi jika tidak ada Elea di sisiku. Amiinn.

Sambil terus meramalkan doa, Gabrielle memilih pakaian yang akan dikenakan oleh Elea di hari pertamanya masuk kuliah. Gabrielle begitu antusias, dia sudah tidak sabar ingin segera melihat bakat terpendam di diri istrinya yang cantik itu.

"Dengan bantuan Grandma Clarissa aku yakin bakat Elea dalam mendesain baju akan semakin berkembang. Hahhh... semoga saja Safira bisa menemukan guru terbaik yang bisa membantunya menggapai cita-cita," gumam Gabrielle seraya mengambil satu potong pakaian dari dalam lemari. "Yang ini sajalah. Di kampus ada banyak buaya darat berkeliaran, aku tidak boleh membiarkan Elea memakai pakaian terbuka. Itu bisa berbahaya nanti."

Dan seperti biasa, Tuan Muda kita begitu posesif pada istrinya. Gabrielle dengan teliti memilih pakaian Elea yang sekiranya tidak akan membuatnya merugi. Dan pada akhirnya pilihan Gabrielle jatuh pada setelan baju rajut dengan celana jeans panjang. Gabrielle kemudian membawa pakaian tersebut ke arah ranjang, meletakkannya dengan sangat hati-hati seolah pakaian itu adalah debu yang mudah menghilang.

"Hmmm, kalau begini kan aku tidak perlu khawatir lagi. Enak saja ingin melihat kulit tubuh istriku. Mimpi!" gumam Gabrielle sambil mengelus dagu bawahnya. Dia benar-benar sangat puas dengan pilihannya kali ini.

...🍀 Jangan lupa vote, like, dan comment...

...ya gengss...

...🍀 Ig: rifani_nini...

...🍀 Fb: Rifani...

Serangan Mental

"Selamat pagi, Nyonya Elea!" sapa Nun sambil memberikan setangkai mawar putih untuk sang nyonya.

Gabrielle mengangguk ke arah Elea saat dia menatapnya. Sekarang dia membiarkan pria lain menunjukkan perhatian pada istrinya karena hari ini adalah hari yang sangat spesial. Pun juga ini semua sudah di rencanakan jauh-jauh hari oleh Gabrielle beserta Nun dan juga Ares.

"Selamat pagi juga, Pak Nun. Waahhh ... ada acara apa ini? Kenapa kalian semua memberiku bunga mawar putih?" sahut Elea sambil menerima pemberian bunga dari Pak Nun dan teman-temannya yang lain.

"Mawar putih ini adalah ucapan selamat dari kami semua karena Nyonya akan memulai hari sebagai seorang mahasiswa. Semoga di hari pertama anda masuk universitas semuanya berjalan dengan lancar, Nyonya!" ucap Nun memberitahu.

"Amiinn. Terima kasih banyak untuk perhatian kalian semua. Uummm, aku jadi terharu."

Gabrielle tertawa melihat mata Elea yang sudah berkaca-kaca. Dengan penuh sayang dia mencium puncak kepalanya kemudian memeluknya erat.

"Jangan menangis, nanti teman-temanmu ikut menangis juga."

"Hiksss, biar sajalah Kak. Kalau tidak menangis nanti mereka akan berpikir kalau aku tidak senang dengan hadiah ini. Makanya perlu sedikit airmata untuk menyihir mata semua orang,"

Dan seperti biasa, perkataan Elea sukses membuat semua orang terbengang kaget. Namun kekagetan itu hanya sebentar karena dari arah luar terdengar suara seseorang yang selalu saja menjadi pengacau dalam rumah tangga Gabrielle dan Elea. Siapa lagi kalau bukan si Levita Foster, pelakor yang merangkap sebagai CEO sekaligus calon istri dari direkrut rumah sakit ternama milik Group Ma, Reinhard.

"Spadaaaaaa!! Hei istri sah, kau dimana!!"

Langkah Elea langsung terhenti saat lengannya di tarik oleh Gabrielle. Dia lalu menatap bingung ke arahnya.

"Kenapa menahanku, Kak?"

"Sayang, walaupun Reinhard dan Jackson sudah mengizinkanmu untuk beraktifitas kau masih harus tetap hati-hati. Kalau kau sampai kenapa-napa maka aku tidak akan mengizinkanmu keluar lagi sampai benar-benar pulih. Paham?" jawab Gabrielle.

Jantung Gabrielle hampir terlepas saat Elea hendak berlari menghampiri Levi. Dia sangat takut istrinya terpeleset jatuh yang mana akan mempengaruhi kesehatannya. Terlebih lagi bekas operasinya yang baru saja mengering.

"Oh begitu ya, Kak. Berarti aku harus berjalan pelan-pelan dulu?" tanya Elea lugu.

"Iya, berjalanlah dengan pelan."

Elea mengangguk. Dia melepaskan tangan suaminya kemudian mulai melangkah sepelan mungkin agar tidak membuat orang lain khawatir. Ares dan Levi yang kebetulan masuk bersama-sama tercengang syok melihat cara berjalan Elea yang seperti anak bebek. Si nyonya rumah berjalan dengan begitu pelan seakan tengah memakai kain ketat di bagian bawah. Pandangan Levi dan Ares kemudian beralih ke arah Gabrielle dan semua orang. Mereka menarik nafas panjang melihat Gabrielle yang sedang tersenyum seperti orang kasmaran.

"Hadeeehhh, lagi-lagi aku harus melihat kelakuan absurd Tuan Muda-mu, Res. Aku rasa dia itu sebenarnya sudah gila," gumam Levi.

"Tolong jaga bicara anda, Nona Levi. Tuan Muda bersikap seperti itu karena sangat mencintai Nyonya Elea!" sahut Ares membela tuannya.

"Cihhh, dasar penjilat. Memangnya kau tidak bisa apa sekali-kali menghujat bosmu sendiri. Di hadapanku kau tidak perlu malu, Res. Kalau kau muak dan ingin mengumpat Gabrielle, maka lakukan saja. Tidak perlu sungkan. Aku tahu kau sebenarnya sering dibuat frustasi oleh pria sinting itukan? Jujur saja!"

Ares menarik nafas panjang. Dia langsung menundukkan kepala saat Nyonya Elea telah sampai di depannya.

"Selamat pagi, Nyonya Elea. Selamat untuk hari pertama anda masuk ke universitas."

"Terima kasih banyak, Ares."

Mata Elea terus melihat ke arah belakang tubuhnya Ares. Dia tengah menantikan bunga pemberian dari Ares seperti yang di berikan oleh Nun dan teman-temannya tadi.

"Kau mencari apa, Elea?" tanya Levi heran.

"Mawar putih," jawab Elea jujur.

"Mawar putih? Untuk apa?"

Saat itu Levi baru menyadari kalau di tangan Elea ada banyak bunga mawar berwarna putih. Dia kemudian melihat ke arah Gabrielle yang langsung di balas hendikan bahu olehnya.

Dasar pria menyebalkan, batin Levi.

"Maaf Nyonya, bunga mawar putih dari saya ada di dalam mobil. Saya permisi sebentar untuk mengambilnya," ucap Ares kemudian berbalik hendak keluar untuk mengambil bunga.

"Aku ikut, Res."

"ARES!"

Rasanya seperti sedang di serang dengan puluhan ribu anak pedang saat Ares mendengar suara teriakan Tuan Muda-nya yang begitu menggema. Sungguh, dia benar-benar bingung harus bagaimana sekarang. Di lengannya, ada sepasang tangan mungil yang sedang menempel. Sedangkan di belakangnya, ada seekor banteng pencemburu yang Ares yakini pasti sudah mengeluarkan banyak tanduk. Dia jadi serba salah sendiri.

"Ares, ayo. Kenapa berhenti?" tanya Elea yang tak paham kalau saat ini wajah suaminya sudah merah padam menahan cemburu. Dia juga tidak sadar kalau tangannya sedang menggaet lengan Ares.

"Nyonya Elea, bisa tolong lepaskan tangan anda tidak? Nyawa saya bisa melayang kalau kita sampai melakukan kontak fisik di hadapan Tuan Muda."

Belum sempat Elea menjawab, dari arah belakang pinggangnya di rengkuh dengan erat. Dia kemudian mendongak, menahan tawa saat mendapati wajah suaminya yang terlihat begitu buruk.

"Kau sudah memiliki istri sendiri kenapa masih mengganggu istri orang hah!" teriak Gabrielle murka. "Bukankah aku sudah bilang jangan pernah menyentuh kulit istriku meskipun hanya setengah senti. Tapi apa yang baru saja kau lakukan hah! Kau memegang tangan istriku, Res. Kau memegangnya!"

"Ralat!"

Dengan berani Levi menyela tuduhan Gabrielle yang tidak mendasar. Meskipun dia dan Ares tidak terlalu akrab, tapi Levi tidak bisa diam saja ketika melihatnya mendapat perlakuan tidak adil.

"Yak Gabrielle, memangnya matamu sudah rabun sampai tidak bisa membedakan mana yang memegang dan mana yang di pegang? Jelas-jelas tangan Elea-lah yang memegang lengan Ares lebih dulu. Tapi kenapa kau malah marah padanya, hah? Kau sudah tidak waras ya?"

"Tutup mulutmu, Levi!" sergah Gabrielle jengkel.

"Apa? Kau memintaku untuk menutup mulutku yang seksi ini? Ohooo, tidak semudah itu ferguso!" sahut Levi sambil menggoyangkan jari telunjuknya.

Ares, Nun dan para pelayan hanya berdiri diam menyaksikan pertengkaran antara Tuan Muda mereka dengan si pelakor yang tidak punya hati ini. Mereka sudah tidak kaget lagi karena kejadian seperti ini akan selalu muncul setiap kedua orang tersebut bertemu. Sepertinya dewa telah mengutuk keduanya agar selalu tidak akur. Sungguh menyedihkan.

"Kak Iel, Kak Levi, memangnya urat leher kalian tidak kaku ya karena selalu bersitegang? Aku yang melihat saja bisa merasakan kalau tensi darahku sudah naik ke tingkat yang paling tinggi!" celetuk Elea yang langsung membuat kedua orang tersebut tak bisa melanjutkan perdebatannya lagi.

"Elea, bagaimana caramu bertahan dengan pria egois yang tidak punya perasaan ini hah! Jika itu aku, mungkin aku sudah menenggelamkannya ke dalam bak mandi sampai kehabisan nafas. Suamimu benar-benar sangat menjengkelkan, Elea!" amuk Levi sambil melirik sinis ke arah Gabrielle.

"Meskipun menjengkelkan tapi suamiku sangat kaya, Kak Levi. Memangnya Kak Levi lupa uang siapa yang Kakak curi setiap bulannya?" tanya Elea dengan sengaja menenggelamkan Levi ke dalam dasar sungai yang paling dalam setelah mengejek suaminya.

Gabrielle, Ares, Nun dan para pelayan nampak menahan tawa begitu Elea mengeluarkan jurus mautnya yang langsung membuat Levi berlari keluar dari dalam rumah. Bisa kalian bayangkan sendiri betapa frustasinya pelakor itu setelah mendapat serangan mental dari si istri sah. 🤣🤣🤣🤣

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...

...ya gengss...

...🍀Ig: rifani_nini...

...🍀Fb: Rifani...

Rubah Licik

Lusi menatap lucu ke arah suaminya yang sedang merajuk. Saat ini mereka sedang berada di halaman depan rumahnya Gabrielle. Lusi dan Elea sudah berjanji akan berangkat ke kampus bersama yang mana janji tersebut membuat Gleen jadi begini.

"Gleen, aku ini hanya akan pergi ke kampus bersama Elea, bukan pergi bersama pria lain. Tidak perlulah kau sampai merajuk begini. Ya?" bujuk Lusi sambil membelai lembut pipi suaminya.

"Ck, Sweety, kenapa juga kau harus berangkat bersama Elea. Kenapa tidak pergi denganku saja sih? Aku kan suamimu, aku lebih berhak dari siapapun," sahut Gleen bersungut-sungut.

"Iya tahu kalau kau adalah suamiku. Tapi tawaran untuk kuliah sudah lebih dulu aku terima dari Elea sebelum kita menikah. Jadi untuk masalah ini aku rasa Elea lebih berhak jika di bandingkan dirimu. Aku harap kau bisa memahaminya, Gleen."

Mendengar penjelasan tersebut membuat Gleen tidak bisa berkutik lagi. Sebenarnya bukan Elea yang menjadi masalah, melainkan karena dia yang begitu takut kalau istrinya akan di goda oleh mahasiswa lain. Entahlah, semenjak menikah kecantikan Lusi makin menjadi-jadi. Gleen saja terkadang sampai harus melarikan diri dari pekerjaan kantor hanya untuk bisa melihat istrinya barang sejenak. Kehangatan, perhatian, kesabaran dan kecantikan Lusi membuat Gleen menggila. Dan hal ini juga di rasakan oleh Junio setelah menikah dengan Patricia. Tapi bedanya Junio mendapatkan istri yang sedikit galak, tidak seperti Lusi yang lemah lembut seperti jeli. 🤣

"Sudah tidak marah lagi kan?" tanya Lusi.

"Masih, tapi sedikit," jawab Gleen manja.

Lusi tertawa. Dia kemudian melepas seatbelt yang melingkari tubuhnya lalu berpindah duduk ke atas pangkuan Gleen. Lusi tentu saja tahu cara apa yang bisa meluluhkan kemarahan suaminya dalam sekejap. Tanpa melepaskan senyum di bibirnya, Lusi memberikan kecupan hangat di seluruh bagian wajah suaminya. Dia menahan tawa saat menyadari kalau nafas suaminya sedikit menderu.

"Sweety, aku...

"Nanti malam saja ya. Aku janji akan memberikan jamuan yang sangat istimewa untukmu," bisik Lusi menenangkan gairah sang suami.

"Tapi sudah terjepit. Rasanya nyeri," sahut Gleen sambil pura-pura kesakitan.

Lusi menunduk. Dia sedikit menggeser tubuhnya untuk memastikan apakah benar si junior terjepit atau tidak.

"Masih belum berdiri sempurna, sayang. Kau masih punya waktu untuk mengajaknya berdamai."

Gleen tergelak mendengar kata-kata fulgar yang di ucapkan oleh istrinya barusan. Sedetik kemudian dia tertawa sambil mengusap wajahnya hingga memerah.

"Hahahaha Sweety, darimana kau mendapatkan kata-kata seperti itu, hah? Kau membuatku kaget saja."

"Aku belajar darimu, Gleen," jawab Lusi seraya tersenyum lega melihat suaminya yang sudah mau tertawa. "Kita turun sekarang ya?"

"Baiklah. Kali ini aku memaafkanmu, Sweety. Tapi tunggu dan lihatlah apa yang akan aku lakukan padamu malam nanti."

Gleen bergegas keluar dari dalam mobil setelah Lusi turun dari atas pangkuannya. Dia lalu membukakan pintu untuk ratunya kemudian mengulurkan tangan bak seorang pangeran.

Tepat begitu Lusi keluar dari dalam mobil, Elea muncul bersama dengan Gabrielle. Kedua wanita yang sudah sama-sama menikah ini langsung melakukan ritual cipika-cipiki tanpa menghiraukan keberadaan pasangan masing-masing.

"Selamat pagi, Kak Iel!" sapa Lusi sopan.

"Pagi juga, Lusi," sahut Gabrielle kemudian menarik pinggang istrinya agar mendekat. "Kau tidak keberatan bukan kalau aku menitipkan istri kesayanganku ini untuk kau jaga? Aku sangat takut dia terluka."

"Kakak tenang saja. Keselamatan Elea akan menjadi fokus utamaku di kampus,"

"Terima kasih."

Gabrielle kemudian melihat ke arah Gleen. Mereka berdua sama-sama menyeringai samar. Namun sayangnya kelakuan mereka di sadari oleh Elea.

"Hei, kenapa aku merasa ada niat jahat yang sedang Kak Iel dan Paman Gleen rencanakan ya? Kalian sebenarnya mau berbuat apa sih?" tanya Elea langsung menorehkan tuduhan.

Lusi melihat ke arah suaminya dengan kening berkerut. Dia tahu kalau Gleen tidak akan mungkin membiarkannya kuliah dengan tenang. Tapi dia tidak menyangka kalau suaminya akan bersekongkol dengan suaminya Elea. Ini aneh.

"Sayang, kau ini bicara apa sih. Aku dan Gleen sama sekali tidak merencanakan apapun kok. Sungguh!" jawab Gabrielle dengan santai berkilah.

"Tapi wajah kalian terlihat sangat mencurigakan tadi."

Tak ingin rahasianya terbongkar, Gabrielle dengan cepat membungkam mulut Elea dengan ciuman. Dia bahkan tidak mempedulikan reaksi kaget di diri Gleen dan Lusi yang langsung berbalik badan membelakanginya.

"Dasar brengsek kau, Gabrielle. Kau sudah gila ya berciuman di depan banyak orang! Urat malumu pergi kemana hah!" umpat Gleen bersungut-sungut.

"Bilang saja kalau kau iri, Paman Gleen."

Celetukan Elea sukses membuat Gleen terbengang syok. Sedangkan Gabrielle, pria ini langsung tersenyum dengan begitu puas. Dia sangat suka dengan cara Elea yang akan selalu membelanya di hadapan semua orang. Ya meskipun Gabrielle sendiri terkadang masih harus merasakan olahraga jantung di saat istrinya sudah dalam mode polos dan ceplas-ceplos. 😅

"Em Elea, kalian sudah selesai belum ritualnya?" tanya Lusi hati-hati.

"Sudah kok, Kak. Tenang saja, tadi hanya ritual sekilas yang sering Kak Iel lakukan padaku," jawab Elea sambil mengerlingkan mata ke arah suaminya.

Lusi dan Gleen baru berbalik badan setelah mendengar suara cekikikan dari arah belakang mereka. Siapa lagi pelakunya jika bukan Gabrielle dan Elea. Setelah memberi terapi pada jantung mereka, dua manusia ini dengan santainya malah tertawa seakan tak pernah berbuat dosa. Pasangan ini sama sekali tidak memikirkan perasaan Gleen yang juga ingin mencium istrinya, tapi tidak bisa dia lakukan karena Lusi tidak akan mungkin bersedia melakukannya di depan banyak orang. Meski harus menahan, setidaknya Gleen tidak seterbuka Gabrielle dalam menunjukkan perasaan. Bukan tidak seterbuka sih, tapi tidak berani melakukannya. 🤣

"Kak Lusi, kau akan satu mobil denganku atau dengan Paman Gleen?" tanya Elea sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Hari sudah mulai siang, sebaiknya kita segera berangkat ke kampus."

"Aku ikut denganmu saja, El. Biar nanti Gleen menjemputku di sini setelah kita selesai kuliah," jawab Lusi.

"Sweety, biar aku saja ya yang mengantarkan kalian!" rengek Gleen seraya mengguncang lengan istrinya.

"Ekhmm!"

Suara deheman Gabrielle langsung membuat Gleen melepaskan tangannya. Setelah itu dia melirik kesal sambil berkomat-kamit menggumamkan mantra jahat untuk menyumpahi Gabrielle.

"Sayang, segera hubungi aku jika terjadi sesuatu di kampus. Ingat ya, jangan nakal!" ucap Gabrielle sembari merapihkan anak rambut yang menutupi sebagian mata istrinya.

"Aku hanya akan nakal pada Kak Iel saja. Karena kata Kak Levi, Kak Iel adalah pria muda yang paling kaya di negara ini. Jadi tidak mungkin aku membuang ATM berjalan seperti Kakak!"

Wajah Gabrielle pias. Dia sudah pasrah dengan julukan apapun yang di ucapkan oleh istrinya.

"Aku pergi dulu ya, Kak. Nanti siang aku akan datang ke kantor jika ada waktu."

"Perlu aku jemput tidak?" tanya Gabrielle semringah.

"Tidak usah. Nanti satu kampus bisa geger jika mereka tahu aku di jemput oleh pria paling kaya di negara ini. Aku tidak mau memelihara pelakor lain selain Kak Levi, Kak. Mereka pasti tidak bisa di ajak bekerjasama dengan baik seperti dia."

Andai saja Levi belum kabur dari sini, bisa di pastikan kalau mantan model itu akan langsung naik darah begitu mendengar ucapan Elea. Tapi untunglah Levi sedang tidak ada di sini. Jadi telinga semua orang aman dari lengkingan suaranya yang sangat kuat seperti toa sutradara.

"Ya sudah. Kalau begitu hati-hati ya. Aku mencintaimu," ucap Gabrielle kemudian mencium kening Elea.

"Aku juga mencintai, Kakak."

Tak ingin kalah, Gleen pun melakukan hal yang sama pada istrinya. Dan untuk kali ini Lusi tidak berani menolak karena itu hanya berupa ciuman kening saja.

Di saat Lusi dan Elea hendak masuk ke dalam mobil, sebuah mobil tampak bergerak memasuki halaman. Gabrielle yang tahu siapa pemilik dari mobil tersebut langsung memasang muka masam. Dia benci jika pesaingnya sudah muncul.

"Maaf, mulai sekarang akulah yang akan mengantarkan istri-istri kalian. Jadi tolong jangan mengacau!" ucap Jackson santai kemudian meminta Lusi dan Elea untuk masuk ke dalam mobilnya.

Gabrielle dan Gleen hanya bisa terdiam seperti orang bodoh ketika istri mereka di bawa pergi oleh Jackson. Setelah itu mereka sama-sama menyeringai. Satu rencana sudah mereka atur sejak istri-istri mereka sepakat untuk berangkat ke kampus bersama.

"Dasar rubah licik!" gumam Nun pelan.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

...🍀Jangan lupa vote, like, dan comment...

...ya gengss...

...🍀Ig: rifani_nini...

...🍀Fb: Rifani...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!