Ini karya pertama saya, jadi mohon di maklumi jika ada bagian bab yang tidak nyaman saat di baca. saya akan mencoba untuk memperbaiki tulisan di awal-awal bab, jadi mohon bersabar! Saya pasti akan revisi ulang.
******
New York
Di depan sebuah hotel dengan gaya arsitektur klasik banyak orang orang dari jajaran status sosial yang tinggi tampak memasuki hotel tersebut, nyatanya ada sebuah acara pelelangan yang sedang di lakukan oleh orang orang dengan status sosial tinggi di dalam sana. Rata rata orang yang menghadiri acara tersebut adalah konglomerat atau pengusaha baru yang tengah naik daun, ya mereka tampak saling menujukan kekayaan mereka dengan gaya berpakaian yang tampak mewah.
Pintu hotel kembali terbuka, sepasang kekasih baru muncul di balik pintu tersebut. Pasangan itu mendadak menjadi pusat perhatian orang orang yang sudah ada di dalam hotel tersebut, mereka tidak mempedulikan tatapan mereka kearahnya. Ia masih berjalan dengan begitu tenang untuk memasuki area gedung perhotelan.
"Apa targetnya terlihat? " Bisik Leo dengan nada pelannya.
"Mode mencari"Jawab Elza dengan nada pelan juga.
"Kita harus berpencar "
"Baiklah"
Sepasang kekasih itu langsung berpencar begitu saja untuk mencari sang target yang sejak tadi menjadi tujuan utama mereka ke sini.
"Harga di mulai 5 juta USD"
Matanya yang tajam seolah olah menjadi mesin pemindai yang tengah menemukan seseorang yang ia cari, Elza sebenarnya enggan untuk masuk keacara ini. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain karena ini adalah misi nya.
"Arah jam 2"
Mendengar instruksi dari Leo, Elza langsung menatap kearah apa yang di tunjukkan oleh Leo. Di sana ia melihat seorang pria yang menjadi targetnya, pria kulit hitam dengan setelan jas berwarna emas. Sungguh terlihat konyol di mata Elza.
Tangannya langsung terulur begitu saja mengambil minuman yang di bawakan oleh pelayan yang tidak sengaja lewat di dekatnya, Elza langsung melangkahkan kakinya mendekat kearah Felips, targetnya.
Secara natural Elza pura pura terjatuh hingga minuman dan tubuhnya langsung mendarat di dada Felips dengan mulus, dalam waktu yang bersamaan tangannya terulur untuk mengambil sesuatu di balik setelan jas berwarna emas itu. Lalu dengan gerakan secepat kilat, Elza melemparkan dompet tersebut ke udara hingga mendarat di tangan Leo yang tengah berdiri tak jauh dari belakang tubuhnya.
"Sepatu sialan"Umpat Elza lalu menjauhkan tubuhnya dari Felips "Sorry mr" Ucap Elza dengan raut menyesal sambil menatap wajah Felips dengan sedih.
"Kamu orang Indonesia? "Tanya Felips ketika telinganya tidak sengaja mendengar umpatan gadis cantik bergaun merah di depannya.
"Iya, anda juga? "Tanyanya formal
"Iya, aku Felips" Felips mengulurkan tangannya kearah Elza.
"Aku Starla"Ucapnya asal lalu menyambut uluran tangan Felips "Maaf tentang jas anda tuan, aku akan menggantinya"
"Tidak apa apa nona" Felips tersenyum manis, dan itu terlihat menjijikan di mata Elza "Ini hanya jas, aku tinggal membeli lagi"
"Ah begitu" Elza tersenyum manis "Lalu aku harus bagaimana? Aku merasa sangat bersalah tuan"
"Bagaimana kalau kita berkencan? "
Elza tampak berpikir dengan ajakan Felips, namun akhirnya ia menganggukan kepalanya sambil tersenyum manis.
Felips langsung melingkarkan tangannya di pinggang Elza membuat gadis itu tersentak kaget, namun ia bisa menyembunyikan rasa kagetnya dengan baik.
Tangan sialan!!!
Mereka berdua langsung berjalan memasuki lift menjauh dari orang orang yang tengah menikmati acara pelelangan.
Lift langsung tertutup ketika Felips menekan salah satu tombol di sana.
Dengan gerakan cepat Elza menghindar ketika Felips berusaha mendapatkan bibirnya, demi apapun Elza tidak mau kalau bibirnya yang suci harus ternodai oleh bibir hitam menjijikan milik Felips.
"Apa kau memiliki pacar? "Tanya Felips bingung.
Elza tersenyum tipis.
"Ah maafkan aku"Ucapnya menyesal
"Tidak apa apa, kita lakukan di kamar hotel saja"Ucapnya dengan senyuman menggoda
Felips terkekeh pelan "Kau begitu agresif sayang"
Ting...
Mereka berdua langsung keluar dari dalam lift ketika pintu terbuka lebar, Felips melangkah lebih dulu sementara Elza berada di belakang pria itu menatap punggung Felipa dengan lekat.
"Apa kau sering menginap di sini? "Tanya Elza.
"Hanya sementara "Jawab Felips.
"Apa kau tidak takut tinggal sendirian? "
"Tidak nona"
"Ayok masuk"
Elza langsung masuk ketika salah satu pintu hotel yang di gunakan untuk Felipa tidur sudah terbuka, ia menatap isi kamar hotel itu dengan wajah datarnya. Terlihat sangat mewah, tapi Elza justru tidak suka dengan dekorasi kamar yang terlihat mencolok.
"Aku ke kamar mandi dulu"Pamit Elza.
Ia melangkahkan kedua kakinya memasuki kamar mandi tersebut, tangannya langsung meraba raba di bawah meja wastafel mencari sesuatu yang sudah di persiapkan didalam sana.
Setelah menemukan sesuatu yang ia cari, seringai muncul di bibir cantiknya ketika pistol kesayangannya sudah ada di tangannya. Tidak hanya itu saja, Elza juga memasang peredam suara agar bunyi dari pistolnya tidak berisik.
Elza menyembunyikan pistol miliknya di balik gaun merahnya, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar mandi. Tangannya terulur untuk menekan knop pintu lalu menariknya dengan pelan hingga pintu terbuka, kakinya langsung melangkah keluar tapi sesuatu yang dingin menempel di sisi kanan kepalanya sehingga tubuh Elza mematung.
"Kau pikir aku bodoh hah" Bentak Felips menyeringai sambil menodongkan moncong pistol ke sisi kepala Elza.
Elza langsung menggerakkan tubuhnya hingga menghadap kearah Felips yang tersenyum puas melihat dirinya yang tidak berdaya, Elza tersenyum tipis membiarkan moncong pistol itu berada di keningnya.
"Benarkah? "Tanya Elza dingin.
"Apa mak... Sialan!! "
Dengan gerakan secepat kilat Elza merebut pistol di tangan Felips lalu membalikan moncong pistol itu ke kepala Felips.
"Nyatanya kau bodoh"
"Benarkah? "Tanya Felips menantang.
Tanpa di duga beberapa pria berbadan besar muncul di balik pintu masuk, mereka langsung mengepung Elza dengan seringai menyeramkan, tak hanya itu saja di tangan mereka ada kapak yang menjadi senjata untuk mereka bertarung tarung.
"Jangan bermain main dengan ku nona"Kekeh Felips.
"Apa gue harus pasang wajah ketakutan? "Tanya Elza dengan wajah dinginnya.
Felips menaikan sebelah halisnya tidak mengerti dengan ucapan yang di katakan oleh gadis yang ada di depannya ini, apa dia gila?.
Bughhh...
Elza langsung memukul wajah Felips dengan gagang pistol, ia langsung berlari dan menerjang pria besar yang ada di depannya hingga dia terjatuh.
Felips mengerang ketika hidung mancungnya patah.
"Bunuh wanita itu!! "Erangnya.
Dorr...
Dorr...
Dorr...
"Shittt"Umpatnya.
Dengan sekuat tenaga Elza langsung membanting pistol kosong itu kesalah satu wajah pria berbadan besar yang hendak menyerangnya, Elza langsung membalikan badannya berlari lalu melompat keatas kasur.
Orang orang itu langsung mengejarnya dan berkumpul di sisi ranjang dengan seringai menyeramkan masih tercetak di wajah mereka, bahkan dari salah satu mereka melayangkan kapak itu kearah Elza namun bisa Elza hindari bahkan ia mematahkan tangan pria yang berusaha melukai dirinya itu.
Elza langsung melompat hingga dengkulnya menabrak wajah seseorang hingga tubuh pria malang itu terjengkang ke belakang, dengan gerakan cepat ia mematahkan leher pria itu hingga tidak bernyawa.
Jresss...
Kalau saja Elza tidak cepat menghindar mungkin isi perutnya langsung keluar karena ada seseorang yang melayangkan kapak itu ke perutnya, walau hanya tergores tapi darah langsung merembes ke gaunnya.
Elza meringis, buru buru ia menendang tulang kering pria itu lalu membanting kepala pria itu ke lampu tidur yang ada di nakas.
Seseorang kembali melayangkan kapaknya dibelakang Elza, namun dengan cepat Elza membungkuk badannya hingga kapak itu menancap di lemari. Pada saat yang bersamaan, Elza mengambil pisau kecil yang berada di balik dress nya.
"Akhhhttt"
Erang pria itu ketika Elza menancapkan pisau yang sudah di beri racun agar tubuh manusia yang terkena racun itu akan mati dalam waktu singkat.
"Shittt... "Umpat Elza ketika melihat pria pria dengan kapak di tangannya kembali memasuki kamar hotel ini, sial. Sepertinya Elza tidak mungkin mengalahkan mereka, bisa mati di kalau masih berniat melawan orang orang itu.
Darah sudah banyak yang berceceran didalam kamar hotel ini, bahkan ada beberapa mayat yang sudah tergeletak dengan luka yang mengenaskan di sana.
Jalan satu satunya adalah melarikan diri, tapi sebelum ia pergi alangkah baiknya ia harus membunuh Felips dulu.
"Menyerahlah nona"Ucap salah satu gerombolan pria yang tengah mengepung Elza.
"Nyerah"Elza tersenyum angkuh "Kalian itu cuma hama yang harus gue singkirkan "Sinisnya.
"Sialan kau!! "
"Dasar wanita gila"
"Bunuh saja dia"
Mereka sibuk mengumpat kepada Elza, hingga mereka tidak sadar jika Elza sudah menggenggam pistol kesayangannya itu. Kedua mata tajam Elza menjelajahi setiap sudut kamar hotel ini, ia harus mencari jalan keluar agar ia bisa tetap hidup. Melihat ada jendela kaca, membuat ia bisa bernapas lega.
Dorrrr...
Wajah mereka begitu terkejut ketika Felips merenggang nyawa dengan peluru bersarang di kepala.
"BUNUH WANITA SIALAN ITU!! "
Sebelum mereka berhasil menyerangnya Elza sudah lebih dulu melarikan diri dari hadapan mereka dengan gerakan yang cepat, ia langsung menabrakkan tubuhnya ke jendela kaca tersebut hingga hancur berkeping keping. Tubuhnya langsung terjatuh dari atas sana, tapi untung sebelah tangannya dapat meraih besi yang menjadi pagar balkon kamar seseorang.
Tubuhnya melayang layang di udara, apalagi udara malam ini begitu dingin. Dengan mudah Elza langsung mengangkat tubuhnya hingga ia mendarat mulus di balkon kamar hotel seseorang, sebelum orang orang itu berhasil mengejarnya Elza langsung menerobos masuk kedalam kamar hotel itu lewat pintu kaca yang untungnya sedang terbuka.
"Oh shitt"Umpat Elza ketika ia tidak sengaja melihat sepasang kekasih yang tengah melakukan percintaan begitu panas, Elza berusaha tidak peduli dan keluar dari kamar hotel itu dengan cepat.
Ia langsung berlari di lorong kamar hotel itu dengan kaki telanjang, Elza tidak tahu sejak kapan sepatu haig heels nya terlepas dari kakinya. Tapi tanpa sepatu sialan itu kakinya bisa berlari dengan cepat, tidak takut keseleo atau apalah itu.
Elza tersentak kaget ketika ada seseorang yang menarik tangannya dengan begitu kuat, bahkan kepalanya harus menabrak dada pria itu karena ia tidak mampu untuk menahan dirinya.
"Diamlah"Ucapnya menggunakan bahasa Indonesia.
Tangan pria itu langsung membekap mulutnya begitu saja, Elza berusaha meronta namun tubuhnya langsung terdiam begitu saja ketika langkah gerombolan orang orang mulai terdengar di lorong ini.
Tubuh besar pria ini mampu menutupi tubuh mungilnya dengan sempurna di pojok lorong hotel ini, jadi tidak heran jika anak buah Felips langsung melewati mereka begitu saja.
Ketika mereka sudah jauh Elza langsung mendorong tubuh pria ini dengan kuat, agar dia menjauh dari tubuhnya.
"Terimakasih "
Ia hendak melangkah pergi namun pria itu menarik tubuhnya lagi mengurung tubuh mungilnya di pojokan itu lagi, kedua mata Elza membulat sempurna ketika merasakan bibir hangat itu menyentuh bibirnya. Pria itu mencium bibirnya dengan begitu lembut, sialnya Elza hanya bisa diam mematung.
Sebuah cahaya kamera menyadarkan dia dari ciuman itu, dengan kasar Elza kembali mendorong tubuh pria itu.
"Sialan"Umpat Elza.
Plak..
Bughhh..
"Akhht"
Setelah melayangkan tamparan di wajah tampan pria itu dan menendang ******** pria itu Elza langsung melangkah pergi dari sana meninggalkan pria ******** yang sudah mencium bibirnya tanpa permisi.
Sementara pria itu menatap punggung wanita yang baru saja di ciumnya sambil tersenyum geli melihat wanita itu menghentak hentakan kakinya karena kesal, sungguh dia tampak sangat mengemaskan membuat dirinya ingin memiliki wanita itu segera.
"Mine" Ucap nya dengan seringai yang menghiasi wajah nya.
Berhubung Bab ini banyak yang komplen masalah 'bentakan', saya udah revisi sebagian. Mohon di maklumi karena ini karya pertama saya, saya akan introspeksi diri lagi agar ke depannya bisa jauh lebih baik.
*******
"Elza mana? "Tanya Vian ketika salah satu temannya yang bernama Leo baru saja memasuki mobil yang sama dengannya.
"Gue pikir dia udah di sini"Jawab Leo, wajahnya langsung berubah jadi panik "Cari lokasi Elza sekarang!! "
Rio yang mendapatkan perintah langsung membuka layar laptop nya dengan cepat, lalu memainkan jari jarinya di atas keyboard laptop nya.
"**** Elza di kejar"teriak Rio lalu menunjukkan layar laptop nya kearah teman temannya "Di terluka"tambahnya.
"Gue bakalan susul dia"Calvin hendak keluar dari mobil tersebut namun langsung di tahan oleh Leo "Lepasin!! "
"Bentar lagi dia nyampe ke sini!!"ucap Leo marah "Mending lo siap siap ngobatin Elza"
Mendengar perintah dari pimpinannya membuat Calvin tidak punya pilihan selain mempersiapkan alat alat untuk mengobati luka Elza, Calvin yakin jika luka Elza parah. Di tambah dia harus berlari dengan cepat untuk menghindari kejaran musuh musuh itu.
Leo langsung mengambil 2 pistol di dalam tas hitamnya, tak hanya itu saja ia juga mengambil alat peledak di dalam sana. Setelah itu Leo langsung keluar dari dalam mobil sambil membawa 2 pistol di tangannya, ia mulai bersiap siap untuk menembaki orang orang yang mengejar Elza.
Brak....
Suara pintu terbuka dengan keras, di sana muncullah Elza yang tengah berlari kearah mereka.
"MENUNDUK!!! " Teriak Leo
Dorr...
Dorr...
Dorr...
Dorr...
Dorr...
Leo langsung menembaki orang orang yang mengejar Elza tanpa ampun, bahkan Leo membidik tepat di kepala mereka dan beberapa bagian penting yang bisa membuat mereka cepat mati.
"Shittt"Umpat Leo ketika peluru di pistol nya habis.
Leo langsung mengambil alat peledak rakitan Vian, lalu melempar alat peledak tersebut setelah di aktifkan.
"BERLINDUNG!!! "
Mendengar teriakan itu membuat Elza semakin mempercepat larinya menuju teman temannya yang sudah menunggu dirinya di dekat mobil ferari hijau.
Duarrrrr....
Ketika bom itu meledak, tubuh Elza langsung terlempar begitu saja. Untungnya Leo dengan sigap menangkap tubuh Elza yang terlempar, beruntung Leo bisa menangkap tubuh Elza walau ia harus merasakan benturan yang cukup keras mengenai bagian depan mobil ferari hijau itu.
"Lo nggak apa apa? "Tanya Leo ketika Elza masih belum beranjak di dalam pelukan nya.
Elza menganggukkan sekilas, ia langsung menjauh dari tubuh Leo. Ia melangkahkan kedua kakinya dengan langkah tertatihnya untuk memasuki mobil tersebut, di sana ia sudah melihat teman sesama anggotanya sudah berkumpul.
"Luka lo" Calvin menatap syok kearah perut Elza.
Mendengar itu membuat semuanya langsung menoleh kearah Elza, begitu pun dengan Leo yang baru saja masuk kedalam mobil. Leo menghela napas panjang, mereka harus segera pergi dari sini.
"Jalan!! "perintah Leo dengan nada tegas dan panik.
Vian sedikit terkejut dengan teriakan Leo, tanpa protes ia langsung menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi meninggalkan area parkir gedung hotel tersebut.
"Mereka mengejar kita!! "teriak Calvin panik.
"Rio cari rute!! "ucap Leo.
"Ok ok"Ucap Rio
"Lo cepetan obatin luka Elza!! "perintah Leo kepada Calvin.
Calvin langsung menyobek dress merah itu di bagian perut Elza, ia meringis ketika melihat luka sobek yang begitu panjang di perut Elza. Tidak hanya itu saja, ada luka tembak yang bersarang di pinggang Elza. Beruntung jika Elza masih bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Calvin dengan cepat membuka kotak yang berisikan peralatan medis miliknya.
"Yang bener nyetirnya! Gue mau obatin luka dia!! " kesal Calvin.
"Berisik lo nyet!! " bentak Vian marah.
Calvin langsung menyiram tangannya dengan alkohol, tidak hanya itu saja ia juga menyiramkan alkohol ke luka Elza sehingga gadis itu meringis.
Vian masih mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sialnya jalanan tampak ramai sehingga Vian mau tidak mau harus menggemudikan mobilnya dengan berbelok belok.
Dorrr...
Prayyyy...
Untungnya Elza menundukan kepalanya kalau tidak mungkin kepalanya sudah tertembus oleh timah panas itu.
"TEMBAKAN!! "Teriak Elza panik.
Leo langsung mengambil pistol di dalam tas hitam itu.
"Pistol Leo!! "Pinta Elza dengan wajah pucat sekaligus kesakitan itu.
Leo menatap ragu kearah Elza, namun ia tidak punya pilihan selain memberikan pistol itu ke Elza.
"Shittt darah!!! "Umpat Rio ketika melihat darah keluar dari perut Elza begitu banyak "sialan gue mual liatnya"
"Yaudah lo nggak usah liat ******! "Umpat Calvin
Vian meringis ketika ia tidak sengaja melirik darah yang keluar begitu banyak di perut Elza, Vian berusaha fokus mengendarai mobilnya supaya mereka bisa lolos dari kejaran anak buah Felips. Mengingat nama Felips, membuatnya bertanya tanya apa Elza berhasil membunuh pria ******** itu?.
Leo langsung memunculkan sebagaian tubuhnya lalu menembaki mobil hitam yang mengejar mereka.
Duarrrr....
Mobil hitam itu langsung meledak begitu saja ketika Leo berhasil memuntahkan timah panas tepat mengenai kepala seseorang yang mengemudi, sehingga mobil itu oleng lalu menabrak mobil mobil lainnya dan berakhir meledak.
"Belok kanan!! "perintah Rio memberikan instruksi kepada Vian.
Vian menuruti ucapan Rio untuk membelokan mobilnya kearah kanan.
"Ashhhh"Ringis Elza ketika Calvin menyayat perutnya dengan sedikit dalam sehingga darah muncrat mengenai wajah Calvin.
"Maaf"Calvin panik ia langsung menutup sumber yang memuncratkan darah tersebut.
"Elza kehabisan banyak darah!! "Bentak Calvin panik.
"Awas mobil!!! "teriak Rio dengan raut wajah yang super panik.
Vian langsung membanting stirnya dengan spontan untuk menghindari tabrakan dengan mobil di depannya.
"Sial!! Hampir ajah" Vian.
"Mereka datang!!" Rio kembali berteriak karena sangking panik ketika melihat ada 4 mobil hitam yang mengejar mereka.
Leo tengah sibuk mengurus mobil mobil hitam yang ada di belakang mobil mereka, sehingga dia tidak sempat mengurus mobil mobil yang berdatangan dari arah depan.
"Samping kiri lo ELZA!! "Teriak Rio panik
Mendengar itu membuat Elza yang tengah memejamkan matanya terpaksa untuk terbuka, ia menoleh kearah samping lalu mengeluarkan pistol nya dengan sekali tekan Elza langsung menembak sang pengemudi tepat di area tenggorokannya. Mobil tersebut langsung oleng lalu meledak begitu saja, Elza langsung mencondongkan tubuhnya sehingga sebagaian muncul di balik jendela mobil. Elza langsung menembaki mobil mobil yang ada di belakang lalu di arah depan dengan cepat.
"ISI!! " Elza langsung melempar salah satu pistolnya yang kosong kearah Calvin.
Calvin dengan cepat langsung mengisi peluru pistol tersebut lalu di berikan kepada Elza.
"BELOK KIRI!! "Teriak Rio
"Anjing nggak usah teriak teriak!! "Umpat Vian.
Vian semakin mempercepat laju kendaraannya.
"Itu jalanan sempit ******!! "Umpat Vian panik.
"Itu jalan pintas!! "
"Baiklah, jalanan sempit!! " Vian memberitahu orang-orang yang menjadi penumpang di dalam mobil nya.
Mendengar itu Elza dan Leo langsung memasukan tubuh mereka kembali kedalam mobil.
Leo kembali sibuk mengisi peluru pistol, sementara Calvin dengan hati hati kembali mengobati luka Elza. Calvin berusaha untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di perut Elza.
"Sial gue nggak bisa ngobatin Elza kalau kaya gitu terus"Ucap Calvin frustrasi.
"Vian, berhenti!! "perintah Leo dengan nada tegas.
Vian langsung menginjak pedal rem sehingga mobil tersebut berhenti di area gang sempit dan gelap itu.
"Cepetan!! "teriak Vian dengan raut wajah panik.
Elza hanya bisa memejamkan matanya ketika rasa sakit itu menyerang dirinya, rasanya ia ingin berteriak dan mengumpat tapi Elza tidak bisa karena tubuhnya terlalu lemas untuk melakukan dua hal itu. Yang bisa Elza lakukan hanya meringis sambil mencengkeram dress yang ia gunakan dengan kuat, tidak hanya itu ia juga menggigit bibir bawahnya dengan kuat.
Rio, Vian dan Leo hanya bisa terdiam melihat raut kesakitan Elza. Sementara itu darah semakin banyak yang keluar, sungguh pemandangan yang sangat mengerikan. Apalagi mereka tidak bisa membayang rasa sakit yang di rasakan oleh Elza, melakukan operasi kecil tanpa menggunakan obat bius tampak sangat menyiksa.
"Sedikit lagi"Ucap Calvin berusaha mengambil perluru didalam perut Elza, setelah berhasil mendapatkan peluru tersebut Calvin langsung melempar peluru tersebut kearah Rio "Sorry"Ucapnya dengan nada menyesal.
Rio melayangkan tatapan penuh amarah kearah Calvin yang melemparkan peluru yang penuh darah itu kearah nya.
"Sialan lo!! "
"Mereka datang" Vian memberitahu semua orang yang masih sibuk dengan Elza.
"Jalan!" Ucap Elza dengan nada nya yang nyaris menghilang.
Vian langsung menginjak pedal gas nya dengan spontan.
"Ini akan sedikit sakit"Ucap Calvin pelan.
Calvin langsung mengoleskan sesuatu ke luka Elza, lalu menutup luka itu dengan perban setelah menutup luka itu dengan kapas.
"Tahan! "
Elza memejamkan matanya ketika Calvin mengikat perban itu dengan agak kuat sehingga luka nya tertekan dan menimbulkan rasa sakit.
"Selesai "
Tubuh Elza benar benar sudah sangat lempas, apalagi rasa pening menyerang kepalanya. Membuat Elza ingin segera merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu memejamkan matanya hingga berhari hari lamanya.
"Cepet bantu gue!!" pinta Leo yang tengah sibuk menembaki orang orang yang terus mengejar mereka.
Calvin menganggukan kepalanya, dia langsung mengambil pistol lalu membantu Leo untuk menyingkirkan orang orang yang terus mengejarnya.
"Mobil yang lo pilih bagus banget ya Yo"Decak Leo kesal.
Rio hanya menampilkan cengiran khasnya, mungkin karena mobil mereka berwarna hijau sehingga mereka dengan mudah bisa mengenali mobil yang di naiki oleh mereka. Sungguh Rio tidak berpikir ketika ia memutuskan untuk memilih mobil hijau ini, harusnya ia memilih hitam agar mereka bisa menyamar dengan mobil mobil yang memiliki mayoritas hitam.
"Mereka nggak ada abis abis nya!!"Umpat Calvin kesal sambil mengisi peluru pistolnya yang sudah habis dengan cepat, ia kembali mengeluarkan sedikit tubuhnya ke jendela mobil.
"VIAN!!"Teriak Rio panik.
Vian langsung menekan klakson berulang kali agar mereka yang hendak menyebrang jalan melewati Zebra Crossing tidak jadi, Vian masih menginjak pedal gasnya tidak peduli dengan lampu lampu lintas yang sudah menujukan tanda berhenti.
Mobil mobil langsung mengerem mendadak ketika muncul mobil ferari hijau dengan kecepatan tinggi di depan mereka.
"VIAN!!! "Teriak Rio ketika ia melihat mobil kontainer berwarna hijau tengah melaju kencang di sisi kanannya.
"Pegangan anak anak"Seringai muncul di wajah tampan Vian ketika melihat mobil itu semakin mendekat dengannya.
Secara perlahan Vian mengurangi kecepatannya, lalu menginjak pedal rem dengan perlahan. Pada saat yang bersamaan Vian membanting stir mobilnya dengan cepat, Vian semakin menekan pedal rem berusaha menghindar dari mobil kontainer yang akan menabrak mobilnya.
Brak...
Mobil ferari hijau itu langsung berhenti begitu saja ketika bagian sisi kanannya harus menabrak pelan badan mobil kontainer yang langsung ikut berhenti. Vian kembali menjalankan mobilnya di area jalan raya yang lebih padat di penuhi oleh mobil mobil lainnya.
"Sebelah kiri lo!! "teriak Rio entah kepada siapa.
Vian langsung membanting stirnya kearah kanan sehingga menubruk mobil yang ada di sebelah kirinya, mobil itu langsung menabrak pembatas jalan lalu meledak dan terbakar.
"Gila!!"Teriak Vian bahagia "Gue seneng banget anjirrr"Kekehnya kencang.
"Fokus!! "Bentak Rio marah.
"Polisi "Gumam Elza pelan.
"Shittt"Umpat Vian
Suara sirene polisi semakin memperburuk suasana, umpatan dan teriakan perlahan mulai lenyap dari mulut Vian. Teman temannya bergantung kepadanya sekarang, dan Vian tidak akan membiarkan keluarga absurd masuk penjara. Mereka pasti akan kaget ketika mencari identitas mereka dan tahu fakta tentang mereka yang sebenarnya telah mati, bisa jantungan mereka.
"Hama udah habis "Lapor Calvin
"Tinggal satu hama lagi"Dengus Leo yang mereka tahu apa yang di maksud oleh Leo yaitu polisi.
"Tembak ban nya! "Perintah Elza
"Ide bagus"Calvin menyeringai "Leo, biar gue yang urus"
Tanpa pikir panjang Calvin langsung menyumbulkan sebagaian tubuhnya ke jendela mobil itu, sebelum menembak ban mobil polisi itu. Calvin mengacungkan jari tengahnya sambil menjulurkan lidahnya.
"Setan"
Setelah mengatakan itu Calvin langsung menembak ban mobil tersebut, setelah usahanya berhasil Calvin kembali memasukan sebagaian tubuhnya kedalam mobil.
"Dasar gila"Umpat Rio menggeleng gelengkan kepalanya.
Indonesia.
Deum.. Deum.. Deumm
Bar adalah tempat dimana semua orang bisa bersenang senang dan melupakan sejenak hiruk pikuk kehidupan mereka yang mungkin terasa rumit atau malah membosankan, sering kali Bar menjadi tempat pilihan orang orang untuk melampiaskan perasaan kacaunya atau malah menjadi tempat favorit mereka. Hanya tempat inilah mereka bebas melakukan apa pun, bergoyang mengikuti irama musik Dj, merokok sepuasnya, minum minuman beralkohol dan bermain dengan beberapa wanita penghibur yang siap melayani kapan pun jika anda mau.
"So, lo nggak bisa menemukan keberadaan cewek itu? "
"Gue udah cek seluruh CCTV di area itu, tapi gue nggak bisa menemukan wanita yang lo maksud"Jelasnya.
Melvin menghembuskan napasnya kasar, ia kembali menyuruh sang bartender untuk segera mengisi gelasnya yang kosong dengan minuman keras, Vodka.
"Lo udah mabok!! "Bentak Alex langsung mencegah Melvin ketika pria itu hendak meminum cairan bening tersebut.
Melvin menggeram marah, ia menatap tajam Alex.
"Gue belum mabok!! "Bentaknya.
Alex berdecak kesal melihat sifat keras kepala Melvin kembali kambuh, akhirnya ia hanya bisa diam melihat Melvin beberapa kali meminum cairan bening tersebut. Ia tahu jika saat ini Melvin sedang tampak kacau, dan mungkin saja Melvin melampiaskan rasa kacaunya itu dengan minum minuman.
"Hai Lex" Sapa seorang wanita.
Alex yang sendari tadi menatap Melvin langsung teralihkan kepada seorang wanita yang mengenakan pakaian seksi sudah berdiri di sampingnya.
"Ada apa? "Tanya Alex menatap Qia.
Qia tersenyum manis "Nggak usah jutek sama gue"Cemberutnya.
Alex tersenyum tipis "Gue nggak bisa booking lo malam ini "
Qia tersenyum tipis, ada perasaan kecewa ketika pelanggan VIP nya tidak bisa menghabiskan malam dengannya. Qia melirik kearah pria yang ada di dekat Alex, ia membulatkan matanya ketika melihat siapa pria ini.
"Dia Melvin? "Tanya Qia menutup mulutnya tidak percaya "jadi bos lo itu Melvin Andrea Micheal, CEO di perusahaan Micheal'Grup "
Alex memutar bola matanya malas "Iya"
"Berisik lo berdua!! "Bentak Melvin menatap Alex dan Qia tajam.
Qia masih diam di tempat, menatap wajah Melvin tanpa henti. Bagaimana bisa ia menyia nyiakan kesempatan langka ini.
"Hai" Sapa Qia kikuk
Melvin melirik Qia sebentar, lalu ia tersenyum lebar ketika melihat bayangan gadis yang ia cari sedang berdiri di depannya. Tapi ia berdecak tidak suka ketika melihat penampilan gadisnya terlalu seksi.
"Sayang, kenapa baju mu seperti itu? "Tanya Melvin sambil melepaskan jas nya lalu di pakaikan lah ketubuh gadis itu.
Qia tersipu malu mendapatkan perhatian Melvin kepadanya, apalagi pria itu mengatakan sayang kepadanya.
"Vin! Sadar! "Bentak Alex mengguncang tubuh Melvin.
Melvin mendelik tajam kearah Alex.
"Lo itu **** ya, nyari cewek ajah susah. Nih gue langsung bisa nemuin"
"Dia bukan gadis yang lo cari! Dia Qia, wanita bar di sini"Jelas Alex.
Melvin menatap Alex tajam.
"Jangan hina cewek gue Lex" Melvin mencengkeram kerah baju Alex kuat "Lo mau mati huh" Melvin terkekeh pelan.
Alex memutar bola matanya malas.
"Terserah lo!! "
Melvin tersenyum senang, ia langsung turun dari kursi tinggi itu lalu merangkul bahu Qia yang sudah tertutup oleh jas hitam miliknya.
"Gue mau seneng seneng dulu ya"
Alex hanya bisa diam ketika melihat Melvin dan Qia sudah berlalu pergi meninggalkan dirinya seorang diri, Alex menghela napas kasar. Ia tahu jika saat ini Melvin sangat kacau, demi apa pun Alex sudah mencari gadis yang di maksud oleh Melvin. Tapi ia tidak menemukan apa pun, bahkan kamera CCTV di beberapa titik tertentu tidak berfungsi saat acara itu berlangsung dan ia tidak menemukan wanita itu di daftar acara pelelangan itu. Alex semakin curiga, sebenarnya apa yang tengah di lakukan wanita itu di sana.
****
New York
"Kita akan menyusup ke tempat ini, menjangkau titik titik yang akan kita hancurkan" Jelas Leo sambil memberikan lingkaran merah di gambar struktur ruangan bawah tanah "Gue sama Elza akan masuk lewat ini" Leo kembali memberikan lingkaran merah "Kita bakalan ledakan pintu baja ini"
Sesekali kerutan muncul di kening Elza ketika melihat struktur ruang bawah tanah itu.
"Jangan lewat sini! "Elza menujuk lingkaran merah itu lalu mendongakkan kepalanya mematap kearah Leo "Kita lewat saluran air saja"
Leo mengerutkan keningnya "Lewat gorong gorong? "Tanyanya memastikan.
"Iya" Jawab Elza "Kita nggak perlu meledakan pintu baja itu, itu bisa menarik perhatian anak buah Felips"
"Kita menggunakan peredam Za"
"Nggak! Itu terlalu berisiko"
Leo menghembuskan napasnya kasar, ia melirik kearah Rio yang sendari tadi hanya diam saja.
"Menurut lo gimana? "Tanya Leo meminta pendapat kepada Rio.
Rio menatap lekat struktur bangunan itu lalu melihat arah gorong gorong yang di tunjuk oleh Elza, Rio menatap lekat lalu tersenyum lebar saat ia menemukan sesuatu.
"Gue setuju sama Elza" Ungkap Rio menatap kearah Leo "Kita bisa menggunakan gorong gorong sebagai jalan masuknya, kebetulan gorong gorong ini mengarah kearah ruangan bawah tanah milik Felips" Rio mulai melingkari gambar struktur gorong gorong itu dengan spidol merah "Kita bisa menggunakan alat pemotong tembok untuk masuk kesana, nanti kalian berdua masuk melalui kamar mandi"Jelas Rio.
Elza tersenyum tipis, Rio memang selalu sepemikiran dengannya.
"Bagaimana? "Tanya Elza meminta keputusan Leo, Leo adalah ketua dari tim mereka. Sudah seharusnya Leo memutuskan sesuatu yang tepat "Gorong gorong ini juga bisa di jadikan pintu keluar setelah kita menyebar bom"Tambah Elza.
Leo terdiam cukup lama.
"Apa nggak terlalu berbahaya? Kalau misalkan cuaca sedang buruk, debit air akan meningkat. Kita bisa saja tenggelam di dalam gorong gorong ini" Leo mengungkapkan argumennya sambil menatap mereka berdua dengan tatapan datarnya.
Elza menghembuskan napasnya kasar.
"Kita nggak akan mati tenggelam, Leo. Lihat jalur gorong gorong ini, kita hanya perlu mengikuti arusnya. Lalu kita bisa keluar di sini, di sungai" Jelas Elza
Rio hanya bisa menyimak perdebatan antara Elza dan Leo, hal itu memang sudah sering terjadi jika perbedaan pendapat. Salah satunya saat ini, Leo dan Elza sama sama memiliki sikap keras kepala. Rio sangat yakin jika perdebatan sengit ini tidak akan selesai, jika tidak ada yang menengahi.
"Benar kata Elza, Le. Nanti Vian dan Calvin jemput kalian berdua di sungai ini, ini cukup aman untuk membantu kalian berdua melarikan diri" Rio berusaha menengahi perdebatan itu.
Leo menghembuskan napasnya kasar.
"Baiklah, kita masuk lewat gorong gorong"Ucapnya final.
"Ok, sebaiknya kalian berdua segera mempersiapkan alat alatnya"Suruh Rio.
Leo dan Elza langsung menganggukan kepalanya, mereka berdua langsung keluar dari kamar hotel Rio.
Selama mereka di New York, mereka memilih untuk menginap di salah satu hotel yang lumayan sepi dan aman. Satu anggota memiliki kamar hotel masing masing.
"Elza"
Langkah Elza langsung terhenti begitu saja, ia menoleh kearah Leo lalu menatap wajah pria tampan itu dengan datar.
"Jangan terluka lagi"
Elza menaikan sebelah halisnya bingung ketika Leo mengatakan itu, namun ia hanya membalas dengan anggukan sekilas lalu masuk kedalam kamarnya tanpa mengucapkan apa pun kepada Leo.
****
Indonesia
Melvin
Sinara matahari sudah masuk melalui celah celah lubang udara kamar hotel yang di guanakan sebagai tempat dimana Melvin dan Qia melakukan pergulatan yang panas dan panjang.
Kamar tampak sangat acak acakan, seluruh pakaian berserakan dimana mana bahkan selimut yang seharusnya di gunakan untuk menutup tubuh mereka sudah tergeletak tak berdosa diatas lantai. Bahkan posisi tidur mereka saling memeluk erat, walau Melvin hanya mengenakan bokser sementara Qia tidak menggunakan apa pun alias telanjang bulat.
Drtttt...drttt
Suara dering ponsel membuat Melvin sedikit terganggu, membuat dirinya menggeram marah didalam tidurnya.
"Shittt" Umpat Melvin kesal ketika suara HP nya tidak bisa berhenti berdering.
Melvin langsung melepaskan pelukannya dari guling nya, lalu meraba raba mencari keberadaan ponselnya yang ia letakan diatas nakas. Setelah tangannya menemukan HP nya, Melvin langsung mengangkat panggilan tersebut dengan perasaam kesal. Ia benci ketika ada yang mengganggu tidur nyenyak nya.
"Ada apa? "Tanya Melvin sedikit membentak.
"Maaf pak, apakah bapak lupa dengan jadwal hari ini. Saya sudah mengirimkan laporannya kepada bapak"
Melvin terdiam cukup lama ketika mendengar suara sekretaris nya lewat telepon.
"Jadwal? Apa hari ini ada jadwal? "
"Hari ini bapak ada pertemuan dengan salah satu mitra bisnis perusahaan kita pak, kita mau membahas peluncuran proyek baru"
Seketika kedua mata Melvin langsung terbuka sempurna, bahkan ia langsung terduduk di atas ranjang. Melvin memijat mijat keningnya ketika kepalanya terasa pening, sial apa ini karena efek minuman keras yang ia minum semalam.
"Pak, bapak denger saya kan? Pak bapak masih dis... "
"Iya saya denger"
"Lalu bagaimana pak? Pak Dilan udah menunggu di ruangan bapak"
"Kamu bilang ajah, saya lagi sakit"
"Tapi pak... "
"Bella!"
"Baik pak, nanti saya urus"
Setelah itu Melvin langsung memutuskan panggilannya begitu saja, ia melempar ponsel ke sebarang arah lalu kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Tapi gerakannya mendadak terhenti ketika melihat ada seseorang yang tertidur diatas ranjang yang sama dengannya, Melvin terdiam cukup lama mencoba memperhatikan wajah wanita itu dengan lekat. Kedua mata Melvin seketika membulat ketika mengingat kejadian semalam, Melvin menggelengkan kepalanya cepat. Tidak, itu pasti hanya mimpi. Ya hanya mimpi. Tapi, kenapa rasanya begitu nyata ya. Sial.
Melihat raut wajah Melvin yang cengo membuat Alex terkekeh pelan, bahkan Melvin masih belum juga sadar dengan keberadaan dirinya yang sedang duduk di sofa. Sungguh, Melvin seperti seorang pria yang baru saja meniduri seorang wanita.
Alex langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu meraih kemeja putih yang tergeletak di lantai. Alex berjalan mendekat kearah Melvin lalu melempar kemeja itu tepat mengenai wajah Melvin yang masih bengong itu.
"Alex, ngapain lo muncul di mimpi gue? "
Pertanyaan yang di lontaran oleh Melvin membuat Alex tidak bisa menahan tawanya, Alex langsung tertawa ngakak apalagi melihat raut bingung Melvin yang tampak konyol itu. Rasanya Alex ingin mengabdikan moment langka ini, lalu di publikasikan lewat akun sosial medianya. Wajah Melvin pasti akan viral.
"Ngapain lo ketawa? "Tanya Melvin tidak suka.
"Mau gue tonjok muka lo biar lo sadar kalau ini bukan mimpi? "Tanya Alex
"Jadi ini nyata? "
"Iya ****"
Sontak Melvin langsung menoleh kearah wanita itu, kedua matanya membulat raut wajahnya berubah horor. Melvin langsung merangkak mundur seolah olah wanita itu adalah hantu kepala buntung yang sangat menyeramkan, Melvin menoleh kearah Alex meminta pertolongan agar ia bisa menjauh dari wanita yang masih tertidur pulas itu.
Alex kembali tertawa ngakak melihat wajah konyol Melvin.
"ALEX ****, LO USIR CEWEK INI DARI HADAPAN GUE. CEPETANNNNN!!! "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!