SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
..._-_...
Brakk….
Pintu setinggi 2 meter itu didobrak oleh beberapa orang berpakaian serba hitam yang dipimpin oleh seorang pria yang berumur sekitar 40 tahunan itu.
Pria itu masuk dengan langkah tegasnya kedalam mansion yang sudah anak buahnya dobrak tadi. Mata hitam legamnya menelusuri sekitar mansion itu, bermaksud mencari keberadaan seseorang yang diincarnya.
Keadaan mansion itu terlihat sangat berantakan, dengan beberapa barang yang sudah pecah, seperti lukisan, patung dan juga guci. Dan para maid dan juga penjaga yang sudah terbujur kaku di lantai.
“Si*l, sepertinya dia sudah mengetahui jika aku akan datang kemari!” ucapnya dengan menahan amarah. “Seluruh para pekerjanya bahkan sudah ia bunuh sebelum aku datang,” sambungnya.
Urat-urat leher pria itu keluar menonjol, menandakan ia benar-benar emosi. “Licik sekali pria itu!”
Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadap sang anak buah yang berada dibelakangnya. “Cepat kalian cari ke setiap sudut rumah ini sesuatu yang mencurigakan, apapun itu!,” ucapnya sembari menatap mata satu persatu dari anak buahnya. Dengan cepat mereka semua menganggukkan kepalanya mengerti.
“Lakukan sekarang!!” teriaknya nyaring
“Siap!” jawab mereka serempak.
Dengan cepat puluhan anak buah dari pria itu menyebar menjelajahi mansion yang memiliki 4 lantai itu. Seperti suruhan pimpinan, mereka akan mencari sesuatu yang berharga atau mungkin jejak dari seseorang yang mereka cari.
Sementara anak buahnya berpencar, pria itu juga tentu tidak diam saja menunggu hasil dari anak buahnya. Ia juga ikut mencari barang yang mungkin saja dapat membantunya mencari keberadaan seseorang yang tengah mereka cari.
“Aku sangat amat yakin jika pria itu sudah merencanakan ini sejak lama, aku juga yakin saat ini ia tengah kabur bersama dengan keluarganya tercinta,” gumamnya sembari menatap sebuah bingkai foto yang ukurannya 2 kali lipat dari tinggi badannya.
Tangannya terangkat untuk memegang lukisan itu, lebih tepatnya menyentuh tepat pada wajah anak yang berusia sekitar 7 tahun. “Aku sangat yakin jika anak ini adalah anak tunggal yang nantinya akan menguasai seluruh harta kekayaan keluarga De Luca,” ucapnya.
Lama menatap paras itu membuat pria itu menjadi sedikit hafal dengan bentuk wajah dari anak itu.
Tak berselang lama, terdengar derap langkah kaki. Pria itu mengalihkan pandangannya ke sumber suara. “Bagaimana ?” tanyanya pada anak buahnya.
“Maafkan kami tuan, kami tidak dapat menemukan satupun dokumen atau hal penting lain yang ada dalam mansion ini,” ucapnya dengan penuh sesal.
Pria itu mengepalkan tangannya hingga urat tangannya keluar, dengan segera ia menghampiri anak buahnya itu dan memukul dada mereka dengan begitu kencangnya.
Dug….
Dug….
Dug…..
“BODOH!!!!!” teriak nyaring hingga menggema di seisi rumah.
Ia menjambak rambutnya frustasi, kebingungan. Dan berjalan mondar-mandir untuk memikirkan alasan apa yang akan ia katakan kepada sang CEO jika mengetahui buronan mereka sudah kabur terlebih dahulu sebelum mereka sampai.
“Apa yang akan saya katakana kepada tuan Vixton saat mengetahui jika Regan sudah kabur terlebih dahu−“
Kring….kring….kring….
Benar saja CEO yang dimaksudkan pria itu menelfon. Setelah berulangkali mengambil nafas untuk mengurangi rasa gugupnya akhirnya pria itu menggeser tombol hijau yang ada pada ponselnya.
“Ha−“
“Segera bawa Regan, istri, anak dan juga tangan kanannya ke ruangan ku dalam 40 menit. Lebih dari itu, kau ku pecat dan aku asing kan di Negara Indonesia!”
Tut…tut…tut…
Telfon diputus secara sepihak oleh Vixton, yang membuat pria itu menjadi ketakutan. Sebagai sekretaris sekaligus tangan kanan Vixton, ia takut terjadi sesuatu pada dirinya dan keluarga kecilnya.
“Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang ?” tanyanya pada dirinya sendiri, bingung.
Pria itu duduk di sofa sembari memijit pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa pening yang tiba-tiba menyerang kepalanya. “Apa aku bohong saja pada tuan, dan mengatakan jika Regan sudah mati terbunuh dengan tanganku sendiri ?” gumamnya.
Namun saat ia bergelut dengan pikirannya sendiri, terdengar suara derap langkah kaki berjalan kearahnya. Anak buahnya yang lain datang dengan membawa seorang pria paruh baya, ralat bukan membawa tapi menyeret dan mendorong pria paruh baya itu hingga terjatuh tepat di kaki pria itu.
“Siapa ini ?” tanyanya pada sang anak buah.
“Pria ini adalah penjaga kandang singa, tuan.”
Senyum smirk muncul di wajah pria itu, segera ia berdiri dari duduknya mendekat kearah pria tua itu. Kaki kanannya terangkat untuk menginjak kepala pria paruh baya itu. “Cepat katakan dimana tuan mu saat ini!” ucapnya mengintimidasi.
“Uhuk…uhuk….” Pria itu terbatuk-batuk, saat injakan pada kepalanya terasa semakin kencang. “Ampuni pria tuan, saya mohon…” pintanya dengan nada suara yang melemah.
Cuih…
Pria itu meludah diatas kepala pria paruh baya yang tak berdaya itu. “Aku tak main-main saat ini, cepat katakan dimana Regan sekarang!”
“Atau….” Pria itu menggantung ucapannya. “Istri dan anak mu yang akan menanggung semua ini,” sambungnya dengan senyum iblisnya.
“Hanya butuh waktu 10 menit untuk mendapatkan segala informasi dari orang tidak berguna seperti mu, jadi bagaimana ?” tanyanya.
“A-ampun tuan…”
Dug…
Dug…
Pria itu menendang-nendang tubuh pria itu dengan begitu kerasnya. “Baiklah jika itu yang menjadi pilihanmu,”
“Cepat cari tahu segala informasi dari pria ini,” titahnya pada anak buahnya. “Cari segala tentang keluarga−“
“AMPUN TUAN….” Teriak pria paruh baya itu menyerah.
Lagi-lagi senyum smirk muncul pada wajah tampannya. “Bagus, sekarang cepat katakana dimana lokasi tuan mu sekarang,” titah pria itu tak terbantahkan.
“T−tuan Regan sa−saat ini tengah menuju perjalanan menuju Atlantic Metroport di East 34th Street menggunakan mobil,” jawab pria paruh baya itu dengan terbata-bata.
Kening pria itu berkerut, ia bingung. “Dimana itu ? Katakan dengan jelas!”
“Itu merupakan adalah sebuah heliport (tempat mendaratnya helicopter) di sisi timur Manhattan yang terletak di East River Greenway , antara East River dan jembatan FDR Drive,” jelasnya.
Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah pria itu. “Ayo segera kita menuju Manhattan!” ucapnya tegas pada seluruh anak buahnya.
“Bunuh pria itu!”
Dor…
"Aku benci orang yang bertele-tele sepertinya," ucapnya sembari melihat bagaimana pria paruh baya itu di tembak oleh sang anak buah.
Satu anak buahnya menembakan pistolnya tepat dikepala pria paruh baya itu. Dan ya, hanya dalam hitungan detik pria itu sudah tida bernafas lagi.
“3 orang ikut aku pergi menggunakan helicopter, yang lainnya menyusul dengan mobil!” titahnya. “Aku sangat yakin jika kita akan sampai lebih dahulu dibanding dengan Regan!”
“Baik, mengerti!” jawab mereka kompak.
..._-_...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
..._-_...
“Daddy, kita akan kemana ? Kenapa mobil ini berjalan dengan sangat cepat ? Kenapa Mommy menangis ?” ucap seorang anak kecil tanpa henti.
Namun bukannya menjawab, Regan semakin menambah kecepatan mobil yang saat ini sedang ia kendarai sendiri. “Tuan 3 menit lagi kita akan sampai,” tutur tangan kanan Regan yang bernama Jeffry.
Regan menganggukkan kepalanya mengerti, ia melihat kaca spion mobilnya untuk melihat keadaan sang istri dan anak semata wayang mereka, hingga tanpa sadar matanya mengeluarkan setetes air mata.
“Mommy, kenapa menangis ?” tanya anak kecil itu lagi menatap ibunya yang terus saja menangis tanpa henti.
Mata ibu dan anak itu saling menatap. “Apapun yang terjadi Mommy akan melindungi mu, singa-ku….” ucapnya sembari memeluk putranya erat.
“Mommy jangan menangis, nanti Ello pukul orang yang buat Mommy menangis…” ucapnya lagi menenangkan sang ibunda.
Ibu dan anak itu lagi-lagi berpelukan, dan kali ini lebih erat dari sebelumnya. Dan Regan yang mendengarkan ucapnya sang anak ikut terharu. Ia berjanji akan melindungi kedua orang kesayangannya itu dengan sepenuh hati.
Lama mengendarai mobil, akhirnya Regan beserta anak, istri dan tangan kanannya sampai di heliport, tempat dimana helicopter pribadinya berada.
“Ayo cepat keluar,” titah Regan yang tergesa-gesa membuka sabuk pengamannya yang diikuti oleh ketiga orang di sana juga.
“Kita akan kemana Dad ?” tanya Ello bingung.
“Sini nyonya, biar saja yang menggendong tuan muda,” usul sang tangan kanan. Dan istri Regan menyerahkan anak semata wayangnya pada tangan kanan suaminya.
Lagipula mereka akan berlarian, sudah pasti ia tak akan sanggup menggendong Ello.
“Kita akan pergi jauh dari sini, dan akan memulai kehidupan baru di tempat yang jauh!” ucap Regan tersenyum pada anaknya.
“Yeay…” ucap Ello girang.
Regan menggandeng tangan istrinya dengan erat, dan bersiap berlari menuju helikopternya berada, dimana pilot pribadinya juga sudah siap untuk lepas landas.
“Kamu berjalan duluan, dengan Ello!” titah Regan pada Jeffry yang tengah menggendong Ello.
Tak mau menunggu lama, sang tangan kanan dengan Ello yang berada di gendongannya segera berlari kecil menuju tempat helicopter menunggu mereka, dengan Regan dan istrinya yang berada dibelakang mereka.
“Jalan lebih cepat!” titah Regan.
Regan menggenggam tangan istrinya dengan begitu kuat, tanpa sadar. “Sayang, sakit…” ucap istrinya lirih.
“Sebentar lagi sayang, tolong bersabarlah…” pinta Regan.
Namun baru setengah jalan mereka berempat berlari, terdengar suara pistol yang cukup keras dibelakang mereka.
Dor…
Dor…
Dor…
“Si*al, cepat sekali mereka sudah tahu keberadaan ku! Seharusnya tak secepat ini…” gumam Regan yang masih terus berlari.
“Daddy, Ello takut…” ucap Ello dengan nada bergetar.
Pria kecil itu mengeratkan lengannya pada leher tangan kanan Regan, dengan mata yang berkaca-kaca ia menatap kedua orangtuanya yang berlari dibelakangnya.
Ello bisa melihat ibunya yang kini tengah menangis tanpa suara. Yang membuatnya merasakan sakit hati yang tiada tara. “Mommy, kumohon jangan menangis…” pinta Ello yang tanpa sadar juga meneteskan air mata.
Istri Regan menatap putranya dengan mata yang sudah berlinang air mata lalu menganggukkan kepalanya singkat sembari tersenyum.
Dor…
Dor…
Dor…
“REGAN!! BERHENTI SEKARANG!!!” teriak tangan kanan Vixton itu.
Namun tentu saja Regan tak akan berhenti berlari, pria itu semakin cepat melangkahkan kakinya menuju helicopter itu berada.
“Cepat kejar mereka!” teriak tangan kanan Vixton memerintah anak buahnya.
Dengan segera 3 orang berpakaian hitam yang ikut menggunakan helicopter dengannya itu segera mengejar Regan dengan kecepatan maksimal.
“Lebih baik kalian berhenti saja, karena mustahil kalian bisa lolos dari kami!” ucap salah satu dari mereka, sombong.
Tak berselang lama dari itu rombongan anak buah lainnya datang, yang tadi mengendarai mobil. Dan langsung bergegas ikut menghadang Regan untuk menaiki Helikopternya.
Kring…
Kring…
Kring…
Telfon milik tangan kanan Vixton kembali bordering, dan ia tahu siapa yang menelfonnya. Dengan senyum yang mengembang diwajahnya ia menggeser tombol hijau pada telfonnya.
“Hal−“
Seperti biasa Vixton akan memutus omongan lawan bicaranya ditelfon, dan memulai percakapan.
“Ini sudah 41 menit dan kau masih belum datang kemari membawa Regan, Ed!”
“Sebentar lagi tuan, kami sudah menemukan Regan. Tinggal membawa tubuh pria itu kehadapan anda.”
“Lakukan dengan cepat, segera bawa tubuh Regan kehadapan ku!”
Tut…
Diposisinya bisa Ed, tangan kanan Vixton lihat drama kejar-kejaran itu berlangsung dengan senyum yang merekah pada wajahnya. “Akhirnya aku tidak pecat,” gumamnya.
“Berhenti kalian!!” teriak salah satu anak buah Ed.
Dor…
Dor…
Dor…
Para anak buah Ed menembak asal kearah mereka berempat, dengan maksud mereka menjadi takut dan menyerahkan diri pada Vixton.
Hingga…
Dor…
Salah satu peluru berhasil menembak pergelangan kaki kanan istri Regan.
“Mommy….”
“Sayang….”
“Nyonya…”
Teriak mereka bertiga secara bersamaan saat melihat istri Regan terjatuh dengan kaki kiri yang sudah berlumuran darah. “Arghhhh….” Teriak wanita itu tanpa sadar.
Dan ini menjadi momen tepat untuk para anak buah Ed menangkap Regan beserta keluarganya. “Akhirnya mereka berhenti berlari, cepat kejar mereka!!!” titah salah satu dari mereka.
Mendengar itu, Regan beserta keluarganya menjadi bertambah panik. Dengan segera ia menarik tangan istrinya untuk kembali berdiri. “Ayo sayang berdirilah…” pinta Regan.
Dan ya, istrinya memaksakan untuk berdiri dan kembali berlari. Dengan keadaan yang sangat memprihatinkan itu. Mereka berempat kembali berlari namun tak secepat yang tadi.
“Masih ingin berlari rupanya…” gumam Ed yang melihat mereka dari kejauhan.
Jarak antara Regan dan anak buah Ed semakin dekat, bahkan Ello dan tangan Regan juga berlari lebih dulu. Karena istri Regan berlari pincang maka mereka berdua berlari paling lambat.
“Ayo Mom, lari lagi. Nanti ditangkap sama orang jahat itu…hiks…hiks…” ucap Ello yang mungkin sudah mulai ketakutan.
Lagi-lagi istri Regan itu hanya memberikan senyum manisnya, dibalik paras cantik yang sudah mulai memucat itu, ditambah dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya.
“Kalian bertiga tinggalkan saja aku di sini,” pinta istri Regan itu yang sudah berhenti berlari dan melepaskan pegangan tangannya dengan suaminya.
“Jangan bicara sembarangan,” ucap Regan marah dengan air mata yang mengalir pada wajahnya.
Regan mencoba untuk menggendong istrinya dan kembali berlari. “Cepat bawa anakku berlari lebih dulu, dan jangan pedulikan kami. Keselamatan Ello yang utama!” ucap Regan.
Sesuai perintah tuannya, tangan kanan berlari tanpa melihat kebelakang lagi. Dimana tuannya mungkin sedang kesusahan, yang terpenting saat ini adalah Ello.
Dengan kaki gemetaran Regan menggendong sang istri. “Sudahlah sayang, ikhlaskan aku…” pinta istri Regan yang sepertinya sudah sangat pasrah.
“Sudah tembak saja, tuan Vixton sudah menunggu kita! Jangan banyak buang waktu untuk drama keluarga itu!” teriak Ed, tangan kanan Vixton sembari tersenyum mengejek.
Ello memfokuskan matanya untuk melihat pria dengan jas yang sama seperti ayahnya itu dengan jelas. Tentu saja matanya menyorot kebencian yang sangat mendalam, apalagi pria itu menyebutkan kata ‘tembak’.
“Baik, tuan!” teriak mereka serempak.
Dor…
Dor…
“ARGHH!!!!” teriak Regan saat peluru untuk menembus punggung belakangnya.
Tubuh tegapnya ambruk ketanah dengan istrinya yang berada dalam gendongannya.
“Lari yang jauh, bawah Ello pergi!” ucap Regan tanpa suara pada tangan kanannya yang menengok kebelakang saat ia berteriak dengan kencang.
“DADDY!!!!!” teriak Ello sembari menangis histeris.
Dan tanpa sadar pandangan itu dilihat oleh Ello kecil, dengan mata kecilnya itu dia bisa melihat bagaimana pria berpakaian serba hitam itu menembak punggung ayahnya, menyeret dan memukul kedua orang tuanya hingga banyak darah yang keluar dari tubuh kedua orang tuanya.
“STOP!!!” pinta Ello berteriak saat tangan kanan ayahnya ini semakin cepat berlari menjauh dari kedua orangtuanya. “Mommy, Daddy!!!” teriaknya kencang.
Dengan cepat tangan kanan Regan, menutup mulut tuan muda-nya itu agar tak berteriak. “Tolong kerjasamanya, tuan!” pintanya.
Mereka berdua segera menaiki helicopter dan meninggalkan ayah dan ibu Ello yang sudah diseret untuk menaiki helicopter milik Ed itu.
“Hiks….hiks….hiks…” tangis Ello penuh dengan kesedihan. Tangan kanan Regan memeluk tuan muda-nya itu dengan erat. “Kumohon, tetaplah bertahan tuan muda. Hanya anda yang bisa membalas ini semua…”
“MOMMY!!!!! DADDY!!!!” teriak Ello kencang, saat helicopter miliknya mulai lepas landas.
..._-_...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...
TAPI SEBELUM MEMBACA, AKU MINTA KALIAN UNTUK LIKE DAN VOTE DULU YA...
KASIH AUTHOR BINTANG LIMA, BAGI YANG BELUM.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
..._-_...
New York, Amerika Serikat
20 tahun kemudian….
Leonello Alexander De Luca…
Seorang turunan asli klan De Luca dan menjadi penerus perusahaan turun temurun yang dimiliki keluarganya. Meskipun beberapa tahun yang lalu sempat bangkrut dan jatuh pada tangan musuh. Tapi El, nama panggilannya bisa mengembalikkan masa kejayaan perusahaannya itu dengan tangannya sendiri.
Atau bahkan bisa dibilang berkali-kali lipat lebih sukses dibandingkan saat Ayahnya yang berada pada posisi chief executive officer atau CEO.
Semua itu tak dia dapatkan dengan mudah, banyak sekali hal yang harus ia lalui untuk mencapai pada posisi itu. Namun 1 prinsip yang ia terapkan agar tak mudah menyerah.
Yaitu adalah “Balas Dendam.”
Masih teringat jelas potongan-potongan kejadian belasan tahun lalu saat kedua orang tuanya diseret oleh pria berbadan besar dengan darah yang mengalir di sekujur tubuh orang tuannya akibat luka tembak yang mereka perbuat.
Tidak ada yang namanya berdamai dalam kamus Leonello. Karena menurutnya darah akan dibalas dengan darah.
Maka dari itu ia berusaha mati-matian agar perusahaan yang didirikan oleh kakeknya ini berkembang pesat agar ia bisa membuktikan pada seorang bahwa klan De Luca tidak akan pernah bisa terkalahkan.
Berkat kesuksesannya itu pula namanya sudah terkenal di seluruh penjuru Dunia. Meskipun ia saat ini berada pada benua Amerika, namanya sudah melambung tinggi di berbagai Negara pada benua lain.
Leonello, sesuai dengan namanya Leo yang berarti singa. Ia mendapatkan julukan singa putih karena pengaruhnya dalam perekonomian yang ada di Amerika. Dan ia juga termasuk dalam top 10 Billionaire yang ada di dunia
Tidak hanya terkenal karena kesuksesannya dan pengaruhnya dalam dunia bisnis. El, nama panggilan pria itu juga terkenal di kalangan para wanita karena parasnya yang memang sangat tampan.
Sudah kaya, tampan lagi. Siapa wanita yang akan menolak jika dijodohkan dengan Leonello.
Namun sangat disayangkan, Leonello sudah menikah sejak beberapa tahun yang lalu dengan seorang wanita yang berasal dari kalangan atas.
Dan pernikahan mereka juga bisa dibilang mengagetkan banyak orang karena pasalnya El yang kehidupannya sangat tertutup itu tidak pernah sekalipun ai terkenal skandal dating dengan artis atau pembisnis manapun.
Bahkan ada rumor yang memberitakan jika Leonello ini adalah seorang gay. Karena diusianya yang sudah sangat matang itu masih belum memiliki kekasih lawan jenis.
Dan ya, pernikahannya dengan sang pujaan hati sukses membungkam para mulut netizen yang menanyakan jika ia adalah seorang gay.
..._-_...
XANDER CORP, New York- Amerika Serikat
Seperti para CEO pada umumnya, Leonello kita tengah berkutat dengan setumpuk dokumen yang berada di meja kerjanya. Hari ini adalah hari yang mendebarkan untuk El. Karena dalam meeting yang akan berlangsung beberapa jam lagi, ia akan mempresentasikan perusahaannya dengan beberapa Billionaire yang berasal dari berbagai benua.
Dan kalo sampai para Billionaire itu mau bergabung dengan EL, sudah pasti perusahaan milik keluarga De Luca yang berada dalam pimpinan El ini akan semakin jaya.
“Tuan, semua sudah siap,” ucap Fred, tangan kanan El sopan yang sudah berdiri di depan pintu.
El yang semula menatap computer miliknya, mengangkat kepalanya untuk melihat sang sekretaris itu dan menganggukkan kepalanya singkat.
“Baiklah Fred, mari kita lakukan!” ucapnya dengan seringai tipis.
Pria itu berdiri dari kursi kebesarannya, lalu merapikan sedikit penampilannya dan berjalan dengan gagahnya keluar dari ruang kerjanya menuju ruang rapat exclusive miliknya.
Dua bodyguard penjaga pintu berlapis emas itu segera membukakan pintu untuk El dan juga Fred yang berjalan dibelakangnya.
“Silahkan masuk, tuan!” ucap mereka berdua kompak sembari membukakan pintu.
Fred berjalan lebih cepat untuk menarik kursi kebesaran El di ruang rapat itu dan ia juga ikut duduk disamping kanan tuannya itu.
“Saya ucapkan permohonan maaf karena sudah datang beberapa detik terlambat,” ucapnya sembari melihat jam rolex seharga 1,2 juta USD atau setara 17 miliyar rupiah. “Dan juga terima kasih atas kehadiran Mr. Rio CEO dari FTI Corp Jerman, Mr. Barrack dari GTH Corp Rusia, Mr. Dominic dari RIOTO Corp Australia, dan juga Mr. Andi dari JAYA Corp Indonesia,” sapanya ramah.
“Tidak masalah bagi kita, dan beberapa detik itu tak berarti untuk kamu Mr. Leonello,” jawab Mr. Barrack sembari tersenyum tipis.
Para CEO itu menganggukkan kepalanya singkat. “Saya rasa tidak perlu basa-basi lagi, langsung kita mulai saja,” pinta Mr. Rio.
Yang langsung disetujui oleh para CEO hebat itu. Para sekretaris mereka mulai sibuk menyiapkan bahan rapat.
Leonello selaku pemimpin rapat memulai rapat dengan berdiri pada podium yang sudah disiapkan sebelumnya. Ia menayangkan diagram dimana perusahaanya mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
“Bisa kalian lihat sejak 2011 hingga 2021 XANDER CORP tidak pernah sekalipun mengalami penurunan nilai saham. Itu terbukti melalu presentase yang dilakukan oleh tim kami,” jelasnya.
“Tidak hanya nilai saham, namun reputasi serta nama baik perusahaan kami juga selalu terjaga. Itu karena kami banyak sekali bekerja sama dengan beberapa public figure yang saat itu tengah naik daun dikalangan masyarakat,” sambungnya. “Meskipun dengan harga yang fantastis kami akan tetap menggunakan jasa para public figure itu untuk membantu memasarkan produk kami.”
“Tapi bagaimana jika sang public figure itu mengalami skandal ? Bukankan itu juga akan mencoreng nama baik perusahaan ?” ucap Dominic.
“Aku setuju, memang peran public figure untuk sangat berjasa untuk perusahaan. Tapi kita sebaiknya tak terlalu mengandalkan mereka. Apalagi tadi Mr. Leonello mengatakan jika berani bayar mereka berapapun. Ini tak masuk akal!” sela Andi.
Merek terus berdebat tentang itu, hingga Leonello pun akhirnya harus memutar otaknya agar para orang hebat yang ada di sini mau ikut dalam bisnisnya ini.
Sebenarnya hal seperti ini sudah biasa Leonello jalani, bukan hanya debat. Bahkan dulu ada yang terang-terangan menolak ide yang Leonello sampaikan.
Namun berkat pengalaman dan didikan yang ia dapatkan dari orang tua angkat dan juga kemampuan cara bicaranya yang dapat membuat lawan bicaranya menyerah membuatnya menjadi selalu memenangkan debat.
“Baiklah jika memang begitu, saya setuju dengan kerja sama ini tuan Ello! Sesuai janji saya akan membeli saham anda sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya!”
Nah kan, ada dia bilang, hal seperti ini mudah Leonello lakukan. Setelah satu orang setuju sudah pasti yang lainnya akan setuju dan berinvestasi pada saham milik XANDER CROP, bukan karena ingin. Namun sebagian besar dari para CEO biasanya memiliki gengsi yang tinggi, dan memiliki jiwa ego yang besar sehingga tak ingin kalah dengan perusahaan lain.
Ini juga merupakan taktik Leonello yang sengaja mengundang mereka dalam satu waktu, agar dapat membangkitkan jiwa ego mereka.
Bisa saja sebenarnya ia mengundang mereka satu per satu, namun mungkin saja salah satu dari mereka tidak ingin ikut investasi saham. Jika begini kan, mau tak mau mereka akan ikut membeli saham, meskipun hanya karena gengsi.
“Aku tahu jika kalian yang aku undang kemari adalah THE REAL BILLIONAIRE….” Ucap Leonello dengan seringai liciknya.
Mereka semua tertawa, termasuk dengan El. Namun dibalik itu ia sudah menyusun rencana untuk mengakuisisi para perusahaan milik mereka semua.
“Baiklah kalau begitu saya akhiri rapat ini, terima kasih!” ucap Leonello yang berdiri dari duduknya dan menyalami para tamu yang sudah ia undang.
Setelah para tamu itu pergi, kini giliran El untuk keluar dari ruangan setelah membereskan bahan presentasenya tadi.
“Tuan…” ucap Fred perlahan.
“Katakan!” titah El sembari berjalan menuju ruang kerjanya. “Beberapa hari lagi hari Anniversary 5 tahun pernikahan anda dengan nyonya,” jawab Fred.
Terdengar suara helaan kasar dari El. “Kau atur segalanya, tanyakan apa yang dia inginkan.”
Fred menganggukkan kepalnya mengerti. “Sudah tuan, nyonya sudah merancang acara untuk Anniversary yang ke 5 ini. Nyonya berpesan agar nanti jam makan siang datang ke butik milik nyonya untuk mengukur tubuh anda. Karena nyonya ingin jas yang tuan kenakan nanti serasi dengan dress yang dikenakan oleh nyonya,” jelasnya.
“Lagipula, sudah hampir seminggu tuan tidak pulang ke mansion, dan saya rasa nyonya ju−“
Ucapan Fred berhenti bersamaan dengan langkah kaki El yang juga ikut terhenti. “Sejak kapan kau menjadi lancang mencampuri urusan rumah tanggaku ?” tanyanya.
Fred menundukkan kepalanya takut. “Maafkan kelancangan saya, tuan!” ucapnya penuh sesal.
“Katakan padanya aku sibuk, nanti malam aku juga tidak pulang lagi. Aku harus ke Las Vegas, aku dengar Robbert nanti malam akan menaruhkan kapal pesiar termahal miliknya, dan aku harus mendapatkan itu. Kedudukan ku sebagai mafia dunia gelap taka da seorang pun yang dapat menggantikannya!”
“Baik tuan, saya segera siapkan pesawat dan mengutus anak buah untuk membungkam mulut polisi perbatasan!” jawab Fred cepat.
..._-_...
GIMANA ? SERU GAK CHAPTER HARI INI ?
YUK LANGSUNG NEXT KE CHAPTER SELANJUTNYA....
TAPI SEBELUMNYA JANGAN LUPA MASUKKAN CERITA INI KE FAVORIT YA...
BANTU AUTHOR VOTE+KOMEN+LIKE.
SUPAYA AKU LEBIH SEMANGAT NULISNYA 🥰
TERIMA KASIH SEMUANYA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!