Feli, begitu orang Desa sana memanggilnya. Paras nya yang sangat cantik, tutur kata yang lembut , periang dan sangat baik.
Feli hidup di Desa bersama dengan Paman, Bibi dan Fatwa. Fatwa adalah anak pertama Paman dan Bibi nya yang berUsia 15 tahun.
Kedua Orangtua Feli sudah meninggal saat diri nya masih duduk di kelas 3 Sekolah menengah pertama.
Kehidupan Feli sangat memprihatinkan, bagaimana dirinya bekerja membanting tulang demi membiayai Adik sepupu nya, Fatwa.
Paman dan Bibi nya sendiri hanya bisa meminta dan memerintah saja. Feli hanya bisa bersabar dan terus saja bersabar.
***
"Kak Fel, a aku harus membeli buku" ucap Fatwa menunduk takut.
"Berapa, Dek?" tanya Feli dengan lembut.
"30K, Kak. Jika Kakak tidak punya uang tidak apa, masih ada lain waktu kok" jawab Fatwa segera.
"Lusa ingsaallah uang nya ada, kamu sabar ya. Do'a kan Kakak agar sehat terus" ucap Feli dengan mengusap lembut tangan Fatwa.
Fatwa menatap Feli dengan perasaan yang sangat bersalah bahkan diri nya sudah berkaca-kaca.
"Fatwa janji Kak, jika Fatwa sudah lulus sekolah Fatwa akan membantu Kakak cari uang" tekad Fatwa.
"Tidak perlu, kau harus berjanji jika kamu akan belajar dengan sungguh-sungguh dan ingsaallah Kakak akan usahakan kamu akan sekolah sampai SMA" ucap Feli tersenyum.
Fatwa memeluk Feli dengan menahan tangis nya. Ia sangat menyayangi Feli, walaupun mereka bukan saudara kandung tetapi mereka saling menjaga dan menyayangi.
"Ingat, kau harus menjadi Lelaki yang kuat jangan cengeng dan mudah putus asa. Kamu harus sukses" ucap Feli kembali.
"Aku akan menjadi kuat dan tangguh, Kak. Agar aku bisa menjaga Kakak dari Ibu dan Bapak" balas Fatwa serius.
Feli hanya menganggukan kepala dengan tersenyum.
Hari ini Feli libur bekerja di Rumah Bu Rt karena sakit, bahkan ia sangat lemas. Untung saja Paman dan Bibi nya sedang tidak ada di Rumah jadi ia bisa tenang.
"Kakak istirahat saja, aku akan buatkan makan malam untuk kita" ucap Fatwa semangat.
"Hmm, maaf ya Kakak jadi merepotkan" balas Feli tak enak.
"Ck, diem dulu aja mumpung Ibu tidak ada. Masalah uang bisa di cari lagi, tapi kesehatan lebih utama" kesal Fatwa.
"Yaampun sudah dewas ternyata Adik kecil ini" kekeh Feli dengan geli.
"Hei aku ini tinggal beberapa bulan lagi lulus ya. Terus aku akan naik ke SMA" dengus Fatwa dengan berlalu dari sana.
Sedangkan Feli tertawa geli melihat tingkah sang Adik. Lalu ia melanjutkan kembali istirahat nya, ia harus sembuh agar besok bisa bekerja kembali.
Fatwa saat ini sedang membuat nasi goreng dengan telur mati sapi. Ia memang sudah terbiasa dengan peralatan dapur hingga dirinya sudah sangat jago memasak.
"Kak, jika aku sudah dewasa nanti, orang yang aku akan lindungi adalah kamu. Aku sudah cukup kecewa dengan Ibu dan Bapak. Mereka hanya memikirkan untuk diri nya sendiri tanpa merasa kasihan padamu" gumam Fatwa dengan yakin.
Setelah selesai, Fatwa menyiapkannya dalam piring yang lumayan besar. Ia akan makan sepiring berdua dengan sang Kakak.
Tok Tok
"Siapa malam-malam begini yang datang. Gak mungkin kalau Ibu dan Bapak" gumam Fatwa merasa was-was.
Lalu ia meletakan kembali piring dan bergegas membuka pintu Rumah.
"Ehh Bu Rt, Mbak Sonia" ucap Fatwa lega.
"Tenang saja, kami bukan Ibu mu" celetuk Sonia.
"Hehe, aku was-was Mbak, soalnya Kakak lagi istirahat" ucap Fatwa jujur.
"Ehh ayo masuk Bu, Mbak" ajak Fatwa.
"Kirain gak bakalan di suruh masuk" ucap Bu Rt terkekeh.
"Hehe maaf" balas Fatwa cengengesan.
Mereka langsung masuk dan duduk di ruang keluarga tersebut. Sedangkan Fatwa langsung menuju ke kamar Kakak nya.
"Huhh andai saja aku punya kekuasaan lebih aku ingin sekali rasanya membawa Fatwa dan Feli. Aku sungguh prihatin dengan mereka" ucap Sonia.
"Jangankan kamu, Ibu dan Ayah mu saja sudah sangat ingin. Semoga saja mereka selalu baik-baik saja" balas Bu Rt.
Tak lama kemudian Feli datang dengan senyuman hangat nya.
"Selamat malam, Bu , Mbak" sapa Feli dengan sopan.
"Malam, kamu sudah merasa baikan, Nak?" tanya Bu Rt dengan khawatir.
"Sudah Bu, berkat obat dari Suami Mbak Sonia saya langsung merasa baikan. Dan ingsaallah besok akan mulai bekerja kembali" jawab Feli dengan tersenyum lembut.
"Iyalah kan suami aku Dokter yang hebat" bangga Sonia dengan tertawa kecil.
"Ehh apa sebaik nya kamu istirahat satu hari lagi saja, Fel" ucap Sonia dengan cepat.
"Besok Ibu dan Bapak akan kembali, mereka akan sangat murka jika Kakak ada di Rumah" ceplos Fatwa dengan menahan emosi.
"Dek" tegur Feli dengan halus.
Fatwa hanya menunduk dengan menghela nafas saja. Lalu ia menata minuman yang ia bawa dari dapur.
"Tidak apa, kamu bekerja saja. Asalkan kamu tidak terlalu lelah" ucap Bu Rt lembut.
"Terimakasih Bu, Mbak. Tanpa kalian mungkin aku dan Kak Feli sudah sangat menderita. Semoga kalian mendapatkan kebahagian selalu" ucap Fatwa dengan tulus.
"Kalian bersabarlah, jika kalian merasa kesulitan ataupun merasa sudah lelah, datanglah pada kami, kami akan membantu kalian berdua" balas Sonia dengan tegas.
"Mbak, Bu , bolehkan aku meminta 1 permintaan?" tanya Fatwa dengan takut.
"Dek" ucap Feli dengan menggelengkan kepala.
"Apa" jawab Bu Rt dan Sonia.
"Jika suatu saat aku dan Kakak mengalami kesusahan yang sangat mendesak, dan aku menemui kalian untuk menolong kami apa kalian akan membantu kami?" tanya Fatwa dengan serius.
Feli hanya bisa menunduk saja. Ia memainkan jemari nya sendiri.
"Kapan pun , diamana pun itu kami akan membantu kalian. Dan untuk kamu Fatwa, Suami Kakak ada kenalan yang bisa bela diri dan ia akan melatih disini, kamu datanglah dan kamu berlatih agar suatu hari nanti kamu bisa melindungi Kakak kamu" jawab Sonia dengan penuh keyakinan.
"Sonia benar , kami akan selalu membantu kalian jika kalian meminta. Dan kamu harus benar-benar belajar agar suatu hari nanti sukses" timpal Bu Rt.
"Terimakasih, kalian selalu saja baik pada kami" ucap Feli dengan tulus.
"Jangan sungkan, dan ini ada rezeki buat kalian dari Ibu-ibu disini. Simpan dan tabunglah tanpa sepengetahuan Ibu dan Bapak Fatwa" ucap Bu Rt dengan memberikan amplop pada Feli.
"Ta ta pi Bu...
"Jangan menolak, ini adalah rezeki buat kalian. Simpanlah" potong Bu Rt dengan cepat.
Feli hanya bisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Walaupun para tetangga nya terlihat cuek tetapi mereka sangat baik. Mereka begitu karena melindungi dirinya dan Fatwa dari sang Paman dan Bibi nya.
"Yasudah kami pulang dulu, kalian segera istirahat lah ini sudah malam" pamit Sonia dengan tersenyum.
"Sekali lagi terimakasih, Bu , Mbak. Dan sampaikan terimakasih kami pada Ibu-ibu yang lain" ucap Feli dengan tulus.
Bu Rt dan Mbak Sonia hanya menganggukan kepala dengan tersenyum.
Setelah itu mereka langsung pergi dari Rumah Feli.
.
.
****
Hai jangan lupa , Like, Coment dan Vote ya. Kalau mau ngasih Kopi ataupun bunga boleh juga.
Sinar matahari begitu cerah , se cerah dan se semangat Feli. Hari ini akan kembali bekerja di Rumah Bu Rt, sejak pagi buta Feli sudah bangun dan membersihkan setiap sudut Rumah.
"Ahh tinggal bikin sarapan saja" gumam Feli dengan tersenyum.
Kaki jenjang nya melangkah ke arah dapur, Feli dengan segera membuka kulkas dan melihat apakah stock sayuran nya masih ada apa sudah habis.
"Hah untung masih ada, nanti aku belanja lagi buat persedian 3 hari kedepan" ucap Feli.
Lalu Feli membersihkan beberapa sayuran dan juga ikan. Ia akan membuat gulai ikan dan capcay kesukaan Fatwa.
Dengan penuh semangat bahkan senyuman tidak pernah lurut di bibir nya ia mengiris dan memotong.
Feli asyik saja berkutat di dapur dengan para wajan dan sahabat nya.
Sedangkan Fatwa, ia baru saja bangun dan langsung ke kamar mandi. Ia bergegas karena hari sudah mau siang sedangkan ia belum melaksanakan kewajibannya.
"Yaampun kalau Kakak tau, bisa bisa aku di bikin gulai nih" umpat nya dengan terkekeh.
Setelah itu Fatwa langsung mandi dan bersiap, ia akan lebih giat belajar dan belajar beladiri.
"Semangat Fat" gumam nya dengan penuh senyuman.
Fatwa langsung keluar kamar dan menuju dapur, ia tersenyum saat melihat sang Kaka sedang sibuk menata makanan.
"Selamat pagi, Kakakku sayang" sapa Fatwa tersenyum cerah.
"Pagi, sarapanlah duluan ya" balas Feli tersenyum.
"Ck, tidak mau. Sana mandi saja dulu aku akan menunggu disini" ucap Fatwa dengan mendengus.
"Baiklah" pasrah Feli.
Lalu Feli melangkah masuk ke kamar nya. Ia akan bersiap terlebih dulu.
"Kenapa Ibu dan Bapak tidak pernah melihat ketulusan Kak Feli, padahal selama ini dia yang selalu membantu keuangan keluarga ini" gumam Fatwa dengan lesu.
"Aku tidak membenci kalian, tetapi aku sangat kecewa dengan kelakuan kalian" gumam nya kembali.
Lalu Fatwa menyiapkan makanan untuk diri nya dan Feli. Setelah itu ia duduk kembali menunggu Feli.
Tak lama kemudian , Feli datang dengan pakaian yang sudah rapih untuk bekerja.
Tanpa menunggu lama mereka langsung saja sarapan dengan damai.
**
Sedangkan baru saja tiba Paman dan Bibi Feli, mereka mengendarai mobil baru yang di bawa dari Rumah keluarga sang Paman.
Feli dan Fatwa hanya menatap saja tanpa bertanya apapun berkomentar.
"Bu, minta uang buat beli buku" ucap Fatwa dengan cuek.
"Tidak ada, noh minta sama Kakak mu" jawab Bi Laura dengan sinis.
"Terus itu beli mobil uang dari mana?" tanya Fatwa dengan kesal.
"Udah sana pergi saja, Ibu dan Bapak akan istirahat" bentak Bi Laura.
Feli langsung membawa Fatwa pergi dari sana. Ia takut Fatwa akan terbawa emosi.
Sepanjang jalan, Fatwa terus saja menggerutu dengan kesal dengan kelakuan sang Orangtua.
"Ck, berisik tau, Dek. Kayak anak kecil gak di kasih jajan saja" goda Feli dengan tersenyum.
Sedangkan Fatwa hanya mendengus saja. Mereka memang selalu jalan kaki bersama, karena tempat Fatwa sekolah dekat dengan Rumah Bu Rt.
"Mau kerja ya, Fel" sapa Ibu-ibu yang sedang belanja sayuran.
"Iyaa Bu, mari" jawab Feli dengan sopan.
Meski masih sedikit lemas bahkan wajah nya pun masih pucat, Feli tetap saja tersenyum dengan cerah.
"Kamu masih sakit ya, Fel?" tanya salah satu Ibu-ibu disana.
Baru saja Feli akan menjawab, Fatwa sudah menjawab dengan celetukannya.
"Nenek sihir udah pulang, Ibu-ibu" celetuk Fatwa terkekeh.
"Gak boleh gitu, Dek" tegur Feli dengan halus tapi penuh ketegasan.
Fatwa langsung saja berjalan meninggalkan Feli yang sudah siap dengan ceramah nya.
"Ingsaalah saya sudah sehat kok, Bu. Mari saya duluan" jawab Feli lembut.
Ibu-ibu disana hanya tersenyum dengan kepala mengangguk saja.
Feli langsung saja menjewer telinga Fatwa dengan gemas.
"Kamu ya , gak boleh gitu sama Orangtua" tegur Feli dengan kesal.
"Maaf" lirih Fatwa dengan wajah memelas.
Sedangkan Feli langsung mendengus melihat wajah sang Adik.
"Nih uang buat beli buku, dan ini buat bekal kamu nanti latihan beladiri" ucap Feli dengan memberikan uang selembar berwarna merah.
"Kenapa banyak sekali, Kak" balas Fatwa dengan kaget.
"Gapapa, jangan boros-boros saja. Kakak takut nanti ada buku yang harus di beli lagi" ucap Feli lembut.
"Yaudah deh, Kak jangan nyimpen uang di Rumah" peringat Fatwa.
"Kakak ngerti, kok. Yaudah Kakak kerja dulu, belajar yang rajin ya" pamit Feli dengan mengusap pucuk kepala Fatwa.
"Hati-hati, kalau masih lemas minta izin lagi" ucap Fatwa dengan tegas.
Feli menganggukan kepala dan berlalu dari sana.
Feli hanya perlu berjalan sedikit dan ia sampai di Rumah Bu Rt.
"Selamat pagi, Mbak Sonia" sapa Feli dengan tersenyum.
"Pagi, di periksa dulu ya sebelum kerja , mumpung Suami Mbak masih disini" ajak Sonia dengan menggandeng tangan Feli.
"Tidak ada penolakan atau mau Mbak laporin sama Ibu dan Bapak" ancam Sonia dengan tersenyum miring.
"Baiklah" pasrah Feli.
Feli dan Sonia langsung masuk dan menghampiri Adnan yang sedang berbincang dengan mertua nya.
"Mas, periksa dulu Feli" ucap Sonia.
Adnan tersenyum lalu mengambil peralatan keDokteran nya.
"Semua sudah membaik, jaga pola makan saja dan jangan lupa habiskan Vitamin dari, Mas" ucap Adnan setelah selesai memeriksa Feli.
"Yaudah kalau begitu saya permisi dulu" pamit Feli dengan segera.
"Ck, anak itu kenapa kuat sekali" ceplos Pak Rt dengan tertawa renyah.
"Andai saja dia mau keluar dari Rumah Paman nya, Adnan dan Sonia akan dengan senang hati membawa nya ke Kota" ucap Sonia dengan lirih.
"Hmmm, kita hanya perlu pantau saja. Lumayan masih lama kita disini" balas Adnan dengan mengusap lembut bahu sang Istri.
***
Feli langsung saja membantu Bik Surti. Feli mengambil sapu dan pel untuk membersihkan setiap kamar yang ada disana.
"Fel, kamu lantai bawah saja biar Bibi lantai atas" ucap Bik Surti.
"Baik Bi, nanti aku yang masak ya" balas Feli dengan riang.
"Iyaaa" jawab Bik Surti tersenyum.
Dengan semangat penuh Feli langsung saja membersihkan setiap kamar dan juga ruangan yang ada di lantai dasar.
Sedangkan Bu Rt dan Pak Rt mereka sudah pergi untuk mengadakan pertemuan. Untuk Dokter Adnan dan Sonia , mereka juga sudah pergi bekerja ke Puskesmas yang ada di Desa tersebut.
Rumah Bu Rt, terbilang sangat mewah di Desa tersebut, karena Rumah tersebut di bangun oleh Mbak Sonia dengan gaya ala Kota.
Untuk anak Mbak Sonia, saat ini ia sedang bekerja di Rumah sakit yang ada di Jakarta.
Kembali ke Feli, ia sudah hampir selesai dengan acara bersih-bersih nya. Lalu ia beralih ke dapur, hari ini ia akan memasak untuk para pekerja di Rumah tersebut.
"Huhhhh semangat Fel" gumam nya dengan mengatur nafas yang mulai ngos-ngosan.
Dengan penuh semangat, bahkan tidak sekalipun Feli mengeluh ia terus saja bekerja demi sang Adik dan diri nya.
"Bapak, Ibu, Feli sangat Rindu sekali dengan kalian. Semoga kalian selalu bahagia dan tenang berada disana. Do'akan Feli, agar Feli lebih sabar lagi menghadapi semua ini" batin Feli dengan lirih.
.
.
Tak terasa waktu semakin cepat, hari ini adalah hari kelulusan bagi Fatwa. Feli merasa bangga pada Adik nya karena ia lulus dengan nilai terbaik dan bahkan mendapatkan beasiswa untuk ke SMA.
"Selamat Dek, semoga kamu selalu sukses" ucap Feli dengan bangga.
"Ini semua berkat Kakak" balas Fatwa dengan tersenyum.
Entah kenapa belakangan ini, Paman dan Bibi Feli lebih sering pergi ke Kota. Entah apa yang mereka kerjakan.
Bahkan mereka lupa dengan hari penting Fatwa. Mereka seakan asyik dengan Dunia nya sendiri.
Setelah selesai acara wisuda, Feli dan Fatwa langsung pulang dengan wajah yang berseri karena bahagia.
Sesampai nya di Rumah, Feli mengeryit kala melihat mobil Sonia sudah terparkir rapih disana.
"Mbak" panggil Feli dengan sopan.
"Ahh kalian baru pulang? Segera bersiap karena kalian akan ikut liburan ke Pantai bersama kami" ucap Sonia dengan tersenyum.
"Tapi, di Rumah tidak ada Paman dan Bibi" balas Feli tak enak.
"Sudahlah, tadi Mbak sudah menelpon Paman mu katanya kalian boleh pergi" ucap Sonia.
"Yeeee liburan. Ayo Kak kita siap-siap, kapan lagi coba kita ke Pantai" pekik Fatwa dengan senang.
Feli mengangguk dan mempersilahkan Sonia masuk dulu. Fatwa dengan semangat langsung saja membereskan semua keperluannya.
"Suatu saat nanti, aku akan membawa Kak Feli keliling Indonesia" gumam nya dengan tersenyum.
"Aku tahu, Kakak sangat suka dengan Pantai" gumam nya kembali.
Ya, Fatwa melakukan semua ini bahkan tidak tahu malu nya menerima ajakan Sonia karena ingin membuat sang Kakak bahagia.
Setelah selesai, Feli , Sonia dan Fatwa langsung saja bergegas pergi dari sana. Mereka akan ke Rumah Bu Rt terlebih dulu.
"Bagaimana dengan latihan kamu, Fat?" tanya Sonia.
"Lancar, Mbak. Aku semakin tertarik dan ingin menguasai nya" jawab Fatwa dengan menggebu.
"Bagus lah, bagaimana sekolah mu?" tanya Sonia kembali.
"Aku akan sekolah di SMA tempat Kak Feli dulu sekolah, aku tidak ingin pergi jauh dari Rumah. Aku khawatir sama Kak Feli" jawab nya dengan sendu.
"Tapi Dek, kalau kamu bisa sekolah ke Kota maka tingkat ke pintaran mu akan makin bertambah" ucap Feli dengan lembut.
"Tidak akan , aku tidak akan kemana-mana" tegas nya dengan wajah garang.
"Iyaa Mbak setuju dengan Fatwa, meski kami selalu ada bersama kamu tetapi kami tidak akan tahu apa yang terjadi di dalam Rumah mu, Fel" timpal Sonia dengan serius.
"Haihhh baiklah" pasrah Feli.
Ketika mereka sampai di halaman Rumah Bu Rt, disana Pak Rt dan juga Dokter Adnan sudah menanti nya. Tak terlupa dengan Bu Rt yang sudah duduk dengan senyum mengembang nya.
"Ayo semua nya sudah siap" ucap Pak Rt dengan semangat.
Lalu mereka masuk ke dalam mobil. Feli , Bu Rt dan Sonia duduk di belakang. Sedangkan Adnan dan Fatwa duduk di tengah, dan Pak Rt duduk di depan dengan sopir.
Di sepanjang perjalanan mereka terus saja bercerita dengan suka cita. Mereka sudah seperti Keluarga saja , Feli dan Fatwa di perlakukan seperti Putra dan Putri mereka.
"Bagaimana latihan kamu, Fat?" tanya Adnan.
"Lancar, Dok. Aku akan lebih giat lagi belajar" jawab nya dengan semangat.
"Ohh iyaa, apa kamu ingin jadi Dokter atau yang lainnya?" tanya Bu Rt
"Aku ingin jadi Dokter, Bu. Aku akan membuat Klinik untuk orang tidak mampu" jawab nya dengan tersenyum.
"Aminnn" jawab mereka serempak.
"Kamu akan jadi Dokter yang paling sukses, Dek. Karena kamu selalu membuat mimpi mu menjadi kenyataan. Kakak sangat bangga padamu" batin Feli dengan lembut.
***
Sedangkan Paman dan Bibi Feli saat ini sedang berbahagia. Pasalnya mereka mendapatkan warisan yang banyak dari keluarga, Paman Feli.
"Mah, kita akan tabungkan dulu uang nya baru setelah itu kita membeli Rumah yang besar" ucap Akbar.
"Papah benar, biarkan saja si Fatwa dan Feli jangan di kasih tahu. Kita simpan saja uang nya sama kita" balas Laura dengan cepat.
Mereka sama-sama tertawa dengan apa yang mereka dapat. Padahal uang yang mereka terima masih ada hak untuk Feli.
"Pah, kita belanja dulu ya. Mamah mau beli perhiasan agar lebih banyak" ucap Laura dengan semangat.
"Iyaa, kita akan membeli banyak makanan mumpung Fatwa dan Feli sedang liburan dengan Keluarga Pak Rt" balas Akbar tersenyum.
Lalu Akbar melajukan mobil nya ke arah Mall yang ada di Kota. Dengan senyum mengembang mereka langsung masuk dan menuju ke stand Perhiasan.
Laura langsung saja memilih beberapa Perhiasan dengan harga yang mahal. Ia akan memamerkannya pada tetangga nya di kampung.
Setelah selesai dengan belanja Perhiasan, Laura dan Akbar langsung saja menuju tempat baju dan yang lainnya.
Mereka terus saja berbelanja untuk mereka sendiri.
Dari Restoran yang tak jauh dari stand yang sedang di datangi oleh Laura, seorang lelaki tampan tengah memperhatikannya dengan seksama.
"Bukan kah itu seperti Bibi dan Paman nya Feli, sedang apa mereka disini" gumam nya.
"Hei, lihat apaan sih sayang?" tanya wanita cantik yang ada di hadapannya.
"Lihatlah, bukankah itu seperti Bi Laura dan Paman Akbar" tunjuk Lelaki tersebut.
Wanita itu pun melihat ke arah dimana sang kekasih sedang menunjuk.
"Iyaa, mereka seperti sedang berbelanja" ucap Wanita tersebut dengan heran.
"Padahal Feli dan Fatwa sedang berlibur dengan Ayah , Bunda dan Nenek, Kakek" balas Lelaki tersebut.
"Ck, mereka sudah keterlaluan sekali. Rasanya aku ingin membawa Feli kesini saja" kesal Wanita tersebut.
"Kamu saja yang baru bertemu beberapa kali sudah begitu, apalagi aku yang tahu sejak dulu kondisi dia. Sebenarnya aku dan Orangtua ku ingin sekali membawa nya dan menyekolahkannya kembali, Sa" ucap Lelaki tersebut.
Yap, Lelaki tersebut adalah Putra dari Adnan dan Sonia, dia adalah Rizik Permana Putra. Dan Wanita yang ada di hadapannya adalah Tunangannya yaitu, Raisa Pertiwi.
"Hmmm, aku sempat dengar juga dari Bunda. Ayo kita beri kejutan mereka, kita samperin mereka yang sedang berlibur" usul Raisa.
"Ahh kau benar, besok aku juga libur" balas Rizik semangat.
Lalu mereka berdiri dan melangkah keluar dari sana. Tatapan mata Rizik terus saja melihat ke arah Paman dan Bibi Feli yang sedang berbelanja begitu banyak nya.
"Kalian akan merasakan karma dan saat itu kalian akan menyesal" batin Rizik geram.
Mereka akan pulang terlebih dulu ke Hotel tempat mereka menginap. Awalnya mereka sedang berlibur juga di Kota Bandung, tetapi mereka di beritahu bahwa Keluarga Rizik juga akan berlibur ke Kota itu.
Setelah selesai bersiap, mereka langsung pergi ke Pantai yang sedang di tuju oleh Keluarga Rizik.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!