BAB SATU_KABUR
...----------------...
hallo gaes. ini cerita kedua ku. mohon untuk dukungan nya ya.
...----------------...
Nama nya Aqella Agatha, seorang gadis, eh salah lebih tepat nya wanita muda yang sudah cukup umur untuk membina sebuah rumah tangga. Namun, dengan alasan tersendiri Aqella masih betah dengan status lajangnya.
Tapi tidak dengan orang tuanya, terutama sang mommy, yaitu Rosa. Selalu menjodohkan dengan berbagai macam pria yang di temui. Entah itu kang cendol yang suka mangkal di depan komplek atau para karyawan yang ada di perusahaan ayahnya, akan dibawa pulang ke rumah oleh Rosa.
Terpenting buat Mommynya adalah wajah yang tampan, tidak peduli dengan latar belakangnya bagaimana.
Ya, seperti malam ini Rosa sudah membawa pria lagi ke rumah, entah mungut dari mana pria tersebut. Sementara Andi ayah dari Aqella dan suami dari Rosa tidak dapat melakukan apapun, karena begitu besar rasa cinta terhadap ibu dari anaknya, dan hanya bisa menuruti keinginan sang istri yang konyol.
Rosa mengetuk pintu kamar Aqella, memanggil putrinya dari luar kamar "Aqella sayang buka pintu nya!"
"Bentar Mom, Aqella lagi siap-siap dulu!" Teriak Aqella dari dalam kamar.
"Kalo gitu Mommy tunggu di bawah ya, Sayang. Cowok yang Mommy bawah kali ini lebih ganteng dari kemarin, apalagi perutnya kaya roti sobek. Dia atlet renang, loh." ucap Rosa bangga dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.
Dalam kamar Aqella yang mendengar ucapan Rosa membanggakan pria yang dibawahnya, berasa ingin muntah.
Mau roti sobek, roti bakar kek, gue gak peduli. gerutu Aqellla dalam hati.
Aqella mondar mandir di kamarnya, memikirkan bagaimana caranya dapat melarikan diri dari rencana Rosa yang konyol "ahh, pusing gue!" Aqella mengacak acak rambutnya sendiri frustasi.
Aqella mencoba melihat keluar jendela, mempertimbangkan tinggi lantai kamar dengan berat tubuhnya, tapi hasil nya zonk. Kalaupun Aqella memaksa lompat dari lantai tiga kebawah sudah pasti dirinya akan berakhir di klinik patah tulang atau rumah sakit.
Disaat pikiran nya benar-benar buntu dan tidak memiliki harapan, Aqella mendengar suara seseorang yang memanggil nya dari bawah "Aqella ... shhtt ... Aqella."
Aqella melihat kebawah jendela dan mendapati Arka yang berdiri mengenakan hoodie warna navy sedang melihat ke arahnya.
"Arka," gumam Aqella.
Arka adalah sahabat Aqella sejak masih SMA, entah bagaimana pria itu dapat menerobos masuk Ke dalam halaman rumahnya, padahal penjagaan di sekitar rumahnya sangat ketat, bahkan untuk seekor semut pun tidak dapat masuk jika bukan tanpa izin ayahnya.
"Gimana lo bisa masuk?" Aqella mengucapkan nya tanpa suara tapi penuh penekanan pada setia kata nya.
"Gue lewat lobang buat buang sampah." Arka melakukan hal yang sama seperti Aqella, sambil menunjuk lubang yang berdiameter tidak lebih dari setengah meter tersebut.
"Gue harus gimana?" Aqella mengangkat tangannya sejajar dengan pundak.
"Loncat! nanti gue tangkep!"
Aqella menggelengkan kepala nya dengan keras "gue gak mau patah tulang, kalo lo gagal nangkep gue."
"Percaya sama gue." Arka merentangkan kedua tangan nya, meyakinkan Aqella, jika dirinya loncat Arka pasti menangkapnya.
Sedangkan diruang tamu, pria yang menurut Rosa tampan tersebut sudah tidak sabar untuk melihat Aqella "Nyoya, di mana Aqella?"
"Tadi Aqella bilang dia sedang siap-siap." Ucap Rosa.
"Coba kamu lihat!" perintah Andi.
"Iya, Abang ganteng tunggu ya." Rosa beranjak dari ruang tamu, dan menaiki tangga menuju kamar Aqella.
Aqella yang mendengar suara langkah kaki menuju ke kamarnya menjadi panik, terlebih saat Rosa sudah mulai memanggil namanya "Aqella!"
"Iya, Mom," jawab Aqella.
"Kamu udah siap?" tanya Rosa di luar.
"Lima menit lagi, Mom."
Aqella akhirnya memutuskan untuk loncat dari lantai dua kamar nya, walaupun ia sangat takut, tapi dengan melihat Arka yang sudah bersiap di bawah, membuat Aqella memiliki sedikit keberanian.
Aqella melangkahkan kakinya keluar jendela, berhitung mundur dan bersiap-siap untuk melompat kebawah, sambil memejamkan mata.
Arka dengan sigap merentangkan kedua tangan, bersiap untuk menangkap tubuh Aqella dan saat wanita itu sudah dekat dengan tanah, dengan cepat dia menangkap tubuh mungil Aqella.
"Woi, buka mata lo! Udah aman ni." Arka menurunkan tubuh Aqella ke bawah.
"Ah lega nya, gue kira bakal mati." Aqella mengembuskan napas lega sambil mengelus dadanya.
"Ayo!" Arka menarik tangan Aqella dan segera berlari memasuki lubang.
Rosa yang sudah lelah berdiri di luar dan tidak sabar, membuka pintu kamar Aqella yang tidak dikunci. Namun, saat Rosa melihat kamar, tidak dapat menemukan Aqella.
Rosa mencari ke kamar mandi, siapa tau jika Aqella berada di sana tapi Aqella juga tidak ditemukan.
Lalu Rosa melihat ke luar jendela, dan menemukan Aqella yang sedang mencoba kabur lewat lubang untuk membuang sampah.
"Ya Tuhan, Aqella!" teriak Rosa panik.
***
Karya Terbaru Author, mampir ya kepoin isinya
Disebuah perusahaan yang berkecimpung di dunia digital, sedang terjadi ledakan besar.
Ledakan yang di buat oleh CEO muda sekaligus owner perusahaan, ketika sedang memaki-maki beberapa karyawan.
"Saya gaji kalian bukan cuma buat duduk di depan komputer!" teriak Cleo sambil melempar dokumen yang dipegangnya ke lantai.
Para karyawan yang dipanggil oleh Cleo ke ruangannya tidak berani menyahuti Cleo yang sedang marah, jangankan menyahuti, menatap wajah sang atasan pun nyali mereka ciut, mereka lebih memilih untuk diam tertunduk. Setidaknya demi keamanan posisi mereka di perusahaan ini.
"Kalian bukan cuma bodoh, tapi tuli juga!" Cleo kembali berteriak, sambil menunjuk karyawannya satu persatu. Karena ucapannya tidak sekalipun mendapat sahutan dari mereka.
Akhirnya salah satu karyawan memberanikan diri untuk menyahuti Cleo, tapi sebelum itu dia berdoa terlebih dulu dalam hati. "Tuan maaf ... sebelumnya, saya sudah memeriksanya dengan teliti. Dan seperti yang saya liat memang tidak ada kesalahan apa pun,"ucap karyawan tersebut dengan hati-hati.
Cleo yang mendengar penuturan karyawannya tersebut semakin murka. "Kamu meragukan penilaian saya?!" bentak Cleo tepat di wajah karyawan yang bernama Didi tersebut.
"Maaf, Tuan ...." ucap nya lirih.
"Cih, Robby ambil dokumen di lantai itu dan tunjukan ke mereka di mana letak kesalahan nya!" perintah Cleo ke Robby, Asisten kepercayaannya itu.
"Baik, Tuan." Robby merapikan kembali dokumen yang berserakan di lantai lalu menyusun nya seperti sedia kala.
Setelah cukup rapi, Robby menunjukan tanda yang tadi sudah dilingkari oleh Cleo kepada Didi.
Didi dan beberapa karyawan yang melihat tanda yang dibuat oleh Cleo, seketika mendadak speechless, bagaimana tidak speechless. Mereka berpikir kalau kesalahan yang mereka buat sangatlah besar, sehingga mampu membuat sang singa mengaum murka. Namu ternyata salah, itu hanyalah sebuah kelebihan tanda titik diakhir kalimat.
Ya Tuhan ... gue udah dag dig dug dari tadi dan ini hasil nya. Gerutu Didi dalam hati.
Begitu juga dengan Robby, ia sendiri merasa heran dengan Cleo, bagaimana bisa atasanya itu begitu murka hanya karena sebuah tanda titik. Toh ini juga tidak ada pengaruh apa pun terhadap isi laporannya.
"Kamu sudah lihat di mana letak kesalahan nya?" tanya Cleo ke Didi.
"Sudah, Tuan," jawab Didi di barengi dengan anggukan kepala.
"Kalo gitu, apalagi yang kalian tunggu! perbaiki sekarang!" teriak Cleo.
Didi dengan sigap mengambil dokumen dari tangan Robby dan segera pergi dari ruangan Cleo, diikuti dengan beberapa karyawan lainnya di belakang.
Cleo Rodriguez, lelaki tampan yang menawan dan juga jutawan. Siapa pun yang melihat pasti akan menghormatinya. Terlebih wanita, mereka akan menghalalkan segara cara untuk dapat menghabiskan waktu bersama Cleo, bahkan bila harus merendahkan diri.
Akan tetapi ada satu hal yang dunia tidak tahu tentang dirinya, yaitu Cleo tidak dapat berhubungan badan dengan wanita. Entah kenapa setiap kali Cleo bergairah dan ingin mendapatkan sentuhan, dan ketika dirinya memanggil salah satu ******.
Cleo ingin memasukan juniornya, seketika miliknya yang tadi dalam mode on mendadak off.
Maka dari itu Cleo selalu dibuat uring-uringan oleh penyakit anehnya tersebut, dan contoh seperti tadi, dia akan melampiaskan amarah kepada siapa pun yang melakukan kesalahan. Walaupun itu hanya hal kecil.
Setelah karyawan keluar tinggallah Cleo dan Robby berdua di ruangan. "Gue butuh udara segar." Cleo memijit pelipisnya, mencoba menghilangkan rasa nyut-nyutan di kepalanya.
"Lo mau kemana?" tanya Robby sambil duduk di sofa.
Robby dan Cleo mereka adalah dua sahabat dari jaman orok, tapi karena berbeda nasib, Robby hanya menjadi asisten Cleo, dan disaat tidak ada orang lain di sekitar mereka, maka formalitas di antara keduanya terbang kebawa angin.
"Ke mana aja yang penting gue happy."
"Penyakit aneh lo belum ada obatnya juga?" tanya Robby.
Cleo menggeleng. "Gak ada, dan gue frustasi sialan."
"Jangan-jangan lo impoten!" tebak Robby asal.
"Sialan! Gue masih bisa on ya." Cleo melempar pulpen ke Robby dan tepat mengenai wajah Asistennya.
"Aduh," pekik Robby.
"Emang enak!" Cleo tersenyum penuh kemenangan.
Robby terdiam untuk beberapa saat, seperti sedang berpikir. "Ah gue tau!" Seketika Robby berbicara dengan sedikit keras.
"Tau apa?" tanya Cleo penasaran.
"Jangan-jangan lo gay."
"What?!"
BAB3_ INGIN BEKERJA
...----------------...
Sudah satu minggu sejak Aqella kabur dari rumah, Aqella merasa jenuh karena hanya berdiam diri di apartemen milik Arka. Ya selama Aqella kabur dari rumah, Aqella bersembunyi di apartemen Arka yang letak nya agak jauh dari perkotaan.
"Arka."panggil Aqella.
"Apa?" sahut Arka, tetap fokus dengan ponsel di di tangan nya.
"Gue bete."
" Terus lo mau kemana? diluar banyak orang orang bokap lo lagi nyariin lo."
"mmm gak tau." Aqella menggelengkan kepala.
"yaudah diem aja disini."
"Ihs gak asik lo." Aqella merebut ponsel milik Arka dan membawa nya ke kamar.
"hei Qella, tanggung itu dikit lagi menang." teriak Arka.
"biarin wekk." Aqella menjulurkan lidah nya ke Arka.
Ya Tuhan, jangan menggoda gue Qella, gue takut khilaf.ujar Arka dalam hati.
Di dalam kamar, Aqella mencari cari tentang loker lewat website, dia tidak ingin menyusahkan Arka, terlebih dengan kondisi finansial Arka yang hanya cukup untuk keperluan dirinya sendiri.
Sebenarnya Aqella tidak tahu latar belakang Arka, yang ia tau Arka hanyalah anak tunggal dari keluarga menengah kebawah, dan karena Arka anak yang cerdas jadi saat SMA dulu, Arka selalu mendapat beasiswa bahkan kuliah pun Arka masuk lewat jalur beasiswa.
Setelah membaca beberapa info tentang loker, Aqella akhirnya menemukan pekerjaan yang cocok untuknya di sebuah perusahaan yang bernama CYBER LINE. Perusahaan yang berkecimpung di internet dan game online.
Perusahaan tersebut sedang membutuhkan sekretaris untuk CEO, tapi membaca persyaratan yang di ajukan, Aqella jadi bingung— pasalnya mereka mencantumkan ukuran dada juga. "Ini nyari sekretaris atau nyari ******, ko ada ukuran dada juga," gumam Aqella.
Setelah memutuskan untuk melamar di sana, Aqella menghampiri Arka yang ada di ruang tengah, tetapi baru saja membuka pintu, sahabatnya itu sudah berdiri sambil menodongkan tangan. "Mana hp gue."
"hehehe ... ini." Aqella menyerahkan ponsel ke Arka.
Setelah mendapat ponsel nya, Arka kembali ke ruang tengah untuk bermain game kesukaannya, tetapi baru beberapa langkah, tangannya ditahan oleh Aqella. "Arka ...."
"Apa?" Arka menoleh ke Aqella.
"Gue pengen kerja," ujar Aqella.
"lo kerja? Apa ada salju turun di negara ini?" Arka melongok keluar jendela. "Nggak ada ko," ucapnya lagi.
wajar Arka begitu, pasalnya Aqella yang ia kenal adalah gadis yang manja dan biasa mendapatkan apapun yang ia mau dengan mudah, sebenarnya juga ini sebuah keajaiban juga, karena Aqella mampu bertahan di Apartemen nya yang biasa saja dan jauh dari kata mewah.
"Kok gitu sih, gue serius tau," ujar Aqella.
"Mau ngelamar di mana?" tanya Arka.
"Mau ngelamar di CYBER LINE."
Arka membelalakkan matanya tidak percaya, pasalnya yang dia tau, perusahaan itu pegawainya banyak di isi oleh pria, dan hanya segelintir saja wanita di sana. "Lo ngelamar jadi apa di sana?" tanya Arka penasaran.
"Sekretaris CEO," jawab Aqella.
"Nggak masuk akal," ujar Arka.
"Nggak masuk akal gimana?" Malah sekarang Aqella yang terlihat bingung.
"Kan CEO nya setau gue dia udah ada Asisten yang paling di percaya di sana, jadi buat apa juga dia butuh sekretaris."
"Lo tau dari mana?"
"Mmm itu ... adalah pokoknya."
"Pokoknya gue tetep mau ngelamar di sana. Titik, no debat!" Aqella tetap dengan keputusan awal, dia ingin kerja dan tidak ingin menyusahkan Arka.
Arka mengembuskan napasnya pelan. "Surat buat ngelamar udah ada? Bukannya lo kabur cuma bawa badan doang ya?"
Mendengar perkataan Arka, Aqella menepuk jidatnya sendiri. bagaimana bisa ia lupa akan hal yang di perlukan untuk membuat CV.
Aqella mengetuk-ngetuk bibirnya dengan jari sambil memikirkan cara mendapatkan surat untuk keperluan CV tanpa harus kembali ke rumah.
Setelah cukup lama berpikir, Aqella teringat dengan salah satu pelayannya yang dapat membantu memecahkan masalah ini. "Pinjem hp lo dong, gue mau telpon orang."
Arka menyerahkan ponsel ke Aqella, lalu gadis itu menekan nomor di layar ponsel mencoba menghubungi seseorang.
"Hallo." Terdengar suara di sebrang sana.
" Bibi, ini Qella, aku butuh bantuan Bibi."
"Ahh, Nona Qella ... Nona Qella di mana? semua orang di rumah pada nyari nona Qella, apalagi nyonya, dia kaya stres gitu, marah marah mulu divrumah," ujar bi Inah di telpon.
"Qella baik baik aja, Bi. Aku juga butuh ijazah sama ktp. Pokoknya semua dokumen yang ada di map biru, di laci tolong anterin ke aku ya, Bi."
"Tapi, Non, Bibi nggak berani ... nanti kalo ketahuan nyonya gimana?" Suara bi Inah terdengar khawatir.
"Bibi, mau uang nggak?" tanya Qella.
"Mau, Non!" jawab bi Inah di sebrang.
"Kalo gitu Bibi anterin ya dokumennya, nanti alamatnya Qella kirim lewat chat."
"Iya, Non. iya."
setelah melakukan panggilan, Aqella menyerahkan ponsel ke Arka. "Lo ada uang nggak?" tanya Aqella.
"Buat apa?"
"Buat bayar bi Inah."
"Berapa?"
"satu juta."
"Ya tuhan Qella, itu jatah makan gue dua minggu," ucap Arka terkejut.
"Gapapa, nanti kalo udah kerja gue ganti, sekalian kunci motor lo juga."
Arka mengeluarkan dompet, lalu menyerahkan sepuluh lembar uang berwarna merah ke Aqella.
Aqella menerima uang dengan senang, karena nanti ia bisa membayar bi Inah yang notabene nya mata duitan itu. "Kunci motornya mana?"
"Bentar." Arka merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan kunci motor yang ada gantungan inisial huruf A tersebut ke Aqella. "Pelan-pelan bawa motornya, pake helm full face aja, kalo bisa lo pake jaket gue juga, biar ntar kalo ada orang orang bokap lo, mereka nggak akan tau," pesan Arka panjang lebar.
"Oke, oke. Gue pergi dulu." Aqella mengambil kunci motor Arka, gegas ia berlari keluar apartemen dengan kegirangan. Akhirnya ia bisa menghirup udara segar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!